PEMBIMBING:
NIKE VONIKA, M.Kesos
Oleh:
M. RAFI ASIDIQI
NRP. 20.04.219
NRP : 20.04.219
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Pekerjaan Sosial
Program Sarjana Terapan
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung,
i
KATA PENGANTAR
ii
9. Kepada Orang Tua dan Saudara Praktikan yang telah memberikan dukungan
dan semangat.
Praktikan mengucapkan terima kasih dan rasa syukur atas segala
dukungan dan bimbingannya. Tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari
Ayah, Ibu dan keluarga, praktikan tidak dapat menyelesaikan kegiatan
Praktikum I Laboratorium ini dengan baik. Semoga segala kebaikan dan
keikhlasan dari pihak-pihak tersebut yang telah memberikan mendapatkan
balasan dari AllahSWT
Bandung, April 2023
M. Rafi Asidiqi
2004219
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.1 Kajian Teknologi Aras Mikro..................................................45
2.2.2 Kajian Teknologi Aras Messo .................................................50
2.2.3 Kajian Teknologi Aras Makro .................................................50
BAB III ...................................................................................................54
PERANCANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ....................54
3.1 Praktik Aras Mikro ........................................................................54
3.1.1 Penerapan Engagement, Intake, Contract ...............................54
3.2 Praktik Aras Messo .......................................................................69
3.3 Praktik Aras Makro .......................................................................91
BAB IV .................................................................................................109
PENUTUP ............................................................................................109
4.1 Simpulan Praktik Aras Mikro, Messo, dan Makro ......................109
4.2 Saran Praktik Laboratorium (Aras Mikro, Messo, Makro).........112
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................114
LAMPIRAN .........................................................................................115
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
perilaku manusia; tentang institusi-institusi sosial, ekonomi, dan kultural; dan
tentang interaksiantara semua faktor ini.
2
oleh individu. Kalau terjadi ketidak seimbangan antara keduanya maka terjadilah
suatu permasalahan.
3
Kelurahan Mekarwangi berada pada ketinggian 768,00 m diatas permukaan air
laut. Suhu maksimum dan minimum di Kelurahan Mekarwangi berkisar 29℃,
sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar 2.400 mm/th dan jumlah hari dengan
curah hujan yang terbanyak sebesar 60 hari. Secara administratif Kelurahan
Mekarwangi dibatasi oleh :
1) Bagian Selatan : Desa Cangkuang Kab. Bandung
2) Bagian Utara : Kelurahan Kebonlega
3) Bagian Timur : Kelurahan Wates dan Kelurahan Karasak
4) Bagian Barat : Kelurahan Cibauyut Wetan
4
Tabel 1.1 Data Jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kelurahan
Mekarwangi Tahun 2023.
(%)
1 Anak jalanan 2 1%
3 Lansia terlantar 2 1%
5
mendorong seseorang untuk melakukan tindak yang bisa saja merugikan, dan dari
masalah kemiskinan bisa menimbulkan masalah- masalah lain yang bisa
mempengaruhi masa kedepannya.
1.2.1 Karakteristik Fakir Miskin
Menurut Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 08 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, kriteria Fakir Miskin adalah
sebagai berikut:
1. Faktor individual
2. Faktor sosial.
3. Faktor kultural
Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara
khusus sering menunjuk pada konsep "kemiskinan kultural" atau "budaya
6
kemiskinan" yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup
mentalitas. Penelitian Oscar Lewis di Amerika Latin menemukan bahwa
orang miskin memiliki sub-kultur atau kebiasaan tersendiri yang berbeda
dengan masyarkat kebanyakan (Suharto, 2006 Sikap-sikap "negatif seperti
malas, fatalisme atau menyerah pada nasib, tidak memiliki jiwa wirausaha,
dan kurang mengha etos kerja, misalnya, sering ditemukan pada orang-orang
miskin.
4. Faktor structural
Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak
accessible sehingga menyebkan seseorang atau sekelompok orang menjadi
miskin. Sebagai contoh, sistem ekonomi neoliberalisme yang diterapkan
Indonesia telah menyebabkan para petani, nelayan, dan pekerja sektor
informal terjerat oleh, dan sulit keluar dari, kamiskinannya. Sebaliknya,
stimulus ekonomi, pajak dan iklim investasi menguntungkan orang kaya dan
pemodal asing untuk terus menumpuk kekayaan.
1.3 Maksud dan Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum laboratorium adalah:
1. Tujuan umum
7
c. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan
pengetahuan, dan keterampilan dalam melakukan penyuluhan sosial.
8
dan keterampilan dalam melakukan analisis sumber daya sosial khususnya
yang berkaitan dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS),
Potensi dan Sumber Kesejahteran Sosial (PSKS), serta kebijakan dan program
penaggulangan masalah kesejahteraan sosial yang ada di Kelurahan
Mekarwangi Kecamatan Bojong Loa Kidul Kota Bandung.
9
Pembekalan praktikum laboratorium dilaksanakan secara luring di dalam
Auditorium pada tanggal 1 Februari – 3 Februari 2023 penyampaian pembekalan
dari Lembaga Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Laboratorium Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung juga beberapa pemateri eksternal.
1.6.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap lapangan praktikum laboratorium dilaksanakan pada 8 Februari - 15 April
2023. Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti dalam praktikum laboratorium,
tahapan atau kegiatan yang mahasiswa lakukan pada saat berada di lokasi
praktikum adalah:
1.6.2.1 Praktikan mengunjungi Kelurahan Mekarwangi pada hari Rabu, 11
Februari 2023 pukul 08.00 WIB untuk memperkenalkan diri dan meminta
izin untuk pelaksanaan kegiatan praktikum. Praktikan menyerahkan surat
pemberitahuan pelaksanaan praktikum dan surat Kesbangpol.
1.6.2.2 Menjalin dukungan dengan aparat Kelurahan Mekarwangi dan Karang
Taruna terhadap rencana kerja praktikan. Praktikan mengunjungi aparat
kelurahan mulai dari Sekretaris Lurah, Sie Kesos, Karang Taruna, PKK,
Puskesos.
1.6.2.3 Membangun relasi profesional dan bersilaturahmi dengan populasi
kelompok sasaran (population target group) dan lingkungan sosialnya
sekaligus memperkenalkan diri kepada Ketua RW di Kelurahan
Mekarwangi.
1.6.2.4 Melaksanakan identifikasi dan verifikasi data Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS), Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS), dan Kebijakan dan Program Kesejahteraan Sosial yang ada di
Kelurahan Mekarwangi melalui kegiatan home visit dengan cara
melakukan wawancara kepada ketua RW, Kader PKK, Tokoh Masyarakat,
dan didampingi bersama Karang Taruna
1.6.2.5 Melaksanakan Asesmen yang berkaitan dengan fokus masalah yang dipilih
praktikan di aras mikro, messo, dan makro.
1.6.2.6 Melakukan penyusunan laporan hasil Praktikum laboratorium.
10
1.6.3 Tahap Pasca Lapangan
Tahap pascalapangan dilakukan bimbingan penulisan dan penyusunan laporan
selama kurang lebih seminggu dan selanjutnya di adakan ujian lisan praktik pada
tanggal 2 - 3 Mei 2023. Pengumpulan laporan akhir setelah mendapat persetujuan
pembimbing ke sekretariat laboratorium Prodi Pekerjaan Sosial paling lambat
tanggal 19 Mei 2023.
1.6.4 Keluaran
1. Pelaksanaan Engagment, Intake dan Contract
2. Pelaksanaan Asesmen
11
1.7 Proses Supervisi
Tabel 1.2 Proses Supervisi
Proses Supervisi
2 23 1. Membahas mengenai
Februari progres tahap EIC (engagement,
2023 intake, contract).
12
4 27 April Bimbingan perihal laporan
2023 praktikum 1 Laboratorium melalui
media zoom.
13
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL
2.1 Kajian Konseptual Tentang Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Berdasarkan buku Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
tahun 2008, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah
seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan,
kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga
tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara
memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, atau gangguan tersebut dapat berupa
kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan,
keterasingan/ketertinggalan, dan bencana alam maupun bencana sosial.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) merupakan penyebutan istilah untuk
kelompok sasaran yang diprioritaskan dari pembangunan kesejahteraan sosial
(PKS). PPKS terdiri dari kelompok-kelompok yang kurang beruntung
(disadvantage groups).
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun
2012 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PMKS
adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun
sosial secara memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial maupun perubahan lingkungan (secara
mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan. Menurut Kementerian
Sosial RI, saat ini tercatat ada 26 jenis PMKS dengan batasan pengertian sebagai
berikut:
1. Anak Balita Terlantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun ke bawah
yang ditelantarkan orang tuanya dan/atau berada di dalam keluarga tidak
mampu oleh orang tua/keluarga yang tidak memberikan pengasuhan,
14
perawatan, pembinaan dan perlindungan bagi anak sehingga hak-hak dasarnya
semakin tidak terpenuhi serta anak dieksploitasi untuktujuan tertentu.
Kriteria:
d. Anak balita yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang
tua/keluarga;
e. Anak balita yang dieksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang
disalahgunakan orang tua menjadi pengemisdi jalanan; dan
2. Anak Telantar adalah Seorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan
18 (delapan belas) tahun, meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan
ditelantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari
orang tua/keluarga.
Kriteria:
3. Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah orang yang telah berumur
12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun,
meliputi anak yang disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan
tindak pidana dan anak yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat
dan/atau mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
Kriteria :
a. Disangka;
15
b. Didakwa; atau
c. Dijatuhi pidana
4. Anak Jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja
di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang
menghasilkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari.
Kriteria:
Kriteria :
16
a. Anak (laki-laki/perempuan) dibawah usia 18 (delapan belas) tahun;
b. Sering mendapat perlakuan kasar dan kejam dan tindakan yangberakibat
secara fisik dan/atau psikologis;
c. Pernah dianiaya dan/atau diperkosa;dan
d. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauannya)
Kriteria:
17
dan
10. Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan
sosial atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar
perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau
jasa.
Kriteria :
a. Menjajakan diri di tempat umum, di lokasi atau tempat pelacuran seperti
rumah bordil, dan tempat terselubung seperti warung remang-remang,
hotel, mall dan diskotek;dan
11. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak
sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta
mengembara di tempat umum.
18
Kriteria :
a. Tanpa Kartu Tanda Penduduk(KTP);
b. Tanpa tempattinggal yang pasti/tetap;
c. Tanpa penghasilanyang tetap; dan
d. Tanpa rencanahari depan anak-anaknya maupun dirinya.
Kriteria :
19
Kriteria :
a. Gangguan keberfungsian sosial;
b. Diskriminasi;
c. Marginalisasi; dan
d. Berperilaku seks menyimpang.
Kriteria :
20
sepengetahuan dokter yang berwenang.
Kriteria:
c. Mengalami penelantaran;
Kriteria :
a. Mengalami perlakuan salah;
b. Mengalami penelantaran;
c. Mengalami tindakan eksploitasi;
21
d. Mengalami perlakuan diskriminasi; dan
e. Dibiarkan dalam situasi berbahaya.
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) adalah pekerja migran
internal dan lintas sosial yang mengalami masalah sosial, baik dalam bentuk
tindak kekerasan, penelantaran, mengalami musibah (alam dan sosial) maupun
mengalami disharmoni sosial karena ketidakmampuan menyesuaikan diri di
sosial tempat bekerja sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu.
Kriteria :
a. Pekerja migran domestik;
b. Pekerja migran lintas negara;
c. Eks pekerja migran domestik dan lintas negara;
d. Eks pekerja migran domestik dan lintas negara yang sakit, cacat dan
meninggal dunia;
e. Pekerja migran tidak berdokumen (undocument);
f. Pekerja migran miskin;
g. Mengalami masalah sosial dalam bentuk :
1) Tindak kekerasan;
2) Eksploitasi;
3) Penelantaran;
4) Pengusiran (deportasi);
21. Korban Bencana Alam adalah orang atau sekelompok orang yang menderita
atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antaralain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, topan, dan tanah longsor
terganggu fungsi sosialnya.
Kriteria :
22
Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami:
22. Korban bencana sosial adalah orang atau sekelompok orang yang menderita
atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan sosial.
Kriteria :
c. Dampak psikologis.
