Anda di halaman 1dari 55

Sesi 2

PENGERTIAN DAN
PROSES MANAJEMEN
KASUS
PENGERTIAN MANAJEMEN KASUS
• Cara menangani masalah-masalah klien
• yang berkelanjutan berjangka panjang bergantung pada
situasi dan kebutuhan klien.
• berdasarkan penilaian kebutuhan anak dan
keluarganya secara tepat (asesmen).
• dengan cara koordinasi seluruh pelayanan pada anak
secara teratur
• dan memonitor, mengevaluasi dan melakukan advokasi
pelayanan untuk anak
• serta mengintegrasikan keterlibatan ahli lain, jaringan
sosial dan layanan, dan pemberi pelayanan dengan
peranan yang jelas dan harmonis.
TUJUAN DALAM MANAJEMEN KASUS
1. Membantu klien memahami masalahnya dan tujuan
penanganannya.
2. Membantu klien memperoleh akses terhadap pelayanan-
pelayanan yang dibutuhkannya dan memecahkan
hambatan aksesibilitas.
3. Menjamin kontinuitas pelayanan langsung dan lintas
bidang pada waktu atau kurun waktu tertentu.
4. Menjamin responsivitas dan koordinasi pelayanan
terhadap berbagai kebutuhan klien.
5. Menjamin bahwa pelayanan yang disediakan sesuai
dengan kebutuhan klien, diberikan dengan cara tepat dan
tidak duplikatif.

3
PRINSIP-PRINSIP DALAM MANAJEMEN KASUS

Keterpaduan Keberlanjutan Akses yang Sama Efektif dan Efisien


pelayanan pelayanan

Advokasi Memandang
Pemberdayaan Evaluasi
Orang scr
Holistik

4
TIM MANAJEMEN KASUS

Manajemen Kasus merupakan proses kolaborasi yang


membutuhkan koordinasi staf-staf lembaga pelayanan
dan profesional lain yang ditugasi untuk menangani
masing-masing kasus.

Dipimpin pekerja sosial sebagai Manager Kasus


Pengasuh, Psikolog, Psikiater,
Guru, Dokter, Polisi, Advocat
Teraphys, dan profesi lainnya

DIREKTORAT PEMBERDAYAAN SOSIAL PERORANGAN, KELUARGA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT


TINGKATAN PERAN
DALAM MANAJEMEN KASUS
Case Manager

• Mengecek kelayakan kasus yang dirujuk, mendistribusikan, memonitor


proses penanganan yang dilakukan case worker, dan melakukan
rujukan.

Supervisor

• Mengidentifikasi pembelajaran dari proses penaganan yang dilakukan,


mereview catatan dan laporan case worker, dan mendukung case
worker mengatasi hambatan dalam melaksanakan tugasnya

Case Worker / Pendamping

• Melakukan penanganan kasus mulai dari penerimaan kasus hingga


pengakhiran

6
PERANAN CASE MANAGER

1. Mengecek kelayakan kasus yang dirujuk


2. Mendistribusikan kasus pada case worker
3. Melakukan rujukan ke lembaga lain dan memastikan lembaga
rujukan sesuai
4. Memonitor proses penanganan kasus
5. Memprakarsai pembahasan kasus
6. Memprakarsai pertemuan koordinasi
7. Melakukan advokasi terkait perumusan kebijakan perlindungan
anak, identifikasi dan distribusi sumber

7
PERANAN SUPERVISOR
1. Mensupervisi para case worker / pendamping dalam aspek admistrasi
(pencatatan dan pelaporan), pengetahuan, skill dan nilai/etika (edukatif);
dan dukungan emosional (suportif) seperti mengatasi stress dan tekanan
.
2. Mensupport Case workers dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas
kerja, mendampingi untuk kegiatan tertentu, dan mewakili pekerja
sosial.
3. Mengembangkan sumber-sumber yang dibutuhkan dan membantu case
workers mengakses sumber-sumber yang tersedia.
4. Memfollow up kasus-kasus dengan rencana menyediakan pelayanan
untuk keluarga dan anggota masyarakat untuk pencegahan dan respon
yang lebih luas.
5. Memastikan recording dan reporting kasus tersedia baik untuk
kepentingan penanganan kasus, program maupun penelitian.

