Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

POTENSIOMETRI

3FA 2 / Kelompok 1
Nama anggota :

Wil Hel Minah 11181051


Adel Weis Ayu 11181054
Alvina Putri Wachyuni 11181056
Astri Gingin Bellyani 11181060
Diac Faturochman 11181065
Ditha Octaviana 11181067
Fitri Wahyuni 11181070
Nisa Fitri Rahmadiani 11181088
Nisa Padilah 11181089
Nursafitri Diah L 11181091
Putri Rabbiya Chairrunisa 11181093

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
I. TUJUAN
• Menentapkan kadar Asam Salisilat dengan titrasi asam basa menggunakan
Potensiometri

II. PRINSIP
Potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda
indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur
potensial pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yaitu
berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial tetap selama
pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan elektroda
yang dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator
merupakan elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang
akan ditetapkan dan proses pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang
hendak ditentukan (Gandjar,2007)

III. DASAR TEORI


Potensiometri adalah suatu teknik analisis pengukuran konsentrasi sebagai
fungsi dari potensial dalam suatu sel elektrokimia. Metode ini sangat berguna untuk
menentukan titik ekuivalen suatu titrasi secara instrumen sebagai pengganti indikator
visual. Ketelitian titrasi potensiometri lebih tinggi dibandingkan dengan titrasi visual
yang menggunakan indikator. Titrasi potensiometri dapat diaplikasikan pada titrasi-
titrasi redoks, kompleksometri, asam basa, dan pengendapan.

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator


danelektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperolehdengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan,mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapatdiperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang
potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih berdas
arkan jenissenyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda pembanding adalah
elektrodayang potensialnya diketahui dan selama pengukuran tetap konstan.
Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda kalomel karena konst
annya potensial yangdihasilkan. Antara elektroda pengukur ( elektroda indikator ) dan
elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau gram dengan larutan elektrolit yang
di dalamnya terdapat transport ion arus ( Widjaja dkk, 2008 ) .

Elektroda pembanding adalah suatu elektroda yang mempunyai harga


potensial tetap dengan kata lain harga potensial setengah selnya diketahui
konstan dan tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang diselidiki.
Terdapat dua jenis elektroda pembanding yaitu :
1. Elektroda pembanding primer
Contoh dari elektroda jenis ini adalah elektroda hidrogen standar. Dimana
elektroda ini terbuat dari platina yang dilapisi platina hitam dengan maksud agar
absorpsi gas hidrogen pada permukaan elektroda dapat berlangsung sempurna,
sehingga reaksinya :

H2 → 2 H+ + 2e
Dapat berlangsung cepat dan reversibel. Potensial setengah sel dari
elektroda pembanding primer adalah nol Volt. Notasi setengah sel dari
elektroda hidrogen adalah :

Pt/H2 (atm), H+ (M) atau H+ (M), H2 (atm) / Pt


2. Elektroda pembanding sekuder
Beberapa contoh elektroda pembanding yang sering digunakan untuk
pengukuran secara potensiometri adalah :
o Elektroda kalomel (calomel electrode)
o Elektroda perak-perak klorida
Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya bergantung
pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki. Elektroda ini terbagi menjadi dua
macam yaitu elektroda logam dan elektroda membran. Elektroda ini
merupakan pasangan dari elektroda pembanding dan terbagi dalam dua
kelompok, yaitu :
1. Elektroda logam
Elektroda logam terbagi dalam empat kelompok diantaranya
elektroda jenis pertama, elektroda jenis kedua, elektroda jenis ketiga, dan
elektroda untuk jenis sistem redoks.
2. Elektroda membran
Elektroda membran digunakan untuk menunjukkan ion tertentu.
Elektroda ini biasanya disebut dengan elektroda selektif ion (ionic selective
electrode, ISE). Elektroda digunakan untuk penentuan pH dengan mengukur
perbedaan potensial antara larutan pembanding yang keasamannya tetap dan
larutan yang dianalisis. Elektroda membran dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu :
• Elektroda membran kaca
• Elektroda cairan
• Elektroda padatan
• Elektroda penunjuk gas
Bila sepotong logam M dicelupkan kedalam suatu larutan yang mengandung
ion logam Mn+, maka terjadilah suatu potensial elektroda, yang nilainya diberikan oleh
persamaan Nerst sebagai berikut :
E = E0 + (RT/Rf) ln aMn+

