Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

PRAKTIKUMKIMIA ANALISA
ANALISPOTENSIOMETRI

Nama : Ajeng Rahayu.L/ Gigita Nindya .P/ Rizky Khalid

Nim :D500190145/D500190146/D500190152

Kelompok/Kelas :6F/C

Asisten :Dewi Andika

Dosen : Siti Aisyah Nurmaulia Entifar, S.T., M.Eng

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menyelidiki sifat sifat asam atau garam polibasis
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar asam atau garam polibasis secara
potensio

II. Tinjauan pustaka


A. Pengertian Potensiometri

Potensiometri adalah suatu metoda penentuan konsentrasi analit yang


didasarkan pada beda potensial yang terukur. Pengukuran potensial
dilakukan pada keadaan kesetimbangan. Pada keadaan ini tidak ada arus
yang mengalir, jadi sistem sel merupakan sistem tertutup. Secara
kuantitatif, konsentrasi ion akan berhubungan dengan potensial elektroda,
tetapi potensial elektroda tidak dapat diukur secara mutlak tanpa
dibandingkan dengan elektroda lain (Mulyasuryani A, 2018).

Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst


dengan cara pengukuran potensial dua elektroda yang tidak terpolarisasi
pada kondisi arus nol. Persamaan Nernst memberikan hubungan antara
potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang
sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran potensial reversibel suatu
elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen
dapat dilakukan (Khopkar, 1990).

Potensiometri adalah penentuan penentuan perubahan gaya gerak


listrik (E;potensial) dalam suatu rangkaian, yaitu pengukuran antara
electrode sampel dan electrode referensi, karena ion yang dari sampel akan
berinteraksi dengan membran ISE. Dalam aplikasi instrument, sistem
pengukurannya dikalibrasi oleh kalibrator yang mengandung sejumlah Na+
dan K+ yang sudah ditentukan kadarnya (Rifai et al., 2018)

Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisika kimia


yang menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda
indikator. Besarnya potensial elektroda indikator ini bergantung pada
kepekaan ion-ion tertentu dalam larutan. Karena itu, dengan memakai
persamaan Nersnt, kepekaan ion dalam larutan dapat dihitung langsung
dari harga potensial yang diukur itu (Sudjadi, 2008).

Dua jenis metode potensiometri ISE yang sering digunakan adalah


cara langsung dan tidak langsung. Cara tidak langsung yaitu sampel
dimasukkan ke dalam ruang pengukuran setelah dicampur suatu
pengencer. ISE dengan cara tidak langsung adalah metode yang paling
umum digunakan dengan alat otomatis saat ini. Metode tidak langsung
dikembangkan dengan pengenceran sehingga volume sampel kecil dan
untuk meminimalkan kadar protein pada permukaan electrode. Metode
ISE secara langsung dilakukan dengan cara sampel dipaparkan ke
electrode tanpa pengenceran. Beberapa instrument dirancang untuk
mengukur Na+ dan K+ pada sampel darah lengkap, terutama di pelayanan
kesehatan yang menggunakan instrument POCT dan analisis gas darah
(Burtis et al.,2015).

B. Metode Titrasi Potensiometri

Metode titrasi potensiometri adalah salah satu teknik yang digunakan


untuk menentukan stabilitas karena metode ini didasarkan pada metode
elektroanalitas sederhana yang kuat. Selain itu, operasi potenometrik
memberikan keuntungan misalnya biaya rendah, respon cepat,
instrumentasi sederhana, batas deteksi rendah dan jangkauan dinamis.
Pada saat yang sama, metode potensial memerlukan kompensasi dengan
daya ionic konstan untuk memastikan bahwa koefisien aktivitas tetap
konstan untuk semua spesies dalam lingkungan kerja eksperimental. Ion
logam biasanya terikat biasanya terikat untuk ligands melalui selektif dan
interaksi kuat. Kekuatan dan selektivitas pengikat logam bergantung pada
kestabilan. Sifat kompleks sebuah sampel akuaduk terhadap ion logam
sangat penting karena mereka menentukan distribusi ion logam antara
spesies yang berbeda sehingga dapat larut, mudah bergerak, dan beracun
(Karaderi S, dkk, 2020).

Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak


digunakan dalam menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu
larangan, titrasi terhadap vitamin C bersifat asam mungkin juga bersifat
basa. Selain itu, metode potensiometri dapat juga digunakan dalam
penetapan fluoride dengan metode titik nol, penetapan besi (II) dengan
standarisasi larutan kalium permanganat dengan kalium iodida. Titrasi
akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada yang mana terjadi perubahan potensial yang cukup besar
ketika ditambahi titran. Dalam banyak hal, potensiometri sederhana

digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka pH meter khusus


yang digunakan. pH meter digunakan untuk semua jenis titrasi (Basset,
dkk. 1994).
C. Alat –Alat Yang Digunakan

Berikut alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah:

