FARMASI
Asisten :
Henry Kurnia Setiawan, M.Si., Apt
Golongan :
T/E
Anggota:
Septin Putri A.
(2443012061)
Florentina Yola
(2443012132)
Desy Farmawati
(2443012188)
(2443012252)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2014
I.
DASAR TEORI
Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu di dalam
larutan sel, maka pengukuran potensial sel merupakan hal yang sangat penting dalam
kimia analitik. Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung
pada aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel
harus sedemikian rupa hingga potensialnya tergantung pada aktivitas ion yang akan
ditentukan; ini disebutelektroda indikator. Elektroda yang lainnya merupakan sebuah
pembanding, seperti kalomel, yang potensialnya diketahui dan tetap selama pengukuran
(Underwood, 1986).
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama
(potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas
ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua
(titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume
titran. Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen.
Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan
sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, J.
dkk., 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh
dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan,
mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis
senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda pembanding adalah elektroda
yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran tetap konstan. Elektroda
pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda kalomel karena konstannya
potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur (elektroda indikator) dan elektroda
pembanding terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan elektrolit yang di
dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja dkk., 2008). Cara potensiometri ini
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,
misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak
cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah dan
sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang
2
paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu pada saat potensial
sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual tatanan sel dan efek
polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapan
kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan
tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga
bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog dkk., 1998).
Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam
pengertian bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji (kecuali
untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990). Metode
potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan
kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan, titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam)
mungkin juga bersifat basa. Selain itu, metode potensiometri dapat juga digunakan dalam
penetapan nikel dan kobal dengan pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida
dengan metode titik nol, penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan
kalium permanganate dengan kalium iodide (Vogel, 1994).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume
pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran.
Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan,
dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk
diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat
digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter
khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini
dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan
(Basset, J. dkk., 1994).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya
harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis
elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara
berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi
dengan sel konsentrasi (Khopkar, 2003).
a)
kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan elektroda
Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
3
c)
Reaksi redoks: Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan peniter (Widjaja dan
Laksmiani, 2009).
II. TUJUAN
Mengetahui cara analisis asam salisilat pada sampel New Neozalf secara
potensiometri.
III.
SIFAT BAHAN
1.
Pemerian
Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa
agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau
merah jambu dan berbau mirip etanol.
Kelarutan
Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol dan dalam
eter, larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Kelarutan dalam air = 1 : 460
Kelarutan dalam air mendidih = 1 : 15
Kelarutan dalam alkohol = 1 : 3
Kelarutan dalam kloroform = 1 : 45
Kelarutan dalam eter = 1 : 3
Kelarutan dalam benzena = 1 : 135 (Martindale 36th p.1612)
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3
2.
Pemerian
Sebuk amorf atau serbuk hablur renik, sangat halus, warna kuning pucat; tidak
berbau dan tidak berasa.
6
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam karbodisulfida; sukar larut
dalam minyak zaitun ; praktis tidak larut dalam etanol.
3.
Vaselin Flavum
Pemerian
Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah; berfluoresensi sangat
lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak atau
hampir tidak berbau dan berasa.
Kelarutan
Tidak larut dalam air; mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida,dalam
kloroform , dan dalam minyak terpetin; larut dalam eter, dalam heksana, dan
umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri; praktis tidak larut dalam etanol
dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin.
IV.
V.
DASAR REAKSI
ONa
NaOH
VI.
H2O
CARA KERJA
Pembakuan asam oksalat dengan NaOH
1. Memipet 3 mL larutan baku asam oksalat
2. Memasukkan ke dalam beaker glass
3. Menambahkan akuades sampai elektroda tercelup
4. Memasukkan NaOH ke potensiometer
5. Melakukan titrasi
Preparasi sampel (3x replikasi)
1. Menimbang sampel sebanyak 750 mg dengan beaker glass
2. Memanaskan sampel tersebut dalam WB
3. Menambahkan air : etanol = 1 : 1 sebanyak 10 mL.
4. Memindahkan larutan ke beaker glass lain dengan meninggalkan gumpalan
vaselin.
5. Mengulangi percobaan 3 dan 4 sebanyak 3 kali
6. Menambahkan akuadest sampai elektroda tercelup
7. Melakukan titrasi
VII.