Dengan E0 suatu potensial elektroda standar yang konstan dari logam itu. E
dapat diukur dengan menggabungkan elektroda itu dengan elektroda rujukan (biasanya
dalah elektroda kolomel jenuh), dan mengukur e.m.f. dari sel yang terbentuk. Jadi
dengan mengetahui Er elektroda rujukan dapatlah nilai potensial elektroda dihitung,
dan jika potensial elektroda standar E0 dari logam itu diketahui, dapatlah aktivitas ion
logam aMn+.

Dalam larutan itu dihitung, untuk larutan encer aktivitas ion diukur itu akan
dapat dikatakan sama dengan konsentrasi ion, dan untuk larutan lebih pekat, yang
koefisien aktivitasnya diketahui, dapatlah aktivitas ion terukur itu diubah menjadi
konsentrasi padanannya.

Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi , misalnya dalam hal laturan keruh atau bila daerah
kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk menetapkan titik akhir titrasi dengan
indikator ( Rivai , 1995 ) .

Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah


dansederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik
yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu
pada saat potensialsel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual
tatanan sel dan
efek polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapanke
setimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat
dantegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang
juga bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog dkk., 1998).

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan


volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan t
itran.Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara
berurutan,dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum
titran untukdiperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer
sederhana dapatdigunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan
digunakan pH meterkhusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka
pH meter inidipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya
tidak diwajibkan (Basset, J. dkk., 1994).

Asam salisilat merupakan kelompok senyawa obat yang telah dipergunakan secara
luas karena memiliki efek sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Turunan
asam salisilat yang paling umum digunakan adalah asam asetil salisilat (asetosal).
Asetosal sering digunakan untuk mengurangi sakit kepala, inflamasi, nyeri sendi, juga
beberapa pengobatan serangan jantung dan stroke pada orang tua (Fadeyi et al., 2004).
Asam salisilat dan turunannya termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non
steroid (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs = NSAIDs). Obat-obatan NSAIDs
bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX) sehingga
menyebabkan konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Selain COX,
5-lipoksigenase (5-LO) merupakan salah satu enzim penting yang terlibat dalam proses
metabolisme asam arakidonat. Derivat hidrazon memiliki karakter farmakoforik untuk
menghambat COX dan tipe hidrazon merupakan dual inhibitor terhadap enzim COX
dan 5-LO. Oleh karena itu senyawa ini dipelajari sebagai agen analgesik dan
antiinflamasi yang lebih poten dibandingkan NSAIDs (Almasirad et al., 2005; Wilmana
& Gan, 2007).
IV. ALAT DAN BAHAN
● Alat ● Bahan
- Timbangan analitik - NaoH
- Beaker glass - Aquadest
- Labu ukur 1000ml - Asam Oksalat
- Seperangkat alat pH meter - Asam Salisilat
- Buret - Etanol 96%
- Statif
- Beaker glass 100ml
- Batang pengaduk
- Pipet tetes
- Spatel
- Perkamen

V. PROSEDUR

1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1000 ml

Ditimbang 4 gram NaOH, lalu dimasukkan ke dalam


beaker glass dilarutkan dengan sedikit aquadest

Dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml,


ditambahkan aquadest sampai tanda batas (add
1000 ml).

2. Kalibrasi Alat PH Meter

Disiapkan seperangkat alat pH meter

Dibilas elektroda gelas dengan aquadest dan


dikeringkan dengan tisu. pH meter dinyalakan.

Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 4


hingga elektroda tercelup semua.
Ditekan tombol “Cal” dan ditunggu hingga angka pH
konstan di angka 4

Dibilas lagi dengan aquadest dan dikeringkan dengan


tisu

Dicelupkan lagi elektroda ke dalam larutan buffer pH


10, ditekan tombol “Cal” dan ditunggu hingga angka
pH konstan di angka 10

pH meter telah dikalibrasi dan siap untuk digunakan.