1. Elektroda Pembanding

2. Elektroda Indikator

3. Alat Pengukur Potensial

Elektroda referensi selalu dianggap sebagai anoda atau kutub positif dalam
pengukuran potensiometri, sedangkan elektroda indikator dicelupkan
dalam larutan analit dengan potensial, yang sebanding dengan aktivitas
analit. Elektrode indikator yang digunakan dalam potensiometri haruslah
yang memiliki selektivitas tinggi terhadap analit. Kebanyakan elektroda
indikator digunakan dalam sel potensiometri sebagai jembatan garam yang
mencegah komponen larutan analit bercampur dengan komponen
elektroda referensi (Waji R, 2019)

D. Elektroda
Elektroda merupakan sistem dua fase yang terdiri atas penghantar
elektronik misalnya logam dan sebuah penghantar ionik larutan. Apabila
suatu logam dicelupkan kedalam larutan yang mengandung ionnya.
Misalnya logam seng (Zn) kedalamlarutan seng sulfat maka akan
terbentuk perbedaan potensial antara logam dan larutan itu.
Kegunaan elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur
elektron. Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah perak dan tembaga.
Apanila sebuah elektroda tembaga dan sebuah elektroda perak dicelupkan
ke dalam larutan misalnya larutan elektrolit seimbang cairan badan atau
tubuh maka akan terjadi perbedaan potensial antara potensial kontak kedua
logam tersebut disebut potensial offset elektroda (Gabriel J, 1996).
Pada potensiometri diperlukan dua elektroda yaitu elektroda penunjuk
dan elektroda pembanding. Elektroda penunjuk adalah elektroda yang
berhubungan langsung dengan analit dan besarnya potensial elektroda
berhubungan secara kuantitatif dengan konsentrasi analit. Sedangkan
elektroda pembanding adalah suatu elektroda dengan harga potensial tetap,
tidak berhubungan dengan konsentrasi analit.

Beberapa contoh elektroda pembanding antara lain :


1. Elektroda Ag/AgCl
Elektroda pembanding yang banyak digunakan di laboratorium
adalah elektroda perak-perak klorida. Elektroda ini banyak digunakan
karena mudah didapat, mempunyai kepekaan terhadap ion klorida.
Elektroda Ag/AgCl ini terdiri dari kawat Ag yang dilapisi dengan
AgCl dan ditempatkan dalam larutan KCl. Potensial elektroda
Ag/AgCl pada suhu 25°C adalah 0,0205 V.
2. Elektroda Kalomel
Elektroda ini terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi dengan pasta.
Merkuri (Hg), Merkuri Klorida/Komel (Hg2Cl2) dan Kalium Klorida
(KCL). Suatu larutan yang akan dideteksi bersentuhan dengan KCl
dan Hg2Cl2 dalam keadaan jenuh. Elektroda ini mudah digunakan
dalam laboratorium karena mudah pemeliharaannya dan konsentrasi
klorida tidak mempengaruhi harga potensial elektroda. Potensial
elektroda kalomel yang jenuh pada 25°C adalah 0,244 V.
3. Elektroda Emas
Elektroda yang terbuat dari kawat emas yang terhadap larutan tidak
mempengaruhi dan mengambil bagian pada reaksi larutan. Elektroda
emas langsung bersentuhan denganlarutan yang dideteksi.
Suatu eklektroda indikator yang ideal mempunyai respon yang
cepat dan reproduksibel pada perbahan konsentrasi ion analit atau
kelompok ion, walaupun tidak ada elektroda indikator yang memiliki
respon spesifik yang mutlak, namun sekarang telah tersedia beberapa
yang cukup selektif. Ada dua jenis elektroda indikator yaitu elektroda
logam dan elektroda membrane. Elektroda logam dikelompokkan ke
dalam elektroda jenis pertama (first kind), jenis kedua (second kind)
dan elektroda redoks inert.
Elektroda jenis pertama adalah elektroda yang langsung
berkesetimbangan dengan kation yang langsung berasal dari elektroda
logam tersebut. Elektroda jenis kedua adalah elektroda yang haraga
potensialnya bergantung pada konsentrasi anion yang dapat
membentuk endapan atau ion kompleks yang stabil dengan ion yang
berasal dari elektroda. Elektroda redoks berasal dari logam-logam
mulia seperti platina, emas, dan palladium, bertindak sebagai
elektroda indikator pada reaksi redoks.

Elektroda membran diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu:

1. Elekroda selektif ion


Elektroda selektif ion adalah elektroda yang responsif terhadap spesi
ion. Elektroda ini terbagi menjadi dua bagian yaitu elektroda
membrane kristal dan elektroda non kristal

2. Elektroda selektif molekuler


elektroda yang dipakai untuk menetapkan molekul analit.
Elektroda ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: elektroda pendeteksi
peka terhadap gas dan elektroda bersubstrat enzim.

Ditinjau dari pemakaian elektrodanya, penentuan logam berat


secara potensiometri adalah penentuan potensial elektroda kerja
relatif, terhadap elektroda pembanding yang dapat mengasilkan
potensial elektroda sebanding dengan 40 konsentrasi logam berat.
Dengan demikian di dalam sistem pengukuran tersebut diperlukan
suatu sel volta atau sel galvanic dengan elektroda kerja yang mampu
merespon spesi logam berat (Waji R, 2019).

