Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ANALITIK

APLIKASI DARI MACAM- MACAM ELEKTROANALISIS

Dosen Pengampu
Vina Amalia, M.Si

Disusun oleh
Ine Rahayu
1177040035

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
Macam- macam Elektroanalisis:
1. Potensiometri
Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial listrik
dengan menggunakan elektroda, dan alat yang digunakan dalam potensiometri ini
adalah potensiometer. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan
Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi
arus nol.

2. Konduktometri
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur
konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik
terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil
konduktivitas.

3. Koulometri
Koulometri merupakan metode analisis yang melibatkan pengukuran jumlah
arus listrik (dalam coulom) yang diperlukan untuk mengubah analit secara kuantitatif
ke tingkat oksidasi yang berbeda.

4. Voltametri
Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar
elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan
antara besaran listrik dengan reaksi kimia, yaitu menentukan satuan-satuan listrik
seperti arus, potensial, atau tegangan, dan hubungannya dengan parameter-parameter
kimia.

5. Eletktrogravimetri
Elektrogravimetri adalah metode analisis yang didasarkan pada pengendapan
zat dengan menggunakan listrik . Atau elektrogravimetri adalah metode penentuan
kadar ion/unsur berdasarkan hasil penimbangan berat zat yang mengendap pada salah
satu elektroda pada reaksi elektrolisis terhadap larutan cuplikan/ metode yang
menggunakan pemisahan dan pengukuran ion dari sampel, biasanya dari logam.
Sumber: Ewing, Galen. W. 1985. Instrumental Method of Chemical
Analysis. N e w York: Mc Graw Hill company
Aplikasi Potensiometri
 Titrasi potensiometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekivalen, penentuan nilai
pKa, dan konsentrasi sampel. Penentuan titik ekivalen dengan cara ini lebih teliti dari
pada penggunaan indikator. Titik ekivalen dapat diperoleh dengan beberapa metode,
diantaranya:
1. Metode Bisection
2. Metode Tangensial
3. Metode Circlefit
4. Metode Tubulasi
 Menentukan nilai pKa. Nilai pKa didapat dari setengah nilai volume peniter saat
mencapai titik ekivalen.
 Menentukan konsentrasi sampel. Konsentrasi sampel ditentukan dari titik ekivalen.
Dari titik ekivalen akan diperoleh jumlah mol sampel, dan akan didapat konsentrasi
sampel yang digunakan.

Sumber: https://www.academia.edu/8993135/Dasar_Potensiometri Diakses 11 Mei 2019

Aplikasi potensiometri secara umum yaitu:

 Menetapkan tetapan kesetimbangan.


 Pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi.
 Di bidang farmasi yaitu potensiometri digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi
pada titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan
kompleks (Khopkar, 2003)
Sumber : Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
 Penerapan secara teoritis dari potensiometri yaitu penentuan tetapan kesetimbangan
termodinamika seperti Ka, Kb, dan Ksp.
 Penerapan secara praktikal yaitu pembuatan pH meter, penentuan kadar polutan
dalam lingkungan, dan pemeriksaan pH produk industri.

