Anda di halaman 1dari 5

TITRASI POTENSIOMETRI

Annisa Nur Qomariyah (85AK18039) annisanurqomariyah94@gmail.com


Program Studi D-III Analis Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Mandiri Gorontalo

A. Latar Belakang
Telah banyak dikembangkan tehnik untuk mendeteksi lanthanum dengan
menggunakan instrument seperti spektrofotometer UV-VIS, spektrofotometer serapan
atom, Inductive Couple Plasma Spektrofotometer Massa (ICP-MS) dan Inductive
Couple Plasma Spektrofotometer Emisi Atom (ICP-AES). Metode yang telah
dikembangkan umumnya relatif mahal dan kurang praktis, kadang-kadang kurang
selektif dan kurang sensitif.1-3 Metode potensiometri dengan pembuatan elektroda
selektif ion (ESI), telah banyak dikembangkan hingga pada akhir abad 20. Metode ini
diyakini merupakan metode analisis yang cukup murah dan praktis, namun dapat
memperoleh sensitivitas dan selektivitas yang cukup baik. Berdasarkan beberapa hasil
penelitian akhir secara umum membran elektroda terdiri dari senyawa berpori, yang
didalamnya mengandung ligan/ionophor (sebagai carier/pembawa) (Suyanta 2005).
Meskipun beberapa tehnik analisis secara elektrokimia dapat digunakan untuk
memonitor suatu molekul yang tidak bermuatan, namun umumnya tehnik ini
digunakan terhadap spesies-spesies yang mengalami perubahan muatan yang biasanya
dengan penambahan atau pengurangan muatan dalam reaksi redoks. Pada sistem
potensiometri biasanya selalu melibatkan spesies atau ion yang bermuatan. Larutan-
larutan yang mengandung ion-ion akan menghantarkan listrik dan disebut larutan
elektrolit yang dapat dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit nyata (true electrolyte)
dan larutan elektrolit potensial (potential electrolyte) ( j ). Teknik analisis kimia terus
dikembangkan menjadi lebih canggih dan minimalis ukurannya. Potensiometri
merupakan salah satu metode elektroanalisis yang terus dikembangkan. Elektroda yang
digunakan dalam potensiometri harus berbeda agar dapat menimbulkan beda potensial
yang dapat terukur oleh voltmeter. Pengembangan dari teknik analisis potensiometri
berawal dari penggantian elektroda indikator dengan penggunaan dua elektroda
reference. Beda potensial yang muncul pada kedua elektroda disebabkan karena
membran yang berada pada salah satu elektrodanya. Elektroda reference yang
digunakan harus bekerja berdasarkan hukum Nernst. Potensial yang dihasilkan konstan
dalam berbagai waktu dan tidak terpengaruh temperatur. Selain itu elektroda reference
yang digunakan harus reversibel dan bersifat inert.Elektroda indikator yang sering
digunakan adalah pH meter. Sensitifitas elektroda ini terhadap H+ dapat dimanfaatkan
untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang ditempuh dengan titrasi
menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan elektroda indikator yang sesuai
juga. Praktikum ini akan mencoba suatu metode yang merupakan salah satu metode
potensiometri yang dilakukan secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi
potensiometri (Agung 2016).
B. Tujuan
Untuk menentukan konsentrasi HCL dalam larutan dengan menggunakan metode
petonsiometri
C. Manfaat
D. Teori
Titrasi potensiometri menyangkut perbedaan potensial antara suatu elektroda
indikator dan suatu elektroda pembanding sewaktu titrasi. Perbedaan potensial dapat
diukur dengan potensial (potensiometri) atau pH meter. Pada umumnya pengukuran-
pengukuran teliti dari perbedaan potensial dilakukan dengan potensiometri. Akan
tetapi, untuk ketelitian yang diperlukan dalam titrasi, pH meter memberikan hasil-hasil
yang memuaskan dan lebih sesuai untuk menggunakannya (Day dan Underwood,
1999).
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan dengan potensiometri dengan
menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator dan
besarnya potensial elektroda indikator, dan besarnya potensial elektroda indikator ini
bergantung pada kepekatan ion-ion tertentu dalam larutan. Karena itu, dengan
memakai persamaan Nerst, kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari
harga potensial yang diukur itu (Rivai, 1995).
Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu di dalam larutan
sel sehingga pengukuran potensial sel merupakan hal yang sangat penting dalam kimia
analitik. Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung pada
aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel harus
sedemikian rupa hingga potensialnya tergantung pada aktivitas ion yang akan
ditentukan; ini disebut elektroda indikator. Elektroda yang lainnya merupakan sebuah
pembanding seperti kalomel, yang potensialnya diketahui dan tetap selama pengukuran