E. Reaksi Dalam Potensiometri


Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan beberpa ion
yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah
penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara
kontinyu dengan perangkat automatrik. Presisi dapat dipertinggi dengan
sel konsentrasi (Khopkar, 2003).
a. Reaksi netralisasi
adalah titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda gelas.
Tetapan ionisasi harus kurang dari 10 -8.
b. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan
adalah pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan
ion terhidrosi dari larutan. Biasanya digunakan elektroda Ag dan
Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
c. Reaksi redoks
elektroda Pt atau elektroda mert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, CO(NH3)3) membentuk
lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara
katoda dalam larutan encer.

F. Pengukuran pH titrasi potensiometri


Pengukuran dilakukan dua tahap pertama penerapan alat dengan
elektroda-elektroda yang dicelupkan dalam penyangga baku. Pembacaan
ph meter diatur dengan tombol pengatur sesuai dengan pH penyangga
baku tersebut dan tahap kedua pembacaan langsung pH larutan zat uji
larutan ketika elektroda-elektroda itu dicelupkan kedalamnya (Rival,
1995).

G. Keuntungan Metode Potensiometri


Keuntungan dari metode potensiometri adalah biaya yang relative
murah dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih mudah daripada
instrument saintifik yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode
potensiometri yaitu pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang
mengalir dalam larutan arus residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat
diabaikan. Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapan
kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan
cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu,
sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan yang
kontinyu dan tidak diawasi (Skoog, 1998).
Metode potensiometri dapat digunakan sebagai metode alternative untuk
penentuan kadar cadmium selain menggunakan metode spektrofotometri
serapan atom (Djatmika R, dkk, 2014).
Reaksi tanah dinyatakan dengan pH. Nilai rata-rata pH (H2O) tanah lokasi
penelitian dengan menggunakan metode potensiometri adalah 6,17 artinya
kawasan ini mengandung kadar asam yang sangat sedikit bahkan
mendektai netral. Sehingga dapat dinyatakan bahwa unsure hara
dikawasan tersebut mudah diserap karena nilai pH netral karena unsur hara
mudah larut dalam air. Sedangkan nilai rata-rata ph (N KCl) tanah
menunjukkan angka 4,99 sedikit lebih masam dari nilai pH sebelumnya
artinya kawasan ini kadar tanahnya masam (Utami L, dkk, 2017).

H. Analisis polibasis
Analisis polibasis merupakan asam yang mempunyai dua atau lebih
gugus karboksil per molekul dan menghasilkan lebih dari satu gram.
Kurva titrasi asam polibasi menunjukkan lebih dari satu titik akhir,
misalnya H3PO4 merupakan asam tribasic dimana pada kurva titrasinya
memiliki tiga titik akhir. Asam polibasis juga merupakan asam yang
mengandung lebih dari satu ionisasi proton per molekul. Kurva titrasi pH
asam polibasis bergantung pada nilai realatif pK untuk disosiasi berturut-
turut (Wright, 2007).

III. Alat Dan Bahan


A. Alat
Berikut adalah beberapa alat yang di gunakan untuk percobaan
praktikum analisis potensiometri
Tabel 1. Alat yang di gunaakan dalam praktikum potensiometri

NO Nama Alat Ukuran Jumlah


1 Botol pengaduk - 1
2 Botol timbang - 1
3 Buret 50 1
4 Corong kaca - 1
5 Erlenmeyer 250 3
6 Gelas beker 250 3
7 Gelas ukur 50 1
8 Kaca arloji - 1
9 Karet hisab 250,100 1,1
10 Labu ukur - 1
11 PH meter - 1
12 Pipet tetes - 1
13 Pipet ukur 5 1
14 Pipet volume 10 1
15 Statif - 1

B. Bahan
Berikut adalah beberapa bahan yang digunakan untuk percobaan
praktikum analisis potensiometri
Tabel 2. Bahan yang di gunakan dalam praktikum potensiometri

NO Nama Bahan Massa (g) Densitas(g/m) Volume (m) Kadar


(y)
1 Aquadest - - secukupnya -
2 HCL - 1,19 Hasil hitung 37
3 H2C2O4 ,2H2O Hasil - - 99,5
hitung
4 H2SO4 - - 3.0 -
5 Indikator mo - - 2 tetes -
6 Indikator pp - - 2 tetes -
7 NAHCO3 - - 30 -
8 NAOH Hasil - - 99
hitung
9 Na2SO4 - - 30 -

C. Gambar alat percobaan titrasi potensiometri


Berikut adalah gambar alat yang di lakukan pada percobaan potensiometri
6

Keterangan:
1.Alas
2.Buret
3.Erlenmeyer
4.Kran buret
5.Klem
6.Statif
3

2 2

Keterangan:

1. Elektroda
2. Tombol off/on
3. Layar petunjuk

IV. DIAGRAM ALIR

1. Diagram Pembuatan larutan NAOH X N

NAOH Botol timbang Gelas beker aquades


secukupnya
250ml
......Gram

Labu ukur

250ml
Aquades hingga tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 1. Diagram alir pembuatan NAOH

2. Diagram standarisas

Asam oksalat Kaca arloji Gelas beker aquades


secukupnya
250 ml

Labu ukur
Aquades hingga tanda batas
100 ml

Kocok hingga homogen

Gambar 2. Diagram alir pembuatan pembuatan larutan asam oksalat

3. Diagram standarisasi larutan NAOH X N dengan ASAM OKSALAT X N

Larutan asam oksalat 10 ml, NAOH


NAOH
+2 tetes indikator pp

Erlenmeyer 250 ml Buret


Dititrasi

Hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwaran menjadi ungu

Catat volume NAOH yang di gunakan

Ulangi sebanyak tiga kali

Catat volume rata rata

Gambar 3. Diagram alir standarisasi NAOH dengan Asam Oksalat

4. Diagram penentuan PH LARUTAN H2SO4

Larutan H2 =SO4 10 ml + Gelas beker


Aquades 40 ml +indikato larutan
Buret
Pp 2 tetes 250 ml NAOH
Ukur PH D

Dititrasi

Ukur PH jika ada penambahan 5 ml hingga terjadi


perubahan warna dari tidak berwarna ke warna UNGU

ulangi sebanyak 3 kali

catat volume rata rat

Gambar 4. Diagram alir penentuan PH larutan H2SO4

5. Diagram Pembuatan HCL X N

HCL Pipet ukur 5 ml


........Gram

Labu ukur 250 ml Aquades hingga

tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 5. Diagram alir pembuatan larutan HCL

6. Diagram penentuan PH larutan sampel Na2SO3

Larutan Na2SO3 10 ml +
Gelas beker
Aquades 40 ml +indikator NaOH
250 ml
larutan HCL
MO 2 tetes
Buret
Ukur PH

Dititrasi

Ukur PH setiap penambahan 2 ml


hingga terjadi penambahan
Warna dari orange ke menjadi merah bata

Ulangi sebanyak 3 kali

Catat volume rata rata

Gambar 6. Diagram alir penentuan PH larutan sample Na2SO4

7. Diagram penentuan PH larutan sample NaHCO3

Larutan NaHCO3 10 ml +
Gelas beker
Aquades 40 ml +indikator HCL
larutan HCL 250 ml
MO 2 tetes

Buret
Ukur PH
Dititrasi

Ukur PH setiap penambahan 5 ml hingga


Terjadi perubahan dari orange ke menjadi
Merah bata

Ulangi sebanyak 3 kali

Catat volume rata-rata

Gambar 7. Diagram alir penentuan PH larutan sampel NaHCO3

V . HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Percobaan
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut
DatahasilStandarisasilarutanasamoksalat0,06NdenganlarutanNaOH0,1N

Tabel 3 . Data hasil standarisasi larutan asam oksalat dengana laruta NaOH
No. Larutan Volume( Volume rata-
I I
ml) I
I I rata(ml)
1. Asamoksalat 1 1 1 10
2. NaOH 07 07 07 7

DatahasilPenentuanpHlarutansampelH 2SO4

Tabel 4 . Data hasil penentuan Ph larutan sampelH 2SO4

No VolumeNaO p pHrata-rata
. H H
I II I

(m I
1 0 1,48 1,48 1,54 1,5
2. l)5 1,55 1,58 1,58 1,57
3. 1 1,62 1,62 1,68 1,64
4. 10 1,72 1,72 1,75 1,73
5. 25 1.82 1,83 1,86 1,83
6. 20 1.96 1,95 2,02 1,971,97
7. 35 2,14 2,12 2,18 2,14
8. 30 2,38 2,37 2,02
9. 45 2,84 2,80 2,99 2,25
10.
. 40 9,52 9,58 9,85 2,87
4 9,65

DatahasilPenentuanpHlarutansampelNa 2SO3

Tabel 5 . Data hasil penentuan Ph larutan sampel Na2SO3

No. VolumeH P pHrata-rata


Cl h
I I I
(
I I
m
l)
1. 0 7,04 7,04 7,07 7,05
2. 2 6,01 6,01 5,83
3. 4 4,37 4,36 4,10 5,95
4. 5 2,38 2,90 2,08 4,27
DatahasilPenentuanpHlarutansampelNaHCO3 2,45

Tabel 6 . DatahasilPenentuanpHlarutansampelNaHCO3

No. Volume p pHrata-rata


I II H II
HCl

1. (0 8,10 8,10 8,10 8,1


2. m5 6,85 6,76 6,76
3. 1 6,44 6,39 6,40 6,79
l)
4. 10 6,16 6,09 5,91 6,05
6,41
5. 25 5,83 5,74 5,54 5,70
6. 20 4,67 4,34 4,30 4,43
7. 25 2,70 2,71 2,03 2,48
6,
5

B. Pembahasan

1. Menghitung massa HCl

Diketahui :
BM HCl = 36,5

Densitas HCl = 1,19

Kadar HCl = 37%

Normalitas HCl = 0,075 N

Valensi HCl = 1

Volume Pengenceran = 250ml

Ditanya : Massa HCl = ?