8
PERANAN CASE WORKER / PENDAMPING
1. Membangun relasi atau hubungan positif dengan klien, keluarga dan
sistem sumber yang ada di masyarakat.
2. Mengumpulkan informasi dan menilai situasi klien agar dapat
mengidentifikasi kebutuhan, masalah dan tujuan penanganan.
3. Memformulasikan suatu rencana pelayanan yang memungkinkan
untuk pemenuhan kebutuhan dan masalah anak.
4. Menempatkan dan menyediakan pelayanan, menyusun dan
menyampaikan pelayanan yang dibutuhkan bagi kien serta
mengkoordianasikan bantuan dari pelayanan-pelayanan tersebut.
5. Intervensi secara langsung terhadap klien untuk memperkuat
kemampuan dan kapasitas mereka dalam merawat diri sendiri
6. Memonitor dan mensupervisi keefektifan dari rencana pelayanan
dalam memenuhi kebutuhan anak.
7. Pembelaan bagi klien(Advokasi) terutama apabila pelayanan yang ada
menjadi sistem yang sulit dimanfaatkan atau diakses.
8. Mengevaluasi keefektifan hasil pelayanan dan pengaruhnya terhadap
keberfungsian anak
STRUKTUR DI LEMBAGA
KU
1.Buat kelompok berdasarkan lembaga/instansi tempat
bekerja masing-masing
2.Gambarkan struktur di lembaga Bapak/Ibu pada kertas
plano yang disediakan
3.Tentukan siapa yang berperan sebagai case manager,
supervisor, dan case worker di lembaga Bapak/Ibu
4.Presentasikan

10
Supervisi vs Manajemen
kolaborasi
SUPERVISI
MANAJEMEN
Melakukan interaksi terencana Mengorganisasikan dan
dengan pendamping dalam mengkoordinasikan
suatu lingkungan yang aman kegiatan sesuai dengan
dan mendukung sehingga kebijakan tertentu untuk
tercipta suatu proses pencapaian tujuan yang sudah
pembelajaran dan analisis ditentukan
untuk menjamin kualitas
layanan

kolaborasi

11
Komponen Utama dalam Manajemen Kasus
Komponen yang dapat mendukung
praktik/proses manajemen kasus
1kebijakan, hukum, regulasi, dan/atau standar sebagai landasan
Komponen Sistem digunakannya pendekatan manajemen kasus; adanya struktur dan
tugas tim manajemen kasus; adanya sumber daya manusia yang
terampil; adanya praktik supervisi; adanya sumber finansial dan
material yang memadai; adanya keterlibatan anak dan keluarga
hingga adanya manajemen data dan proses monitoring evaluasi.

Komponen Proses
Komponen yang terkait pada aktivitas
langsung penanganan kasus yang
merujuk pada proses/tahapan
penanganan kasus2
2merujuk pada proses/tahapan manajemen kasus
itu sendiri mulai dari kontak awal dan identifikasi
kasus hingga terminasi

12
TAHAP-TAHAP MANAJEMEN KASUS
(Generik)

Identifikasi Masalah/ Pengumpulan Asesmen


Proses Awal Data

Rencana
Terminasi Intervensi

Review Pelaksanaan
Evaluasi Kasus Intervensi

DIREKTORAT PEMBERDAYAAN SOSIAL PERORANGAN, KELUARGA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT


JARINGAN PENANGANAN KASUS/ RUJUKAN
– Contoh

Keluarga
+
Masy.
Polisi

Dinas Sosial Kab. Cianjur


LSM Working Group
DPPPA, Dinkes/RS,
Diknas/Sekolah, Polisi, Biro-biro di
Pemda.
Penyedia Layanan-layanan Sosial
Panti
- SK Walikota
panti
Penyedia Prosedur Penanganan Kasus
Layanan Multilayanan
Sosial
ALUR UTAMA MANAJEMEN KASUS

Unit Layanan untuk


Anak dan Keluarga

LEMBAGA TERMINASI
PERUJUK KASUS

Keluarga + Masy

Panti-panti
Keluarga
Proses Jaringan
LSM KASUS Managemen Rujukan
Alternatif
Kasus
Pengasuhan
Kepolisian Berbasis Keluarga

Social Services
Provider
PROSES AWAL DAN
IDENTIFIKASI KASUS
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
Pengertian

Proses awal dan identifikasi kasus merupakan kesempatan bagi


Peksos/Pendamping menumbuhkan kepercayaan terhadap klien dan
melakukan kontrak layanan secara profesional. Pada proses ini pun
Peksos/Pendamping telah memperoleh informasi awal mengenai permasalahan
klien.

