Oleh
Nama : Novian Rico Saputra
NIM : 211810301001
Kelas : Bp
Kelompok :E
Asisten : Dwifa Nuril 'Alimah
2
∑ (𝑥−𝑥1 )
SD = √ (2.3)
𝑛−1
Keterangan:
n = banyak data
𝑥 = rata-rata data x
𝑥1 = rata-rata data 𝑥1
SD = Standar deviasi
(Wang et al., 2021).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
− Elektroda Pt
NaNO3 NaOH
Larutan Induk
Larutan
Ag Cu/CuSO4 Pt
Standar
- diukur - dihubungkan
Potensiostat
Arus
3.2.2 Pengukuran Voltamogram Larutan Analit
Analit Ag Cu/CuSO4 Pt
- diukur - dihubungkan
Potensiostat
- diukur
Arus
Larutan standar NaNO3 dibuat dengan konsentasi 0, 10, 20, 30, 40 dan 50
mM (dari larutan induk 100 mM) pada volume 50 atau 100 mL. Pengenceren
larutan standar dari larutan induk harus dikakuan dengan menambahkan larutan
NaOH yang tersedia. Sel elektrokimia disusun yang terdiri dari tiga elektroda yaitu
Ag sebagai elektroda kerja (WE), Ag/AgCl sebagai elektroda referensi (RE) dan Pt
atau Stainless Steel sebagai elektroda counter (CE) pada sel glass yang tersedia atau
beaker glass yang berukuran sesuai untuk menempung total larutan NO3- + NaOH.
Ketiga elektroda tersebutdisusun sedemikian rupa sehingga jarak antar elektroda
yang luas permukaan elektroda yang tercelup terutama WE dalam larutan
elektrolit/sample selalu sama dalam percobaan, meskipun terjadi penggantian
larutan. RE/WE/CE dihubungkan pada konektor potensiostat yang sesuai.
Potensiostat dihidupkan dan computer yang terhubung dengan alat tersebut serta
dijalankan software yang mengontrol proses analisis voltametri menggunakan fitur
untuk linear voltammetri (LSV). Larutan standard dimasukan ke dalam sel dan
lakukan proses voltametri pada potensial antara -1.6 dan 0.2 volt vs Ag/AgCl.
Untuk setiap konsentrasi standar lakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan
dilakukan terhadap konsentrasi yang terendah menuju konsentrasi yang tinggi.
Voltamogram yang dihasilkan dan tentukan nilai potensial redoks yeng spesifik
terhadap NO3- . Pengukuran diulang dengan menggunakan Elektroda referensi
Cu/CuSO4. Voltamogram dari serangkaian konsentrasi nitrat dan dibuat kurva
kalibrasinya serta tentukan konsentrasi nitrat dalam sample
3.2.2 Pengukuran Voltamogram Larutan Analit
RE/WE/CE dihubungkan pada konektor potensiostat yang sesuai.
Potensiostat dihidupkan dan computer yang terhubung dengan alat tersebut serta
dijalankan software yang mengontrol proses analisis voltametri menggunakan fitur
untuk linear voltammetri (LSV). Larutan Analit Air kran dimasukan ke dalam sel
dan lakukan proses voltametri pada potensial antara -1.6 dan 0.2 volt vs Ag/AgCl.
Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Voltamogram yang dihasilkan dan
tentukan nilai potensial redoks yeng spesifik terhadap NO3- . Pengukuran diulang
dengan menggunakan Elektroda referensi Cu/CuSO4. Voltamogram dari
serangkaian konsentrasi nitrat dan dibuat kurva kalibrasinya serta tentukan
konsentrasi nitrat dalam sample
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu tentang voltametri yang bertujuan untuk memahami
penggunaan alat potensiostat, penyusun rangkaian sel elektrokimia, dan analisis
voltametri untuk penentuan analit dalam larutan. Skoog et al. (2014) menyebutkan
bahwa potensiostat merupakan perangkat yang menerapkan potensial pada
sepasang elektroda dan mengukur arus yang mengalir dalam larutan analit.
Potensiostat dihubungkan dengan software AMEL, pada aplikasi tersebut dapat
diatur sesuai dengan pengukuran yang diinginkan dan outputnya berupa
voltamogram. Voltametri merupakan metode elektrokimia yang mengamati
perubahan arus dan potensial voltametri dilakukan dengan mempolarisasi elektroda
sel elektrokimia pada serangkaian daerah potensial tertentu. Voltametri juga
mengamati perubahan arus yang dihasilkan oleh sel akibat adanya proses oksidasi
reduksi tertentu suatu analit. Permukaan elektroda akan mengalami proses reduksi
dan oksidasi untuk konsentrasi encer. Voltametri yang digunakan pada percobaan
adalah voltametri siklik dimana didasarkan pada analisis kuantitatif redoks untuk
mengukur proses potensial linear menggunakan gelombang segitiga. Pengukuran
berdasarkan Tim Penyusun (2023) dilakukan pada larutan standar dan sampel air
keran.