Volume HCl = ?

𝑉 𝐵𝑀 𝑁
Dijawab : Massa HCl = 𝑋 𝑋
1000 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟

250 36,5 0,075


= 1000 𝑋 𝑋
1 0,037

= 0,25 X 36,5 X 0,2027

= 1,8496 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻𝐶𝑙
Volume HCl = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

1,8496
= 1,19

= 1,5542 ml

Dalam pembuatan larutan HCl 0,075 N dalam 250 ml dibutuhkan


1,8496gram HCl dan volume HCl 1,5542 ml. Untuk mendapatkan nilai
dari volume HCl, terlebih dahulu dilakukan perhitungan massa HCl yang
dibutuhkan.Massa HCl dapat dihitung menggunakan volume
pengenceran yaitu 250ml, normalitas HCl 0,075 N, valensi HCl yaitu 1,
kadar HCl yaitu 37% dan berat molekul dari HCl yaitu 36,5. Setelah
mendapatkan massa HCl, lalu dilakukan perhitungan volume HCl dengan
menggunakan massa HCl dan densitas dari HCl.

2. Menghitung massa asam oksalat

Diketahui :

V Pengenceran= 100ml

BM asam oksalat=125 g/mol

Kadar asam oksalat = 99,5%

N asam oksalat = 0,06 N

Valensi asam oksalat = 2

Ditanya : Massa asam oksalat = ?

𝑉 𝐵𝑀 𝑁
Massa asam oksalat = 1000 𝑋 𝑋
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟

100 126 0.06


= 1000 𝑋 𝑋
2 0,995

756
= 1990

= 0,3798 gram

Dalam pembuatan larutan Asam Oksalat 0,06 N dalam 100 ml dibutuhkan


massa asam oksalat 0,3798 gram. Massa Asam Oksalat dapat dihitung
menggunakan volume pengenceran 100 ml, normalitas asam oksalat yaitu
0,06 N, valensi asam oksalat yaitu 2, kadar asam oksalat yaitu 99,5% dan
berat molekul dari Asam Oksalat yaitu 126
3. Menghitung massa NaOH

Diketahui : V Pengenceran = 250ml

BM NaOH = 40 g/mol

Kadar NaOH = 99%

NormalitasNaOH= 0,1 N

Valensi NaOH=1

Ditanya :Massa NaOH = ?

𝑉 𝐵𝑀 𝑁
Massa NaOH = 1000 𝑋 𝑋
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟

250 40 0,1
= 1000 𝑋 𝑋
1 0,99

1000
= 990

= 1,0101 gram

Dalam pembuatan larutan NaOH 0,1 N dalam 250 ml dibutuhkan


1,0101gram NaOH. Massa NaOH dapat dihitung
menggunakanvolume pengenceran 250 ml, normalitas NaOH 0,1N,
valensi NaOH yaitu 1, kadar NaOH yaitu 99% dan berat molekul
dari NaOH yaitu 40.

4. Menghitung normalitas NaOH

Diketahui : N asam oksalat = 0,06 N

V asam oksalat = 10ml

V NaOH = 7 ml
𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑋 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
Ditanya : N NaOH = 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻

0,06 𝑋 10
= 7

0,6
=
7

= 0,0857 N

Untuk mengetahui normalitas NaOH dapat dihitung dengan cara


normalitas Asam Oksalat yaitu dikali dengan volume rata-rata Asam
Oksalat saat standarisasi lalu dibagi dengan volume NaOH rata-rata saat
standarisasi sehingga diperoleh hasil yaitu 0,0857 N.

5. Pengukuran pH H2SO4

a. Normalitas H2SO4 encer

Diketahui : N NaOH = 0,0857 N

V H2SO4 encer = 50ml

V NaOH= 44ml

Ditanya : N H2SO4 encer = ?

𝑉 NaOH X N NaOH
Dijawab : N H2SO4 pekat = 𝑉 H2SO4 encer

0,0857 x 44
= 50

3,7708
=
50

= 0,0754 N

Untuk menghitung pH H₂SO₄ diperlukan normalitas dari H₂SO₄ encer


yang diperoleh dari hasil perhitungan normalitas NaOH dikali dengan
volume NaOH saat terjadi perubahan warna dibagi dengan volume H₂SO₄
encer dan diperoleh hasil yaitu 0,0754 N.
b. Normalitas H2SO4 pekat

Diketahui : N H2SO4 encer = 0,0754 N

V H2SO4 encer = 50ml

V H2SO4 pekat = 10ml

Ditanya : N H2SO4 pekat =................. ?

