Anda di halaman 1dari 5

Peran Kepemiminan dalam Praktik Pekerjaan Multikultur

PAPER
dijukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kompetensi Multibudaya dalam
Pekerjaan Sosial

Dosen Pengampu
Drs. Ramli A. Rahman, M.pd

Oleh
Rafi Nur Kurniawan
19.04.089

KELAS 2G PEKERJAAN SOSIAL


PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV
POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2020
A. Kepemimpinan dalam multikultur budaya
Budaya secara tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku kepemimpinan.
Hal itu dikemukakan oleh Bowditch dan Buono, dengan alasan bahwa sikap dan
perilaku seseorang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dipegangnya, dan nilai – nilai
itu dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan sosial. Budaya juga merupakan
perekat sosial di dalam mempersatukan anggota – anggotanya dalam tujuan
organisasi berupa ketentuan – ketentuan atau nilai yang harus dilakukan oleh para
anggota.
Peranan kepemimpinan dalam multikultural budaya sangatlah dibutuhkan.
Budaya organisasi dapat terlaksana dengan baik, apabila kepemimpinan dijalankan
sesuai fungsinya dan peranannya, artinya bahwa peranan pemimpin dapat
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan bawahannya supaya perilaku
bawahan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan akan membantu terbentuknya
budaya organisasi. Dalam mengembangkan budaya organisasi seorang pemimpin
harus mempunyai nilai dan kepercayaan yang jelas dan kuat tentang organisasi yang
diinginkan. Pemimpin memiliki kontribusi sebagai pencipta dan membentuk
budaya organisasi, karena memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk
melakukannya. Selain itu, pemimpin memiliki visi dan misi, kemudian memberikan
contoh dan menyebarkannya yang kemudian diikuti oleh bawahannya. Hubungan
yang saling terbuka dan percaya merupakan hal yang mendukung penyebaran nilai
– nilai dan norma yang ada dalam budaya organisasi.

B. Hubungan Kepemimpinan Untuk Memajukan Budaya dengan


Pekerjaan Sosial
Pekerjaan sosial adalah aktivitas pertolongan yang bertujuan untuk
membantu individu, kelompok, dan masyarakat untuk menjalankan peranan sesuai
dengan status sosialnya. Indonesia merupakan Negara multicultural terbesar di
dunia, dimana kemajemukannya dapat dilihat dari suku, agama, ras, etnis, budaya,
bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Maka dari itu, dalam praktiknya, seorang
pekerja sosial pasti berhubungan langsung dengan klien yang memiliki
keanekaragaman budaya tersebut. Pekerja sosial akan menjadi agen perubahan
yang mendemonstrasikan keterampilan kepemimpinan untuk bekerja efektif
dengan kelompok multikultural di lembaga, pengaturan organisasi, dan komunitas.
Tanggung jawab pekerja sosial adalah untuk memajukan budaya kompetensi
dan keadilan sosial dengan klien dan dalam organisasi, profesi, sistem, dan
masyarakat. Kepemimpinan pekerja sosial akan memahami budaya kerendahan hati
dan dinamika hak istimewa, kekuasaan, dan keadilan sosial yang terwujud dalam
diri mereka sendiri tempat kerja, mengambil tanggung jawab untuk mendidik orang
lain dan, pada akhirnya, memajukan perubahan sosial dalam sistem, organisasi, dan
masyarakat.

C. Penerapan standar kepemimpinan dalam praktik pekerjaan multikultur


1.memajukan dan mempromosikan kompeten secara budaya berlatih dengan klien
dan dalam organisasi, profesi pekerjaan sosial, dan komunitas
2. menciptakan tim kerja multikultural yang efektif
3. menggabungkan dan menyebarkan informasi tentang kompetensi budaya dalam
kegiatan profesional (misalnya, kerja komite, beasiswa, penelitian) dan di arena lain
yang sesuai
4. bekerja dalam kemitraan dengan klien yang terpinggirkan dan komunitas untuk
memperkuat ini komunitas, mendorong penggunaan kekuasaan dan memfasilitasi
pemberdayaan klien-komunitas
5. mendukung baik di dalam maupun di luar profesi untuk perlakuan yang adil dan
setara terhadap klien dan rekan kerja, terutama mereka yang terpinggirkan
kelompok budaya
6. melayani dalam peran di mana mereka dapat membuat perbedaan dalam
memajukan multikulturalisme inklusi dan kompetensi budaya
7. mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri untuk terlibat dan
memfasilitasi percakapan yang sulit tentang perbedaan budaya
8. mengenali dan menghormati kekuatan dan perbedaan profesional dan pribadi
hubungan dengan orang lain
9. mengatasi penolakan terhadap adopsi praktik yang kompeten secara budaya
10. melibatkan kolega dalam identifikasi dan implementasi strategi yang
memperkuat dan mempertahankan organisasi multikultural yang inklusif
11. memobilisasi kolega, klien, dan organisasi untuk mengatasi ketidakadilan, bias,
dan isme di semua tingkatan
12. mengadvokasi keanggotaan multikultural di badan peraturan dan lisensi negara
untuk profesi pekerjaan sosial.

D. Tantangan/Hambatan
Tantangan/ hambatan yang dihadapi dalam penerapan standar kepemimpinan
dalam praktik pekerjaan multikultur:
1. Adanya perpindahan orang dari satu budaya ke budaya yang lain atau juga
merupakan perbandingan dari kepemimpinan pada suatu budaya tertentu
dengan kepemimpinan di budaya lain yang saling berinteraksi dan
berseberangan.
2. Adanya dominasi budaya tertentu terhadap budaya lain di dalam satu
komunitas, dapat mengakibatkan ketegangan yang berujung kepada
konflik.
3. Menyamakan persepsi tentang organisasi yang semakin kompleks akibat
budaya dalam organisasi.

E. Cara Mengatasi Tantangan/Hambatan


1. Perlu adanya paradigma kepemimpinan yang tepat agar dominasi budaya
tertentu dalam sebuah komunitas yang beragam tidak terjadi.
2. Pekerja social sebagai seorang mampu merubah (transcend) akulturasi dan
menghormati budaya-budaya yang berbeda dikalngan masyarakat
3. Memiliki pemahaman yang luas dan dinamis tentang variasi
budaya,tantangan, dan kesempatan dalam pengembangannya.
4. Membangun hubungan kerja lintas-budaya untuk kepercayaan,
penghormatan dan kewajiban
5. Memberikan pemecahan masalah lintas budaya yang kreatif
6. Ikut terlibat dalam konstruksi budaya ketiga dalam berbagai operasi
kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai