POTENSIOMETRI
mengakses berbagai elektrolit darah yang penting secara fisiologis (K+, Na+, Ca2+, Mg2+,
H+, Cl-) yang sesuai dengan jenis berbagai masalah kesehatan. Kecepatan perkembagan
metode potensimetri pada bidang ini adalah karena kebutuhan akan derajat perhitungan
potensiometris yang bertemu dengan kebutuhan akan analisis kimia secara cepat,
murah, dan akurat. Prinsip utama perhitungan potensiometrik didasarkan pada Ion-
Selective Electrodes (ISEs) (Wang, 2006).
pH meter adalah instrumen yang sangat sensitif yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi ion hidrogen (pH) sebuah larutan. Pada dasarnya, pH meter digunakan pada
preparasi dan mengontrol kualitas reagen. Pengukuran pH juga merujuk pada analisis
potensiometrik. pH yang didapatkan dari pengukuran berbeda-beda berdasarkan pada
pH dari kedua larutan (Ochei, 2008).
Salah satu alat yang sering digunakan di laboratorium adalah pHmeter. pH meter
modern dilengkapi denan instruksi pabrik untuk mengkalibrasi dan menggunakan.
Instruksi ini harus diikuti sebagaimana yang tertulis.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu pengukuran yang paling banyak
digunakan di laboratorium. Pengukuran pH banyak diterapkan di berbagai bidang,
diantaranya industri, kesehatan, pengolahan limbah, bioteknologi dan di dalam
pengendalian berbagai proses industri. Pengukuran pH yang digunakan untuk tujuan
tersebut harus valid, terutama untuk produk yang terkait dengan kesehatan manusia,
seperti obat-obatan, makanan, minuman dan pembuangan limbah industri. Hasil
pengukuran pH yang valid dapat diperoleh apabila pH meter telah dikalibrasi
menggunakan bahan acuan tersertifikasi, bahan acuan tersertifikasi adalah suatu bahan
acuan yang telah dikarakterisasi satu atau lebih sifatnya dengan suatu prosedur yang
valid secara metrologi, disertai dengan suatu sertifikat yang memberikan nilai dan
ketidakpastian bagi sifat tersebut serta pernyataan ketertelusurannya. Dengan demikian,
CRM bertanggung jawab atas ketertelusuran pengukuran. Terdapat ratusan laboratorium
yang memiliki pH meter di Indonesia, baik laboratorium penguji, laboratorium
pendidikan (universitas dan sekolah menengah) maupun laboratorium industri. Seluruh
laboratorium tersebut memerlukan larutan standar pH untuk keperluan kalibrasinya
(Nuryatini, 2016).
63
Terdapat beberapa jenis elektroda yang digunakan sebagai indikator, antar lain:
1. Elektroda ion logam-logam
Elektroda jenis pertama terdiri dari elektroda logam meliputi elektroda perak,
raksa, tembaga, kadmium, seng, dan timah hitam yang bisa bertindak sebagai
elektroda bagi ion-ion mereka. Misalnya potensial elektroda tunggal untuk
sepotong kawat perak yang dicelupkan ke dalam suatu larutan garam perak
berubah-ubah menurut besarnya aktivitas ion perak sesuai dengan persamaan
Nernst:
Ag+ + e Ag Eo = +0,80 V..............(6.1)
potensial ini dideteksi oleh dua elektroda referensi yang berkontak dengan tegangan
kontak yang dikenali. Kedua elektroda referensi ditempatkan di kedua sisi membran.
Persamaan Nernst digunakan untuk memperhitungkan efek dari aktivitas yang
berbeda pada potensial elektroda (Manahan, 2000).
Jika larutan buffer pada bagian dalam elektroda mempunyai pH=7, maka tidak
ada tegangan yang terbaca, bila elektroda tersebut digunakan untuk mengukur larutan
dengan pH 7,0, maka:
E = 0,145 – 0,0591 log (H+) = 0,145 – 0,0591 pH..................(6.3)
Eg = Esel – 0,0591 pH..........................................................................................(6.4)
Eg = 0 – (0,0591) (7) = - 0,4137 V.....................................................................(6.5)
(Khopkar 2010)
Dalam titrasi yang terjadi tidak secara otomatis, potensial diukur setelah
penambahan tiap tetes berurutan dari titran, dan pembacan yang diperoleh dialurkan
lawan volume titran pada kertas grafik, untuk memperoleh kurva titrasi seperti yang
dipaparkan pada gam ba 6.1.(a). Dalam bayak hal dapat digunakan suatu potensiometer
sederhana. Tetapi jika digunakan elektroda kaca seperti dalam kebanyakan titrasi asam
basa, diperlukan peranti ukur dengan impedansi masukan yang tinggi; secara khas orang
menggunakan pH-meter komersial. Karena pH-meter ini telah biasa digunakan, alat ini
digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal-hal penggunaanya
tak diwajibkan.