3. Penyiapan buret dan pembakuan NaOH dengan C 2 H 2 O 4 (asam oksalat).

Diisi buret dengan NaOH 0,1 N sesuai kebutuhan

Dipasang buret pada statif dengan baik dan benar

Dihilangkan gelembung udara pada buret

Ditimbang asam oksalat sebanyak 100 mg. Dimasukkan


ke dalam beaker glass 100 ml, dilarutkan dengan 25 ml
aquadest
Dititrasi dengan pentiter (NaOH). Diawali dengan
penambahan 5ml pentiter, lalu setelahnya dilakukan
pengukuran dan pencatatan pH setiap penambahan 0.5
ml pentiter (dengan cara dicelupkan elektroda lalu
ditekan tombol “Read”). Dilakukan berulang kali sampai
terjadi lonjakan pH 3-4 titik di atas pH netral.

Dibuat kurva dan ditentukan titik ekivalen.

Dihitung berapa konsentrasi NaOH.

4. Penetapan kadar asam salisilat dengan titrasi asam basa menggunakan metode potensiometri.

Ditimbang 100 mg asam salisilat, dimasukkan ke


dalam beaker glass 100 ml, kemudian ditambahkan
etanol 96% 25 ml, kocok/aduk hingga larut

Ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 N dari buret (pentiter)


sambil dititrasi

Diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, dengan


cara dicelupkan elektroda gelas sambil ditekan tombol
“Read” kemudian dicatat pH nya. (keadaan ini belum
ditambahkan NaOH 0,1 N alias 0 ml NaOH).

Diukur pH nya dengan pH meter kemudian dicatat


pHnya
Ditambahkan 0,5 ml NaOH 0,1 N dari buret (pentiter)
sambil dititrasi dan diukur pH nya kemudian dicatat.

Dilakukan berulang (diukur pH nya dan dicatat setiap


penambahan 0,5 ml pentiter) hingga terjadi lonjakan
pH 3-4 titik diatas pH netral.

Dibuat kurva titrasi dan ditentukan titik ekivalen

Dihitung kadar sampel asam salisilat.

VI. DATA PENGAMATAN

Volume
No pH ∆pH/∆V V1 ∆ 2 pH/∆ 2 V V2
NaOH (ml)
1 0 1.72 0.122 2.5 0.1156 3.875

2 5 2.33 0.44 5.25 1.8 5.5

3 5.5 2.55 1.34 5.75 0.68 6

4 6 3.22 1.68 6.25 -0.88 6.5

5 6.6 4.06 1.24 6.75 19.8 7

6 7 4.68 11.14 7.25 -21.76 7.5

7 7.5 10.25 0.26 7.75 -0.28 8

8 8 10.38 0.12 8.25


9 8.5 10.44

VII. PERHITUNGAN
𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒 𝐩𝐩𝐩𝐩 (𝐤𝐤𝐤𝐤−𝐧𝐧 𝐝𝐝𝐝𝐝𝐝𝐝 𝐤𝐤𝐤𝐤−(𝐧𝐧+𝟏𝟏))
Rumus: ∆pH/∆V =
𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒 𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕(𝐤𝐤𝐤𝐤−𝐧𝐧 𝐝𝐝𝐝𝐝𝐝𝐝 𝐤𝐤𝐤𝐤−(𝐧𝐧+𝟏𝟏))

Perhitungan :
(2.33−1.72) 0.61
∆pH/∆V (1) = = = 0.122
(5−0) 5

(2.55−2.33) 0.22
∆pH/∆V (2) = = = 0.44
(5.5−5) 0.5

(3.22−2.55) 0.67
∆pH/∆V (3) = = = 1.34
(6−5.5) 0.5

(4.06−3.22) 0.84
∆pH/∆V (4) = = = 1.68
(6.5−6) 0.5

(4.68−4.06) 0.62
∆pH/∆V (5) = = = 1.24
(7−6.5) 0.5

(10.25−4.68) 5.57
∆pH/∆V (6) = = = 11.14
(7.5−7) 0.5

(10.38−10.25) 0.13
∆pH/∆V (7) = = = 0.26
(8−7.5) 0.5

(10.44−10.38) 0.06
∆pH/∆V (8) = = = 0.12
(8.5−8) 0.5

𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕 𝐤𝐤𝐤𝐤−𝐧𝐧 +𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕𝐕 𝐤𝐤𝐤𝐤−(𝐧𝐧+𝟏𝟏))