23
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dengan berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh perempuan rawan sosial ekonomi yang disebabkan oleh
berbagai faktor membuat mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak. Mereka dituntut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya sehari-hari. Dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh
perempuan rawan sosial ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
maka akan menimbulkan dampak yang negatif baik terhadap diri, keluarga
maupun lingkungan, seperti : timbulnya keterlantaran anak, baik dari segi
pendidikan, kesehatan, maupun pertumbuhan fisik dan mentalnya yang akan
mempengaruhi masa depannya.
24. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
25. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis adalah keluarga yang hubungan
antar anggota keluarganya terutama antara suami-istri, orang tua dengan anak
kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan
dengan wajar.
Macam-macam permasalahan sosial-psikologis keluarga yang menyebabkan
keluarga menjadi bermasalah menurut Kilpatrick dan Holland, 2003 (dalam
Lestari: 56, 2012)adalah sebagai berikut:
a. Ketidakpuasan hubungan sosial, seperti hubungan perkawinan suami-
istri, hubungan orang tua-anak, hubungan diantara anak- anak dan
hubungan dengan mertua.
b. Konflik antar pribadi yang terjadi antar anggota keluarga seperti pada
masalah ketidakpuasan, hanya sifatnya lebih berat. Konflik ini dapat
mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan, baik yang bersifat
fisik,seksual, emosional, psikologis, sosial dan ekonomi oleh pihak yang
lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah.
24
meninggal, atau pencari nafkah utama kehilangan pekerjaan atau ditahan
secara mendadak yang dapat menghambat sumberpenghidupan dalam
keluarga.
d. Kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan peran-peran, misalnya pasangan
suami-istri baru yang masih muda tanpa persiapan dan tanpa dukungan
sosial keluarga, kelahiran bayi, kehadiran mertua, anak-anak yang kedua
orang tuanya meninggal atau mendapat kecelakaan dan lainnya.
e. Reaksi emosional berlebihan terhadap kemalangan seperti mengalami
duka cita mendalam (grivieng) yang terus menerus karena kematian
orang yang sangat dicintai atau meninggalnya pencari nafkah/tulang
punggung keluarga. Terlebih kehilangan sosok suami atau pencari nafkah
utama dalam keluarga.
f. Masalah-masalah transisi sosial yaitu keluarga atau salah satu anggota
keluarga pindah tempat tinggal lingkungan kerja atau lingkungan sekolah
baru yang sangat berbeda dari tempat tinggal, atau lingkungan kerja atau
lingkungan sekolah sebelumnya.
g. Masalah-masalah yang berkaitan dengan organisasi formal seperti
kesulitan dalam membayar biaya sekolah, biaya pengobatan di rumah
sait, masalah dengan aparat keamanan dan lainnya.
h. Masalah distribusi sumber daya yang tidak merata misalnya bantuan
sosial kepada fakir miskin yang tidak merata sepertikasus raskin, pkh, blt,
bos, dan lainnya.
i. Masalah pelanggaran hak azasi dan perlakuan tidak adil dari pihak-pihak
tertentu, termasuk dari pihak pemerintah misalnya penggusuran tanah
hak milik dengan ganti rugi yang tidak memadai dari pihak tertentu.
26. Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat
sosial dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan baik sosial ekonomi maupun politik.
25
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang mendasar yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini. Hal tersebut ditandai dengan adanya
berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan diri si miskin. Soerjono Soekanto
(2007:21) mengarartikan “Kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendirisesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut”.
Piven dan Cloward (1993) dan Swanson (2001) dalam Suharto (2009),
misalnya menunjukkan bahwa kemiskinan berhubungan dengan kekurangan
materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial. Dengan demikian
menurut Suharto (2009:16) bahwa pada hakikatnya :
26
perumahan,air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa
aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
27
memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan
publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.
Pengartian kemiskinan berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan
Kemiskinan (SNPK, 2005) telah dinyatakan bahwa kemiskinan merupakan sebuah
kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun
perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dari berbagai pengertian diatas
dapat disimpulkan kemiskinan sesungguhnya bukan semata-mata kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau standar hidup layak,
namun lebih dari itu, esensi kemiskinan adalah menyangkut kemungkinan atau
probabilitas orang atau keluarga miskin untuk melangsungkan dan
mengembangkan taraf kehidupannya.
28
dilakukan secara bersama-sama oleh orang-orang miskin. Penyebab utama
kemiskinan pada pandangan ini adalah mentalitas yang berorientasi pada apa yang
dapat dinikmati pada hari ini, dan cenderung tidak menerima perubahan.
2) Teori Fungsionalis
Teori fungsionalis memandang kemiskinan sebagai akibat dari
ketidakberfungsian ekonomi. Perkembangan industrialisasi telah menghancurkan
sistem ekonomi. Contohnya, kelompokyang tidak memiliki keahlian dipaksa untuk
melakukan pekerjaan kasar dengan upah rendah. Ketika tenaga manusia telah
digantikan oleh mesin dan teknologi.
3) Teori Konflik
Teori ini memandang bahwa masyarakat modern memiliki begitu banyak
kemakmuran. Karenanya, kemiskinan ada karena struktur kekuatan menginginkan
untuk ada. Mereka memandang bahwa kelompok pekerja miskin telah
dieksploitasi serta dibayar dengan upah yang rendah agar kelompok kaya dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar dan lebih makmur. Kelompok pekerja
kaya menentang program penghapusankemiskinan.
29
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan keadaan miskin yang diakibatkan oleh
ketidak mampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan
pokoknya, seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan
lain-lain. Kemiskinan absolut dapat diartikan juga sebagai kondisi di mana
seseorang atau keluarga memiliki pendapatan tetapi tidak mencukupi untuk
pemenuhan kebutuhan minimumnya sehari-hari secara efisien.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah keadaan miskin yang dialami individu atau
kelompok dibandingkan dengan ‘kondisi umum’ suatu masyarakat. Pengertian
kemiskinan relatif menurut BPS (2008) adalah “suatu kondisi miskin karena
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh
lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan”.
BPS mengemukakan bahwa standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup
suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk
miskin.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang mengacu pada sikap, gaya
hidup, nilai, orientasi sosial budaya seseorang atau masyarakat yang tidak sejalan
dengan etos kemajuan (masyarakat modern). Menurut BPS (2008), kemiskinan
kultural diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang
membelenggu seseorang tetap melekat dengan indicator kemiskinan. BPS
berpendapat bahwa indikator tersebut seyogyanya bisa dikurangi atau bahkan
secara bertahap dapat dihilangkan dengan mengabaikan faktor-faktor adat dan
budaya tertentu yang menghalangi seseorang untuk melakukan perubahan ke arah
tingkat kehidupan yang lebih baik.
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang diakibatkan oleh
ketidak beresan atau ketidakadilan struktur, baik struktur politik, sosial, maupun
ekonomi yang tidak memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
menjangkau sumber-sumber penghidupan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
30
Menurut Suyanto dalam BPS (2008 : 7 – 8), kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi struktur atau
tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan. Kemiskinan dalam kondisi struktur
demikian tidak disebabkan oleh faktor-faktor yang alami atau faktor-faktor pribadi
dari orang miskin itu sendiri melainkan oleh sebab tatanan sosial yang tidak adil.
Tatanan yang tidak adil ini menyebabkan banyak masyarakat gagal untuk
mengaksessumber- sumber yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya
maupun untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
David Cox (2004:1-6) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi :
2.1.1.4.4.1 Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan
pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju.
Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh
persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
2.1.1.4.4.2 Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan
subsisten (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan
(kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),
kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan
kecepatan pertumbuhan perkantoran).
2.1.1.4.4.3 Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-
anak dan kelompok minoritas.
2.1.1.4.4.4 Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-
kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik,
bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.
1) Faktor individual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik dan
psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh perilaku, pilihan, atau
kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya.
31
2) Faktor sosial. Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang
menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, gender, etnis yang
menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah
kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan
kemiskinan antar generasi.
32
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
variabel yang digunakan BPS dalam menentukan ukuran kemiskinan sebanyak 14
variabel, seperti: kondisi perumahan, kemampuan daya beli, pendidikan,
pekerjaan serta aset rumah tangga/keluarga. Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun nonmakanan yang bersifat
mendasar.
33
tangga miskin, urutan rumah tangga miskin berdasarkan tingkat keparahannya di
kabupaten/kota, dan klasifikasi rumah tangga miskin bila digolongkan menjadi
sangat miskin, miskin, dan hampir miskin. Pendataan dilakukan dalam unit
wilayah Satuan Lingkungan Setempat (SLS) sebagai basis wilayah kerja. SLS
terkecil di wilayah Indonesia pada umumnya adalah rukun tetangga (RT), atau
banjar di Bali, jurong di Sumatra Barat, dan kampung atau dusun di wilayah yang
belum menggunakan RT.
34
menggunakan satu jamban;
35
mahluk sosial dan tidak melulu makhluk ekonomi yang ada di dalam Soetarso
(1997:40) dikutip dari Richard M. Titmuss, Social Policy : An Introduction,
George Allen & Unwin Ltd., London, 1974, hal 23-24). Sedangkan Alfred J.
Kahn memberikan rumusannya tentang rumusan kebijaksanaan sosial dalam
kaitanya dengan tugas-tugas perencanaan sosial : “Bagi seorang perencana,
kebijaksanaan adalah suatu ‘rencana dasar’, suatu ‘pedoman untuk pengambilan
keputusan di masa yang akan datang’, atau suatu ‘garis berkelangsungan dari
keputusan-keputusan seseorang.’ Kebijaksanaan sosial dapat diartikan sebagai
unsur-unsur dasar yang sama dari keputusankeputusan dan dorongan-dorongan
untuk bertindak sehubungan dengan programprogram kesejahteraan sosial atau
pelayanan sosial yang berada di dalam Soetarso (1997:40) yang dikutip dari
(Alfred J. Kahn, Social Policy and Social Servides, hal. 69)
36
penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori fakir miskin serta anak terlantar
wajib di bantu pemerintah, pemerintah wajib memikirkan fakir miskin dan anak
terlantar untuk bisa bekerja atau berwiraswasta supaya mendapat penghasilan
untuk kebutuhan hidup sehari hari, dengan harapan bisa mandiri dan lepas dari
ketergantungan bantuan pemerintah. Jangan sampai kemiskinan di negeri ini tak
pernah selesai penanganannya. Berikut usaha pemerintah yang berada di dalam
program-program upaya pemerintah untuk menanggulangi fakir miskin.
1. Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang diberikan kepada
keluarga yang memiliki anak usia sekolah, lanjut usia, orang dengan
kedisabilitasan, maupun ibu hamil. Program ini memberikan bantuan berupa
fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Tujuan PKH adalah untuk
mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung
peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. KPM akan menerima
bantuan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 bulan. Bantuan
yang diterima dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
kebutuhan akan makanan.
2. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT merupakan bantuan yang
diberikan kepada KPM berupa bahan makanan. Bantuan ini diberikan seiap satu
bulan dengan menggunakan kartu ATM khusus. Dengan metode elektronik,
bantuan dapat ditukar lewat E- Waroeng KUBE PKH. Bantuan yang dapat
ditukarkan adalah beras 8 kg, 1 kg ayam, serta sayur-mayur. Adanya BPNT
bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran serta memberikan nutrisi yang
lebih seimbang kepada keluarga penerima manfaat secara tepat sasaran dan tepat
waktu.
3. Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Kartu Indonesia Pintar (KIP) merupakan program berbentuk pemberian
bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah. KIP diperuntukkan siswa
yang berasal dari keluarga miskin, rentanmiskin: pemilik Kartu Keluarga Sejahtera
37
(KKS) dan peserta Program Keluarga Harapa (PKH), yatim piatu, penyandang
disabilitas, korban bencana/musibah. Hal ini bertujuan untuk membantu anak-
anak usia sekolah dari keluarga miskin/ rentan miskin agar tetap mendapatkan
layanan pendidikan sampai tamat pendidikan menengah, baik melalui jalur formal
maupun pendidikan non formal. Dengan program ini pemerintah berupaya
mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah, dan diharapkan dapat
pula menarik siswa putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikannya.
