Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS

ELEKTRODA SELEKTIF ION NO3-

Oleh:

Nama : Armala Fidiyanti


NIM : 181810301002
Kelas/Kelompok : B/ 4
Asisten : Millatie Afrih Rozana

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektroda selektif ion nitrat (ESI) merupakan teknik dasar dalam metode
potensiometri, dimana elektoda atau sensor yang digunakan akan menghasilkan
tegangan yang dilakukan dengan proses pengukuran mobilitas ion antar katoda.
Elektroda selektif ion nitrat (ESI) merupakan metode analisis kimia yang
berdasarkan pada penentuan kandungan ion-ion tertentu yang terdapat dalam
sampel. Proses ini menggunakan suatu elektroda atau sensor yang berfungsi
sebagai alat yang digunakan untuk membaca kandungan sampel dengan interaksi
langsung terhadap sampel tersebut. Elektroda selektif ion yang sering digunakan
salah satunya sebagai penentuan kandungan nitrat (NO 3-) yang terkandung dalam
sampel (Wahab, 2006).
Elektroda ion selektif saat ini banyak digunakan dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini dikarenakan elektroda ion selektif memiliki harga yang
murah, menggunakan metode analisis yang sederhana serta model dan bentuk ESI
kuat dan tahan lama. Aplikasi ESI yang dikembangkan saat ini yaitu penggunaan
sensor berbasis elektroda selektif ion timbal sebagai alat pengujian timbal dalam
darah (Novitasari et al, 2016). Penerapan dalam kehidupan yang lain yaitu pada
penerapan dibidang pangan. Atikah (2011) menyatakan bahwa metode ESI nitrat
dapat digunakan dalam menentukan kandungan nitrat yang terkandung dalam
makanan.
Percobaan kali ini yaitu tentang elektroda ion selektif yang bertujuan
untuk mengetahui teknik potensiometri langsung dalam pengukuran konsentrasi
analit dan mengukur konsentrasi nitrat dalam larutan sampel dengan
menggunakan elektroda ion selektif nitrat. Pengukuran potensial langsung
berdasarkan pada perbedaan potensial diantara elektroda kerja dengan elektroda
referensi. Konsentrasi analit didapatkan melalui pembuatan kurva kalibrasi
hubungan potensial dengan konsentrasinya pada larutan standar. Nilai potensial
diukur berdasarkan alat mV/pH meter. Perlakuan pada percobaan ini pengukuran
potensial larutan standar dan sampel serta pengukuran ion nitrat dalam sampel air
sumur yang dilakukan sebelum penambahan buffer (ISA) dan setelah penambahan
buffer. Konsentrasi ion nitrat dalam sampel air sumur dapat ditentukan melalui
persamaan garis yang diperoleh pada pengukuran potensial larutan standar.
Pengukuran potensial juga dilakukan melalui teknik penambahan larutan standar
terhadap sampel air sungai yang akan ditentukan kadar ion nitrat dalam sampel
tersebut menggunakan persamaan garis pada kurva larutan standar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1. Bagaimana teknik potensiometri langsung dalam pengukuran konsentrasi
analit dan tenik penambahan standar?
2. Bagaimana cara mengukur konsentrasi nitrat dalam larutan sampel dengan
menggunakan elektroda ion selektif nitrat?
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah:
1. Mempelajari teknik potensiometri langsung dalam pengukuran konsentrasi
analit dan teknik penambahan standar.
2. Mengukur konsentrasi nitrat dalam larutan sampel dengan menggunakan
elektroda ion selektif nitrat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan air suling dengan rumus molekul H2O. Akuades
memiliki sifat fisika dan kimia diantaranya keadaan fisik akuades adalah cair,
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Akuades memiliki derajat
keasaman (pH) netral yaitu 7,0 dan berat molekul dari akuades sebesar 18,01
gram/mol. Akuades memiliki titik didih sebesar 100 oC, dan titik lebur sebesar
0oC. Akuades memiliki tekanan uap pada suhu 20oC sebesar 2,3 kPa, dan
memiliki massa jenis sebesar 1,00 gram/cm3. Akuades adalah pelarut yang kuat,
dapat melarutkan banyak jenis zat kimia, dan tidak bersifat korosif. Akuades tidak
berbahaya apabila terkena mata, kulit, terhirup, dan tertelan karena tidak
menyebabkan iritasi(LabChem, 2020).
2.1.2 Amonium Sulfat (NH4)2SO4
Amonium Sulfat merupakan bahan kimia yang memiliki rumus molekul
(NH4)2SO4. Bahan ini memiliki berat molekul sebesar 132,14 g/mol, dengan titik
leleh 280 °C. Bahan ini memiliki ciri-ciri berbentuk padatan, berwarna abu-abu
hingga putih, tidak berbaudan mudah larut dalam air dingin dan tidak larut dalam
aseton. Penanganan jika kontak dengan kulit bilas dengan menggunakan air
mengalir selama 15 menit dan oleskan krim anti bakteri ke area kulit yang
terkontaminasi, jika tertelan segera mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak,
jika terjadi inhalasi ssegera bawa ke udara terbuka. Penyimpanan bahan ini di
lemari asam dan jauhkan dari bahan yang bersifat korosif dan bahan-bahan alkali,
bahan organik, asam dan logam (LabChem, 2020).
2.1.1 Natrium Nitrat (NaNO3)
Natrium nitrat merupakan senyawa yang berupa padatan( serbuk) tidak
berbau, berwarna putih, dan memiliki rasa yang pahit. Natrium nitrat memiliki
berat molekul sebesar 84,99 g/mol, titik didih sebesar 308˚ C, dan titik leleh