Dijawab :

𝑉 H2SO4 encer X N H2SO4 encer


N H2SO4 pekat = 𝑉 H2SO4 encer

50 𝑥 0,0754
= 10

3,77
= 10

= 0,377 N

Untuk menghitung pH H2SO4diperlukan normalitas dari H2SO4 pekat yang


diperoleh dari hasil perhitungan normalitas H2SO4 encer dikali dengan
volume H2SO4 encer dibagi dengan volume H2SO4 pekat dan diperoleh
hasil yaitu 0,377 N. Hasil dari normalitas H2SO4 encer dan H2SO4 pekat
berbeda karena volume H2SO4 encer yang dipakai yaitu 50 ml sedangkan
volume H2SO4 pekat yang dipakai yaitu 10 ml dan dikali dengan
normalitas H2SO4 encer sehingga didapatkan hasil yang berbeda.

6. Pengukuran pH Na2SO3

a. Normalitas Na2SO3 encer


Diketahui : N HCl = 0,075 N

V HCl = 5ml

V Na2SO3 encer = 50ml

Ditanya :N Na2SO3 encer = ?

𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑋 𝑁 𝐻𝐶𝑙
Dijawab :N Na2SO3 encer = 𝑉 Na2SO3 𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟

5 𝑥 0,075
=
50

0,375
= 50

= 0,0075 N

Untuk menghitung pH Na2SO3 diperlukan normalitas dari Na2SO3 encer


yang diperoleh dari hasil perhitungan normalitas HCl dikali dengan
volume HCl pada saat terjadi perubahan warna dibagi dengan volume
Na2SO3 encer dan diperoleh hasil yaitu 0,0075 N.

b. Normalitas Na2SO3 pekat

Diketahui : N Na2SO3 encer = 0,0075 N

V Na2SO3encer = 50ml

V Na2SO3 pekat = 10ml

Ditanya : N Na2SO3 pekat = ?

𝑉 Na2SO3 encer 𝑋 𝑁 Na2SO3 𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟


Jawab :N Na2SO3 pekat= 𝑉 Na2SO3 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡

0,0075 𝑥 50
=
10

0,375
= 10
= 0,0375 N

Untuk menghitung pH Na2SO3 diperlukan normalitas dari Na2SO3 pekat


yang diperoleh dari hasil perhitungan normalitas Na2SO3 encer dikali
dengan volume Na2SO3 encer dibagi dengan volume Na2SO3 pekat dan
diperoleh hasil yaitu 0,0375 N. Hasil dari normalitas Na2SO3 encer dan
Na2SO3 pekat berbeda karena volume Na2SO3 encer yang dipakai yaitu 50
ml sedangkan volume Na2SO3 pekat yang dipakai yaitu 10 ml dan dikali
dengan normalitas Na2SO3 encer sehingga didapatkan hasil yang berbeda

7. Pengukuran Ph NaHCO3 encer

a.Normalitas NaHCO3 encer

Diketahui : N HCl = 0,075 N

V HCl = 26,5 ml

V NaHCO3 encer = 50 ml

Ditanya : N NaHCO3 encer = ?

𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑋 𝑁 𝐻𝐶𝑙
Jawab : N NaHCO3 encer = 𝑉 NaHCO3 encer

26,5 𝑥0,075
= 50

1,9875
= 50

= 0,0397 N

Untuk menghitung pH NaHCO3 diperlukan normalitas dari NaHCO3 encer


yang diperoleh dari hasil perhitungan normalitas HCl dikali dengan
volume HCl pada saat terjadi perubahan warna dibagi dengan volume
NaHCO3 encer dan diperoleh hasil yaitu 0,0397 N.

b. Normalitas NaHCO3 pekat


Diketahui : N NaHCO3 encer = 0,0397 N

V NaHCO3 encer = 50ml

V NaHCO3 pekat = 10ml

Ditanya : N NaHCO3 pekat = ?

Jawab :

𝑉 NaHCO3 encer 𝑋 𝑁 NaHCO3 encer


NaHCO3 pekat = 𝑉 NaHCO3 pekat

50 𝑥 0,0397
= 10

0,1985
= 10

= 0,1985 N

Untuk menghitung pH NaHCO3 diperlukan normalitas dari NaHCO3 pekat


yang diperoleh dari hasil perhitungan normalitas NaHCO3 encer dikali
dengan volume NaHCO3 encer dibagi dengan volume NaHCO3 pekat dan
diperoleh hasil yaitu 0,1985N. Hasil dari normalitas NaHCO3 encer dan
NaHCO3 pekat berbeda karena volume NaHCO3 encer yang dipakai yaitu
50 ml sedangkan volume NaHCO3pekat yang dipakai yaitu 10 ml dan
dikali dengan normalitas NaHCO3encer sehingga didapatkan hasil yang
berbeda.
NaHCO3
Grafik Penentuan pH Larutan H2SO4
12
pH rata rata 10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Volume NaOH (ml)