Penerima bantuan Kartu Indonesia Pintar merupakan anak yang masih sekolah,
dengan kriteria merupakan berasal dari keluarga miskin, dan mendaftarkan ke
sekolah dan pihak sekolah yang akan membantu. Jika warga yang memiliki anak
sekolah yang menginginkan bantuan Kartu Indonesia Pintar dianjurkan untuk
berkoordinasi dengan pihaksekolahnya masing – masing.
4. Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah kartu yang memberikan jaminan
kesehatan kepada masyarakat agar mendapatkan pelayanan kesehatan secara
gratis. KIS dapat berfungsi pada setiap fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjut. Sebelumnya, KIS dikenal dengan nama BPJS Kesehatan, namun
kini telah mengalami perluasan menjadi KIS. Para penerima Kartu Indonesia Sehat
PBI (Penerima Bantuan Iuran) dapat memeriksakan kesehatannya jika sedang sakit
dan membutuhkan perawatan medis dengan gratis atau mendapatkan keringanan
biaya.
5. PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan
Kewilayahan)
38
yang dikelola RW, PKK, Karang Taruna dan LPM se-Kota Bandung yaitu
sejumlah Rp. 100.000.000,00 per tahun. Tim Penggerak PKK mengalokasikan
dana pada pelatihan yang dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas SDM
yang ada, dan mengadakan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi
masyarakatnya. LPM dan Karang Taruna juga mengalokasikan dana untuk hal-hal
yang bermanfaat bagi masyarakat melalui pembangunan dan pemberdayaan
kewilayahan, serta program kesejahteraan masyarakat.
6. RTLH (Rumah Tidak Layak Huni)
Program RTLH merupakan bantuan yang diberikan kepada keluarga yang
memiliki rumah yang tidak layak untuk dihuni. Bantuan yang diterima penerima
manfaat berupa bahan bangunan yang akan digunakan untuk memperbaiki kondisi
rumah.
39
seperti sekolah, pusat- pusat perawatan anak, penempatan-penempatan
tenagakerja, dan program-program tenaga kerja. Orang juga terkait dengan
badan- badan pemerintah dan pelayanan-pelayanan umum lainnya, seperti
perpustakaan umum, kepolisian, tempat-tempat rekreasi dan pelayanan
perumahan.
2.1.1.12 Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PSKS
adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat
berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. (Pasal 1 ayat 4, Peraturan Menteri Sosial
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kesejahteraan Sosial). Jenis PSKS adalah sebagai
berikut:
1. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga
pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan
sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman Praktik pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas- tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.
2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah warga masyarakat yang atas dasar
rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa
kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela
mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.
3. Taruna Siaga Bencana (Tagana) adalah seorang relawan yang berasal dari
masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan
bencana.
4. Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya disebut LKS adalah organisasi
sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
5. Karang Taruna adalah Organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan
sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan
40
untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan
terutama bergerak di bidang usahakesejahteraan sosial.
6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga selanjutnya disebut (LK3)
adalah Suatu Lembaga/Organisasi yang memberikan pelayanan konseling,
konsultasi, pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi
dan pemberdayaan bagi keluarga secara profesional, termasuk merujuk
sasaran ke lembaga pelayanan lain yang benar-benar mampu memecahkan
masalahnyasecara lebih intensif.
a. Keluarga pioner adalah keluarga yang mampu mengatasi masalahnya
Penyuluh Sosial Fungsional adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
mempunyai jabatan ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, wewenang,
untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
b. Penyuluh Sosial Masyarakat adalah tokoh masyarakat (baik dari tokoh
agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda) yang diberi tugas,
tanggung jawab wewewang dan hak oleh pejabat yang berwenang
bidang kesejahteraan sosial (pusat dan daerah) untuk melakukan
kegiatan penyuluhan bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
dengan cara-cara efektif dan bisa dijadikan panutan bagi keluarga
lainnya.
41
sosial di kecamatan.
11. Dunia usaha adalah organisasi yang bergerak di bidang usaha, industri atau
produk barang atau jasa serta Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, serta/atau wirausahawan beserta jaringannya yang peduli dan
berpartisipasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai wujud
tanggung jawab sosial.
2.1.1.13 Pengertian Pekerjaan Sosial
42
4. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakan sosial (dalam Zastrow, 2008)
43
2. Tahap Assesment
Pada tahap ini pekerja sosial harus mengevaluasi kembali semua kegiatan
pertolongan yang telah dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilannya,
kegagalannya atau hambatan-hambatan yang terjadi. Ada dua aspek yang
harus dievaluasi oleh klien, yaitu tujuanhasil dan tujuan proses.
6. Tahap Terminasi
44
dialihkan ke lembaga-lembaga atau tenaga ahli lainnya yang lebih
berkompeten.Pembagian kerja yang jelas akan mempermudah pelaksanaan
pelayanan sosial sampaipada tujuan yang diharapkan.
2.2 Kajian Teknologi Aras Mikro, Mezzo, dan Makro
2.2.1 Kajian Teknologi Aras Mikro
Intervensi mikro adalah keahlian pekerja sosial untuk mengatasi masalah
yang dihadapi individu. Masalah sosial yang ditangani umumnya berkenaan
dengan problem psikologis, seperti stress dan depresi, hambatan dengan relasi,
penyesuaian diri, kurang percaya diri, keterasingan. Metode yang diterapkan
dalam setting ini adalah terapi perseorangan (casework).
Social case work adalah metode pemberian bantuan kepada orang yang
didasarkan atas pengetahuan, pemahaman, serta penggunaan teknik- teknik secara
terampil yang diterapkan untuk membantu orang-orang guna memecahkan
masalahnya dan mengembangkan dirinya. (Wibhawa Budhi,2010:97). Metode
social case work bersifat individual karenanya dikatakan pendekatan mikro yaitu
membantu individu-individu yang memiliki masalah, baik yang bersifat eksternal
yakni masalah yang berasal dari lingkungan sosialnya, atau masalah yang bersifat
internal, atau yang berasal dari dalam dirinya sendiri.
2. Ventilasi (ventilation)
45
Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan sikap klien,
mengingat perasaan dan sikap klien tersebut dapat mengurangi/mengganggu
keberfungsiannya. Tujuan ventilasi adalah untuk menjernihkan emosi yang
tertekan karena dapat menjadi penghalang bagi suatu gerakan yang positif.
Dengan membantu klien menyatakan perasaannya maka pembimbing
kemasyarakatan dapat lebih siap melaksanakan tindakan pemecahan.
3. Dorongan (support)
4. Reasuransi (reassurance)
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa
situasi yang diperjuangkannya dapat dicapai pemecahannya dan ia mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Reassurance
merupakan teknik yang tepat karena hampirsemua situasi kehidupan manusia dapat
diubah melalui beberapa penyesuaian, meskipun fakta atau masalah itu sendiri
tidak dapat diubah. Reassurance harus dibuat dengan realistik dan tidak dapat
dilakukan terhadap kenyataan yang tidak benar.
5. Konfrontrasi (confrontation)
46
6. Konflik (conflict)
Konflik merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, klien membutuhkan pengetahuan
bagaimana mengatasi konflik apabila terjadi perbedaan. Resolusi konflik
bergantung pada pertimbangan rasional. PK harus menyadari faktor emosi klien
dan memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan emosi tersebut
serta harus dapat menggunakan kekuatan untuk kompromi. Dengan cara begitu,
klien dapat menerima pemecahan masalah untuk mencapaiperubahan yang lebih
baik.
7. Manipulasi (manipulation)
8. Universalisasi (universalization)
47
itu, pemberian bimbingan yang berhubungan dengan upaya meningkatkan suatu
gagasan, didasarkan pada pendapat atau gambaran dari pengetahuan profesional.
Oleh karena itu, bimbingan merupakan pertimbangan tentang resolusi atau
rencana. Nasihat akan sangat membantu apabila digunakan untuk mencapai tujuan
klien yang lebih baik.
Penghargaan diberikan kepada klien yang bertingkah laku baik dan hukuman
diberikan kepada klien yang bertingkah laku buruk. Pemberian penghargaan dan
hukuman merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku.
48
1) BPSS
Teknik Assessment BPSS (Biopsychosocial Spriritual Assessment)
merupakan teknologi yang digunakan pada tahap asesmen untuk mengetahui
dinamika keberfungsian klien yang ditinjau dari aspek Biologis, Psikologis, Sosial
dan Spritual dan aspek-aspek yang diassessment disesuaikan dengan konteks
permasalahan yang dialami klien. Apabila assessment berfokus pada aspek
biologis-psikologi-sosial, maka pekerja sosial dapatmenerapkan assessment model
BPS (Biopsychosocial Assessment). Jika ditambahkan aspek spiritual dari ketiga
aspek tersebut, maka pekerja sosial dapat menerapkan assessment model BPSS
(Biopsychosocial Spriritual Assessment).
2) Ecomap
3) Kuadran Strenght
Kuadran Strenght adalah salah satu alat asesmen untuk mengetahui kekuatan dan
49
kelemahan baik dalam diri klienmaupun dalam hubungannya dengan orang lain
atau lingkungan sosialnya yang ada pada diri klien atau penerima manfaat.
2.2.2 Kajian Teknologi Aras Messo
Intervensi messo dalam hal ini keahlian pekerja sosial adalah untuk
mengatasi masalah yang dihadapi kelompok. Metode utama yang dilakukan
adalah terapi groupwork yang didalamnya melibatkan berbagai teknik pemberian
bantuan seperti self help group, dan lainnya.
Social group work Suatu metode untuk bekerja dengan dan menghadapi
orang-orang di dalam suatu kelompok guna peningkatan kemampuan untuk
melaksanakan fungsi sosial;serta guna pencapaian tujuan-tujuan yang secara sosial
dianggap baik. (Wibhawa, Budhi, 2010:99). Pada intinya social group work ialah
meningkatkan keberfungsian individu denganbantuan kelompok.
50
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan
partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa masyarakat itu
sendiri.” (dalam Wibhawa Budhi, 2010:109)
51
Teknik ini digunakan untuk membaur bersama masyarakat desa dengan cara
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat baik formal maupun
informal, sebagai upaya membangun trust building dan tahap awal praktikan
bekerja di dalam masyarakat. Teknologi ini juga memudahkan praktikan dalam
menciptakan keterbukaan masyarakat dalam memberikan informasi-informasi
yang diperlukan pada proses penanganan masalah.
52
masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan pembangunan dan
mengambil tindakan yang diperlukanagar menjadi semakin baik.
53
BAB III
PERANCANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tujuan :
1. Untuk membangun relasi dengan PPKS
2. Untuk meminta kesediaan PPKS menjadi informan
3. Untuk menetapkan sasaran perubahan bagi “R”
Teknik : Komunikasi dan relasi, Small Talk
Instrumen : Menggunakan draft inform concern dan buku catatan
Proses :
Bertemu dengan “R” dengan mengenalkan diri praktikan terlebih dahulu,
menyampaikan maksud dan tujuan selanjutnya menanyakan apakah klien
bersedia untuk melakukan wawancara. Setelah klien bersedia untuk
melakukan wawancara praktikan menjelaskan bahwa informasi yang
disampaikan oleh klien dapat terjaga kerahasiaannya dan menjelaskan
mengenai inform concern yang didalamnya terdapat pernyataan, apabila klien
menyetujui maka klien dapat ceklis di kolom setuju dan apabila tidak setuju
maka diceklis di kolom tidak setuju. Selanjutnya “R” menandatangani
inform concern.
Hasil :
54
1. Terbangun relasi sosial yang baik dengan “R”
2. Bersedia menjadi target praktik
3. Inform concern diisi dan ditandatangani oleh “R”
3.1.2 Penerapan Assesment
Waktu : Jumat, 10 Februari 2023
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Rumah PPKS
Sasaran : “R” (Fakir Miskin)
Tujuan :
1. Untuk memperoleh data tentang karakteristik PPKS
2. Untuk memperoleh tentang latar belakang PPKS
3. Untuk memeperoleh data tentang aspek-aspek keberfungsian PPKS
4. Untuk memeperoleh data tentang sumber dan potensi yang bisa
dimanfaatkan PPKS
Teknik : Wawancara dan observasi, small talk dan
ventilation
Instrumen : Pedoman wawancara dan pedoman observasi
Teknologi : Ecomap, dan Kuadran strenght
Proses :
Praktikan datang ke rumah klien sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya praktikan melakukan proses wawancara dengan klien
untuk menemukenali masalah klien, potensi klien, kebutuhan klien, harapan klien,
serta potensi dan sumber,serta tentang karakteristik PPKS, latar belakang
kehidupan PPKS, aspek-aspek keberfungsian PPKS, sumber dan potensi yang
bisa dimanfaatkan PPKS.