sebesar 380˚ C. Senyawa ini mudah larut dalam air panas, air dingin, serta sangat
sedikit larut dalam aseton dan gliserol. Senyawa ini berbahaya jika tertelan dan
menyebabkan iritasi pada pernapasan dan pencernaan, iritasi pada mata dan iritasi
pada kulit. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terkena mata yaitu
dibilas dengan air bersih selama 15 menit. Senyawa jika terkena kulit langsung
dicuci dengan air mengalir dan gunakan sabun (Labchem, 2020).
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Elektroda Selektif Ion (ESI)
Elektroda Selektif Ion (ESI) merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menentukan secara kuantitatif ion-ion, molekul-molekul, atau spesi-spesi tertentu,
karena elektroda tersebut merupakan elektroda yang akan berubah secara
reversibel terhadap perubahan keaktifan dari spesi-spesi yang akan diukur. Cara
analisis menggunakan ESI pada dasarnya dilakukan dengan menentukan potensial
dari larutan yang akan diukur sehingga penentuan dengan cara ini termasuk di
dalam metode potensiometri. ESI mengukur aktivitas ion-ion spesifik yang larut
dalam sebuah larutan pada potensial listrik yang dapat diukur oleh sebuah
voltmeter atau pH meter. Teori menyatakan bahwa tegangan bergantung pada
logaritma dan aktivitas ionik menurut persamaan Nernst. Metode potensiometri
yang menggunakan ESI, setiap jenis ion atau molekul organik sederhana dapat
diukur kadarnya secara sangat sederhana (Agustiani, 2007).
Elektroda selektif ion merupakan suatu elektroda membran yang merespon
ion secara selektif, dimana arus dibawa oleh gerakan ion yang mengalir melalui
membran dari larutan pembanding. Selektivitas dari elektroda membran
menyebabkan elektroda ini hanya bekerja untuk ion-ion tertentu saja, biasanya
hanya satu spesies ion yang dapat membawa arus melalui membran. Selektivitas
ini ditentukan oleh pengukuran potensi ion yang dihasilkan melintas membran.
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan suatu ion dalam larutan, misal
flouride, bromida, kadmium dan gas dalam larutan seperti amonia, karbon
dioksida dan nitrogen oksida. Potensial standar yang digunakan adalah potensial
dari ion H+ yang digunakan dalam pH meter. Elektroda selektif ion memiliki suatu
sensor yang bermacam-macam sesuai bahan pembuatannya. Sensor ini berfungsi
untuk mendeteksi suatu ion spesifik dari larutan. Macam-macam sensor ini antara
lain:
a. Gas sensor, biasanya digunakan untuk menentukan amonia dan
karbondioksida.
b. Membran padat, biasanya digunakan untuk menentukan F-, Cl-, Br-, CN-.
c. Membran cair, biasanya digunakan untuk menentukan K+, Ca2+, NO3-.
d. Membran gelas, biasanya digunakan untuk menentukan ion Na+, H+.
Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua elektroda akan tergantung pada
aktivitas ion yang spesifik dalam larutan. Aktivitas ion tergantung pada
konsentrasi ion yang spesifik, sehingga memungkinkan untuk analisis ukuran ion
yang spesifik (Purwadi, 2000).
Membran apabila bertemu dengan larutan, maka suatu beda potensial akan
terbentuk pada membran. Potensial ini bergantung pada jumlah ion potasium
bebas dalam larutan yang diukur terhadap elektroda referensi dengan suatu
pH/mV meter. Hubungan jumlah potensial terukur dengan jumlah ion potasium
dijelaskan oleh persamaan Berat. Berikut adalah persamaan yang digunakan:
E = Eo + S log (A) (2.1)
dimana:
E = potensial terukur
Eo = potensial referensi (tetapan)
A = jumlah ion dalam larutan
S = slope elektroda (sekitar 57 mV per dekade)
(Christian, 1999).
Prinsip kerja metode ion selektif elektroda ini yaitu pada saat terjadi
kontak dengan analit, bahan aktif membran akan mengalami disosiasi menjadi
ion-ion bebas pada antar muka membran dengan larutan. Anion yang berada
dalam larutan apabila dapat menembus batas antar muka membran dengan larutan
yang tidak saling campur, maka akan terjadi reaksi pertukaran ion dengan ion
bebas pada sisi aktif membran sampai mencapai kesetimbangan elektrokimia
(Orion, 1997). Ion selektif elektroda memberikan respon potensial tertentu pada
ion yang spesifik. Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua elektroda
akan bergantung pada aktivitas ion yang spesifik dalam larutan yang kaitannya
dengan konsentrasi dari ion yang selektif, dimana rumus dasar yang digunakan
yaitu:
Esel = E(ISE) - Eref (2.2)
Rumus tersebut didapatkan dari potensial elektroda selektif ion (didapat dari
persamaan 2.1) dikurangi potensial elektroda referensi (Christian, 1999).
Membran yang digunakan pada ISE adalah bagian terpenting karena untuk
penentuan selektivitas suatu ISE. Respon ISE pada suatu larutan nantinya akan
diuji secara potensiometri dengan elektroda pembanding. Penentuan konsentrasi
analitik menggunakan ISE dapat dilakukan melalui pengukuran langsung terhadap
aktivitas ion atau konsentrasi. Teknik tersebut biasanya disebut sebagai teknik
potensiometri. Hal tersebut konsentrasi atau aktivitas analit ditentukan melalui
kurva yang diperoleh dari pengukuran potensial terhadap konsentrasi. Berikut
kurva kalibrasi yang nantinya didapatkan:

Gambar 2.1 Kurva Kalibrasi ISE


(Sumber: Brince, 2012)
(Brince, 2012).
Kalibrasi dilakukan dengan merendam elektroda dalam rangkaian larutan
konsentrasi dan dihasilkan grafik pembacaan mV versus log (a). Hasilnya yaitu
memberikan garis lurus selama rentang konsentrasi. Kekurangan dari kalibrasi
yaitu aktivitas sulit untuk menentukan larutan yang kompleks untuk memplotkan.
Kemiringan grafik kalibrasi merupakan respon mV per dekade perubahan
konsentrasi. Biasanya sekitar 54 mV per dekade untuk ion monovalen, 27 mV per
dekade untuk ion dibales (Frant, 1994).
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan saat pengukuran ion
selektif elektroda adalah sebagai berikut :
a) Difusi, perbedaan difusi dalam suatu larutan ditentukan berdasarkan ukruan
sehingga dapat terjadinya kesalahan.
b) Kekuatan ionic, pengaruh kekuatan ionic dan koefisien aktivitas adalah hal
yang harus dijaga konstan. Hal tersbeut dilakukan agar variasi sampel kecil dan
meminimalisir kesalahan.
c) Suhu, harus dijaga atau dikontrol untuk meminimalisir keslahaan karena suhu
yang berbeda akan memperoleh tegangan yang berbeda juga.
d) Derajat keasaman, harus dijaga untuk meminimalisir kesalahan saat
pengukuran dilakukan.
(Purwadi, 2000).
Berikut skema pengukuran ISE:

Gambar 2.2 Skema ISE


(Sumber: Brince, 2012)
(Brince, 2012).
Kelebihan ESI antara lain yaitu prosedur analisis sederhana, menggunakan
alat sederhana seperti pH/potensiometer, warna larutan pada intensitas tertentu
tidak mengganggu pengukuran, serta waktu pengukuran singkat. ESI mempunyai
2 tipe yaitu tipe tabung dan kawat terlapis. Keunggulan ESI tipe kawat terlapis
adalah tidak membutuhkan perawatan khusus, mudah disimpan tanpa risiko
kehilangan larutan pembanding dalam, dan juga dapat dioperasikan dalam
berbagai posisi (posisi tabung hanya dalam posisi tegak) (Rismiarti et al, 2015).
ESI memiliki keuntungan lain dibandingkan dengan teknik analisa lain.
Keuntungan tersebut diantaranya:
a. ESI relatif murah, dan mudah dalam penggunaannya dan mempunyai rentang
konsentrasi yang besar.
b. ESI dapat digunakan dalam larutan akua pada rentang temperatur tertentu.
Membran kristal dapat bekerja pada 0 ˚C sampai 80 ˚C dan membran plastik
pada 0 ˚C sampai 50 ˚C.
c. Warna sampel dan kekeruhan tidak berpengaruh terhadap kinerja ESI.
d. ESI merupakan salah satu teknik analisis yang dapat mengukur ion positif dan
negatif.
e. Model dan bentuk ESI kuat dan tahan lama serta ideal untuk digunakan baik
dilapangan maupun di laboratorium.
(Ashillah, 2018).
2.2.2 Persamaan Nerst
Persamaan Nerst merupakan persamaan yang menjadi dasar dalam
penggunaan ESI dalam metode kimia kuantitatif. Respon dari elektroda selektif
ion berupa nilai potensial sebagai fungsi dari aktivitas ion atau besarnya
konsentrasi dalam larutan. Potensial elektroda akan bernilai positif bila aktivitas
dari elektoda tersebut naik dan menggunakan sensor kation, sedangkan nilai
potensial elektroda akan semakin negatif jika menggunakan sensor anion. Hukum
Nerst pada penerapan metode elektroda selektis ion menjelaskan bahwa
pengukuran potensial dari suatu elektroda terhadap elektroda pembanding, maka
diperoleh harga potensial yang sebanding dengan logaritma aktivitas atau
konsentrasi ion. Hubungan antara aktivitas ion dengan potensial elektroda dapat
dirumuskan dengan persamaan Nerst berikut :
E = Ea + 2,303 RT/nF log a ...(2.3)
Dimana :
E : total potensial dari sistem yang dikur
Ea : tegangan referensi dan internal tetap
R : konsentanta gas ideal (8,314 J/Kmol)
T : Temperatur (K)
n : muatan pada ion
F : konstanta Faraday (9,684 x 104 C/mol)
a : aktivitas ion dalam sampel
(Hendayana, 1994).
2.2.3 Metode Potensiometri
Metode Potensiometri didasarkan pada pengukuran beda potensial yang
terjadi antara sepasang Elektroda dalam larutan, yakni Elektroda Pembanding
(EP) dan Elektroda Indikator (EI) ion tertentu dimana besarannya merupakan
fungsi logaritma dari aktifitas ion tertentu yang ditunjuknya. Penentuan secara
langsung suatu ion dalam larutan dimungkinkan dengan pemilihan elektroda
indikator bagi ion yang ingin ditentukan. Sistem elektroda pada ion selektif
elektroda menggunakan suatu sistem penyekat khusus yang memungkinkan
adanya respon selektif terhadap ion tertentu, dapat berupa membran gelas, Kristal
garam tertentu maupun resin penukar ion (Ismono, 1980).
Metode analisis secara potensiometri merupakan metode analisis yang
mudah dan memiliki akurasi serta ketepatan yang baik. Penggunaan elektroda
selektif ion (ESI) sebagai elektroda pada metode potensiometri akan
meningkatkan selektivitas dan sensitivitas dari metode tersebut. Contoh aplikasi
ESI yang dikembangkan saat ini yaitu penggunaan sensor berbasis elektroda
selektif ion timbal sebagai alat pengujian timbal dalam darah. ESI merupakan
elektroda indikator yang dapat dibuat dengan melapiskan suatu garam sukar larut
dalam air (ionofor) yang diembankan pada membran untuk mendapatkan
elektroda yang selektif (Novitasari et al, 2016).
Potensial elektroda indikator tergantung kepada aktivitas ion-ion tertentu
di dalam larutan. Aktivitas ion dalam larutan dapat dihitung dari harga potensial
yang terukur dengan persamaan Nernst:
E = Eo + {𝑅𝑇𝑧𝐴𝐹}In [A] ...(2.4)
di mana A adalah konsentrasi ion yang diukur, zA adalah muatan ion yang diukur,
R (tetapan gas) = 8,314 J/Kmol, F (bilangan Faraday) = 96487 C/mol, dan T
adalah suhu mutlak (K). Besarnya potensial sel diukur dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Esel = Eind – Eref + Ej ...(2.5)
di mana Esel adalah potensial sel, Eind adalah potensial elektroda indikator, Eref
merupakan besarnya potensial elektroda pembanding, dan Ej besarnya potensial
jembatan garam. Elektroda potensial jembatan garam tetap, maka Esel merupakan
fungsi dari potensial elektroda indikator (Evans, 1987).
Potensial yang terukur adalah beda potensial antara ESI dengan potensial
elektroda pembanding. ESI yang paling umum digunakan bekerja dengan prinsip
dasar dari sel galvanik, dengan mengukur potensial listrik yang dihasilkan oleh
membran pada ion tertentu dan dibandingkan dengan elektroda indikator.
Kekuatan beda potensial yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi dari ion
yang terukur. Potensial sel sebanding dengan potensial ESI dikurangi potensial
elektroda pembanding (Ashillah, 2018).
Penggunaan sebagai sensor kimia, suatu ion secara kuantitatif potensialnya
berubah secara reversibel terhadap perubahan aktivitas ion yang ditentukan.
Penentuan konsentrasi suatu analit tertentu menggunakan ion selektif elektroda
dapat dilakukan dengan pengukuran langsung terhadap konsentrasi atau aktivasi
ion yang dikenal dengan teknik potensiometri secara langsung. Konsentrasi atau
aktivasi ion analit ditentukan melalui kurva kalibrasi yang diperoleh dari
pengukuran potensial pada konsentrasi ion standar yang telah diketahui
sebelumnya (Ashillah, 2018).
Perbedaan dalam konstruksi membran yang membuat suatu elektroda
selektif untuk ion tertentu adalah elektroda membran polimer, elektroda solid
state, gas elektroda sensing dan elektroda membran kaca.
1. Elektroda membran polimer adalah elektroda membran yang terdiri atas
berbagai pertukaran ion. Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam matriks
adalah PVC, polietilena atau karet silikon. Membran yang telah terbentuk, lalu
bahan tersebut disegel pada ujung tabung PVC. Potensi yang dihasilkan pada
permukaan membran berhubungan dengan konsentrasi. Elektroda jenis ini
termasuk potasium, kalsium, klorida, fluoroborate, nitrat, perklorat, kalium,
dan kesadahan air.
2. Elektroda solid state adalah elektroda yang memanfaatkan garam anorganik
yang relatif tidak larut dalam membran. Elektroda solid state ada dalam
bentuk homogen atau heterogen. Potensial dihasilkan pada permukaan
membran dalam kedua jenis ini akibat proses pertukaran ion, contohnya perak,
sulfida, timbal, dan tembaga.
3. Gas elektroda sensing adalah gas penginderaan elektroda yang tersedia untuk
pengukuran gas terlarut seperti amonia, karbon dioksida, oksida nitrogen, dan
belerang. Elektroda ini memiliki membran permeabel gas dan solusi buffer
internal. Molekul gas berdifusi melintasi membran dan bereaksi dengan
larutan buffer, mengubah pH buffer.
4. Elektroda membran kaca adalah elektroda yang dibentuk melalui doping dari
matriks silikon dioksida kaca dengan berbagai bahan kimia.
(Bailey, 1976).