Rumus: V 1 (Volume rata-rata 1) = 𝟐𝟐

Perhitungan :
(0+5) 5
V 1 (1) = = = 2.5
2 2
(5+5.5) 10.5
V 1 (2) = = = 5.25
2 2
(5.5+6) 11.5
V 1 (3) = = = 5.75
2 2
(6+6.5) 12.5
V 1 (4) = = = 6.25
2 2
(6.5+7) 13.5
V 1 (5) = = = 6.75
2 2
(7+7.5) 14.5
V 1 (6) = = = 7.25
2 2
(7.5+8) 15.5
V 1 (7) = = = 7.75
2 2
(8+8.5) 16.5
V 1 (8) = = = 8.25
2 2
Rumus: Δ 2 pH/Δ 2 V = Selisih ΔpH/ΔV (ke-n dan ke-(n+1))
Selisih V 1 (ke-n dan ke-(n+1))

Perhitungan :
(0.44−0.122) 0.318
∆2pH/∆2V (1) = (5.25−2.5)
=
2.75
= 0.1156

(1.34−0.44) 0.9
∆2pH/∆2V (2) = = = 1.8
(5.75−5.25) 0.5

(1.68−1.34) 0.34
∆2pH/∆2V (3) = = = 0.68
(6.25−5.75) 0.5

(1.24−1.68) −0,44
∆2pH/∆2V (4) = = = - 0.88
(6.75−6.25) 0.5

(11.14−1.24) 9.9
∆2pH/∆2V (5) = = = 19.8
(7.25−6.75) 0.5

(0.26−11.14) −10.88
∆2pH/∆2V (6) = = = -21.76
(7.75−7.25) 0.5

(0.12−0.26) −0.14
∆2pH/∆2V (7) = = = -0.28
(8.25−7.75) 0.5

𝐕𝐕𝐕𝐕 𝐤𝐤𝐤𝐤−𝐧𝐧 +𝐕𝐕𝐕𝐕 𝐤𝐤𝐤𝐤−(𝐧𝐧+𝟏𝟏))


Rumus: V 2 (Volume rata-rata 2) =
𝟐𝟐

Perhitungan :
(2.5+5.25) 7.75
V 2 (1) = = = 3.875
2 2
(5.75+5.25) 11
V 2 (2) = = = 5.5
2 2
(6.25+5.75) 12
V 2 (3) = = =6
2 2
(6.75+6.25) 13
V 2 (4) = = = 6.5
2 2
(7.25+6.75) 14
V 2 (5) = = =7
2 2
(7.75+7.25) 15
V 2 (6) = = = 7.5
2 2
(8.25+7.75) 16
V 2 (7) = = =8
2 2
Kurva hubungan antara pH terhadap volume NaOH
12

10

6
pH

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Volume NaOH (ml)

Kurva hubungan antara ΔpH/ΔV terhadap V1 (Kurva


turunan pertama)
12

10

8
ΔpH/ΔV

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Vol rata-rata NaOH( V1)

Kurva hubungan ∆2pH/∆2V terhadap V2


(Kurva turunan kedua)
25
20
15
10
5
∆2pH/∆2V

0
-5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-10
-15
-20
-25
Volume rata-rata NaOH derivat 2 (V2)
Pembakuan NaOH dengan C 2 H 2 O 4
Volume NaOH = 18,5 ml
BM C2H2O4 = 126
BE C2H2O4 = BM/valensi = 126/2 = 63)
Perhitungan pembakuan :
mgrek NaOH = mgrek C2H2O4
V NaOH x N NaOH = mg C2H2O4 (yang ditimbang)/BE C2H2O4
18.5 x NNaOH = 100/63
N NaOH = 0.0858 N = 0.0858 M

Menentukan volume NaOH berdasarkan titik ekivalen


7
Volume titik ekivalen =7 + ( x (7,5 – 7))
7+7,5

7
=7 + ( x (0,5))
14,5

=7 + 0,24
= 7,24 ml

Penetapan Kadar Asam Salisilat


a. Reaksi =

b. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH


= 7,24 x 0,0858
= 0,6211 mol
c. Mol asam salisilat = mol NaOH
= 0,6211 mol
d. Mg asam salisilat = mol asam salisilat x BM asam salisilat
= 0,6211 x 138,12
= 85,7863 mg
e. % Kadar = mg asam salisilat x 100%
Mg sampel yang ditimbang
85,7863
= x 100%
100