17
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
Kegiatan-kegiatan

Menerima rujukan Melakukan Mempelajari


melalui Manajer koordinasi dengan dokumen calon
Kasus pihak perujuk klien

Mendorong calon Melakukan


Melakukan kontak
klien wawancara singkat
langsung dengan
menyampaikan dengan calon
calon klien
masalahnya singkat

Menentukan
Bila masalah klien Bila klien
apakah calon klien
tidak sesuai, menyepakati,
sesuai/tidak dengan
lakukan rujukan lakukan kontrak
layanan/program
18
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
Tools / Alat yang Digunakan:

diisi oleh orang/lembaga yang merujuk


Formulir rujukan dari pihak lain kasus kepada lembaga kita

Formulir yang menjadi dasar dilakukannya


kontrak/persetujuan untuk pendampingan/penanganan kasus
menjadi klien

Formulir rujukan anak/keluarga digunakan apabila masalah calon klien


dari lembaga kepada pihak lain tidak sesuai dengan kompetensi lembaga
(pada kontak awal) kita dan/atau membutuhkan pihak lain
untuk penanganan awal dan/atau calon
klien tidak bersedia mendapatkan
pelayanan.
19
SIMULASI PROSES
KONTRAK
1.Dipersilahkan kepada dua orang perwakilan Bapak/Ibu
untuk maju ke depan untuk mempraktekan proses
kontrak.
2.Satu orang memerankan sebagai Pekerja Sosial, dan satu
orang memerankan sebagai klien yang mengalami
permasalahan yang telah disepakati oleh peserta lainnya.
3.Mohon kepada peserta lain untuk memperhatikan dan
memberikan komentar di akhir praktik.

20
POIN-POIN PENTING
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
1. Ditandatanganinya kontrak/persetujuan anak maupun kontrak/persetujuan
keluarga untuk menjadi klien adalah hasil yang diharapkan dari proses ini;
2. Pelaksanaan manajemen kasus tidak dapat dilakukan tanpa adanya
kontrak/persetujuan anak maupun keluarga. Sekalipun anak yang tidak
memiliki keluarga, kontrak harus tetap dilakukan yakni kepada wali atau pihak
yang bertanggung jawab atas anak tersebut;
3. Terdapat perbedaan dalam melakukan kontrak dengan calon klien sukarela
(klien yang atas kesadaran sendiri merasa ingin/perlu didampingi) dengan calon
klien tidak sukarela (klien yang dirujuk oleh pihak lain). Hal ini dikarnekaan
klien tidak sukarela belum menganggap memiliki masalah meskipun orang lain
menganggap dirinya memiliki masalah yang harus segera ditangani.

21
PROSES ASESMEN
ASESMEN
Pengertian

Asesmen merupakan tahap pertama dalam


membantu klien bertujuan untuk memberikan
kontribusi terhadap pemahaman yang diperlukan
guna menyusun rencana dan tindakan yang tepat.
(Compton dan Galaway, 1989; Dep. of Health, Dep. for education and
Employment and Home Office, 2000)

23
ASESMEN
Pengertian

• Pengumpulan Informasi
• Analisis data dan Penilaian
–Motivasi
–Kapasitas
–Kesempatan
• Pengambilan Keputusan

24
PROSES ASESMEN
Kegiatan-kegiatan

Untuk klien anak, lakukan Lakukan kunjungan /


Lakukan wawancara /
asesmen menggunakan penjangkauan ke rumah,
diskusi kelompok dengan
permainan / gambar serta sekolah, dan pihak-pihak
klien, orangtua, keluarga,
di tempat yang diinginkan yang relevan dengan
masy, dan pihak lainnya
anak. masalah klien

Susun dan
dokumentasikan berbagai Gunakan tools / alat yang
Lakukan konferensi kasus
informasi yang diperoleh digunakan untuk asesmen
(pencatatan)

Lakukan analisa untuk Meninjau kembali


menentukan rencana asesmen yang telah
intervensi dilakukan

25
PROSES ASESMEN
Tools / Alat yang Digunakan

History Map
Genogram Ecomap Genomap

Mobility Map
Life Road Map

Body Map Napoleon Hills


Genogram adalah sebuah diagram/gambar pohon keluarga yang
GENOGRAM : menunjukkan struktur keluarga hingga dua atau tiga generasi.