Gambar 2.3 Potensiometri


(Sumber : Evans, 1991).
2.2.4 Ion Nitrat
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrogen sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen dan berlangsung pada kondisi anaerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit
oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh bakteri
Nitrobacter. Nitrat dan amonium adalah sumber utama nitrogen di perairan. Kadar
nitrat–nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L.
Kadar nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran
antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-
nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi
(pengayaan perairan), yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan
tumbuhan air secara pesat. Kadar nitrat dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/L.
Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L. Kadar nitrat untuk keperluan air
minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L (Effendy, 2003).
2.2.5 Logger Lite
Logger lite merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan
analysis yang lebih kompleks atau mengumpulkan data dengan sensor tertentu.
Logger Lite mampu membuat pengumpulan data sains dan matematika lebih
mudah dari sebelumnya. Perangkat lunak yang mudah digunakan sebagai sarana
belajar menjadi lebih intuitif dengan bantuan sains visual. Software ini sangat
diandalkan dalam hal kegunaan dan pemakaiannya yang cukup mudah sejalan
dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Aplikasi ini memiliki beberapa
fitur yang meliputi pencocokan grafik, penggambaran prediksi, dan pencocokan
kurva linier (Bailey, 1976).
BAB 3. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu elektroda selektif ion
nitrat (ELIT 8021 PVC membrane), elektroda referensi sambungan ganda lithium
acetate (ELIT 003n), ELIT Computer Interface/ Ion Analyzer, atau ion/ mV /pH
meter, gelas polypropylene 150 mL, beaker glass, labu ukur 100 mL, pipet
volume (1, 5,10, 25 mL), dan botol semprot.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu akuades, larutan standar
1000 ppm NO3 sebagai NaNO3, larutan buffer (ISAB) yaitu (NH4)2SO4 2M.
3.2 Diagram Alir
3.2.1 Kalibrasi

Larutan standar 1000 ppm


- dibuat larutan standar
volume 100 ml
- diencerkan dengan akuades

Larutan standar NO3 konsentrasi 1, 10, 100, 1000 ppm

- digunakan untuk
mengkalibrasi elektroda

Elektroda terkalibrasi
3.2.2 Persiapan sampel (ionik tinggi)