Sumber: Day R.A. dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
 Sensing of Chlorpheniramine dalam aplikasi Farmasi oleh Sequential Injector dengan
Potensiometer
Jurnal ini melaporkan pengembangan sistem injektor berurutan yang digabungkan
dengan potensiometer, untuk penginderaan dan penentuan cepat chlorpheniramine. Prosedur
dioptimalkan dan kinerja analitisnya dievaluasi secara menyeluruh. Metode ini berhasil
diterapkan pada penentuan chlorpheniramine dalam formula farmasi. Metode ini hemat biaya,
sensitif dan dapat direproduksi dengan laju sampling 18 sampel per jam.
Perangkat penginderaan yang digunakan dalam sistem portabel ini terdiri dari SIA yang
dikombinasikan dengan sel potensiometri sebagai unit deteksi (Gbr. 2). Sistemnya adalah
FIALab 3500 (Medina, WA USA). Ini terdiri dari pompa jarum suntik, katup multi-posisi, sel
Z-flow dengan konektor serat optik SMA serta tabung pompa dan PC. Pompa jarum suntik
adalah 24.000 langkah dengan umpan balik enkoder optik dan 1,5 s – 20 menit per langkah
ukuran 2,5 mL. Akurasi lebih dari 99% pada stroke penuh. Kapasitas volume jarum suntik
adalah 2.500 mL. Katup multi-posisi memiliki delapan port dengan tekanan standar 250 psi
(gas) / 600psi (cair); volume mati nol; lembam secara kimia; pemilihan port biasanya
dilakukan menggunakan program perangkat lunak [16-18]. Sel Z-flow adalah plexiglass
panjang jalur 10 mm yang kompatibel dengan serat optik terminasi SMA standar yang
digunakan. Tubing pompa 0,30 in. ID Jenis Teflon dipasok oleh Upchurch Scientific, Inc.
(Oak Harbor, WA, USA) digunakan untuk menghubungkan unit yang berbeda dan membuat
koil penahan (panjang 190 cm) dan koil reaksi (panjang 190 cm) ).
Sel potensiometri terdiri dari dua kabel platinum yang terhubung ke lubang kecil di sel
silinder kaca. Ujung-ujung elektroda terkena larutan yang melewati lubang sel. Ujung lain
dari dua elektroda terhubung ke sirkuit listrik dan ke LabJack. Sirkuit ini digunakan untuk
memasok arus, dan dengan demikian perbedaan potensial dapat dicatat. LabJack dapat
mengubah sinyal menjadi digital dan karena itu dapat ditarik hanya ke perangkat lunak SIA.
Sumber: Tawfik A,Saleh. 2011. Journal of Pharmaceutical Analysis: Sensing of
Chlorpheniramine in Pharmaceutical applications by Sequential Injector
Coupled with Potentiometer. Volume 1. Issue 4. Pages 246- 250. Chemistry
Department, King Fahd University of Petroleum and Minerals: Saudia Arabia
Aplikasi Konduktometri
 Penentuan kadar suatu zat dalam sampel.
 Pemisahaan zat-zat logam yang berbahaya yang ada dalam air.
 Mengukur daya hantar larutan elektrolit seperti air limbah
 Untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan suatu elektrolit yang sulit larut

Sumber: http://jovicksmakpa1.blogspot.com/2015/12/konduktometri.html diakses 03


Juni 2018

Konduktometri dapat diaplikasikan kedalam industri dan laboratoium dalam bentuk:


 Pengunaan alat konduktometer di laboratorium yaitu untuk mengukur daya hantar
larutan zat elektrolit baik secara langsung, seperti pengukuran daya hantar larutan
sampel air atau air limbah, sampel makanan/minuman atau obat-obatan atau
digunakan di laboratorium pada proses titrasi netralisasi, titrasi pengendapan bahkan
dapat juga digunakan untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan (K dan
Ksp) suatu larutan elektrolit yang sulit larut. Pada titrasi secara konduktometri akan
terjadi perubahan ion ataupun jumlah ion yang mengakibatkan perubahan hantaran
larutan selama titrasi tersebut.
 Konduktometri juga dapat digunakan dalam penganalisaan enzim.
 Dalam bidang kedokteran/Klinis: Analisis kandungan unsur atau senyawa dalam
sampel air seni, cairan tubuh, dan sebagainya
 Aplikasi Analitik
Pengukuran – pengukuran hantaran biasanya dilakukan pada larutan berair
(H2O adalah penghantar buruk pada 250 C). Pada konsentrasi tinggi, kenaikan
konsentrasi menyebabkan naiknya hantaran secara linear.
Contoh aplikasinya adalah analisi kandungan NO2: H2O dalam asam nitrat
berasap. Hantaran diukur pada HNO3 sebelum dan sesudah pengolahan dengan KNO3.
Ini merupakan prosedur yang cepat dan baik untuk melakukan analisis air. Dan juga
bermanfaat untuk penentuan amoniak dalam materi biogas, dimana amoniak
dikeluarkan kemudian ditampung dalam H3BO3. Kemudian hantaran spesifiknya
diukur. Ini juga digunakan untuk menentukan ion – ion spesifik pada lingkungan ion –
ion lain yang mudah diendapkan, Sedangkan ion spesifik itu sendiri kelarutannya kecil.
Nilai K ditentukan sebelum dan sesudah penambahan reagen pengendap.
Sumber: Sumar Hendayana, Dr., dkk,1997. KIMIA ANALITIK INSTRUMEN. IKIP:
Semarang Press
 Kelayakan penerapan biosensor konduktometrik berdasarkan asetilkolinesterase untuk
analisis penghambatan senyawa beracun yang berbeda sifatnya
Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan biosensor konduktometri berbasis
asetilkolinesterase mempertimbangkan kelayakan penerapannya untuk analisis
penghambatan berbagai racun. Dalam makalah ini, kondisi optimum untuk imobilisasi
enzim pada permukaan transduser dipilih serta konsentrasi substrat yang optimal untuk
analisis penghambatan. Sensitivitas dari biosensor yang dikembangkan untuk berbagai
kelas senyawa toksik (pestisida organofosfor, ion logam berat, surfaktan, aflatoksin,
glikoalkaloid) diuji. Terlihat bahwa biosensor yang dikembangkan dapat berhasil
digunakan untuk analisis pestisida dan mikotoksin, serta untuk penentuan toksisitas total
sampel.
Transduser konduktometri (Gambar 1), digunakan dalam jurnal ini, diproduksi
sesuai dengan rekomendasi penulis di Institut Lashkarev dari Fisika Semikonduktor (Kyiv,
Ukraina). Konduktometri ini berukuran 5 mm x 30 mm dan terdiri dari dua pasang identik
elektroda interdigitated emas yang disimpan pada dasar keramik. Permukaan sensitif dari
masing-masing pasangan elektroda adalah sekitar 1,0 mm x 1,5 mm. Lebar jari-jari
transduser dan jaraknya adalah 20mm. Transduser konduktometri dihubungkan ke
pengaturan pengukuran, yang dijelaskan secara rinci dalam karya sebelumnya.
Biosensor konduktometri berbasis pada asetilkolinesterase amobil dikembangkan
untuk penentuan inhibisi zat-zat beracun yang sifatnya berbeda. Waktu optimal imobilisasi