• Gambarlah bentuk kotak mewakili laki-laki dan bulat


untuk perempuan. Bila salah satunya telah meninggal
maka tambahkan tanda X pada kotak tersebut.
• Tambahkan nama atau inisialnya serta umur.
• Lanjutkan dengan menambahkan garis penghubung
diantara keduanya yang menunjukkan bahwa mereka
terikat dalam perkawinan. Bila keduanya sudah
bercerai maka tambahkan tanda # ditengah garis.
• Untuk menunjukkan bahwa pasangan tersebut
memiliki anak, tambahkan garis ke bawah sesuai
dengan jumlah anak yang mereka miliki.
• Untuk melengkapi informasi dalam bagan tersebut,
dapat ditambahkan kapan seseorang lahir, meninggal,
menikah, memiliki anak.
• Genogram dapat diperluas sesuai dengan kebutuhan
sampai kepada keluarga besar.
• Genogram juga dapat dikombinasikan dengan
ecomap yang disebut dengan genomap.
Ecomap adalah alat yang digunakan untuk mengetahui hubungan
ECOMAP : seseorang atau suatu keluarga di dalam suatu konteks sosial/
lingkungan sosialnya.

• Gambarlah lingkaran besar ditengah kertas. Lingkaran tersebut


mewakili anggota keluarga.
• Di tengah lingkaran tersebut, tulislah nama anggota keluarga,
relasinya dan umurnya.
• Tanyakan pada keluarga, sistem di luar keluarga yang
mempengaruhi keluarga atau anggota keluarga. Contoh sistem
tersebut misalnya keluarga besar, teman, tempat bekerja, mesjid,
gereja, rumah sakit, tempat olah raga, tempta rekreasi, dll.
• Gambarlah lingkaran yang lebih kecil di luar lingkaran yang pertama
untuk mewakili sistem tersebut dan cantumkan nama sistemnya.
• Langkah berikutnya adalah menggambarkan koneksi antar anggota
keluarga dengan berbagai sistem di lingkungan mereka.
• Koneksi tersebut diindikasikan dengan menggambar garis antara
anggota keluarga/keluarga dengan lingkaran-lingkaran yang mewakili
sistem yang telah diidentifikasi oleh anggota keluarga/keluarga.
Garis dapat digambar mewakili individu atau keluarga secara
keseluruhan. Perbedaan ini pun menunjukkan bagaimana cara
anggota keluarga terhubung dengan lingkungannya.
Makna garis :
• Garis tebal menunjukkan hubungan/koneksi yang kuat
• Tiga garis menunjukkan koneksi yang sangat kuat dan intensif
• Garis putus-putus menunjukkan relasi yang lemah
• Garis zig-zag menunjukkan relasi yang penuh stress dan konflik
Genomap merupakan perpaduan antara genogram dan ecomap yang
GENOMAP : digunakan untuk mengetahui struktur anggota keluarga hingga
hubungan klien dengan lingkungannya.

• Gambarlah genogram seperti yang telah


dijelaskan sebelumnya.
• Gambarkan hubungan klien dengan anggota
keluarga lainnya dengan menggunakan garis.
Adapun makna garis sama dengan makna garis
pada ecomap sebagai berikut.

Makna garis :
• Garis tebal menunjukkan hubungan/koneksi
yang kuat
• Tiga garis menunjukkan koneksi yang sangat
kuat dan intensif
• Garis putus-putus menunjukkan relasi yang
lemah
• Garis zig-zag menunjukkan relasi yang penuh
stress dan konflik
HISTORY MAP: History map merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui
riwayat atau kronologi kasus yang dialami klien

• Gambar garis horizontal dari kiri ke kanan.


• Tulislah tahun lahir klien pada ujung garis sebelah kiri, dan tulislah tahun saat ini pada
ujung garis sebelah kanan.
• Tanyakan tentang peristiwa-peristiwa penting yang tidak terlupakan bagi klien.
• Tuliskan tahun serta ringkasan peristiwa-peristiwa penting yang disebutkan klien secara
berurutan.
• Apabila klien sulit mengingat tahun, pandu klien untuk mengingat “pada usia berapa”
ataupun “pada kelas berapa” klien mengalami peristiwa tersebut. Tetap tuliskan tahun
pada garis dengan mengkonversi usia ataupun kelas yang klien sebutkan.
• Untuk mengetahui sejarah perpindahan ataupun pengasuhan klien, dapat membuat garis
LIFEROAD MAP
Life Road Map merupakan alat
yang digunakan untuk mengetahui
informasi mengenai sejarah
kehidupan klien beserta peristiwa
yang membahagiakan dan yang
menyedihkan

• Gambar garis horizontal dari kiri ke kanan.