100 mL sampel 2 mL larutan Buffer


- disiapkan volume sekitar
50-100 ml
- dicampurkan dan diaduk rata

Larutan sampel + Buffer


3.2.3 Pengukuran sampel

Larutan sampel + Buffer

- diukur dengan mengikuti


intruksi operasi elektroda

Nilai potensial

3.2.4 Teknik pengukuran lainnya dengan penambahan yang diketahui

Larutan NO3 standar 10 ppm Larutan sampel

- diukur dengan
- diukur mV meter

Nilai mV sesudah Nilai mV sebelum


penambahan penambahan

Nilai E
3.2.5 Cara perhitungan

Larutan sampel 50 mL Larutan ISISA* 50 mL

- ditambahkan ke dalam
gelas plastik dengan
elektroda

- dicampurkan

Campuran 5 mL Standar 10-1 M

- diukur
- dicampurkan
Nilai mV1 Campuran
Campuran

- diukur

Nilai mV menurun Larutan standar

Campuran

- ditentukan
konsentrasi

Konsentrasi nitrat

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Kalibrasi
Elektroda sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan mengukur
serangkaian larutan standar yang diketahui. Larutan standar 1000 ppm diencerkan
dan dibuat variasi konsentrasi 1000, 100, 10, dan 1 ppm. Masing-masing larutan
standar diukur potensialnya.
3.3.2 Persiapan sampel
Sampel dengan kekuatan ion rendah tidak diperlukan persiapan sampel,
cukup disiapkan volume 50-100 ml sampel ke dalam gelas plastik. Sampel
berkekuatan ion tinggi didiapkan dengan mengambil 100 ml sampel, kemudian
ditambahkan 2 ml larutan buffer dan diaduk rata sebelum pengukuran.
3.3.3 Pengukuran sampel
Serangkaian larutan sampel diukur dengan mengikuti intruksi operasi
elektroda, kemudian dicatat hasilnya. Elektroda dicuci dan dikeringkan pada
setiap selesai melakukan pengukuran untuk menghindari kontaminasi silang,
ditunggu selama 2 sampai 3 menit sebelum pembacaan mV setelah perendaman
sampai sinyal elektroda mencapai nilai stabil.
3.3.4 Teknik pengukuran lainnya penambahan yang diketahui
Konsentrasi yang tidak diketahui dapat ditentukan dengan menambahkan
volume dan konsentrasi NO3- standar ke dalam sampel. Dicatat nilai mV sebelum
dan sesudah penambahan standar (E). Sebuah kemiringan sensor yang ideal
dapat digunakan dalam persamaan tetapi sebenarnta slope ditentukan pada suhu
pengukuran jika diketahui (S).
3.3.5 Cara perhitungan
Penentuan ion nitrat ditentukan dengan penambahan standar yang telah
diketahui. Sampel yang tidak diketahui ditempatkan sebanyak 50 ml (Vsample)
dalam gelas plastik bersih dengan elektroda (s), kemudian ditambahkan 50 ml
ISISA* ke sampel, dan dicatan mV1campuran. Ditambahkan 10-1 M standar
(Cstandar) sebanyak 5 ml (Vstandar) ke gelas dan nilai mV menurun. (Catatan:
untuk sampel konsentrasi lainnya, ditambahkan volume dan konsentrasi standar
yang telah diketahui untuk menghasilkan sekitar 30 mV perubahan). Konsentrasi
nitrat yang tidak diketahui dalam sampel asli (Csampel) ditentukan dengan
menggunakan persamaan di bawah ini.
Prosedur diulangi dengan penambahan standar kedua untuk memverivikasi
kemiringan dan pengoperasian metode.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengukuran Larutan Standar NaNO3 atau Kalibrasi Elektroda
No
Larutan LogC atau LogKonsentrasi Potensial (mV)
.
1 Standar 1ppm 0 125,1
2 Standar 10ppm 1 215,9
3 Standar 100ppm 2 266,1
4 Standar 1000ppm 3 494,2
4.1.2 Tabel Hasil Pengukuran Potensial Sampel Air Kran
No
Sampel Potensial (mV) LogC Konsentrasi (ppm)
.
1 1mL air kran 125,1 0.18 1,51
2 10mL air kran 237,7 1,18 15,14
3 1mL air kran + buffer 265,1 1,41 25,7
4 10mL air kran + buffer 281,9 1,56 36,31