Grafik 1 Penentuan Ph Larutan Sampel H 2SO4

Pada titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volume


yang mana terjadi potensial yang relatif besar ketika ditambah
titran.Grafik tersebut menunjukkan hasil titrasi dari H2SO4 sebagai asam
kuat dengan NaOH sebagai basa kuat. Garis pada grafik relatif stabil pada
saat volume NaOH sampai 40 ml dan kenaikan pH rata-ratanya relatif
kecil tetapi pada saat volume NaOH 44 ml, grafik langsung naik, pH
menjadi tinggi dan melewati pH netral. Hal ini menunjukkan bahwa titik
akhir berada pada 44 ml. Titrasi dihentikan setelah terjadi lompatan
potensial yang drastis dari pH 2,87 menjadi 9,65. Lonjakan pH Terjadi
disebabkan terjadinya titik kesetimbangan dimana ion hidrogen (H+) dari
H2SO4 telah habis bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) dari NaOH .
Reaksi ionisasi pada sampel H2SO4 :

H 2SO 4 + OH- -HSO 4-+ H 2O…………………………………….(1)

HSO 4-+ OH- SO42-+ H 2O………………………………….(2)


Grafik Penentuan pH larutan sampel Na2SO3
8
7
6
pH rata rata

5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Volume HCl (ml)

Grafik 3 . Penentuan pH larutan sampel Na2SO3

Penambahan volume HCl yang ditambahkan pertama yaitu 0 ml dan


penambahan selanjutnya dilakukan sampai volume HCl yang ditambahkan
mencapai 5 ml. Pada setiap penambahan HCl dilakukan maka pH larutan
juga harus diukur. Untuk mengukur pH larutan digunakan pH-meter.Pada
saat larutan Na2SO4 ditirasi dengan HCl di peroleh pH larutan awal adalah
sebesar 7,05. Setelah ditambahkan dengan HCl pH mengalami perubahan
semakin menurun, hal ini dikarenakan HCl merupakan basa kuat dan
Na2SO4 adalah basa lemah. Reaksi ionisasi Na2SO4:

Na2SO3 + 2H2O → H2SO 3- + 2NaOH………………………(3)

H2SO 3 + OH- → HSO3 - + H2O…………………………..….(4)

HSO 3- + OH– SO 32-………………………………………...(5)


Penentuan pH larutan sampel NaHCO3
9
8
7
6
pH rata rata

5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10
Volume HCl (ml)

Grafik 3.Penentuan pH larutan sampel NaHCO3

NaHCO3 merupakan basa sedangkan HCl adalah asam kuat, pada grafik
tersebut menunjukkan jika NaHCO3 semakin dititrasi oleh larutan standar
HCl, pH senyawa tersebut akan semakin menurun. Pada saat NaHCO3
ditetesi indicator metil orange, larutan berwarna kuning muda dikarenakan
NaHCO3 yang bersifat basa yaitu diatas trayek pH metil orange (>4,4).
Namun saat dititrasi dengan HCl dan mencapai titik akhir, larutan berubah
menjadi asam dikarenakan adanya H+berlebih.H+berlebih tersebut
bereaksi dengan indikator metil orange danmenghasilkan perubahan warna
menjadi jingga kemerahan yang menandakan bahwa larutan tersebut
menjadi asam. Pada proses titrasi, basa NaHCO3 dengan asam HCl, maka
OH-pada basa dan H+pada asam akan membentuk air (H2O)

NaHCO3(aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + CO2(g) + H2O (l)…………………(6)

HCO3- + H3O+ → H2CO3 + H2O………………………………………(7)

H2CO3(aq) → CO2(g) + H2O……………………….……………………..(8)


VI. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat didapat dari percobaan analisis


potensiometri adalah sebagai berikut:

1. Pada percobaan titrasi H2SO4 dengan NaOH menghasilkan perubahan


warna dari tidak berwarna menjadi ungu dan larutan yang awalnya asam
menjadi basa deng pH awal 1,5 berubah menjadi 9,65
2. Pada cobaan titrasi Na2SO3 dengan HCl menghasilkan perubahan warna
dari kuning menjadi merah bata dan larutan yang awalnya basa menjadi
asam dengan ph awal 7,05 berubah menjadi asam dengan pH awal 7,05
berubah menjadi 2,45
3. Percobaan titrasi NaHCO3 dengan HCl menghasilkan perubahan warna
kuning menjadi merah bata dan larutan yang awalnya basa menjadi asam
dengan pH awal 8,10 menjadi 2,48
4. Normalitas sampel H2SO4 encer 0,0754 N dan H2SO4 pekat 0,377 N
5. Normalitas sampel Na2SO3 encer 0,0075 N dan Na2SO3 pekat 0,0375 N
6. Normalitas sampel NaHCO3 encer 0,0397 N dan NaHCO3 pekat 0,1985
N
7. Normalitas NaOH sebesar 0,0857 N
8. Volume rata-rata hasil titrasi standarisasi H2C2O4.2H2O sebesar 7 ml
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasuryani, A. (2018). Elektroanalitik: Dasar dan Aplikasi. Yogyakarta:


Deepublish.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.

Rifai, N., A.R.Horvath, C.T. Wittwer. 2018. Tietz Textbook of Clinical


Chemistry and Molecular Diagnostics. 6th edn. United States of America :
Elsevier.