• Tulislah tahun lahir klien pada ujung garis sebelah kiri, dan tulislah tahun saat ini pada ujung garis
sebelah kanan.
• Gambarkan gelombang longitudinal dengan garis di tengah gelombang tersebut
• Buat emotion  pada sisi atas garis, dan emotion  pada sisi bawah garis
• Tanyakan tentang peristiwa yang menyedihkan yang pernah dialami klien, kemudian tuliskan tahun
dan ringkasan peristiwa tersebut pada gelombang yang berada di bawah garis.
• Tanyakan tentang peristiwa membahagiakan yang pernah klien alami dan berhasil membuat klien
bangkit dari kesedihan yang klien alami, kemudian tuliskan tahun dan ringkasan peristiwa tersebut
pada gelombang yang berada di atas garis.
• Tanyakan kembali peristiwa menyedihkan yang pernah klien alami yang sempat menggangu peristiwa
membahagiakan yang klien alami, kemudian tuliskan tahun dan ringkasan peristiwa tersebut pada
gelombang yang berada di bawah garis.
• Lakukan hal tersebut di atas berurutan sesuai dengan tahun terjadinya peristiwa tersebut.
MOBILITY MAP: Alat ini digunakan untuk menjelaskan kemana saja mobilitas anak
dalam aktivitas sehari-hari

• Minta klien untuk menggambarkan tempat


tinggal klien saat ini.
• Minta klien untuk menyebutkan tempat /
lokasi yang sering dikunjungi klien.
• Tanyakan kepada klien perpidahan klien dari
tempat tinggal ke tempat / lokasi yang sering
dikunjungi klien.
• Buat garis penghubung antara tempat tinggal
klien saat ini dengan tempat / lokasi yang
sering dikunjungi klien. Sertakan pada pukul
berapa klien berada di tempat / lokasi
tersebut
Alat asesmen untuk mengetahui terjadinya kekerasan pada
BODY
BODYMAP:
MAP: Alat asesmen untuk mengetahui terjadinya kekerasan pada tubuh
tubuh

• Alat ini digunakan untuk mengetahui bagian


tubuh yang mengalami kekerasan baik fisik
maupun seksual
• Sebelum melakukan body map, pastikan klien
telah merasa benar-benar siap untuk
mengingat peristiwa kekerasan yang dialami.
• Mintalah klien untuk membayangkan gambar
yang ada pada kertas merupakan gambaran
dirinya.
• Tanyakan bagian tubuh mana saja yang
disentuh, dipukul, ataupun dilecehkan oleh
pelaku.
NAPOLEON HILLS : Alat ini digunakan untuk mengetahui cita-cita ataupun
harapan anak di masa mendatang

• Alat ini digunakan untuk mengetahui cita-cita


ataupun harapan klien di masa mendatang
• Gambarkan pendidikan / sitausi anak saat ini,
misalnya anak sedang menempuh pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
• Tanyakan kepada klien tentang rencana klien
selanjutnya – minimal 2 rencana, misalnya
setelah klien lulus SMP klien berencana akan
melanjutkan ke SMA atau melanjutkan ke
SMK.
• Minta klien untuk menggambar dua/lebih
cabang terkait rencana klien selanjutnya.
• Minta klien untuk memilih salah satu dari
dua/lebih rencana klien.
• Lakukan kembali poin 1 s.d 4 sampai kita
mengetahui tujuan akhir klien.
SIMULASI PENGGUNAAN
TOOLS
1. Diskusikan ASESMEN
dalam kelompok dan pilih tool asesmen yang
tepat untuk menganalisis kasus berikut
2. Praktikan tool asesmen tersebut
3. Konsultasikan dengan fasilitator apabila mengalami
kesulitan
4. Presentasi hasil asesmen menggunakan tool tersebut