(Day &Underwood, 1986). Ada dua cara yang digunakan untuk melakukan
pengukuran eksperimental. Pertama, suatu pengukuran tunggal dari potensial sel
dilakukan ini cukup untuk menentukan aktivitas ion yang bersangkutan. Kedua, ion
dapat dititrasi dan potensial diukur sebagai fungsi volume titran. Cara pertama disebut
potensiometri langsung dan telah digunakan terutama pada pengukuran pH larutan-
larutan dalam air. Pada waktu sekarang ini juga secara luas digunakan untuk
pengukuran ion-ion lain dengan menggunakan elektroda ion selektif. Cara kedua, yang
disebut titrasi potensiometrik, mempergunakan pengukuran potensial untuk
mengetahui titik ekuivalen suatu titrasi. Dapat diterapkan terhadap semua jenis reaksi
yang kita pandang sesuai untuk analisa titrimetrik (Day &Underwood, 1986).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya
harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis
elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi (Khopkar, 2003). Elektroda indikator suatu sel
adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada aktivitas (dan karena itu pada
konsentrasi) spesi ion tertentu yang konsentrasinya akan ditentukan. Dalam
potensiometri langsung atau titrasi potensiometri suatu ion logam, sebuah elektroda
indikator sederhana biasanya akan terdiri dari batang atau kawat yang dibersihkan
dengan seksama yang terbuat dari logam yang tepat; paling penting adalah permukaan
logam yang akan dicelupkan ke dalam larutan itu bebas dari lapisan tipis oksida atau
hasil korosi apa saja. Dalam beberapa kasus elektroda yang lebih memuaskan dapat
disiapkan dengan menggunakan kawat platinum yang telah disalut dengan lapisan tipis
logam yang tepat dengan cara pengendapan secara listrik (Bassett, 1994).
E. Metode
F. Hasil
G. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ion fosfat (PO43-) dalam
larutan asam fosfat (H3PO4) secara potensiometri. Potensiometri merupakan suatu
metode penentuan aktivitas ion dengan pengukuran harga potensialnya.Metode titrasi
potensiometri yang digunakan merupakan metode secara langsung. Potensiometri
langsung merupakan metode dimana prosedur penggunaan pengukuran tunggal
potensial elektrode yang digunakan ditujukan untuk menetapkan konsentrasi suatu spesi
ion. Titrasi langsung ini memanfaatkan pengukuran potensial untuk mendeteksi titik
kesetaraan suatu titrasi. Pada percobaan ini, larutan H3PO4yang digunakan akan dititrasi
dengan NaOH dan diaduk dengan pengaduk magnetik (stirrer). Sebelumnya dilakukan
penukuran pH larutan H3PO4 murni (pH awal) dengan menggunakan alat pH meter.
Dengan adanya penambahan larutan NaOH ini, akan membuat suasana menjadi basa.
Proses pengadukan dengan pengaduk magnetik (stirrer) dilakukan agar larutan H3PO4
dan larutan NaOH mudah tercampur. Setelah larutan tercampur, maka dilakukan
pengukuran pH larutan berulang kali dengan penambahan volume NaOH tertentu
(bervariasi) dan dalam waktu tertentu sampai volume NaOH mencapai 50 mL semakin
banyak penambahan NaOH, maka larutan akan menjadi lebih basa. Dalam hal ini,
semakin banyak volume penambahan NaOH, maka pH larutannya akan semakin
bertambah besar dari pH awal dan larutan akan semakin basa karena memang NaOH
merupakan suatu basa kuat. Tetapi dalam percobaan ini tidak demikian yaitu semakin
banyak penambahan volume NaOH, maka pH larutannya tidak sesuai atau tidak teratur,
ada yang meningkat dan ada juga yang menurun. Hal ini mungkin disebabkan oleh pH
meter yang digunakan belum terkalibrasi dengan tepat atau
kurang berfungsi dengan baik. Kesalahan ini mungkin juga disebabkan oleh larutan
yang digunakan sudah terkontaminasi, baik untuk larutan H3PO4
maupun NaOH. Sehingga akan mempengaruhi titik ekuivalen yang akan dihasilkan.
Dari data nilai pH dan Volume penambahan NaOH ini, dapat digambarkan grafik
untuk menentukan titik ekivalennya.
H. Kesimpulan
I. Saran
J. Dapus
Bassett, J. dkk. 1994.
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik
. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Day, R.A.dan A.L. Underwood. 1986.
Analisis Kimia Kuantitatif
. Erlangga. Jakarta. Day and Underwood. 1999.
Analisis Kimia Kuantitatif
. Erlangga. Jakarta. Khopkar, S.M. 2003.
Konsep Dasar Kimia Analitik.
UI Press. Jakarta. Rivai, H. 1995.
Asas Pemeriksaan Kimia.
UI Press. Jakarta.

Svehla, G., 1979.


Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
Jilid 1, Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Torowati, Ngajito, L. Windyarti,
dan B.S. Galuh. dkk. 2009. Analisis Kadar Uranium Dalam
Yellow Cake
dengan Titrasi Secara Potensiometri.
ISSN 1979-2409 No 03 Tahun II
.

Anda mungkin juga menyukai