Sudjadi. 2008. “Kimia Analisis Farmasi”. Pustaka Pelajar:Yogjakarta

Burtis, C.A, D.E. Bruns, B.G. Sawyer. 2015. Tietz Fundamentals of


Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. 7th edn. United States of
America : Elsevier.

Basset, J., Denny, R.C., Jefery, E.H., dan Meudham, J .1994. “Kimia
Analisis Kuantitatif Organik”. EGC:Jakarta.

Wright, M. R., 2007, An Introduction to Aqueous Electrolyte Solution,


John Wiley & Sons Ltd USA.

Agestia, W. R. 2019. Biosensor Potensiometrik untuk Analisis Ion Logam.


Uwais Inspirasi Indonesia : Ponorogo.

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran .EGC : Jakarta.

Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI :Jakarta

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta

Skcog. 1998. Principles Of Instrumental Analisys 5th Edition. Sauders


Conega Publishing : USA.
Asisten Pembimbing Surakarta, 15 Juni 2020
Praktikkan
1. Ajeng Rahayu Lestari

2. Gigita nindy Putriany


Dewi Andika 3. Rizky Khalid

Mengetahui,
Dosen pembimbing

Siti Aisyah Nurmaulia Entifar, S.T., M.Eng


VII. LAMPIRAN

A. Data percobaan

Data hasil standarisasi larutan asam oksalat 0,06 N dengan larutan NaOH
0,1 N

Tabel 7. Data hasil standarisasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH

No. Larutan Volum Volume rata-


I I
e(ml) I
rata(ml)
I I
1 Asamoksalat 1 1 1
2. NaOH 07 07 07 710
.

Datahasil Penentuan pH larutan sampelH 2SO4

Tabel 8 . Data hasil penentuan Ph larutan sampelH 2SO4

No. VolumeNaOH p pHrata-rata


H
(ml I II I

)0 I
1 1,48 1,48 1,54 1,5
2. 5 1,55 1,58 1,58 1,57
3. 1 1,62 1,62 1,68 1,64
4. 10 1,72 1,72 1,75 1,73
5. 25 1.82 1,83 1,86 1,83
6. 20 1.96 1,95 2,02 1,97
7. 35 2,14 2,12 2,18 2,14
1,97
8. 30 2,38 2,37 2,02 2,25
9. 45 2,84 2,80 2,99 2,87
10.
. 40 9,52 9,58 9,85 9,65
4
Grafik Penentuan pH Larutan H2SO4
12

10

8
pH rata rata

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume NaOH (ml)

Grafik 4. Penentuan Ph Larutan Sampel H2SO4

Datahasil Penentuan pH larutan sampel Na2SO3

Tabel 9 . Data hasil penentuan Ph larutan sampel Na2SO3

No. VolumeH P pHrata-rata


Cl I Ih I
I I
1. (m 0 7,04 7,04 7,07 7,05
2. l)2 6,01 6,01 5,83 5,95
3. 4 4,37 4,36 4,10 4,27
4. 5 2,38 2,90 2,08 2,45
Grafik Penentuan pH larutan sampel Na2SO3
8
7
pH rata rata 6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Volume HCl (ml)

Grafik 3 . Penentuan pH larutan sampel Na2SO3

B.Analisis Galat

1. Standarisasi larutan NaOH

a. Galat acak

V rata-rata = 7 ml + 7 ml + 7 ml
3

= 7 ml

1
∑𝑅 = √ (7 − 7)2 + (7 − 7)2 + (7 − 7)2
3

1
= √ (0)2 + (0)2 + (0)²
3

1
= √3 (0)

=0
b. Galat sistematis

1
∑𝑠 = 2 × 0,1

= 0,05

c. Galat gabungan

∑ = √∑ 𝑅² + ∑ 𝑆²

= √(0)2 + (0,05)2

= √(0) + (0,0025)

= √0,0025

= 0,05

2. Galat pengukuran H2SO4

a. Galat acak

pH rata – rata H2SO4 dengan NaOH

1,5+1,57+1,64+1,73+1,83,1,97+2,14+2,25+2,87+9,65
pH rata – rata = 10

27,15
= 10

=2,715
1
(1,5 − 2,715)2 + (1,57 − 2,715)2 + (1,64 − 2,715)2 + (1,73 − 2,715)2
10
∑ 𝑅 = √+(1,83 − 2,715)2 + (1,97 − 2,715)2 + (2,14 − 2,715)2 + (2,25 − 2,715)2
+(2,87 − 2,715)2 + (9,65 − 2,715)²

1
= √10 (1,7987 + 1,3110 + 1,1556 + 0,9702 + 0,7832

+0,5550+0,3306+0,2162+0,0240+48,0942)

1
= √10 55,2387 = √552,387

= 23,5029

b. Galat sistematis

1
∑ 𝑠 = × 0,1
2

= 0,05

c. Galat gabungan

∑ = √∑ 𝑅² + ∑ 𝑆²

= √(23,5029)2 + (0,05)²

= √(5.523,8630) + (0,0025)

= √5.523,8880

= 2,3502

Anda mungkin juga menyukai