65
ΔE
berubahnya volume ( ΔV ) lawan volume titran. Kurva yang diperoleh meningkat
ke maksimum pada titik kesetaraan. Volume pada titik kesetaraan ditetapkan dengan
menarik garis vertikal dari puncak ke sumbu volume. Tentu masih ada suatu
ketidakpastian dalam mencari letak yang eksak puncak kurva tersebut. Makin dapat
lengkap reaksi itu, makin tajam puncak itu, dan makin akurat lokasi titik kesetaraannya.
66
Gambar 6.1.(c) mennujukkan suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva
2
Δ E ΔE
2
titrasi Δ V lawan volume titran. Pada titik dimana arah lereng ΔV mencapai
maksimum turunan arah lereng itu adalah nol. Titik akhir dicari letaknya dengan
2
Δ E
menarik garis vertikal saat Δ2V adalah nol ke sumbu volume. Bagian dari kurva
2
Δ E
yang menghubungkan nilai maksimum dan minimum Δ2V makin curam dengan
makin dapat lengkapnya reaksi titran itu (Underwood, 1986).
Kelebihan metode potensiometri adalah biayanya yang murah. Voltmeter dan
elektroda jauh lebih murah daripada instrumen-instrumen saintifik modern lainnya.
Potensiometri umumnya bersifat nondestruktif terhadap sampel dalam artian bahwa
penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit
kebocoran elektrolit dari elektroda acuan). Jika spesies yang direspon oleh elektroda
indikator berpartisipasi dalam kesetimbangan larutan, maka aktivitasnya diukur ketika
ia hadir tanpa mengganggu kesetimbangan itu sndiri; dengan demikian potensiometri
langsung seringkali sanagat bermanfaat untuk menetapkan tetapan kesetimbangan.
Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan
mudah dicatat sebagai fungsi waktu. Dengan demikian potensiometri kadang-kadang
bermanfaat untuk pemantauan yang kontinu dan tidak diawasi seperti sampel-sampel
seperti sumber air uum, aliran proses industri, limbah cair yang mengalir untuk pH dan
ion-ion lain seperti flourida, nitrat, sulfiadia dan sianidi (Underwood, 2002).
Pengembangan elektroda yang digunakan dalam potensiometri merupakan area
yang cukup menjanjikan. Keberhasilan penggunaan tungsten oksida sebagai elektroda
selektif pH yang dilakukan oleh Fenster et al. (2008) menjadi acuan dalam meneliti
kemungkinan penggunaan tungsten oksida sebagai elektroda dalam analisis asam
amino. Sifat tungsten oksida yang responsif terhadap adanya ion H+ dalam larutan dapat
dikembangkan untuk analisis asam amino. Asam amino merupakan salah satu jenis
senyawa yang mampu menghasilkan H+ dalam larutan, sehingga keberadaannya dapat
dideteksi oleh tungsten oksida secara potensiometri (Maulidah, 2014).
Kekurangan metode potensiometri adalah
- Seringkali terlalu sensitif terhadap jeni-jenis lain melebihi kebutuhan
67
6.7. Grafik
14
12
f(x) = − 1.03 x + 11.94
R² = 0.9
10
8
pH
0
0 2 4 6 8 10 12
Volume Asam Oksalat
0.2
f(x) = 0.06 x − 0.46
R² = 0.9
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Potensial Sel (E)
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
Volume Asam Oksalat
Grafik 6.2. Perbandingan antara potensial sel dengan volume asam oksalat
0.1
-0.1
E/V
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
Volume Asam Oksalat
E
Grafik 6.3. Perbandingan antara V dengan volume asam oksalat
72
0.2
0.15
0.1
f(x) = − 0.01 x + 0.1
R² = 0.19
0.05
Axis
0
0 2 4 6 8 10 12
-0.05
-0.1
-0.15
Volume Asam Oksalat
ΔE
Grafik 6.4. Perbandingan antara ΔV dengan volume asam oksalat
0.15
0.1
0.05
0 f(x) = 0 x + 0
0 2 4 6 8 10 12
R² = 0
l
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
Volume Asam Oksalat
2
Δ E
Grafik 6.5. Perbandingan antara Δ2V dengan volume asam oksalat
6.8. Persamaan reaksi
2 NaOH(aq) + H2C2O4 (aq) 2 Na2C2O42- (aq) + 2 H2O(l)
73