= 85,7863% b/b

VIII. PEMBAHASAN
Potensiometri merupakan suatu metode penentuan aktivitas ion dengan pengukuran
harga potensialnya. Metode titrasi potensiometri yang digunakan merupakan metode secara
langsung. Potensiometri langsung merupakan metode dimana prosedur penggunaan
pengukuran tunggal potensial elektrode yang digunakan ditujukan untuk menetapkan
konsentrasi suatu spesi ion.
Praktikum potensiometri ini bertujuan untuk untuk membuat kurva hubungan antara
pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir titrasi, dan menentukan kadar larutan analit
yang dianalisis. Volume pada titik ekuivalen titrasi tersebut adalah volume titran yang akan
digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Dalam potensiometri ini, tidak digunakan indikator
karena dengan pengukuran potensial larutan sudah bisa didapatkan titik ekuivalennya dari
kurva (Underwood, 1990).
Metode yg digunakan adalah titrasi potensiometri atau biasa disebut dengan titrasi asam
basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa secara potensiometri
tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Elektroda indikator yang digunakan
pada titrasi asam basa adalah elektroda membran gelas yang sensitif terhadap perubahan
jumlah ion hidrogen (H+). Dalam titrasi asam basa, diamati setiap perubahan ion H+ atau
perubahan pH yang ditunjukkan pada alat pengukur pH. Kelebihan dari elektroda membran
gelas adalah tidak terjadinya kontaminasi sehingga tidak ada permukaan katalis yang
kehilangan aktivitasnya selain itu nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang tersangga bisa
diukur secara akurat dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok digunakan untuk memonitor
pH secara kontinu pada rentang waktu yang lama (Day dan Underwood, 1986).
Alat yang digunakan untuk mengukur pH adalah pH meter. Sebelum melakukan titrasi,
kami mengkalibrasi pH meter terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya kalibrasi yaitu agar hasil
yang diukur akurat. Buffer yang digunakan untuk mengkalibrasi yaitu buffer pH 4, pH 7 dan
pH 10 karena untuk mewakili larutan pH asam, netral dan basa.
Pertama, hal yang dilakukan pembakuan NaOH dengan menggunakan baku primer
asam oksalat. Hal ini dilakukan karena NaOH bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO 2
diudara sehingga dapat mengalami perubahan kadar. Larutan baku primer adalah larutan yang
dapat ditentukan langsung konsentrasinya melalui penimbangan dan digunakan sebagai larutan
untuk menstandarisasi larutan baku sekunder untuk mendapatkan konsentrasinya. Asam
oksalat memiliki kemurnian yang lebih tinggi dan tidak berubah saat penimbangan sehingga
dapat berlaku sebagai baku primer. (Gandjar dan Rohman, 2007)
Selanjutnya Larutan asam oksalat dititrasi dengan NaOH sebanyak 5 mL lalu diukur
pH nya dengan pH meter. Kemudian pH dicatat setiap penambahan 0,5 mL NaOH. Diperlukan
18,5 mL NaOH untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah titik yang menunjukkan
saat titran yang ditambahkan bereaksi seluruhnya dengan zat yang dititrasi. Sehingga
didapatkan normalitas NaOH 0,0858 N.
Reaksi antara asam oksalat dengan NaOH :
C 2 H2 O 4 . 2H2 O + NaOH  Na 2 C 2 O 4 + 2H2 O
Selanjutnya kami melakukan penetapan kadar terhadap asam salisilat dengan
menimbang 100 mg asam salisilat yang dilarutkan dengan etanol 96%. Hal ini dilakukan karena
menurut FI IV, asam salisilat mudah larut dalam etanol dan sukar larut dalam aquadest. Larutan
asam salisilat diukur pH nya terlebih dahulu sebelum ditambahkan NaOH (0 mL NaOH).
Penambahan volume NaOH yang ditambahkan pertama yaitu 5 ml dan penambahan
selanjutnya dilakukan sampai terjadi lonjakan pH 3-4 titik diatas pH netral dan diukur pH nya
dengan setiap kali penambahan sebanyak 0,5 ml.
Sebelum titrasi dilakukan, larutan titrat bersifat asam yang mengandung banyak ion
hidrogen dalam larutan tersebut. Namun setelah titrasi dilakukan, jumlah ion hidrogen
perlahan-lahan berkurang karena telah bereaksi dengan ion hidronium membentuk air, dan saat
terjadi lonjakan pH secara drastis tersebut ion hidrogen (H+) dari asam salisilat telah habis
bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH. Dengan demikian, tidak terdapat lagi ion
hidrogen dalam bentuk bebas dalam larutan titrat. Penambahan larutan titrat setelah titik akhir
titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion hidronium akan semakin meningkat dan menyebabkan
naiknya pH larutan (pH larutan basa). Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas
secara tiba-tiba akan membuat arus yang dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat
secara tiba-tiba dan kemudian turun secara tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi sinyal pada
pH meter mengenai adanya peningkatan harga pH secara tiba-tiba dari larutan asam salisilat
yang dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH)
Reaksi antara asam salisilat dengan NaOH :