35
KASUS AL
AL (P/9 tahun) merupakan salah seorang anak yang mengalami disabilitas
intelektual sedang (IQ. 60). AL sebelumnya sempat bersekolah di sekolah
umum hingga kelas 1 SD. Akan tetapi, karena AL mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri di sekolah termasuk mengikuti proses pembelajaran dan
berinteraksi dengan teman-temannya, AL memutuskan untuk berhenti
bersekolah di sekolah formal. Gurunya pun mengatakan bahwa kurikulum di
sekolahnya tersebut tidak cocok untuk AL dan tidak adanya guru yang dapat
mengajar Anak Disabilitas.
Ayah AL merupakan seorang petani sayur, dan Ibunya merupakan seorang ibu
rumah tangga. Diakui oleh kedua orangtuanya, bahwasanya mereka sering
merasa malu hingga frustasi karena memiliki seorang Anak Disabilitas. Alhasil,
orang tua AL sering memarahi AL disertai dengan cubitan hingga pukulan yang
membuat AL nampak murung. Orang tua AL biasanya mencubit AL dibagian
paha dan pipi. Sedangkan bagian tubuh AL yang sering dipukul yakni punggung
dan kepala.

36
KASUS AGUS
Agus (L/10 tahun) merupakan anak yang mengalami masalah pengasuhan. Agus
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Andi dan Ibu
Sari. Kakak pertamanya bernama Lili, kakak keduanya bernama Citra, dan adiknya
bernama Badru. Agus tidak terlalu dekat dengan kedua kakaknya dikarenakan
kedua kakak Agus tinggal diluar kota untuk bekerja dan kuliah, sehingga sehari-
hari Agus sangat dekat dengan adiknya. Agus membenci ayah dan ibunya
dikarenakan ayah dan ibunya telah berpisah dan memilih untuk menikah lagi.
Ayahnya menikah dengan Ibu Tini. Dari pernikahannya dengan Ibu Tini, Ayah
kandung Agus memiliki 3 orang anak bernama Dodi, Rita, dan Putri. Agus pun
tidak menyukai ketiga saudara tirinya tersebut. Sedangkan ibunya menikah
dengan Bapak Didi dan belum memiliki anak. Bapak Andi merupakan anak
pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Nenek Romlah dan Kakek Pulan. Kedua
orangtua Bapak Andi telah meninggal Dunia. Adik tertua Bapak Andi bernama
Toni, dan adiknya yang paling kecil bernama Lutfi, Agus sangat dekat dengan
pamannya Toni. Berbeda dengan keluarga Bapak Andi, keluarga Ibu Sari tidak
diketahui keberadaannya. Hal ini dikarenakan Ibu Sari dibesarkan di Panti Asuhan
sejak ia bayi.
37
KASUS JJ

JJ merupakan siswa kelas 5 di salah satu Sekolah Negeri di Daerah Banjaran


Kabupaten Bandung. Diketahui bahwa JJ sering pamit dari rumahnya untuk pergi
ke sekolah, akan tetapi tidak pernah sampai ke sekolah. Menurut informasi dari
teman-temannya, JJ sering berada di Pasar Banjaran bersama tetangganya yang
memiliki delman. Kedua orang tuanya pun sudah menanyakan langsung kepada JJ,
akan tetapi JJ selalu beralasan sudah pergi ke sekolah walaupun sebenarnya tidak
pernah sampai ke sekolah.
Berdasarkan informasi dari teman-temannya pula diketahui bahwa, setiap pagi JJ
tidak pergi ke sekolah melainkan pergi ke rumah tetangganya yang memiliki
delman. Setelah itu, biasanya JJ bersama tetangganya menunggu penumpang di
Pasar Banjaran. Sesekali JJ pergi ke rental komputer di dekat pertokoan di Pasar
Banjaran untuk bermain game online. JJ biasanya kembali ke rumah ketika waktu
pulang sekolah tiba.