enzim pada permukaan transduser kondukmetri dalam uap GA jenuh adalah 20 menit.
Konsentrasi substrat yang optimal untuk analisis penghambatan dipilih; tergantung pada
jenis penghambatan dan kelas racun, masing-masing adalah 1mM dan 3 mM AChCl untuk
inhibisi reversibel dan ireversibel. Sensitivitas dari biosensor yang dikembangkan terhadap
racun dari berbagai kelas diuji. Kisaran linear penentuan trichlorfon adalah 25–300 mM,
untuk ion Cu2 + - 5-1200 mM, untuk aflatoksin B1 - 0,02–170mM, untuk klorida
benzalkonium - 5–100 mM, untuk solanin - 20–150 mM. Kelayakan aplikasi biosensor ini
untuk deteksi selektif berbagai agen toksik dianalisis. Ditemukan bahwa biosensor berbasis
AChE dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai kelompok toksin, tetapi lebih baik
untuk menentukan aflatoksin atau untuk mendeteksi toksisitas total sampel. Sebuah
pendekatan baru diusulkan untuk analisis selektif senyawa toksik yang berbeda dalam
sampel oleh biosensor berbasis AChE tunggal menerapkan tahap tambahan reaktivasi
enzim membran bioselektif setelah setiap pengukuran.
Sumber : K.V.Stepurskaa, O.O Soldatkin, I.S. Kucherenko, V.M.Arkhypovaa,
S.V.Dzyadevycha, A.P.Soldatkina. 2017. Feasibility of application of
conductometric biosensor based on acetylcholinesterase for the inhibitory
analysis of toxic compounds of different nature. Volume 854 , Pages 161-168.
Laboratory of Biomolecular Electronics Institute of Molecular Biology and
Genetics of National Academy of Sciences: Ukraine
Aplikasi Koulometri
 Metode coulometri (khususnya coloumetri potensiostatik) telah banyak
digunakan untuk menentukan lebih dari 50 jenis unsur. Coloumetri banyak digunakan
untuk menentukan kadar uranium dan plutonium, karena pada teknik ini
interaksi antara komponen alat dan sampel minimal, sehingga aman untuk unsur-
unsur yang bersifat radioaktif.
 Penggunaan lain dari coloumetri yang sering digunakan adalah untuk menentukan
kadar oksigen pada suatusampel, menggunakan elektroda Kadmium dan logam
perak berpori.
 Dapat m e n e n t u k a n kadar oksigen dalam suatu sampel karena
t i d a k membutuhkan sumber listrik dari luar, karena energinya sudah cukup dari reaksi
redoks yangterjadi. Keefisienan teknik coloumetri untuk menentukan kadar oksigen
membuat coloumetri digunakan dalam penentuan kadar air dalam suatu
campuran minyak-air.
 Digunakan untuk memisahkan campuran material tertentu;
u n t u k mengukur laju difusi.
 Untuk menentukan kadar suatu senyawa organik.
 Penggunaan teknik coloumetri yang paling populer adalah pada reaksi Karl
Fischer dan pada penentuan ketebalan suatu film
 Reaksi Karl Fischer
Reaksi Karl Fischer adalah metode titrasi yang dikenalkan oleh seorang
kimiawanJerman, Karl Fischer, untuk menentukan kadar air dalam sampel.
Teknik ini diperkenalkan untuk menentukan kadar air dalam suatu sampel, dengan
teknik coloumetri. Biasanya reaksiKarl Fischer ini diterapkan untuk
menentukan kadar air dalam bahan-bahan yang memilikiinteraksi khusus
dengan air seperti mentega, gula, keju, kertas dan minyak bumi. Elektroda
utamanya adalah iodin, dan elektroda tanbahannya adalah platina, dengan pelarut
yang paling banyak digunakan adalah metanol yang dicampur dengan sedikit piridin.
Reaksi secara umumyang terjadi adalah:

 Penentuan Ketebalan suatu Film


Coloumetri dapat digunakan untuk menentukan ketebalan suatu pelapis
berbahan logam tertentu. Teknik ini dilakukan dengan mengukur energi listrik yang
dibutuhkan untuk melarutkan sampel bahan pelapis tertentu, dimana ketebalan
film sebanding dengan bobotmolekul logam, arus yang bekerja dan berbanding
terbalik dengan masa jenis logam dan luas permukaan sampel. Elektroda yang
biasa digunakan adalah platina, dan sebuah elektroda yang jenisnya tergantung
pada reaksi yang terjadi.
Sumber: https://dokumen.tips/documents/coulometry-sedikit-revisi.html Diakses
Maret 2016

 Aplikasi analitik untuk mikrotitrasi heterogen


Jumlah absolut gugus -COOH dalam mikrosfer biasanya relatif rendah,
sehingga sebagai alternatif untuk titrasi di mana konsentrasi larutan yang digunakan
sudah diketahi, dalam jurnal ini mengusulkan aplikasi metode titrasi koulometri untuk
menentukan kelompok karboksil yang memuat dalam mikrosfer polyacrylate.
Mempertimbangkan bahwa gugus karboksil dalam kopolimer terletak baik di
permukaan maupun dalam jumlah besar mikrosfer serta dengan meningkatnya jumlah
asam metakrilat yang diperkenalkan sifat-sifat bola berubah, prosedur yang digunakan
untuk karakterisasi mikrosfer adalah titrasi balik. Mikrosfer dibiarkan bereaksi dengan
ion hidroksida yang dihidrogenerasi dan kemudian dilakukan titrasi dengan ion H +.
Emulsi untuk fotopolimerisasi mikrosfer disiapkan menggunakan Ultrasonic
Processor (homogenizer) Hielscher, model UP 200S. Mikrosfer yang diperoleh
dipisahkan dari larutan menggunakan centrifuge MPW-251 Centrifuge (MPW Med.
Instruments). Sistem indikator terdiri dari pH-meter dan menggabungkan elektroda
gelas, keduanya dari Seven Multi Mettler Toledo. Penganalisis koulometrik buatan
(kisaran arus 0,03-100 mA, tegangan keluaran 19 V) digunakan untuk semua
eksperimen koulometrik. Generator elektroda terbuat dari platinum foil dengan luas
permukaan 2 cm2. Area permukaan anoda perak pembangkit dipilih sehingga
kerapatan arus dapat diubah dalam kisaran 0,1 hingga 10 mA ∙ cm-2. Anoda perak
memiliki luas permukaan sekitar 4 cm2. Titik akhir titrasi dievaluasi menggunakan
metode Gran27. Pengukur sudut kontak dengan kamera video dan perangkat lunak
komputer digunakan untuk pengukuran sudut kontak(Theta Lite, KSV Instruments,
Ltd., Helsinki, Finlandia). Gambar tetesan direkam dan setiap pengukuran sudut
kontak diulang lima kali. Sudut kontak diukur pada suhu kamar di sisi kiri dan kanan
tetesan.
Dalam jurnal ini untuk pertama kalinya aplikasi yang sukses dari serangkaian
mikrosfer kopolimer yang mengandung asam heksil akrilat dan asam metakrilat, dalam
jumlah yang berbeda sebagai titran heterogen dengan menggunakan metode koulometri
sederhana penentuan ion Ni2 +. Ditemukan bahwa jumlah gugus karboksil permukaan
dari mikrosfer yang berbeda yang dimiliki seri sebanding dengan jumlah asam mers
yang diperkenalkan pada polimerisasi, memungkinkan aplikasi mikrosfer ini sebagai
pereaksi dengan konsentrasi berbeda dari gugus karboksil reaktif. Selain itu, ditemukan
bahwa jumlah gugus karboksil reaktif curah secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah asam yang digunakan untuk polimerisasi, perbedaan yang
diamati dikaitkan dengan sifat-sifat mikrosfer yang sangat lipofilik dan berikatan
silang.

Sumber: EmiliaStelmach, Krzysztof Maksymiuk, AgataMichalska. 2016.


Copolymeric hexyl acrylate-methacrylic acid microspheres – surface
vs. bulk reactive carboxyl groups. Coulometric and colorimetric
determination and analytical applications for heterogeneous
microtitration. Volume 159. Pages 248-254. Faculty of Chemistry,
University of Warsaw : Poland
Aplikasi Voltametri
 Digunakan untuk menentukan kadar paracetamol
Kadar parasetamol dalam tablet ditentukan dengan metoda voltametri. Voltametri
sendiri merupakan suatu metoda analisis kuantitatif yang didasarkan kepada kurva
antara arus dan potensial yang disebut voltamogram. Jenis voltamogram yang dipakai
dalam percobaan ini adalah DPV (Differential Pulse Voltammogram). Pada metoda
voltametri ini digunakan tiga buah elektroda, yaitu elektroda pasta karbon sebagai
elektroda kerja, elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding, dan elektroda
Platina sebagai elektroda pembantu.
Elektroda kerja pada voltametri tidak bereaksi dengan analit, melainkan
merespon elektroda aktif yang berada pada sampel dengan bentuk transfer muatan pada
permukaan elektroda sehingga potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang
diselidiki. Elektroda pembanding adalah elektroda yang menjaga nilai potensial tetap
konstan, tidak bergantung pada arus yang mengalir. Elektroda pembanding mempunyai
nilai potensial setengah sel tertentu yang sudah diketahui pasti dan nilainya tidak akan
dipengaruhi oleh sampel. Elektroda pembanding dan elektroda kerja ini merupakan
komponen utama dalam potensiometri, bedanya dengan voltametri adalah pada
voltametri adanya elektroda pembantu yang bertujuan untuk menangkap kelebihan arus
dan menyediakan arus pada larutan elektrolit (menstabilkan arus).
Elektroda pasta karbon dibuat dari campuran grafit dan parafin dengan
perbandingan berturut-turut adalah 7 : 3. Perbandingan ini hanya semata-mata untuk
membuat seluruh grafit yang ada menjadi berbentuk pasta. Yang digunakan dalam
elektroda ini pada dasarnya hanyalah grafit, sedangkan parafin digunakan untuk
merubah grafit menjadi bentuk pasta agar di saat pencelupan elektroda kerja, grafit
tidak berhamburan ke larutan.
Sebelum dilakukan pengukuran voltametri terhadap sampel, dibuat kalibrasi
dari kurva arus-potensial dengan menggunakan larutan standar parasetamol. Pada
pembuatan larutan, ditambahkan buffer fostfat pH 6 sebagai pengencer nya, buffer
fosfat pH 6 ini berfungsi mengurangi arus yang terjadi akibat interaksi antara ion dan
elektron yang akan mengganggu arus yang terbaca, arus ini disebut arus migrasi, hal
ini menyebabkan konsentrasi buffer fosfat pH 6 haruslah besar. Selain arus migrasi, ada
juga arus konveksi yang dapat menganggu pengukuran arus, arus ini disebabkan oleh
adanya pengadukan. Arus yang terukur diusahakan murni hanya dari proses reduksi
atau oksidasi pada permukaan elektroda kerja saja.
Dengan perhitungan stoikiometri, didapatkan massa parasetamol dalam satu
tablet adalah 503.4937 mg. Referensi yang tersedia dari tablet parasetamol tersebut
adalah 500 mg parasetamol per tablet.