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu tentang elektroda selektif ion nitrat. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui teknik potensiometri langsung dalam pengukuran
analit dan teknik penambahan larutan standar serta mengetahui konsentrasi nitrat
dalam sampel menggunakan elektroda selektif ion nitrat. Wahab (2006)
menyatakan bahwa elektroda selektif ion nitrat (ESI) merupakan metode analisis
kimia yang dilakukan berdasarkan pada penentuan kandungan ion-ion tertentu
yang terdapat dalam sampel Metode Potensiometri didasarkan pada pengukuran
beda potensial yang terjadi antara sepasang Elektroda dalam larutan, yakni
Elektroda Pembanding (EP) dan Elektroda Indikator (EI) ion tertentu dimana
besarannya merupakan fungsi logaritma dari aktifitas ion tertentu yang
ditunjuknya. Elektroda Selektif Ion (ESI) merupakan suatu alat yang digunakan
untuk menentukan secara kuantitatif ion-ion, molekul-molekul, atau spesi-spesi
tertentu, karena elektroda tersebut merupakan elektroda yang akan berubah secara
reversibel terhadap perubahan keaktifan dari spesi-spesi yang akan diukur
(Agustiani, 2007).
Perlakuan pertama pada percobaan kali ini adalah pembuatan kurva
kalibrasi larutan standar NaNO3 1000 ppm. Larutan NaNO3 digunakan sebagai
larutan induk karena memiliki perbandingan mol 1:1 dengan ion nitrat, sehingga
konsentrasi ion nitrat dalam larutan sebanding dengan konsentrasi NaNO3 dalam
larutan. Larutan induk selanjutnya diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi
yang bervariasi yaitu 100 ppm, 10 ppm, dan 1 ppm yang digunakan sebagai
larutan standar. Penggunaan variasi konsentrasi tersebut agar dapat diketahui
pengaruh antara konsentrasi dengan potensial yang dihasilkan.menggunakan
larutan yang didalamnya terkandung ion NO3-. Persamaan reaksi dari pengenceran
yang dilakukan yaitu:
NaNO3 (aq) + H2O (l) → Na+ (aq) + NO3- (aq) + H2O (l) (4.1)
Pembuatan kurva kalibrasi ini akan menghasilkan persamaan linier yang
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi analit yang terkandung dalam
suatu sampel. Pengukuran potensial larutan standari dilakukan dari konsnetrasi
larutan standar terendah terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan apabila pengukuran
dilakukan dari konsentrasi yang lebih tinggi maka akan memungkinkan larutan
tertinggal pada elektroda ataupun gelas beaker sehingga larutan selanjutnya
terkontaminasi, dan konsentrasinya berubah sehingga mempengaruhi nilai
potensial yang dihasilkan. Bailey(1976) menyatakan bahwa elektroda ion selektif
memiliki rentang yang cukup lebar sehingga larutan standar dibuat dengan
konsentrasi yang rendah hingga tinggi. Potensial dari larutan standar kemudian
diukur. Nilai potensial yang dihasilkan diperoleh dari aktivitas ion yang mana
berinteraksi dengan membran.
Pengukuran potensial pada larutan standar yaitu menggunakan software
logger lite. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengukuran potensial larutan
standar dengan menggunakan logger lite yang pertama yaitu klik tombol new ,
selanjutnya klik experiment, change unit, golling, selanjutnya pilih elektroda mV
dan terakhir klik college. Hasil pengukuran data beda potensial dan konsentrasi
larutan akan tersimpan pada software sehingga terbaca pada layar laptop.
Elektroda yang akan digunakan untuk pengukuran selanjutnya harus dicuci
terlebih dahulu agar sensor tidak terkontaminasi oleh zat lain yang dapat
mengganggu hasil pengukuran. Beda potensial yang diperoleh dari setiap
konsentrasi kemudian diplotkan terhadap log konsentrasi larutan standar sehingga
diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut:

Kurva Kalibrasi
600

500

400 f(x) = 115.75 x + 101.7


Potensial (mV)