38
KASUS RIAN
Rian merupakan anak perempuan berusia 12 tahun akan tetapi tumbuh kembangnya tidak
seperti anak seusianya. Secara fisik, Rian masih terlihat seperti anak usia 5-6 tahun. Selain
penampilan fisik, Rian pun memiliki masalah pendengaran. Rian lahir pada tanggal 8 agustus
2005. Saat memasuki usia 3 bulan, diketahui bahwa Rian mengalami sakit flek. Pada usia
1,5 tahun, ibu Rian menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan menitipkan Kakak Kandung
Rian kepada nenek dari pihak suami, dan menitipkan Rian dengan nenek dari pihaknya.
Sehingga, sejak usia 1.5 tahun Rian diasuh oleh nenek dari pihak ibunya. Pada usia 3 tahun,
Rian memiliki riwayat penyakit panas dan step. Pada tahun yang sama, Ibu Rian kembali ke
Indonesia dan mendapatkan tawaran kerja di Depok sehingga Rian masih diasuh oleh
nenek. Tahun 2010, ibu Rian dibantu majikannya dimana ia bekerja, melakukan
pemeriksaan pendengaran klien di Rumah Sakit. Rian dinyatakan putus pita suara dan
pendengarannya rusak sehingga sampai saat ini Rian memiliki masalah dalam hal
pendengaran. Pada tahun 2011, kedua orang tua Rian bercerai karena terdapat berbagai
latar belakang masalah keluarga sehingga kedua orang tua Rian memutuskan untuk
bercerai. Pada tahun 2016 Ibu RIan berhenti bekerja dan memutuskan untuk kembali ke
kampung halaman untuk merawat dan mengasuh Rian. Hingga saat ini Rian diasuh dan
dirawat oleh ibu kandungnya sejak 1 tahun yang lalu, dan saat ini ibu Rian dan Rian
memutuskan untuk pindah dan mengontrak rumah di daerah Cipanas agar akses ke
sekolah lebih mudah dan lebih dekat.

39
PERENCANAAN INTERVENSI
PROSES PERENCANAAN INTERVENSI
Pengertian

• Rencana intervensi adalah proses kognitif untuk


menentukan sejumlah tindakan untuk mencapai tujuan
dan memecahkan masalah.
• Tujuan disusun secara SMART
Specific (khusus)
Measurable (dapat diukur)
Attainable (dapat dicapai)
Realistic (sesuai kenyataan)
Time bound (dalam batas waktu tertentu)

41
CONTOH TUJUAN INTERVENSI

Kasus : Anak KPM (Agus) tetap menjadi anak jalanan


diajak ibunya dan tidak sekolah
Tujuan : Pada tahun ajaran baru 2018, Agus (10 th) dengan
dukungan ibunya, kembali bersekolah dengan
tingkat kehadiran minimal 85% dari jumlah hari
belajar efektif

Spesifik : Anak kembali bersekolah


Measurable : Anak terdaftar di sekolah dan tingkat kehadirannya min 85%
dari hari belajar
Attainable : Bisa dicapai jika ibunya mendukung. Intervensi pun harus
dilakukan kepada ibunya
Realistic : Dapat dicapai karena agus masih berusia 10 tahun dan
sekolahnya dapat dijangkau
Timebond : Pada tahun ajaran baru 2018
SIMULASI PERUMUSAN RENCANA
INTERVENSI MENGGUNAKAN SMART
1. Bergabung kembali dengan kelompok sebelumnya
2. Rumuskan rencana intervensi menggunakan SMART untuk
menangani kasus tersebut
3. Presentasi rumusan rencana intervensi yang dirumuskan
dalam kelompok

43
KEGIATAN PERENCANAAN INTERVENSI

Konferensi Pertemuan Konferensi


Kasus Keluarga Keluarga
(FGC)
• Peran profesi ↑ • Peran profesi ↑ • Peran profesi ↓
• Peran keluarga “0” • Peran keluarga ↑ • Peran keluarga ↑

44
PROSES PERENCANAAN INTERVENSI
Poin-poin Kunci
1. Hasil yang diharapkan pada proses ini adalah tersusunnya rencana intervensi sesuai
dengan hasil asesmen yang sejalan pula dengan pilihan, keinginan, dan kemampuan
klien, serta teridentifikasinya daftar nama lembaga pemberi dukungan terhadap
pemenuhan kebutuhan kebutuhan klien.
2. Tujuan rencana intervensi harus dinyatakan secara jelas. Gunakan SMART dalam
merumuskan tujuan.
• Spesific – pernyataan tujuan difokuskan pada perilaku yang jelas, misalnya, X akan
kembali bersekolah;
• Measurable – kita dapat mengukur ketika tujuan telah tercapai;
• Action-Orented – fokusnya adalah ada perilaku;
• Realistic – tujuan harus dapat dicapai;
• Time-limited/time-frames – ditetapkan dalam kerangka waktu tertentu, bisa juga
terkait dengan berapa sering atau kapan.