Sumber : www.voltammetry.net/pine/after,atj/echem/square_wave_voltammetry,
diakses 04/03/2014 pukul 01:35 WIB

 Aplikasi pertama dari screen-printedelectrodes berbasis karbon dengan penentuan


voltametri dari filter UV organic oxybenzone dan octocrylene
Metodologi voltametri baru diusulkan untuk penentuan simultan filter UV
organik oxybenzone (benzophenone 3, BP3) dan octocrylene (OC) dalam produk
perawatan dan ekstrak air limbah. Hal ini didasarkan pada metode voltametri stripping
adsorptif (AdSV) yang dikembangkan sebelumnya untuk menggantung elektroda tetes
merkuri, yang disesuaikan dengan karakteristik khusus dari elektroda cetak layar
berbasis karbon. Di antara substrat karbon yang diuji, perangkat cetakan karbon biasa
menunjukkan kinerja terbaik, dengan batas deteksi 4,8 dan 6,6μmolL − 1 dan kisaran
linearitas 16-400 dan 22-400μmolL − 1 untuk BP3 dan OC, masing-masing, dan,
dibandingkan dengan elektroda merkuri, dengan keunggulan keamanan lingkungan,
mudah digunakan, biaya rendah dan kompatibilitas dengan otomatisasi dan pengukuran
aliran. Metodologi telah berhasil diuji dalam sampel nyata dan dibandingkan dengan
metodologi standar dengan kromatografi cair - spektrometri massa tandem (LC-MS /
MS).

Sumber: Adri Sunyer, Ainoa González-Navarroa, M. PauSerra-Roigb, NúriaSerranoa, M.


SilviaDíaz-Cruzb, José ManuelDíaz-Cruz. 2018. First application of carbon-based
screen-printedelectrodes for the voltammetric determination of theorganic UV
filters oxybenzone and octocrylene. Volume 196. Pages 381-388. Department of
Chemical Engineering and Analytical Chemistry: Barcelona, Spain
Aplikasi Elektrogravimetri
 Teknik ini sangat baik untuk penentuan logam – logam seperti perak atau tembaga
dimana unsur – unsur lain kurang mudah diredukai dibanding H+. Penambahan NO3-
sangat penting untuk menstabilkan katoda agar tidak menjadi sangat negatif.
 Penentuan kemurniaan dengan nilai ketidakpastian dalam kemurniaan tinggi logam
Timbal