R² = 0.9
300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log Konsentrasi

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar NO3


Gambar diatas merupakan kurva kalibrasi larutan standar NO3 yang
menyatakan hubungan antara beda potensial dengan konsentrasi larutan .
Berdasarkan kurva diatas beda potensial yang diperoleh dari konsentrasi terendah
ke tertinggi berturut – turut adalah sebesar 122,5 mV ; 237,7mV ; 265,1mV ; dan
281,9mV. Kurva diatas menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan,
maka nilai beda potensial yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi konsentrasi maka kandungan ion atau molekul NO 3- yang terdapat
dalam sampel NaNO3 akan semakin banyak, sehingga jumlah interaksi ion NO 3
pada sampel terhadap sensor elektroda akan semakin meningkat mengakibatkan
nilai potensialnya yang dihasilkan akan semakin besar. Hukum Nernst juga
menyatakan bahwa fungsi logaritma dari konsnetrasi berbanding lurus dengan
beda potensial. Mobilitas ion merupakan kecepatan pergerakan ion dalam suatu
elektroda tiap satuan medan listrik juga akan mempengaruhi nilai beda potensial.
Hal tersebut dikarenakan besarnya konsentrasi berbanding lurus dengan mobilitas
dari ion tersebut. Nilai potensial akan semakin besar seiring dengan meningkatnya
mobilitas ion tersebut. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini telah sesuai dengan
literatur sesuai dengan literatur.
Kurva kalibrasi menunjukkan hubungan antara beda potensial pada sumbu
y dengan log konsentrasi pada sumbu x. Persamaan garis pada grafik tersebut
digunakan untuk menentukan konsentrasi ion nitrar dalam sampel. Persamaan
linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi tersebut adalah y = 115,75x + 101,7
dengan regresi (R2) sebesar 0,9042. Regresi linier yang dihasilkan dari grafik 4.1
menyatakan keliniearitasan atau keakuratan suatu data hasil percobaan. Regresi
yang diperoleh tidak jauh dari 1 yang menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
akurat. Regresi linier yang tidak mendekati satu menandakan bahwa data hasil
percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur sehingga akan
mempengaruhi dalam hal penentuan konsentrasi ion nitrat dalam sampel air kran.
Kurva kalibrasi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi analit sampel
dalam hal ini adalah ion NO3- dalam air kran.
Perlakuan selanjutnya yaitu pengukuran beda potensial sampel air kran.
Pengukuran potensial dilakukan melalui dua tahapan yaitu pada saat sebelum
dilakukan penambahan ISA (Ionic Strength Adjustor) maupun setelah
penambahan ISA (Ionic Strength Adjustor). Penambahan larutan ISA ini bertujuan
untuk mengatur kekuatan ion dalam larutan standar. Potensial larutan standar
cenderung meningkat dengan adanya penambahan larutan ISA pada masing-
masing konsentrasi. Aktifitas ion dalam larutan meningkat setelah penambahan
larutan ISA, hal ini yang menyebabkan potensial pada masing-masing konsentrasi
meningkat. Larutan ISA digunakan karena karena larutan tersebut mempunyai
kemampuan untuk mengukur kekuatan ion dari suatu larutan berdasarkan hukum
Nernst. Menurut hukum Nernst beda potensial dipengaruhi oleh aktivitas atau
besarnya konsentrasi efektif dari ion NO3- dalam suatu larutan. Larutan (NH4)2SO4
dalam hal ini berperan sebagai larutan ISA karena memiliki kemampuan dalam
mengkondisikan larutan yang berbeda konsentrasi, sehingga memiliki kekuatan
ion yang cenerung sama. Pemilihan larutan ISA dalam metode ion selektif
elektroda pada umumnya menggunakan garam yang memiliki sifat netral,
dikarenakan mempunyai kandungan ion – ion yang kekuatannya konstan.
Penggunaan larutan tersebut tidak mempengaruhi pengukuran sekaligus
penentuan konsentrasi NO3- dalam suatu larutan.
Pengukuran potensial pertama yaitu pada sampel air kran sebanyak 1 mL
dan 10 mL tanpa penambahan buffer dengan pengenceran 100 mL. Beda potensial
yang dihasilkan pada sampel air kran 1 mL adalah sebesar 122,5 mV sedangkan
pada sampel air kran 10 mL adalah sebesar 237,7 mV. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kandungan NO3- dalam sampel air kran
maka nilai beda potensial yang dihasilkan juga semakin besar. Konsentrasi larutan
dapat ditentukan dengan mensubtitusikan nilai beda potensial sebagai nilai y pada
persamaan kurva kalibrasi yaitu y = 115,75x + 101,7 yang mana konsentrasinya
ditentukan dari x = log konsentrasi. Konsentrasi yang dihasilkan pada sampel air
kran dengan volume 1 mL adalah sebesar 1,51 ppm sedangkan pada sampel air
kran dengan volume 10 mL adalah sebesar 15,14 ppm.
Pengukuran selanjutnya yaitu pada sampel air kran yang ditambahkan
dengan buffer NH42SO4. Sampel yang digunakan yaitu air kran dengan volume 1
mL dan 10 mL dengan pengenceran 100 ppm. Beda potensial yang dihasilkan
pada sampel air kran 1 mL + buffer ISA adalah sebesar 265,1 mV dan pada
sampel air kran 10 mL + buffer ISA adalah sebesar 281,9 mV. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kandungan NO3- dalam sampel
air kran dengan penambahan buffer ISA maka nilai beda potensial yang dihasilkan
juga semakin tinggi, dimana aktivitas ion dipengaruhi oleh kekuatan ion. Sampel
ditambahkan larutan ISA untuk memperkuat kandungan ion-ion elektrolit dalam
larutan standar. Larutan ISA berperan dalam menjaga kekuatan ion dalam larutan
sehingga mempertahankan koefisien aktivitas ion tetap dan proporsional dengan
konsentrasi ion dalam sampel. Hal tersebut ditunjukkan dari besarnya potensial
antara larutan sampel tanpa penambahan buffer dan dengan penambahan buffer.
Konsentrasi larutan dapat ditentukan dengan mensubtitusikan nilai beda potensial
sebagai nilai y pada persamaan kurva kalibrasi yaitu y = 115,75x + 101,7 yang
mana konsentrasinya ditentukan dari x = log konsentrasi. Hasil yang diperoleh
dari pengukuran konsentrasi pada sampel pada sampel 1 mL air kran + buffer ISA
adalah sebesar 25,7 ppm dan pada sampel 10 mL air kran + buffer ISA adalah
sebesar 36,1 ppm. Sampel dengan volume 10 mL yang ditambah dengan larutan
buffer mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan pada
konsentrasi yang lebih tinggi, jumlah ion yang terkandung dalam sampel lebih
banyak. Jumlah ion yang banyak tersebut menyebabkan nilai potensialnya juga
semakin besar. Hal ini disebabkan elektroda lebih sering bersinggungan dengan
ion-ion, sehingga nilai potensial nya besar daripada larutan dengan volume
sampah lebih sedikit (1mL). Persamaan reaksi setelah penambahan larutan buffer
ISA adalah sebagai berikut:
NaNO3 (aq) + NH42SO4 (aq) NaNO3 (aq) + NH42SO4 (aq) (4.2)
Slope yang dihasilkan dari grafik menunjukkan sensitivitas dari alat yang
digunakan. Sensitivitas merupakan ukuran kepekaan suatu alat yang digunakan
setiap perubahan analit pada sampel. Slope yang dihasilkan dari persamaan linier
adalah sebesar 115,75. Nilai tersebut menunjukkan bahwa alat yang digunakan
memiliki sensitivitas yang cukup baik karena slope yang dihasilkan dapat dikatan
cukup linier. Literatur juga menyatakan bahwa sensitivitas juga dipengaruhi oleh
regresi. Sensitivitas masih dapat diterima apabila kurva yang dihasilkan
mempunyai nilai kuadrat koefisien korelasi (R2) yang nilainya lebih dari atau
sama dengan 0,99. Trend kurva yang dihasilkan telah sesuai, dimana nilai
potensial akan semakin besar seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan.
Sampel air kran yang digunakan memiliki konsentrasi rata-rata yang melebihi 5
ppm dari NO3-. Konsentrasi NO3- yang melebihi dari 5 ppm dalam air berarti
terjadi pencemaran antropogenik. Air yang mengandung ion nitrat (NO3) yang
melebihi 10 ppm tidak diperkenankan untuk dikonsumsi (Effendy, 2003).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran potensial dilakukan dengan prinsip teknik potensiometri
langsung yang berdasarkan pada perbedaan potensial diantara elektroda kerja
(elektroda selektif ion nitrat) dan elektroda referensi (elektroda Liasetat).
Penambahan buffer digunakan untuk mengatur kekuatan ion dalam larutan.
Pengukuran tersebut menggunakan software logger lite. Teknik potensiometri
langsung dapat digunakan dalam penentuan kadar nitrat pada sampel air kran.
Proses penentuan kadar nitrat ini didasarkan pada pengukuran potensial dari
sampel air kran.
2. Proses penentuan kadar NO3- dalam sampel air kran dilakukan melalui
pengukuran nilai potensial yang dimiliki oleh air keran dengan menggunakan
elektroda selektif ion nitrat. Pengukuran ini menggunakan sensor elektroda
selektif yang terhubung dengan program logger lite. Konsentrasi nitrat dalam
larutan sampel air kran dengan volume 1 mL dan 10 mL tanpa larutan buffer
ialah 1,51 ppm dan 15,14 ppm. Konsentrasi nitrat dalam larutan sampel air
kran dengan volume 1 mL dan 10 mL dengan penambahan larutan buffer
ialah 25,7 ppm dan 36,31 ppm. Konsentrasi sampel air keran tertinggi pada
sampel air keran 10 mL. Hal ini menyatakan bahwa nilai potensial meningkat
seiring meningkatnya konsentrasi.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu diharapkan lebih teliti dalam
mengukur potensial larutan standar pada metode potensiometri dengan elektroda
nitrat. Potensial yang terukur sangat mempengaruhi kelinearitasan data pada kurva
kalibrasi yang diperoleh. Linearitas yang diperoleh akan mempengaruhi hasil
konsentrasi analit dalam suatu sampel. Elektroda juga harus dikalibrasi terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk memastikan apakah alat roda dapat bekerja
dengan baik atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, W. 2007. Modifikasi Membran Elektroda Selektif Ion Nitrat Tipe