PERHITUNGAN
Teoritis
Larutan Baku asam oksalat 0,1 N 25 mL
N = 0,1576 gram
Cara :
1. Menimbang 0,1576 gram asam oksalat dengan botol timbang
2. Memasukkan dalam labu takar 25 mL
3. Menambahkan akuadest sampai 25 mL
4. Mengocok sampai homogen
N = 0,4 gram
Cara :
1. Menimbang 0,4 gram NaOH dengan kaca arloji
2. Memasukkan dalam beaker glass
3. Menambahkan akuadest sampai 100 mL
4. Mengocok sampai homogen
End Point
Sampel
Sampel
Sampel
7,731
6,851
7,277
7,219
4,6775
2,9409
3,0577
3,0005
Baku 1
Baku 2
Baku 3
pH
7,245
7,306
V (ml)
4,9307
4,7342
Baku
V1 (ml)
N1
V2 (ml)
N2
3,0
0,1
4,9307
0,0608
3,0
0,1
4,7342
0,0634
3,0
0,1
4,6775
0,0641
0,0628
Rata - rata
Sampel
Sampel
VTE
NT
Kadar
2,9409
0,7544
0,0628
3,381 %
3,0577
0,7563
0,0628
3,506 %
3,005
0,7563
0,0628
3,441 %
Perhitungan kadar :
= 3,381 %
10
= 3,506 %
= 3.441 %
Data
4d
3,381
3,411
0,03
0,03
0,12
3,441
0,03
3,506*
4d
d*
0,12
> 0,095
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk membuat
kurva hubungan antara pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir titrasi, dan
menentukan kadar sampel yang dianalisis. Potensiometri adalah salah satu metode
penentuan konsentrasi zat melalui pengukuran nilai potensial. Nilai potensial yang
diukur setiap penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi
dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya. Volume pada titik ekuivalen titrasi
tersebut adalah volume titran yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
Dalam potensiometri ini, tidak digunakan indikator karena dengan pengukuran
potensial larutan sudah bisa didapatkan titik ekuivalennya dari kurva. Titik akhir
titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen sehingga data yang dihasilkan dianggap
memiliki kesalahan yang kecil.
Metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri tepatnya titrasi
asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa secara
potensiometri tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Elektroda
indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah elektroda membran gelas yang
sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H+) dan elektroda pembandingnya
adalah Elektroda Kalomel. Dalam titrasi asam basa, diamati setiap perubahan ion H+
atau perubahan pH yang ditunjukkan pada alat pengukur pH. Melalui kurva hubungan
antara volume pentiter vs pH dapat ditentukan titik akhir titrasinya dari sampel.
Selanjutnya titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan volume pentiter yang
sedikit.
Tahapan awal yang dilakukan dalam penetapan kadar asam salisilat, dengan
membuat larutan baku primer dan baku sekunder, dalam penetapan kadar ini, baku
primer yang digunakan adalah asam oksalat dan baku sekunder adalah NaOH.
Prosedur pembutan larutan baku primer asam oksalat dengan menimbang serbuk
kristal asam oksalat sebanyak 0,1576 gram dengan menggunakan timbangan analit.
Serbuk kristal asam oksalat dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml dan tambahkan air
sampai 25 mL.
12
kecil. Semakin banyak pentiter yang ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang
terdapat dalam larutan, karena ion hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH)
dan membentuk air. Hal ini akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan
gelas juga semakin sedikit sehingga muatan elektrode gelas berkurang, maka nilai pH
pun meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan volume
pentiter.
Semakin banyak volume larutan pentiter (NaOH) yang ditambahkan ke dalam
larutan titrat, pH larutan menjadi semakin turun (basa). Lonjakan pH secara drastis
terjadi yaitu dari pH 7 menjadi 8 yaitu saat volume titran 2,900 ml 3,000 mL.
Lonjakan pH terjadi disebabkan terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidrogen (H+)
dari sampel telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Sebelum titrasi dilakukan, larutan titrat bersifat asam yang mengandung
banyak ion hidrogen dalam larutan tersebut. Namun setelah titrasi dilakukan, jumlah
ion hidrogen perlahan-lahan berkurang karena telah bereaksi dengan ion hidronium
membentuk air, dan saat terjadi lonjakan pH secara drastis tersebut ion hidrogen (H+)
dari sampel telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH. Dengan
demikian, tidak terdapat lagi ion hidrogen dalam bentuk bebas dalam larutan titrat.
Penambahan larutan titrat setelah titik akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion
hidronium akan semakin meningkat dan menyebabkan naiknya pH larutan (pH larutan
basa). Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas secara tiba-tiba akan
membuat arus yang dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat secara tiba-tiba
dan kemudian turun secara tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi sinyal pada pH
meter mengenai adanya peningkatan harga pH secara tiba-tiba dari larutan yang
dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH 0,1N).
Setelah diperoleh titik akhir titrasi kemudian dilakukan perhitungan kadar
sampel dan praktikan memperoleh kadar asam salisilat dalam sampel sebanyak 3,443
%. Kadar sesungguhnya yang tertera di etiket 6 %. Kadar yang diperolah praktikan,
lebih kecil dari dari kadar sesungguhnya. Hal ini dikarenakan preparasi sampel yang
kurang tepat, ada asam salisilat yang masih tersisa di beaker pertama saat pemindahan
larutan ke beaker kedua dan praktikan tidak melakukan pengadukan saat melakukan
pemanasan sehingga dimungkinkan ada asam salisilat yang tidak bisa keluar dari
vaselin.
Saran untuk penetapan kadar asam salisilat dalam salep secara potensiometer
dilakukan pengadukan saat pemanasan, dan membantu pelelehan sampel yang
menempel didinding beaker.
14
IX.
KESIMPULAN.
Kadar sesungguhnya asam salisilat dalam sampel sebanyak 6 % namun kadar yang
kami dapat hanya 3,443 % sehingga persen kesalahan yang terjadi 2,556 %. Hal tersebut
terjadi karena proses pengerjaan yang kurang teliti.
15
DAFTAR PUSTAKA
16