Pada elektrogravimetri, potensi elektrode digunakan dalam waktu yang cukup lama
untuk mengendapkan analit sebanyak 100%. Dalam elektrogravimetri tegangan
diletakkan pada elektroda yang bekerja. Arus diukur dalam milliamper (mA). Jika
konsentrasi ion logam dalam larutan elektrolisis tidak cukup, reaksi lain seperti reduksi
ion hidrogen terjadi. Dan jika ada spesies yang mengganggu, maka akan keluar dari
plat. Dalam gravimetri konvensional ketidakpastian utama disebabkan oleh
pengulangan tetapi pada elektrogravimetri terdapat pada beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi hasil akhir.
 Pengendapan Tembaga
Tembaga dapat diendapkan dari larutan H2SO4/HNO3 atau campuran diantara
keduanya, dimana potensial listrik yang digunakan sebesar 2 – 3 Volt sehingga reaksi
yang terjadi:
Katode: Cu2++ 2e ↔ Cu
2H++ 2e ↔ H2
Anode: 4OH- ↔ O2 + 2H2O + 4e
Konsentrasi asam di dalam larutan tidak boleh terlalu tinggi karena
pengendapan tembaga tidaklah sempurna dan endapan tidak melekat secara sempurna.
Asam nitrat yang digunakan haruslah asam nitrat yang bebas dari nitrit karena ion nitrit
dapat merintangi pengendapan tembaga secara sempurna. Sebelumnya sam nitrat
dididihkan terlebih dahulu sebelum digunakan dan ditambahkan dengan urea.
2H+ + 2NO2- + CO(NH2)2 ↔ 2N2 + CO2 + H2O

Asam nitrit dapat dihilangkan dengan penambahan sedikit asam sulfamat :


H+ + NO2- + -O.SO2.NH2 ↔ N2 + HSO42- + H2O

Alasan menghindarkan sistem dari ion klorida adalah:


a. Klor yang dibebaskan pada anoda akan menyerang Pt. Hal ini dapat diatasi dengan
suatu zat pendepolarisasi anodik seperti garam hidrazium atau hidroksilamonium.
b. Cu(I) distabilkan sebagai suatu kompleks-kloro dan tetap tinggal dalam larutan sampai
teroksidasi kembali pada anode.
Beberapa unsur yang dapat ditentukan secara elektrogravimetri.

Ion DitimbangSebagai Kondisi


Cd2+ Cd Larutan sianida basa
Co2+ Co Larutan sulfat beramoniak
Cu2+ Cu Larutan dengan HNO3/H2SO4
Fe3+ Fe Larutan [NH4]2C2O4
Pb2+ PbO2 Larutan HNO3
Ni2+ Ni Larutan sulfat beramoniak
Cd2+ Cd Larutan sianida basa
Co2+ Co Larutan sulfat beramoniak
Cu2+ Cu Larutan dengan HNO3/H2SO4

Sumber: http://idha-chemistry.blogspot.com/2016/05/elektrogravimetri.html?m=1 diakses


Rabu, 11 Mei 2016

 Mengidentifikasi aktivitas ion dan transportasi pelarut melintasi polimer dengan


metode electrogravimetry. Aplikasi untuk polianilin
Model yang disederhanakan dari transportasi pembawa muatan dan spesies netral
dalam melakukan polimer disajikan. Ini memperhitungkan difusi anion, kation dan
pelarut dalam polimer dan ion dan kinetika transfer pelarut pada polimer | antarmuka
solusi. Impedansi elektrokimia dan fungsi transfer elektrogravimetrik diturunkan dan
dihitung dan diplot dalam beberapa kondisi eksperimental. Pengukuran simultan dari
impedansi elektrokimia dan fungsi transfer electrogravimetric dilakukan pada lapisan film
polianilin salah satu elektroda dari keseimbangan mikro kristal kuarsa. Penyisipan atau
pengusiran anion, kation dan pelarut diperlihatkan melalui anion / pelarut dan kation /
fungsi transfer elektrogravimetri parsial pelarut untuk polimer ini. Turunan dari
penyisipan dan adopsi dievaluasi dalam seluruh rentang potensial aktif. Berbagai kondisi
eksperimental (ketebalan film, ion) diuji.
Sumber: C.Gabrielli, M.Keddam, N.NadiH.Perrot. 2000. Ions and solvent transport
across conducting polymers investigated by ac electrogravimetry. Application
to polyaniline. Volume 485. Issue 2. Pages 101-113. Physique des Liquides et
E ́lectrochimie: France

Anda mungkin juga menyukai