Kawat Platina Terlapis dengan Polietilena Glikol sebagai Porogen. Bogor:
ITB.
Ashillah, Andi. 2018. Desain dan Karakterisasi Elektroda Selektif Ion dengan
Menggunakan Ionofor 1,1-Diaza-18-Crown-6 untuk Analisis Kadar Logam
Tembaga. Makassar: UNHAS.
Bailey. 1976. Analysis with Ion Selective Electrode. New York: Heyclen and sons.
Brince, H. 2012. Physical Chemistry of Organic Solvent System. England:
Sptinger.
Christian. 1999. Analitical Chemistry. Canada: University of Washington.
Effendy, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Evans, A. 1987. Potensiometry and Ion Selective Electrode. New York: John
Wiley & Sons Inc.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.
Ismono. 1980. Cara-Cara Optik dalam Analisis Kimia. Bandung: ITB.
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf. (Diakses pada
tanggal 27 Desember 2020).
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet of Ammonium Sulfate. [Serial
Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11298.pdf. (Diakses
pada tanggal 27 Desember 2020).
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet of Sodium Nitrate. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18790.pdf. (Diakses pada
tanggal 27 Desember 2020).
Maulidah, F. R., Qonita F., dan Atikah. 2013. Aplikasi Elektroda Selektif Ion
Novitasari et al. 2016. Sensor Timbal Berbasis Potensiometri untuk Mendeteksi
Kadar Timbal dalam Darah. Jurnal Penelitian Saintek. Vol 21.
Orion. 1997. Analitical Chemistry. England: McGraw-Hill Production.
Purwadi. 2000. Jurnal Penelitian: Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar
Nuklir dan Daur Ulang. Jakarta: BAFAN.
Rismiarti et al. 2015. Elektroda Selektif Ion (Besi) Tetraborat Tipe Kawat
Terlapis Berbasis Zeolit. Jurnal Kimia. Vol 18.
Tim Penyusun. 2020. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas
Jember.
Wahab, 2006. Analisis Kimia Membran Elektroda. New York : Academic Press.
LAMPIRAN

Perhitungan

1. Pembuatan Larutan Standar NaNO3 dari Larutan Induk NaNO3 1000ppm


 Konsentrasi 1ppm 100mL
M1 . V 1 = M2 . V2

M 2 .V 2
V1 =
M1

1 ppm . 100 mL
V1 = = 0,1 mL
1000 ppm

 Konsentrasi 10ppm 100mL


M1 . V 1 = M2 . V2

M 2 .V 2
V1 =
M1

10 ppm. 100 mL
V1 = = 1 mL
1000 ppm

 Konsentrasi 100ppm 100mL


M1 . V 1 = M2 . V2

M 2 .V 2
V1 =
M1

100 ppm . 100 mL


V1 = = 10 mL
1000 ppm

2. Konsentrasi ion nitrat dalam sampel air kran


 Kurva Kalibrasi
Konsentrasi (C) log C Potensial

1 ppm 0 125,1
10 ppm 1 215,9
100 ppm 2 266,1
1000 ppm 3 494,2
Kurva Kalibrasi
600

500

400 f(x) = 115.75 x + 101.7


Potensial (mV)

R² = 0.9
300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log Konsentrasi

Persaman garis linear yang didapat dari kurva kalibrasi:


y = 115,75x + 101,7

3. Konsentrasi Sampel Tanpa Penambahan Buffer


 1mL air kran, potensial sebesar 122,5
y = 115,75x + 101,7
122,5 = 115,75x + 101,7
122,5 - 101,7 = 115,75x
20,8 = 115,75x
20,8
x =
115,75
x = 0,18
LogC = 0,18
C = 100,18
C = 1,51ppm
 10mL air kran, potensial sebesar 237,7
y = 115,75x + 101,7
237,7 = 115,75x + 101,7
237,7- 101,7 = 115,75x
136 = 115,75x
136
x =
115,75
x = 1,18
LogC = 1,18
C = 101,18
C = 15,14ppm
4. Konsentrasi Sampel Dengan Penambahan Buffer
 1mL air kran, potensial sebesar 265,1
y = 115,75x + 101,7
265,1 = 115,75x + 101,7
265,1 - 101,7 = 115,75x
163,4 = 115,75x
163,4
x =
115,75
x = 1,41
LogC = 1,41
C = 101,41
C = 25,7ppm
 10mL air kran, potensial sebesar 281,9
y = 115,75x + 101,7
281,9 = 115,75x + 101,7
281,9 - 101,7 = 115,75x
180,2 = 115,75x
180,2
x =
115,75
x = 1,56 ppm
LogC = 1,56
C = 101,56
C = 36,31ppm

Anda mungkin juga menyukai