Hasil :
1. Karakteristik PPKS :
1) Identitas PPKS
Nama/Inisial : “R”
55
Usia : 50 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Klien “R” adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki suami dan sudah
memiliki 3 orang anak. Anak pertama berusia 28 tahun dan sudah berkeluarga,
sedangkan anak kedua berusia 24 tahun juga sudah berkelarga, yang terakhir
berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku SMK. Klien “R” berdomisili di RT
05 RW 05 Kelurahan Mekarwangi. “R” adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara, ayah
dan ibu dari klien telah meninggal dunia dan hanya menyisakan adik dan kakak
klien . “R” kini tinggal bersama dengan anaknya yang masih duduk di bangku
SMK, keponakan berusia 7 tahun dan cucu dari anaknya yang kedua yang kini
berusia 8 tahun. Suami klien “R” bekerja serabutan di Bekasi dan jarang pulang
ke rumah. Ia pulang hanya 1 kali dalam 3 bulan dan biasanya hanya 1 minggu
diam di rumah, setelahnya kembali lagi ke Bekasi.
Pendidikan terakhir klien “R” adalah lulusan SMA, dia pernah bekerja
sebagai buruh pabrik di usia 30 tahun tetapi hanya bertahan selama 3 tahun saja.
Hingga saat ini klien “R” hanya menjadi ibu rumah tangga. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari klien “R” hanya mengandalkan pemberian dari suami dan
kadang-kadang diberi oleh anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Klien “R”
menanggung biaya 1 orang anak yang masih bersekolah di SMK, keponakan yang
masih kelas 1 SD juga cucu yang juga masih kelas 1 SD. Untuk kebutuhan pokok
sehari-hari klien “R” merasa cukup dari pemberian suami karena klien tinggal
bertetanggaan dengan adik dan saudara. Jadi untuk kebutuhan pangan dll. Klien
56
saling membantu dengan keluarga. Tetapi yang permasalah yang sering dirasakan
oleh klien yaitu mengenai biaya dan keperluan sekolah juga hal-hal lain di luar
kebutuhan pokok. Untuk memenuhi kebutuhan seperti biaya sekolah dll. Klien
harus meminjam uang ke “bank emok”. Klien yang tidak mendapatkan akses ke
bantuan pemerintah seperi PKH dan program Kesehatan dari pemerintah membuat
klien dan keluarga mengharuskan mengeluarkan biaya mandiri untuk berobat.
Pemberian uang dari suami hanya cukup untuk menutupi kebutuhan pokok karena
gaji yang diapatkan tidak menentu. Kadang dalam 1 bulan hanya memberi satu
juta rupiah atau bahkan kurang. Kondisi kedua anaknya yang sudah berkeluarga
pun tidak terlalu baik. Hal tersebut yang menyebabkan cucu dari anak kedua klien
terpaksa harus diserahkan kepada klien.
“R” berharap bisa jauh lebih baik lagi kedepannya, dari segi ekonomi agar
bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
a. Aspek Biologis
1) Gambaran fisik
“R” memiliki bentuk tubuh yang agak berisi dengan berat badansekitar 57
57
kilogram dan tinggi sekitar 159 cm. “R” memiliki warna kulit sawo matang dan
warna rambut putih. Anggota tubuh “R” berfungsi dengan baik dan utuh.
2) Penampilan
“R” berpenampilan normal menggunakan daster berwarna coklat mencerminkan
kesehariannya.
3) Status kesehatan
Berdasarkan hasil assessment praktikan dengan klien yang bersangkutan, Klien
“R” tidak mempunyai riwayat penyakit. Dan pada saat assement berlangsung klien
terlihat sehat walafiat.
b. Aspek Psikologis
1) Kognitif
Berdasarkan hasil wawancara, praktikan mendapatkan informasi bahwa klien “R”
hanya lulusan SMA, pada saat praktikan bertanya mengenai pendidikan terakhir
klien “R” menjawab dengan pelan. Pada saat praktikan membeikan pertanyaan,
klien tidak leluasa menceritakan permasalahan yang sedang dia alami dan
menceritakannya secara sepotong-sepotong.
2) Afektif
Pada saat diwawancara berdasarkan pengamatan praktikan klien “R” terlihat tidak
leluasa menceritakan permasalahan yang sedang di alami oleh klien. Klien “R”
menceritakan permasalahan nya secara singkat tidak terperinci. Sebagai ibu rumah
tangga klien “R” telihat kurang mempunyai motivasi untuk membantu mencukupi
kebutuhan kehidupan keluarga. Hal ini terbukti dari informasi yang praktikan
dapatkan bahwa “R” hanya menjadi ibu rumah tangga tanpa mau mencoba untuk
bekerja kembali.
3) Konatif
Pada saat praktikan datang untuk melakukan wawancara, terlihat klien “R”
memiliki sifat baik dan menerima kedatangan praktikan. Pada saat praktikan
menjelaskan maksud dan tujuan datang ke rumah klien “R”, klien “R” terlihat
menerima serta menjawab pertanyaan yang diajukan praktikan, namun
berdasarkan pengamatan praktikan klien “R” tidak leluasa menceritakan
permasalahannya. Klien “R” bersikap cukup baik kepada lingkungan sekitarnya.
58
Lingkungan sekitarnyapun cukup baik kepada klien “R”, hal ini terbukti dengan
tetanganya yang sekaligus masih termasuk kedalam keluarga dekat saling
membantu dalam sandang dan papan.
c. Aspek Sosial
1) Hubungan Dengan Keluarga
Hubungan klien “R” dengan keluarga inti berlangsung cukup baik, hubungan
klien “R” dengan anak-anak dan suaminya berlangsung dengan baik.
2) Hubungan dengan lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil wawancara dan juga observasi yang dilakukan oleh praktikan,
hubungan klien “R” dengan lingkungan sekitarnya berjalan cukup baik.
Lingkungan sekitarnyapun cukup baik kepada klien “R”, hal ini terbukti dengan
tetanganya saling membantu dalam berbagi makan dll.
d. Aspek Spiritual
Klien “R” adalah seseorang yang memeluk agama islam, berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh praktikan bahwa klien “R” tidak pernah
meninggalkan sholat lima (5) waktu, karenabaginya dengan cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT dirinya dapat melalui masalah yang dihadapinya selama ini.
59
Gambar 3.2 Proses Assesment Praktikan Bersama Klien “R
berikut:
60
Gambar 3.3
Ecomap Klien “R”
Adik
Suami
Suami
Ibu
Susanti
(PKK)
Kaka/Adik
PPKS
kandung
“R”
Anak
Tetangga
depan
rumah
Keterangan :
: Hubungan dekat
: Hubungan timbal balik
61
b. Kuadran Strenght
Untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh klien “R” dari
lingkungan sekitarnya dan juga dari dalam diri klien “R” itu sendiri menggunakan
tools Kuadran Strenght sebagai berikut.
KEKUATAN
L Berprilaku sopan dan -Memiliki fisik dan Kesehatan P
ramah dengan lingkungan yang baik
I E
sekitarnya
-Memiliki hubungan yang
N R
baik dengan keluarga baik dari
G suami, anak maupun adik dan S
kaka
K O
U Kurang percaya diri untuk Kurang motivasi untuk N
N mengembangkan diri di menambah penghasilan A
masyarakat keluarga
G L
A
N
KELEMAHAN
Gambar 3.4 Kuadran Strenght Klien “R"
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa potensi pribadi yang
dimiliki oleh “R” yaitu memiliki fisik yang baik dan kesahatan yang baik sehingga
mendukung “R” untuk bekerja. “R” juga mempunyai prilaku sopan dan ramah
dengan tetangga dekat rumahnya yang membuat tetangganya merasa empati dan
mempunyai hubungan baik pula dengan “R”.
Kelemahan yang dimiliki “R” secara pribadinya yaitu “R” mempunyai
sikap rasa kurang percaya diri dengan lingkungan sekitarnya karena kondisi
perekonomian yang membuat “R” kurang percaya diri. Selain itu juga kelemahan
“R” yaitu tidak mempunyai motivasi atau semangat untuk menambah penghasilan
keluarganya, sehingga keluarganya tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya secara
utuh. Tidak memanfaatkan waktu luang untuk menambah kegiatan sehingga
hidupnya tidak produktif.
62
6. Fokus Masalah
63
b. Membantu “R” menambah penghasilan dan memberdayakan “R”.
c. Agar “R” menjadi lebih produktif dengan memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki oleh “R”.
3. Sasaran
Sasaran intervensi adalah orang orang yang dijadikan target perubahan dan
memiliki pengaruh terhadap tujuan intervensi bisa tercapai. pelaksanaan
intervensi yang dilakukan praktikan memiliki sasaran yaitu :
a. “R” yang diintervensi langsung oleh praktikan sebagai orang yang mengalami
permasalahan agar bisa mengatasi permasalahannya.
b. Keluarga “R” juga diintervensi karena menjadi support system yang kuat bagi
“R” dalam melaksanakan tujuan intervensi.
4. Metode dan Teknik
Metode dan Teknik Intervensi yang digunakan oleh praktikan adalah :
a. Metode
Metode yang digunakan dalam proses penanganan masalah “R” adalah
metode Social Case Work dimana kegiatan ini adalah salah satu cara pokok
pekerjaan sosial yang dipergunakan untuk membantu individu dan keluarga
agar mereka dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi di dalam
kehidupan sosialnya secara lebih efektif. Metode Social CaseWork dianggap
sebagai metode yang tepat karena permasalahan yang perlu dipecahkan
berada dalam ruang lingkup individu.
b. Teknik
1) Small Talk
Teknik ini digunakan oleh praktikan pada saat kontak permulaan dengan “R”.
Tujuannya adalah agar terciptanya suatu suasana yang dapat memberikan
kemudahan bagi praktikan dan PPKS untuk melakukan pembicaraan sehingga
hubungan selanjutnya dalam proses assesmen dan intervensi akan berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Small talk ini digunakan kali bertemu dengan “R”. Mulai dari tahap kontak
awal hingga terminasi. Teknik ini digunakan dengan tujuan agar “R”
64
menerima kehadiran praktikan, menciptakan trust building klien.
2) Support
Support merupakan teknik yang digunakan untuk memberikan dukungan
kepada “R”. Dukungan yang diberikan bisa berupa kata-kata yang dapat
memotivasi klien agar dapat melaksanakan apa yang diarahkan oleh
praktikan. Teknik ini digunakan oleh praktikan untuk memberikan motivasi
kepada “R” agar semangat dan memiliki daya juang tinggi dalam proses
program pemberdayaan (power sharing) yang diberikan olehpraktikan.
3) Reassurance
Reasurance merupakan teknik yang digunakan untuk memberikan jaminan
kepada “R” bahwa situasi yang sedang diperjuangkan yaitu kesejahteraan
sosialnya dan dapat dicapai dengan kemampuannya sendiri.
5. Sistem Dasar Praktik
65
dalam intervensi adalah klien “R” itu sendiri. Selain dari klien sistem sasaran
juga meliputi keluarga orang-orang terdekat klien yang mampu membantu
dalam mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai.
d. Sistem Kegiatan (The Action System)
Sistem kegiatan dipergunakan untuk menunjuk orang yang bersama-sama
berusaha menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan-tujuan dalam upaya
intervensi. Dalam permasalahan yang dialami “R” yang menjadi sistem
kegiatan yaitu praktikan dan sistem pendukung yang berpengaruh dalam proses
penyelesaian masalah. Tujuannya untuk mempengaruhi orang-orang yang
masih menjadi klien potensial agar beralih menjadi klienactual.
6. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan intervensi yang disusun oleh praktikan bersama “R” adalah
untuk membantu memberdayakan “R” menggali potensi keterampilan yang dia
minati dan kepercayaan dirinya sehingga dia dapat menambah penghasilan dan
mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Kegiatan intervensi yang
praktikan lakukan guna untuk meningkatkan perubahan pada klien menekankan
pada program atau kegiatan intervensi yang menerapkan metode dan teknik
pertolongan yaitu case work dan pengubahan prilaku. Setelah dilakukan
penggalian keterampilan melalui metode assesmen wawancara dengan klien “R”
untuk mengetahui minat dan keinginannya dalam bidang yang klien “R” senangi
seperti dalam bidang menjahit. Klien “R” mempunyai minat dalam menjahit.
Selanjutnya di berikan pelatihan guna meningkatkan keterampilannya agar bisa
bekerja untuk menambah penghasilan.
66
memberikan masukan dan dukungan semangat kepada klien “R” agar klien “R”
serius dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan program perberdayaan dan
pelatihan keterampilan yang sudah di berikan oleh praktikan. Melakukan sharing
pendapat bertukar pikiran dan mendengarkan keluh kesah klien “R” selama
menjalankan program yang sudah di susun oleh praktikan bersama klien “R” itu
sendiri. Pelaksanaan teknik ini dilakukan melalui obrolan ringan praktikan dengan
klien yang kemudian disisipkan dengan pemberian Advice giving ,menggali
masalah secara mendalam,melakukan peran pekerja sosial sebagai pelatih dan
menggali solusi alternative, tidak lupa praktikan melibatkan significant other
dalam pelaksanaan tenik ini.
7. Target Waktu
Waktu pelaksanaan intervensi akan dilakukan mulai dari tanggal 17-22 Februari
2023. Pelaksanaan intervensi akan dilaksanakan mengacu kepada rencana
intervensi yang sebelumnya telah disusun oleh praktikan.
8. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan atas intervensi yang dilakukan praktikan mencakup:
a. “R” mendapatkan pekerjaan tambahan yang bisa menucukupi kebutuhan hidup
keluarganya. .
b. Kepercayaan diri “R” dapat meningkat.
c. “R” menjadi berdaya dan mendapatkan keterampilan baru sebagai modal dia
untuk menambah penghasilan.
3.1.5 Perancangan Evaluasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
Praktikan melakukan evaluasi proses intervensi kepada klien dengan tujuan
mengetahui seberapa efektifnya pelaksanaan program intervensi yang
praktikan lakukan. Dalam evaluasi tersebut, praktikan memberikan sebuah
form berisi tabel yang kemudian di isi langsung oleh klien.
b. Evaluasi Hasil
Dalam evaluasi ini praktikan dapat mengukur tingkat keberhasilan
intervensi yang telah diberikan. Hal itu dapat diukur dengan melihat
67
keadaan nyata klien yang telah dilakukan dilingkungannya dan komunikasi
secara aktif terkait perkembangan klien.
Tabel 3.1 Evaluasi Proses Intervensi
68
kliennya sadar akan sumber pelayanan lain yang dapat membantunya
meningkatkan keberfungsian sosial dan menginginkan untuk mengadakan kontak
dengan sumber tersebut. Rujukan dilakukan jika pelayanan yang diberikan oleh
pekerja sosial tidak mampu membantu klien meningkatkan keberfungsian
sosialnya.
Rujukan ini juga dilakukan hanya jika klien mengijinkan atau bersedia
dirujuk. Pekerja sosial dan klien bersama-sama membahas pelayanan potensial
yang diperlukan klien dan merujuknya kepada sumberpelayanan lainnya. Praktikan
merekomendasikan program Intervensi berupa pemberdayaan sosial masyarakat
yang berupa pelatihan pengembangan dan keterampilan diri yang belum
dilaksanakan dan dirujukan kepada PUSKESOS Kelurahan Mekarwangi yang
memiliki tugas dalam pelaksanaan program tersebut.
69
Pukul : 10.00 WIB
Tujuan :
Proses :
Bertemu dengan klien yang sudah dibentuk kelompok dengan mengenalkan diri
praktikan terlebih dahulu, menyampaikan maksud dan tujuan selanjutnya
menanyakan apakah dari pihak klien bersedia untuk melakukan wawancara.
Setelah klien bersedia untuk melakukan wawancara praktikan menjelaskan bahwa
informasi yang disampaikan oleh pihak klien dapat terjaga kerahasiaannya dan
menjelaskan mengenai inform concern yang didalamnya terdapat pernyataan,
apabila dari pihak klien menyetujui maka klien dapat ceklis di kolom setuju dan
apabila tidak setuju maka diceklis di kolom tidak setuju. Selanjutnya klien
menandatangani inform concern.
Hasil :
a. Terbangun relasi sosial yang baik dengan PPKS
b. Bersedia menjadi target praktik
c. Inform concern diisi dan ditandatangani oleh PPKS
3.2.2 Penerapan Assesment
Waktu : Rabu, 8 Maret 2023
Pukul : 10.00 WIB
70
Tempat : Rumah PPKS
Sasaran : Klien yang berjumlah 3 orang yang sudah
dibentuk kelompok (Fakir Miskin)
Tujuan :
a. Untuk memperoleh data tentang karakteristik PPKS
b. Untuk memperoleh tentang latar belakang PPKS
c. Untuk memeperoleh data tentang aspek-aspek keberfungsian PPKS
d. Untuk memeperoleh data tentang sumber dan potensi yang bisa
dimanfaatkan PPKS
Teknik : Wawancara dan observasi, small talk dan
ventilation
Instrumen : Pedoman wawancara dan pedoman observasi
Teknologi : Focus Group Discussion (FGD)
Proses :
Praktikan datang ke rumah klien sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya praktikan melakukan proses wawancara dengan klien
untuk menemukenali masalah klien, potensi klien, kebutuhan klien, harapan klien,
serta potensi dan sumber,serta tentang karakteristik PPKS, latar belakang
kehidupan PPKS, aspek-aspek keberfungsian PPKS, sumber dan potensi yang
bisa dimanfaatkan PPKS.
Deskripsi kasus ini merupakan hasil dari pelaksanaan assesmen yang dilakukan
sealama 2 hari pada tanggal 8 Maret sampai dengan 9 Maret 2023. Assesmen
dilakukan dengan wawancara dan observasi. Informasi juga dapat digali dengan
menggunakan tools assessment yaitu Focus Group Discussion. Assesmen
bertujuan untuk menggali informasi mengenai masalah, kebutuhan, potensi dan
sumber yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Assesmen yang
dilakukan dengan mengumpulkan beberapa klien yang mengalami permasalahan
yang sama yaitu Fakir Miskin lalu dibentuk kelompok. Deskripsi kasus kelompok
klien yang didapatkan oleh praktikan diuraikan sebagai berikut:
Hasil :
1. Focus Group Discussion
71
Menurut Ajat Sudrajat dkk (2005) mengemukakan diskusi kelompok adalah
suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang
sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Diskusi kelompok pada dasarnya
adalah wawancara kelompok yang dipandu oleh seorang moderator, berdasarkan
topik diskusi yang merupakan pokok permasalahan.Diskusi kelompok merupakan
suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman
diantara para peserta diskusi untuk membahas satu masalah khusus.
Fokus assessment dalam tahap ini dilakukan dengan cara mendalami
permasalahan yang dialami oleh Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
yang telah ditentukan oleh praktikan yaitu Fakir Miskin. Alasan praktikan
memilih target sasaran Fakir Miskin yaitu dengan banyaknya jumah data PPKS
yang di kategorikan miskin tersebar di Kelurahan Mekarwangi ini. Selain itu
kemiskinan merupakan induk dari setiap permasalahan yang dapat mengakibatkan
permasalahan-permasalahan lainnya. Adapun tujuan Focus Group Discussion
dalam assessment kelompok diantaranyasebagai berikut :
a. Identifikasi dan individualisasi kebutuhan-kebutuhan kelompok
berdasarkan analisis keadaan/masalah dalam sumber.
b. Melibatkan berbagai unsur kelompok dalam asesmen, sehingga lebih
mengikat komitmen mereka untuk melakukan upaya- upaya perubahan
sesuai kebutuhan yang ditetapkan
c. Menjamin kegiatan pengembangan masyarakat/kelompok yang selektif
yang dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat spesifik
d. Membangun dasar-dasar perincian yang rasional dan jelas
e. Membangun definisi realitas dan makna dari kesulitan ataukebutuhan
yang dihadapi kelompok secara konsesus.
1) Proses Pra Pelaksanaan Focus Group Discussion
a) Proses ini diawali dengan praktikan menghubungi Karang Taruna selaku
Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) untuk menyampaikan
maksud dan meminta ijin untuk kesediannya melaksanakan diskusi
kelompok dalam assessment kelompok.
b) Praktikan membentuk tim kerja yang akan membantu jalannya diskusi
72
kelompok.
c) Praktikan dan Karang Taruna menentukan waktu dan tempat pelaksanaan
diskusi kelompok.
d) Praktikan dan Karang Taruna menyusun daftar partisipan yang akan di
undang.
e) Menyusun pembagian tugas untuk pelaksanaan diskusi kelompok.
73
2. Karakteristik Kelompok Fakir Miskin
a. Klien 1
1) Identitas Klien 1
Klien merupakan salah satu warga di Kelurahan Mekarwangi tepatnya berada di
RT 05 RW 05. Berikut identitas diri klien dari hasil assement dan wawancara.
Nama : “R”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 3 Juni 1973
Umur: 50 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat Tempaat Tinggal : RT.05/RW.05 Kelurahan
Mekarwangi
Klien “R” adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki suami dan sudah memiliki 3
orang anak. Anak pertama berusia 28 tahun dan sudah berkeluarga, sedangkan
anak kedua berusia 24 tahun juga sudah berkelarga, yang terakhir berusia 18 tahun
dan masih duduk di bangku SMK. Klien “R” berdomisili di RT 05 RW 05
Kelurahan Mekarwangi. “R” adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara, ayah dan ibu dari
klien telah meninggal dunia dan hanya menyisakan adik dan kakak klien . “R”
kini tinggal bersama dengan anaknya yang masih duduk di bangku SMK,
keponakan berusia 7 tahun dan cucu dari anaknya yang kedua. Suami klien “R”
bekerja serabutan di Bekasi dan jarang pulang ke rumah. Ia pulang hanya 1 kali
dalam 3 bulan dan biasanya hanya 1 minggu diam di rumah, setelahnya kembali
lagi ke Bekasi.
Pendidikan terakhir klien “R” adalah lulusan SMA, dia pernah bekerja sebagai
buruh pabrik di usia 30 tahun tetapi hanya bertahan selama 3 tahun saja. Hingga
saat ini klien “R” hanya menjadi ibu rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan
74
sehari-hari klien “R” hanya mengandalkan pemberian dari suami dan kadang-
kadang diberi oleh anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Klien “R” menanggung
biaya 1 orang anak yang masih bersekolah di SMK, keponakan yang masih kelas
1 SD juga cucu yang juga masih kelas 1 SD. Untuk kebutuhan pokok sehari-hari
klien “R” merasa cukup dari pemberian suami karena klien tinggal bertetanggaan
dengan adik dan saudara. Jadi untuk kebutuhan pangan dll. Klien saling
membantu dengan keluarga. Tetapi yang permasalah yang sering dirasakan oleh
klien yaitu mengenai biaya dan keperluan sekolah juga hal-hal lain di luar
kebutuhan pokok. Untuk memenuhi kebutuhan seperti biaya sekolah dll. Klien
harus meminjam uang ke “bank emok”. Klien yang tidak mendapatkan akses ke
bantuan pemerintah seperi PKH dan program Kesehatan dari pemerintah membuat
klien dan keluarga mengharuskan mengeluarkan biaya mandiri untuk berobat.
Pemberian uang dari suami hanya cukup untuk menutupi kebutuhan pokok karena
gaji yang diapatkan tidak menentu. Kadang dalam 1 bulan hanya memberi 1 juta
atau bahkan kurang. Kondisi kedua anaknya yang sudah berkeluarga pun tidak
terlalu baik. Hal tersebut yang menyebabkan cucu dari anak kedua klien terpaksa
harus diserahkan kepada klien.