C 7 H6 O 3 + NaOH  C 7 H5 ONa + H2 O

(Perbandingan koefisien sama dengan perbandingan mol sehingga mol asam salisilat sama
dengan mol NaOH.)

Grafik yang dibuat dilakukan dengan tiga cara yaitu pembuatan grafik hubungan pH
terhadap volume titran, turunan pertama (∆pH/∆V) serta turunan kedua (∆ 2 pH/∆ 2 V) dari kurva
titrasi. Kurva titrasi dibuat dengan sejumlah titik sehingga memungkinkan terbentuknya titik
ekuivalen. Itulah sebabnya pada praktikum ini titrasi dilakukan dengan penambahan volume
titran yang besar, dan dilanjutkan secara bertahap dengan volume yang lebih kecil ketika
mendekati titik ekuivalen (Underwood, 1990).

Pada kurva hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa semakin banyak volume larutan
pentiter (NaOH) yang ditambahkan ke dalam larutan titrat, pH larutan menjadi semakin basa.
Titik ekivalen diperoleh dari titik perpotongan yang dihasilkan pada kurva derivate kedua.
Volume NaOH yang didapatkan adalah sekitar 7,24 mL. Lonjakan pH secara drastis terjadi
yaitu dari pH 4,37 menjadi 10,18. Lonjakan pH terjadi disebabkan terjadinya titik akhir titrasi
dimana ion hidrogen (H+) dari asam salisilat telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-)
dari NaOH.

Berdasarkan hasil praktikum titik akhir titrasi pada percobaan ini adalah saat volume
pentiter 7,24 mL. Hal ini berarti bahwa volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan
larutan asam salisilat adalah 7,24 mL. Setelah diperoleh titik akhir titrasi kemudian dilakukan
perhitungan kadar sampel diperoleh kadar asam salisilat sebesar 85,786% b/ b .

IX. KESIMPULAN
Dari kurva hubungan antara volume pentiter dan pH terlihat adanya lonjakan pH yang
drastis yaitu dari 4,37 menjadi 10,18 Lonjakan pH terjadi disebabkan terjadinya titik akhir
titrasi dimana ion hidrogen (H+) dari asam salisilat telah habis bereaksi dengan ion hidronium
(OH-) dari NaOH.dan kadar asam salisilat yang didapat sebesar 85,786% b/b.
DAFTAR PUSTAKA
• Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
• Underwood, A. L dan R. A. Day.1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.
• Khopkar, S. M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
• Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman.1998. Principles of Instrumental Analysis,5th
edition.USA: Saunders College Publishing.
• Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analis Kuantitatif Anorganik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
• Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI Press. Jakarta
• Taufikurohmah, Titik dan Sukarmin. 2009. Penuntun Praktikum Metode
Elektroanalitik. Surabaya: Unipress UNESA.
• Pamungkas, Gawang dkk. 2009. Jurnal Titrasi Potensiometri. Unesa : Surabaya

LAMPIRAN

Neraca Analitik Beaker glass Labu ukur


Statif Buret Seperangkat alat Ph meter Batang pengaduk

Pipet tetes Spatel Kertas Perkamen

Anda mungkin juga menyukai