45
PELAKSANAAN INTERVENSI
PROSES PELAKSANAAN INTERVENSI
Pengertian

• pelaksanaan intervensi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi yang


sudah dirumuskan dan dilakukan selaras dengan hasil asesmen sebelumnya
• Intervensi berorientasi pada kegiatan untuk mendorong perubahan individu,
kelluarga, kelompok atau komunitas. Hal ini dilakukan agar dukungan yang
diberikan maupun perubahanyang terjadi dapat dievalluasi dan diukur
tingkat keberhasilannya
• Sesuai dengan asesmen dan konteks manajemen kasus yang
menggabungkan aras mikro, meso dan makro, maka intervensi juga dapat
dikategorikan menurut pendekatan mikro, meso dan makro
• Intervensi mikro merupakan pelayanan atau bantuan langsung kpada anak
dan keluarga untuk kasus demi kasus; Intervensi maeso merupakan
pelayanan atau bantuan bagi keluarga dan kelompok kecil dalam lingkungan
kehidupan anak. Sedangkan intervensi makro menguupayakan perbaikan
dan perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat untuk mendukung
klien dan mencegah terulangnya kasus yang sama
47
MONITORING DAN EVALUASI
PROSES MONITORING EVALUASI
Pengertian

• Monitoring dan evaluasi adalah upaya untuk mengetahui keberhasilan dari


pelaksanaan intervensi.
• Pada proses ini, Peksos/Pendamping harus melibatkan klien dan keluarga
dengan memberikan penilaian terhadap keberhasilan dan manfaat
pelayanan yang diterimanya serta pelayanan yang telah diberikan
Peksos/Pendamping itu sendiri

49
Indikator Utama dalam Monitoring dan Evaluasi

Keselamatan Permanen

Kesejahteraan

Terminasi

50
TERMINASI
PROSES TERMINASI
Pengertian

• Terminasi adalah proses pengakhiran seluruh rangkaian proses manajamen


kasus. Terminasi pun dapat diartikan sebagai pemutusan relasi pertolongan
antara Peksos/Pendamping dengan klien dan pihak-pihak yang terlibat
dalam seluruh rangkaian proses manajemen kasus.

52
PROSES TERMINASI
Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan

• Perencanaan terminasi, dimana Peksos/Pendamping berkonsultasi dengan


supervisor untuk menentukan apakah kasus sudah layak diterminasi/tidak.
Apabila supervisor menilai layak untuk dilakukan terminasi, maka
Peksos/Pendamping menyampaikan rencana intervensi kepada klien dan
keluarga
• Pelaksanaan terminasi, dimana Peksos/Pendamping melakukan
pengakhiran layanan yang disaksikan oleh supervisor, manajer kasus, dan
pihak perujuk. Pelaksanaan terminasi diawali dengan pembacaan formulir
terminasi oleh Peksos/Pendamping (contoh formulir terdapat pada
lampiran), yang dilanjutkan dengan mendengarkan kesan-kesan klien, dan
diakhiri dengan penandatanganan formulir oleh klien, Peksos/Pendamping,
dan para saksi

53
PROSES TERMINASI
Poin-poin Kunci
1. Terminasi dapat menghasilkan reaksi emosional pada klien karena relasi yang dekat
telah terjalin antara Peksos/Pendamping dengan klien. Reaksi tersebut dapat bersifat
positif atua negatif. Klien kemungkinan merasa senang atau puas atas kerjasama yang
berhasil. Sebaliknya, klien juga mungkin merasa tidak puas, tidak senang, sedih, atau
marah karena merasa akan ditinggalkan.
2. Untuk kasus-kasus tertentu dikenal dengan istilah terminasi sepihak, yakni terminasi
yang hanya dilakukan oleh Peksos/Pendamping atas persetujuan supervisor yang
dilakukan karena situasi-situasi tertentu seperti klien: meninggal dunia, tidak
diketahui keberadaannya, ataupun menolak untuk didampingi. Pada situasi ini,
Peksos/Pendamping harus membuat surat pernyataan ataupun justifikasi mengenai
alasannya dilakukan terminasi sepihak. Surat pernyataan ataupun justifikasi ini harus
atas persetujuan dan ditandatangani oleh supervisor.

54

Anda mungkin juga menyukai