2) Gejala Masalah Klien
a) Aspek Ekonomi
Gejala masalah PPKS dilihat dari aspek ekonominya yaitu “R” tidak mampu
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan pekerjaan dia yang hanya ibu
rumah tangga, suami yang kerja serabutan dan memiliki tanggungan satu orang
anak, cucu.
b) Aspek Psikologis
Gejala masalah PPKS dilihat dari aspek psikologisnya yaitu “R” memiliki sikap
tidak percaya diri dengan lingkungan sekitarnya karena faktor perekonomian yang
membuat seperti itu. Selain itu juga “R” tidak ada upaya untuk menambah
penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup nya. Terlepas dari suaminya yang
bekerja serabutan.
75
b. Klien 2
1) Identitas Klien 2
Umur : 45 Tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Latar Belakang :
Keluarga Ibu “FL” merupakan keluarga yang cukup rukun satu sama lain
antar anggota keluarga, cukup erat hubungannya satu sama lain. Semenjak masa
pandemic seperti sekarang keluarga Ibu “FL” sangat kesusahan dalam hal ekonomi,
yang sebelumnya Ibu “FL” dengan suaminya berjualan mi ayam, tetapi karena
masa pandemic dagangannya menjadi sepi dan modal untuk berjualan perlahan-
lahan habis, makadari itu semenjak bulan oktober tahun 2020 setelah menikahkan
76
anak pertamanya Ibu “FL” dan suaminya tidak berjualan mi ayam lagi. Sampai
sekarang gerobak mie ayam milik Ibu “FL” dan suaminya menganggur di rumah
karena memang sudah tidak dipakai lagi. Sekarang Ibu “FL” hanya dagang
minuman kecil-kecilan seperti pop ice di rumahnya, dan suaminya bekerja
menjadi kuli jika ada yang mempekerjakan, tetapi karena masa pandemic
suaminya juga sanga sepi pekerjaan menjadi kuli.Karena sangat kekurangan dalam
hal ekonomi Ibu “FL” sempat menjual Handphone milik anaknya untuk memenuhi
kebutuhan keluarga Ibu “FL”.
2) Gejala Masalah
Dari hasil asesmen yang telah dilakukan, gejala masalah yang dialami oleh klien
“FL” adalah:
d. Bu “FL” tidak bisa berjualan mi ayam lagi, yang tadinya berjualan mi ayam
merupakan usaha yang sudah dijalankan sejak dulu bersama suaminya, hal ini
dikarenakan habisnya modal untuk menjalankan usahanya tersebut.
e. Menjual handphone anaknya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
f. Ingin melakukan pinjaman guna meneruskan usaha mi ayam nya, tetapi bu
“FL” sendiri tidak mempunyai jaminan kendaraan dan bu “FL” takut jika
tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut.
c. Klien 3
1) Identitas Klien 3
Umur: 47 Tahun
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Agama : Islam
77
Alamat Tempaat Tinggal : RT.05/RW.05 Kelurahan
Mekarwangi
Latar Belakang :
Bapak “S” adalah seorang kepala keluarga berusia 46 tahun dan memiliki
seorang istri namun belum memiliki anak. “S” berdomisili di RT 05 RW 05
Kelurahan Mekarwangi. “S” adalah anak ke 8 dari 9 bersaudara,ayah dan 4 kakak
serta seorang adiknya sudah meninggal dunia. “S” kini tinggal bersama Ibu dan
is”FL”inya. Ketiga kakaknya sudah berkeluarga dan tidak lagi tinggal serumah
dengannya. Rumah yang ia tempati adalah rumah asli orang tuanya. Ayahnya dulu
bekerja sebagai tukang sampah.
“S” tamatan dari SLTA/Sederajat,ia pernah bekerja sebagai pegawai swasta
di salah satu bank,namun ia harus kehilangan pekerjaannya karena penyusutan
pegawai oleh pihak bank. Kini ia tidak memiliki pekerjaan,ia hanya bekerja
serabutan itupun kalau ada ajakan dari temannya menjadi tukang las dan buruh
bangunan. Berdasarkan hasil wawancara praktikan terhadap informan “S”
semenjak ibunya sakit dan mengalami kelumpuhan serta tidak ada lagi yang bisa
merawat ibunya kecuali dirinya, “S” tidak bisa jauh terlalu lama dari ibunya dan
harus merawatnya,sehingga “S” belum bisa mencari pekerjaan lagi. Kini “S”
hidup dengan keluarganya dalam kondisi perekonomian yang pas-pasan. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya “S” mengandalkan rezeki yang ia dapat dari hasil
kerja serabutan dan berharap dari pemberian kakaknya. “S” juga sudah menjual
barang barang yang ia punya untuk mendapat uang dan menyambung
kehidupannya,namun tidak jarang juga tetangga depan rumahnya memberi bantuan
berupa beras dan juga makanan. “S” memiliki seorang istri yang mau membantu
dalam mencari pendapatan dengan bekerja sebagai buruh harian. Sehingga dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, informan “S” dan keluarganya dapat
menggunakan uang yang didapat dari istrinya.
78
Keluarga “S” pernah mendapatkan program bantuan PKH ,namun ketika
“S” sudah tidak bersekolah dan memiliki pekerjaan ia tidak lagi mendapatkan
program PKH karena tidak lagi masuk syarat penerima program bantuan tersebut.
Setelah kondisi ekonomi keluarganya kembali menurun “S” hanya pernah sekali
mendapat bantuan sembako dari Gubernur. Ia juga pernah mendapat bantuan
beras dari kelurahan namun kini bantuan tersebut tidak lagi ia dapatkan. “S”
kesulitan mengakses informasi mengenai program bantuan sosial. Untuk program
BPJS “S” mendapatkan program tersebut,dan memiliki kartu BPJS.
2) Gejala Masalah Klien
a) Aspek Ekonomi
Gejala masalah PPKS dilihat dari aspek ekonominya yaitu “S” tidak lagi
memiliki pekerjaan yang mengakibatkan kondisi perekonomiannya
memburuk.
b) Aspek Psikologis
Gejala masalah PPKS dilihat dari aspek psikologisnya yaitu “S” memiliki
sikap tidak percaya diri dan malu untuk berbicara kepada sistem sumber di
sekitar lingkungannya seperti ketua RW,ketua PKK dan anggota karang
taruna mengenai permasalahan yang dia alami sehingga ia kesulitan dalam
mengakses informasi mengenai pekerjaan dan program bantuan sosial yang
bisa ia dapatkan.
Hasil dari Focus Group Dicussion berisi tentang kebutuhan kebutuhan Fakir
Miskin di Kelurahan Mekarwangi :
79
Tabel 3.2
1. • Lapangan
Klien “R” memiliki kondisi fisik • Memiliki minat
yang cukup baik namun dari pekerjaan untuk dalam bidang
kndisi fisik yang dia miliki tidak menambah menjahit.
dimanfaatkan untuk mencari penghasilan. • Memiliki kondisi
tambahan penghasilan. Terlepas fisik yang cukup
dari pekerjaan yang hanya baik
pekerja serabutan.
kembali.
80
RW,ketua PKK dan anggota masayarakat
karang taruna mengenai disana agar
permasalahan yang dia alami kepercayaan
sehingga ia kesulitan dalam dirinya
mengakses informasi mengenai meningkat
pekerjaan dan program bantuan
sosial yang bisa ia dapatkan.
Sumber :Hasil Focus Group Dicussion Praktikum Laboraturium di Kelurahan
Mekarwangi Tahun 2023
81
atau individu menjadi lebih berdaya, dan kecenderungan sekunder, yaitu
kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong,
atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses assement
wawancara dengan kelompok klien yang sudah dibentuk.
3.2.4 Perancangan/ Skenario Intervensi
1. Nama Kegiatan
Nama kegiatan dalam program ini yaitu Menjahit Agar Hidup Tak Sulit”.
Pelaksanaan kegiatan ini yaitu dengan pemberian pemberdayaan dan pelatihan
keterampilan dengan melakukan metode group work kepada kelompok klien yang
sudah ditentukan
2. Tujuan Intervensi
Dalam penerapan deskripsi kasus diatas praktikan menetapkan tujuan
intervensi sebagai berikut :
a) Untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh Fakir Miskin di
Kelurahan Mekarwangi. Terutama permasalahan yang dialami oleh ketiga
klienyang telah dibentuk kelompok sebelumnya.
b) Untuk membantu klien dalam meningkatkan taraf hidupnya.
c) Untuk memberi penguatan kepada Karang Taruna sebaagai Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam bentuk program dan monitoring
klien yang sudah dibentuk kelompok sebelumnya.
3. Sasaran Yang Akan Diubah
Sasaran intervensi adalah orang orang yang dijadikan target perubahan dan
memiliki pengaruh terhadap tujuan intervensi bisa tercapai. pelaksanaan
intervensi yang dilakukan praktikan memiliki sasaran yaitu:
a) Kelompok klien yang berjumlah tiga orang yang diintervensi langsung oleh
praktikan sebagai orang yang mengalami permasalahan agar bisa mengatasi
permasalahannya.
b) Karang Taruna sebagai PSKS yang ada di Kelurahan Mekarwangi juga
diintervensi karena akan menjadi penguat dalam pemberian program dan
monitoring kepada kelompok klien.
82
4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan intervensi akan dilakukan mulai dari tanggal 16-17
Maret 2023. Pelaksanaan intervensi akan dilaksanakan mengacu kepada rencana
intervensi yang sebelumnya telah disusun oleh praktikan.
5. Metode dan Teknik
a. Metode Group Work
Metode yang digunakan dalam proses penanganan masalah ini adalah
dengan metode Group Work dimana kegiatan ini berfokus pada penanganan
kelompok agar mereka dapat memecahkan masalahnya. Metode group work ini
dianggap metode yang sangat tepat karena permasalahan yang perlu dipecahkan
ruang lingkupnya kelompok.
Dalam penanganan deskrpsi kasus diatas praktikan menggunakan tipe
kelompok Self Helf Group atau bisa disebut kelompok bantu diri. Kelompok-
kelompok bantu diri menjadi semakin populer dan sering diangap berhasil dalma
membantu individu-individu yang mempunyai masalah pribadi atau masalah
sosial. Menurut Katz dan bender definisi kelompok bantu diri adalah suatu
kelompok kecil yang disusun untuk membantu (Mutual aid) dan untuk mencapai
tujuan khusus serta bersifat sukarela. Self-Help Group menggunakan teknik
pengakuan individu dan testimoni. Setiap anggota menjelaskan masalahnya dan
melihat kembali pengalaman serta rencana mengatasi masalah. Apabila anggota
mengalami krisis misalnya Fakir Miskin yang terhimpit dari segi ekonomi, ia
didorong untuk memanggil anggota kelompok lain yg membantu mengatasi
masalahnya. Pengalaman dan konsekuensi dari masalah, anggotakelompok
memiliki dedikasi tinggi untuk membantu dirinya dan temansependeritaan.
Partisipan juga mendapatkan manfaat dari prinsip “helper therapy” dimana
penolong memperoleh keuntungan psikologis. Membantu orang lain membuat
seseorang merasa berguna dan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk
mendudukan masalahnya.
b. Teknik
1) Teknik Pra Kelompok
a) Membentuk Kelompok
83
Praktikan membentuk kelompok dalam penanganan deskripsi kasus diatas.
Kelompok yang dibentuk oleh praktikan bertujuan untuk melakukan intervensi,
dimana praktikan akan mengintervensi kelompok Fakir Miskin yang ada di
Kelurahan Mekarwangi. Dengan metode assessment dan wawancara kepada target
sasaran yang telah ditentukan.
b) Merekrut Anggota Kelompok
Setelah proses pembentukan kelompok dilakukan kemudian praktikan
merekrut anggota kelompok yang nanti akan di intervensi. Perekrutan atau
kontrak ini dilakukan dengan cara praktikan melampirkan inform consent kepada
target sasaran Fakir Miskin yang ada di Keluarahan Mekarwangi. Dan melakuan
home visit kepada target
c) Menyeleksi Anggota Kelompok
Setelah melakukan home visit, praktikan mengetahui kondisi dan latar
belakang permasalahan yang dialami oleh setiap klien. Kemudian praktikan
menyeleksi apakah klien tersebut masuk kriteria Fakir Miskin apa tidak. Selain itu
juga praktikan juga melakukan pembatasan kelompok yang telah di tentukan oleh
praktikan.
d) Melakukan Sesi Permulaan
Kelompok intervensi Fakir Miskin beranggotakan 3 orang yang memiliki
latar belakang permasalahan yang berbeda per orangnya. Pada sesi permulaan ini
dilakukan dengan cara praktikan menghubungi Karang Taruna sebagai PSKS di
Kelurahan Mekarwangi serta mengumpulkan seluruh anggota kelompok.
Selanjutnya praktikan memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai maksud
dan tujuan dari dibentuknya kelompok ini, sehingga para peserta anggota
kelompok memiliki gambaran tentang kegiatan kelompok ini.
e) Merumuskan Tujuan Kelompok
Kelompok diberikan kesempatan untuk saling memikirkan tentang tujuan
dari kelompok. Berdasarkan pendapat dari setiap anggota kelompok mereka
mengetahui bahwa mereka memiliki latar belakang yang berbeda namun
permasalahan utama mereka yaitu memiliki kondisi ekonomi yang lemah,
sehingga mereka memutuskan bahwa tujuan kelompok ini adalah untuk
84
meningkatkan ekonomi mereka dengan cara diberikan pelatihan keterampilan oleh
ahli di bidangnya sesuai minat dan keahliannya.
f) Mempersiapkan Anggota Kelompok Agar Memperoleh Banyak Hal Dari
Kelompok
85
merumuskan dan menetapkan norma-norma atau aturan-aturan main selama
mengikuti kegiatan di dalam kelompok.Pada kelompok pelatihan menjahit,
kesepakatan mengenai prinsip kelompok yang dijadikan panduan kelompok yaitu
prinsip kebersamaan dan prinsip kemandirian. Prinsip kebersamaan yaitu bahwa
setiap anggota kelompok wajib membantu anggota kelompok lainnya baik
membantu tenaga maupun ide sehingga semua anggota kelompok akan berhasil
bersama sama. Prinsip kemandirian yaitu setiap anggota kelompok wajib untuk
belajar secara bersungguh- sungguh dan tidak saling mengandalkan, sehingga
setelah selesai intervensi diharapkan setiap anggota dapat mengikuti pelatihan ini
dengan baik untuk meningkatkan keterampilannya masing-masing agar bisa
menambah penghasilannya dengan cara bekerja di salon rambut. Selain prinsip,
kelompok juga menentukan struktur kelompok yang disertai dengan perannya
masing-masing. Pada kesempatan ini, praktikan menggunakan teknik konfrontasi
untuk membuat anggota kelompok dapat mengungkapkan kecemasan-kecemasan
yang dirasakan sehingga anggota kelompok dapat mengetahui satu sama lain yang
nantinya akan saling memberikan dukungan. Selain itu, teknik konfrontasi ini
digunakan untuk membangun kepercayaan kelompok.
c) Tahap Memulai Sesi dan Mengakhiri Sesi
Praktikan mengakses profesi lain untuk menjadi pelatih Fakir Miskin
dalam meningkatkan keterampilan menjahit. Pelatih menjahit untuk klien adalah
seseorang yang handal dalam hal menjahit. Pada awal sesi praktikan
memperkenalkan pelatih tersebut kepada kelompok dan diterima baik oleh para
aggota kelompok.
3) Tahap Transisi
a) Menghadapi Anggota Yang Sulit
Pada tahap ini, setelah pelatihan pertama berlangsung ada salah satu dari
anggota kelompok yang sulit menerima materi menjahit. Meskipun klien
tersebut ingin memiliki keterampilan itu namun klien tersebut sulit untuk
mempelajari hal-hal baru. Pada tahap ini pemimpin kelompok mendekati
klien tersebut untuk memberikan motivasi agar klien tersebut lebih giat lagi
dalam mempelajari keterampilan menjahit.
86
b) Menghadapi Konflik
Pada pelatihan kedua semua anggota kelompok terlihat enjoy dan menikmati
materi yang diberikan oleh pelatih. Namun pada pelatiahan ketiga bapak “S”
mulai malas-malasan dan terlihat murung setelah ditanya personal oleh
praktikan dan Karang Taruna bapak “S” merasa tidak nyaman dengan
perlakuan yang dilakukan ibu “R” kepada “S”. Kemudian praktikan dan
perwakilan Karang Taruna untuk memberikan pengertian secara personal
kepada keduanya agar saling mengerti dan tetap semangat dalam menjalankan
pelatihannya walaupun pada kenyataannya bapak “S” tidak mudah menerima
dan butuh beberapa hari untuk bisa seperti biasa lagi.
4) Tahap Bekerja/ Pengubah Prilaku
Pada sesi pelatihan yang keempat para anggota kelompok sudah mulai
memperlihatkan keterampilannya dalam mennjahit. Dan jugaada yang sudah
bekerja di salon rambut karena keterampilannya diatas anggota kelompok
yang lain.
6. Sistem Dasar Praktik
Sistem dasar praktik pekerjaan sosial yang digunakan dalam menangani
permasalahan kelompok Fakir Miskin yaitu sebagai berikut :
87
c. Sistem Sasaran (The Target System)
Sistem sasaran adalah orang-orang yang dijadikan sasaran perubahan atau
pengaruh agar tujuan dapat tercapai. Dalam hal ini yang menjadi sistem
sasaran dalam intervensi adalah anggota kelompok Fakir Miskin yang telah
dipilih.
d. Sistem Kegiatan (The Action System)
Sistem kegiatan dipergunakan untuk menunjuk orang yang bersama- sama
berusaha menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan-tujuan dalam upaya
intervensi. Dalam permasalahan ini yang menjadi sistem kegiatan yaitu
Karang Taruna, praktikan, anggota kelompok PPKS itu sendiri dan sistem
pendukung yang berpengaruh dalam proses penyelesaian masalah.
7. Pelaksana Kegiatan
Rencana intervensi yang disusun oleh praktikan dan Karang Taruna
Selaku PSKS Kelurahan Mekarwangi adalah untuk membantu memberdayakan
kelompok klien yang sudah dibentuk kelompok sebelumnya. Intervensi dilakukan
pada tangal 16 sampai dengan 17 Maret 2023 di Aula Kelurahan Mekarwangi
bersama anggota kelompok Fakir Miskin yang sudah dibentuk menjadi kelompok.
Hasil dari perumusan rencana intervensi adalah dibentuknya self helf group atau
kelompok bantu diri, dimana fokus kelompok ini adalah untuk membantu dirinya
sendiri dan teman sependeritaanya melalui program pemberdyaan dan pelatihan
keterampilan. Kelompok self helf group atau kelompok bantu diri yang digunakan
untuk mengatasi masalah Fakir Miskin adalah membentuk Kelompok bantu diri
dengan pelatihan keterampilan dalam bidang menjahit. Sedangkan teknik yang
akan digunakan adalah teknik konfrontasi dan reinforcement. Teknik konfrontasi
merupakan Teknik yang dapat membantu anggota kelompok untuk
mengungkapkan kecemasan-kecemasan dan kemarahan-kemarahan yang
dirasakan anggota kelompok dan Praktikan harus mempersiapkan diri dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan respon (tanggapan) terhadap perasaan-
perasaan tersebut. Teknik reinforcement yaitu teknik dimana Praktikan membantu
anggota kelompok untuk bertingkah laku tertentu yang diharapkan, dengan cara
88
memberi reward (hadiah) jika dia mampu melakukannya, dimana reward dapat
berbentuk verbal (pujian), fisik (sentuhanhangat), dan material (uang, barang).
89
dengan kelompok klien Fakir Misin setelah menemukan hasil yang diharapkan,
yakni adanya perubahan yang terjadi pada diri kelompok anggota masing-masing.
Pelaksanaan terminasi dilakukan praktikan dengan penjelasan bahwa kegiatan
intervensi sudah selesai berdasarkan waktu intervensi yang sudah dibuat. Kegiatan
yang dilakukan praktikan dalam melakukan terminasi kepada kelompok klien
Fakir Miskin adalah sebagai berikut:
3.2.6.1.1 Praktikan menginformasikan kepada kelompok klien Fakir Miskin
bahwa segala kegiatan telah berakhir.
3.2.6.1.2 Memberikan pesan kepada kelompok klien mengenai pemberdayaan
melaui metode self helf group sehingga kelompok Fakir Miskin mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadi berdaya dengan
harapan menjadi lebih produktif. Dan mampu mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya.
3.2.6.1.3 Praktikan memberikan pesan kepada pihak Karang Taruna untuk
senantiasa memberikan dukungan sosial kepada keompok Fakir Miskin ini
agar mempertahankan perubahan yang telah dilaksanakan dan tetap
melakukan monitoring kepada kelompok Fakir Miskin.
3.2.6.2 Rujukan
Rujukan merupakan proses dimana seorang pekerja sosial merujuk kliennya
kepada sumber pelayanan lain yang dapat membantu meningkatkan keberfungsian
sosial klien tersebut. Rujukan dilakukan ketika pekerja sosial memungkinkan
kliennya sadar akan sumber pelayanan lain yang dapat membantunya
meningkatkan keberfungsian sosial dan menginginkanuntuk mengadakan kontak
dengan sumber tersebut. Rujukan dilakukan jika pelayanan yang diberikan oleh
pekerja sosial tidak mampu membantu klien meningkatkan keberfungsian
sosialnya.
90
3.3 Praktik Aras Makro
3.3.1 Inisiasi Sosial
Waktu : Jumat, 24 Maret 2023
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Aula Kelurahan Mekarwangi
Sasaran : Aparat Kelurahan Mekarwangi
Tujuan :
3.3.1.1 Membangun relasi dengan pemangku kebijakan aparat
Kelurahan Mekarwangi.
3.3.1.2 Untuk menjelaskan maksud dan tujuan serta apa yang akan
praktikanlakukan selama proses praktikum.
3.3.1.3 Membangun kepercayaan (trust building) dengan masyarakat
untukmengenali karakteristik masyarakat.
3.3.1.4 Membangun kesepakatan dan menciptakan komitmen untuk
dapatbekerjasama dalam upaya pengembangan masyarakat.
Teknik : Home visit dan Community Involvment,
Instrumen : Surat perizinan dan Buku catatan
Proses :
91
Hasil :
1. Terciptanya relasi yang baik dengan aparat Kelurahan Mekarwangi.
2. Tersampaikannya maksud dan tujuan praktikan, kemudian di ijinkannya
praktikan melaksanakan kegiatan Praktikum dan mendapatkan support dari
aparat Kelurahan Mekarwangi yang siap membantu praktikan dalam
memperoleh data.
92
Gambar 3.6 Praktikan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan posyandu
untuk membangun kepercayaan warga masyarakat.
Proses :
93
PSKS serta mengenai isu-isu permasalahan yang muncul dan kebutuhan yang
diperlukan di Kelurahan Mekarwangi. Praktikan juga mengidentifikasi potensi
dan sumber kesejahteraan sosial yang tersedia sehingga dapat dimanfaatkan dalam
upaya penanganan permasalahan di Kelurahan Mekarwangi. Selain itu, praktikan
menyampaikan bahwa nantinya akan diadakan rembug warga guna memperoleh
isu-isu masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat.
Hasil :
Melalui community meeting praktikan dan masyarakat mengetahui, mengenal dan
memperoleh informasi terkait PPKS yang terdapat di Kelurahan Mekarwangi.
Berdasarkan hasil community meeting teridentifikasi total 6 jenis PPKS.
permasalahan tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut.
94
identifikasi PSKS tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4 Jumlah PSKS di Kelurahan Mekarwangi Tahun 2023
No. PSKS
1 Pekerja Sosial Masyarakat
2 Pekerja Sosial Fungsional
3 Pekerja Sosial Profesional
4 Tagana
95
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Aula Kelurahan Mekarwangi
Sasaran : Aparat Kelurahan Mekarwangi dan
Masyarakat
Tujuan :
1. Mengidentifikasi masalah Fakir Miskin.
2. Mengungkapkan sebab dan akibat masalah Fakir Miskin.
3. Menentukan fokus masalah Fakir Miskin.
Teknik : Wawancara dan Observasi
Instrumen : Kertas plano, meta card, spidol
Teknologi : Metodelogy Participatory Assesment (MPA)
Proses :
Asesmen dilakukan dengan partisipan yang telah ditentukan sebelumnya langsung
di aula kelurahan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang sesuai.
Asesmen dilakukan dengan metode MPA yaitu metode asesmen partisipatif yang
mana garis besarnya adalah partisipan diminta untuk menentukan sendiri
permasalahan yang dialami Fakir Miskin kemudian akan dikelompokkan
berdasarkan permasalahan yang sering muncul yang kemudian ditentukan
hubungan sebab akibat dari permasalahan tersebut. Adapun Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
96
5) Setiap kelompok masalah kemudian diberi judul rangkuman semua jenis
kebutuhan atau permasalahan yang ada di dalamnya.
b. Penentuan prioritas masalah
1) Menggambarkan setiap keadaan masalah yang teridentifikasi dan dampaknya.
97
1) Tingkat pendidikan yang masih rendah.
2) Kurangnya lapangan pekerjaan.
3) Kurangnya motivasi untuk bekerja.
4) Tidak memiliki pekerjaan.
5) Kurang memanfaatkan potensi
6) Kurang memanfaatkan keterampilan yang dimiliki.
7) Kurang percaya diri dalam diri Fakir Miskin
8) PHK dampak adanya pandemic Covid-19
9) Kurangnya motivasi untuk mengubah hidupnya.
10) Tidak mempunyai keterampilan
11) Bangkrut
12) Tidak bersekolah
13) Pengangguran
Dari sejumlah masalah yang telah disebutkan oleh masing-masingpartisipan,
permasalahan yang banyak disebutkan yaitu :
98
No RW Jumlah
1. 1 3
2. 2 10
3. 3 19
4. 4 7
5. 5 23
6. 6 9
7. 7 14
Sumber : Hasil assessment Metodelogy Participatory Assesment (MPA) Tahun
2023
99
Dari asesmen yang sudah dilakukan oleh praktikan, ditentukan potensi yang
dimiliki Kelurahan Mekarwangi adalah sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia yang ahli dalam bidangnya
b. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya berwirausaha
100
Proses pelaksanaan dari perumusan rencana intervensi sendiri berawal dari
praktikan menghubungi Karang Taruna Kelurahan Mekarwangi untuk menjelaskan
rencana penyelesaian Fakir Miskin yang sudah disusun oleh praktikan
sebelumnya. Lalu praktikan menghubungi Ketua RW dibantu oleh Karang Taruna
dengan harapan Ketua RW yang dihubungi oleh praktikan bisa mewakili
masyarakat Kelurahan Mekarwangi. Setelah itu praktikan membentuk Tim Kerja
Masyarakat (TKM) yang memiliki fungsi sebagai penggerak kegiatan intervensi
di masyarakat yang ada di Kelurahan Mekarwangi. Anggota TKM terdiri dari
perwakilan Karang Taruna sebagai kordinator dan sekertaris dan perwakilan PKK
sebagai bendahara, kemudian ada dari Ketua RW sebagai anggota TKM.
Sebelumnya praktikan telah menanyakan kesediaan dari Karang Taruna, PKK dan
perwakilan ketua RW untuk ikut berpartisipasi dan mereka bersedia ikut aktif
dalam pembentukanTKM ini.
4. Hasil
Berdasarkan hasil diskusi dengan anggota TKM dapat melihat adanya peluang
guna memberdayakan Fakir Miskin dalamupaya peningkatan ekonomi mereka
melalui pelatihan berwirausaha Nantinya nama dari program ini adalah “Berani
101
Wirausaha Tingkatkan Hidupmu”. Nama program tersebut telah disepakati pada
saat penysunan rencana intervensi.
3) Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Program
Tujuan dari program tersebut terbagi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum dari program tersebut meningkatkan kesejahteraan sosial
bagi Fakir Miskin. Sedangkantujuan khususnya terdiri dari :
Sistem sasaran adalah orang orang yang akan dijadikan sasaran perubahan
pelaksanaan intervensi. Sistem sasaran yang dimaksud yaitu Fakir Miskin.
klien disini adalah orang yang mendapatkan manfaat langsung dari pelaksanaan
kgiatan intervensi.
d. Sistem kegiatan
Sistem kgiatan disini yaitu orang-orang yang bekerja bersama dengan praktikan
dalam melaksanakan kegiatan intervensi yakni Tenaga Kerja Masyarakat (TKM)
yang telah dibentuk guna untuk mencapai tujuan program.
5) Langkah-langkah Kegiatan
Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh praktikan bersama dengan Tim Kerja
102
Masyarakat yang sudah terbentuk adalah :
a. Sosialisasi Program
103
Mekarwangi
2 Pelaksana Pelatihan 1) Menyediakan 7 April 2023
tempat untuk
melaksanakan
kegiatan pelatihan
2) Mengajak sasaran
program yaitu Fakir
Miskinuntuk
melakukan Pelatihan
3) TKM bersama
Pelatih melaksanakan
pelatihan
berwirausaha bagi
Fakir Miskin
4) Membuat jadwal
pelatihan secara
berkala
104
No Kegiatan Keperluan Volume Biaya
600.000
Sumber dana yang akan digunakan dalam program tersebut berasal dari
dana Kelurahan Mekarwangi. Selain itu, diperoleh dari donatur baik warga
Kelurahan Mekarwangi maupun di luar Kelurahan Mekarwangi.Praktikan bersama
dengan TKM membuat proposal dan poster kegiatan “Berani Berwirausaha
Tingkatkan Hidupmu” bagi Fakir Miskin beserta dengan rancangan anggaran biaya
yang dibutuhkan. Kemudian proposal tersebut disampaikan kepada pihak
Kelurahandan kepada calon donatur.
i. Perancangan Intervensi
Pelaksanaan Intervensi dilakukan berdasarkan rencana intervensi yang
telah disusun sebelumnya yaitu melaksanakan program Pelatihan Keterampilan
Berwirausaha bagi Fakir Miskin Mekarwangi (Berani Berwirausaha Tingkatkan
Hidupmu). Tahap pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan pihak pelaksana kegiatan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah:
a. Praktikan
Praktikan dalam kegiatan ini berperan sebagai fasilitator yang membentuk
TKM yang nantinya dapat bekerja sama dalam melaksanakan Program.
b. Karang Taruna Kelurahan Mekarwangi
Karta Mekarwangi berperan sebagai fasilitator yang mendampingi TKM
dalam melaksanakan tugas dalam pelaksanaan program dan juga sebagai
105
pihak yang memonitor jalannya program.
c. Tim Kerja Masyarakat (TKM)
TKM yang telah dibentuk berperan sebagai agen perubahan yang
menjalankan program pelatihan yang telah direncanakansbelumnya.
d. Aparat Kelurahan Mekarwangi
Aparat Kelurahan Mekarwangi berperan sebagai pendukung dari jalannya
program pelatihan tersebut.
e. Narasumber/Pelatih
Pelatih ini merupakan orang yang ahli dibidang wirausaha yang nantinya
akan menjadi pebimbing dan pelatih bagi sasaran program dalam program
yang dijalankan.
2. Menetapkan Waktu Kegiatan
Kegiatan program Berani Berwirausaha Tingkatkan Hidupmu bagi Fakir
Miskin dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih satuminggu.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan program secara teknis diuraikan sebagai berikut:
106
Evaluasi dilakukan untuk proses penilaian akan keberhasilan intervensi yang
sudah dilaksanakan oleh Praktikan,Karang Taruna dan TKM baik dari segi proses
maupun pencapaian hasil. Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk memberikan
penilaian tentang ketercapaian intervensi. Kegiatan evaluasi juga sebagai media
proses peningkatan kinerja pelaksanaan kegiatan selanjutnya Evaluasi yang
dilakukan terbagi menjadi Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil yaitu sebagai
berikut:
1. Evaluasi Proses
Intervensi yang telah dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Dukungan datang dari berbagai pihak seperti Aparat Kelurahan Mekarwangi
yang mendukung jalannya program yang telah dilaksanakan sehingga dapat
menumbuhkan semangat dari TKM yang bertugas dalam jalannya kegiatan.
2. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil ini mengukur keberhasilan dari program yang telah dibuat dan
dilaksanakan oleh Praktikan bersama dengan TKM yang sudah dibentuk.
TKM bekerja sesuai dengan tujuan dan target dari program pelatihan yang
dilakukan.
iii. Perancangan Terminasi dan Rujukan
1. Terminasi
Terminasi merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan
masyarakat atau kelompok sasaran. Tahap ini dilakukan oleh praktikan ketika
program sudah harus dihentikan sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan. Praktikan melakukan terminasi dengan Aparat Kelurahan, Karang
Taruna, TKM, dan masyarakat. Dalam proses terminasi praktikan mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
kegiatan. Praktikan menyampaikan alasan diakhirinya kegiatan praktikum.
2. Rujukan
Rujukan merupakan tindak lanjut dari proses pengakhiran yang
membutuhkan keberlanjutan intervensi yang sudah dilaksanakan dengan
menyalurkan pada sistem sumber yang dapat melanjutkan proses intervensi atau
program yang telah dilaksanakan. Adapun pihak- pihak yang dapat dijadikan
107
sistem sumber untuk merujuk kegiatan ini yaitu :
a. Pemerintah Kelurahan Mekarwangi
Praktikan merujuk kepada pemerintah Kelurahan agar mendapat dukungan
program.
108
BAB IV
PENUTUP
109
sosialnya. Lalu pada tahap spiritual klien ingin mengetahui tentang bagaimana
kehidupan beragama sasaran. Praktikan menggunakan teknologi ecomap untuk
melihat hubungan antara sasaran dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Praktikan menggunakan teknologi kuadran strength untuk mengetahui potensi
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sasaran baik dilihat dari aspek
lingkungannya maupun dirinya sendiri.
Penerapan teknologi pada saat asesmen sangat membantu praktikan untuk
mengetahui permasalahan sasaran. Melakukan asesmen tidak hanya sekali saja
melainkan dua atau tiga kali asesmen. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data
yang akurat dan bisa di pertanggung jawabkan. Pada praktikum kali ini praktikan
belajar banyak tentang bagaimana melakukan asesmen pada sasaran, bagaimana
melakukan asesmen pada sasaran yang kurang terbuka dan juga melakukan
rencan-rencan intervensi pada sasaran yang memiliki masalah sosial yang
beranekaragam.
110
mengalami beberapa hambatan terutama permasalahan waktu dan juga keadan
lain yang menghambat pelaksanaan praktikum.
Pelaksanaan Praktikum laboratorium sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan yaitu mulai dari tanggal 24 Maret sampai dengan 15 April 2023.
Praktikum laboratorium yang dilaksanakan di Kelurahan Mekarwangi pada
dasarnya membantu praktikan untuk dapat merasakan bagaimana melaksanakan
peran pekerja sosial makro. Masalah yang diintervensi dalam kegiatan praktikum
ini adalah permasalahan Fakir Miskin yang merupakan ranah pekerjaan sosial.
Asesmen sosial yang diakukan oleh praktikan berjalan dengan baik,baik itu
proses di asemen awal maupun asesmen lanjutan. Pada asesmen awal
dilaksanakan tanggal 31 Maret 2023. dengan menerapkan metode partisipatory
asessmen untuk menemukenali permasalahan sosial di Kelurahan Mekarwangi .
111
Hal ini didukung oleh masyarakat, aparat kelurahan dan kecamatan yang terbuka
dan dengan sukarela membantu praktikan untuk memberikan informasi yang
akurat dan sesuai dengan kondisi dan fakta di lapangan.
112
terjadi di masyarakat dan harus memberikan fasilitas dan bantuan terhadap Fakir
Miskin dalam mengakses sistemsumber yang ada. Pihak Keluarahan harus mempu
merangkul seluruh elemen yang ada di masyarakat agar berperan aktif dalam
mendukung setiap program penanganan masalah kesejahteraan sosial, khususnya
program Fakir Miskin yang ada di wilayah Kelurahan Mekarwangi.
113
DAFTAR PUSTAKA
Edi Suharto, dkk. (2004). Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial dan Pekerjaan
Sosial:Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia. Bandung.
STKS Press
Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan Dan
Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dan
Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial
114
LAMPIRAN
115