Perlakuan yang pertama dilakukan yaitu membuat larutan standar NO3 dalam
berbagai konsentrasi variasi. Konsentrasi variasi dilakukan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi tersebut terhadap nilai potensial yang diperoleh. Variasi
konsentrasi tersebut digunakan juga bertujuan agar dapat diperoleh kurva kalibrasi
dimana dapat ditentukan konsentrasi nitrat dalam sampel. Penggunaan larutan
standar NaNO3 bertujuan sebagai larutan induk sehingga dapat menentukan
konsentrasi anion nitrat dalam sampel yang digunakan. Pembuatan larutan standar
dilakukan dengan mengencerkan larutan NaNO3 dengan menggunakan pelarut
NaOH. Pengenceran bertujuan untuk menurunkan kepekatan larutan atau
menurunkan konsentrasi sehingga dapat dilakukan pengukuran selanjutnya.
Penggunaan pelarut NaOH dilakukan karena pelarut tersebut mengandung
perbandingan ion yang sama dengan NaNO3 (ion Na+), yaitu 1:1 sehingga saat
pengukuran voltamteri dapat mengeliminasi terdeteksinya ion Na+ karena yang
diukur adalah NO3-. Pelarut NaOH berfungsi untuk menekan atau mengurangi
pergerakan arus migrasi karena arus yang diinginkan adalah arus difusi. Skoog et
al. (2014) menyebutkan bahwa migrasi merupakan gaya tarik menarik elektrostatis
dari suatu materi, proses ini dapat mempengaruhi perpindahan ion dalam larutan.
Proses voltametri dilakukan agar arus dipengaruhi hanya oleh arus difusi, sehingga
pengaruh dan konveksi dari migrasi perlu diperkecil dengan penggunaan pelarut
NaOH sebagai elektrolit pendukung. Reaksi yang terjadi pada preparasi larutan
standar adalah sebagai berikut.
NaNO3 (aq) + NaOH (aq) → NO3- (aq) + 2Na+ (aq) + OH- (aq) (4.1)
10000
y = -39,177x + 9015,8
8000 R² = 0,4134
Arus
6000
arus
4000
Linear (arus)
2000
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi
40000 arus
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi
Gambar 4.6 Proses pengukuran arus pada larutan standar dan sampel
Pengukuran arus dan beda potensial analit dilakukan seperti dengan
pengukuran larutan standar. Nilai konsentrasi nitrat yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan substitusi persamaan linear yaitu sebesar 159,87 mM atau 0,159 M
dengan elektroda referensi Ag/AgCl dan sebesar 207,589 mM atau 0,208 M. Hasil
konsentrasi yang diperoleh memasuki range konsentrasi standar NaNO3 pada 0-50
mM. Sampel air keran yang dianalisis dapat disimpulkan bahwa masih
mengandung nitrat dalam batas. Meng et al. (2021) menyebutkan bahwa kadar
nitrat dalam air masih dalam batas normal, yaitu sebesar 10 mg/L berdasarkan
WHO, dan sebesar 50 mg/L untuk kadar nitrat pada air bersih berdasarkan
Permenkes No. 416/1990. Hasil beda potensial dan arus yang dihasilkan pada
sampel air keran adalah berturut turut 200 V dan 10372 A. Hasil yang diperoleh
cukup besar artinya banyak analit atau ion nitrat (NO3-) yang terkandung dalam
sampel, namun masih dalam batas normal.
Arus yang diperoleh pada percobaan ini disebabkan dari adanya reaksi
reduksi dan oksidasi pada sebagian kecil permukaan elektroda kerja Ag dan
elektroda tambahan stainless steel. Elektroda Ag berfungsi sebagai katoda yaitu
tempat terjadinya reduksi, sedangkan stainless steel sebagai anoda tempat
berlangsungnya oksidasi. Larutan NaNO3 yang dilarutkan dalam NaOH akan
terurai menjadi ion-ionnya seperti pada persamaan 4.2. Spesi yang tereduksi pada
katoda adalah H2O, hal tersebut disebabkan karena potensial reduksi standar H2O
lebih besar daripada potensial reduksi standar Na+. Oksidasi tergantung pada anion
yang tersedia yaitu NO3- yang merupakan sisa garam oksi sehingga yang
mengalami oksidasi adalah H2O. Reaksi redoks ditunjukkan pada persamaan
sebagai berikut.
NaNO3 (aq) → Na+ (aq) + NO3- (aq) (4.2)
Katoda (+): 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq) x2 (4.3)
Anoda (-): 2H2O (l) → 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e- x1 (4.4)
Overall : 2H2O (l) → 2H2 (g) + 4H+ (aq) + 4OH- (aq) + O2 (g) (4.5)
Hasil pengukuran yang diperoleh berupa arus dan potensial dengan berbagai
siklus pada larutan dilakukan penentuan standar deviasinya. Penentuan standar
deviasi pada berbagai konsentrasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
penyimpanan antara data dengan rata-ratanya. Standar deviasi merupakan bagian
dari analisis statistik yang akan digunakan untuk mengetahui sebaran data yang ada
pada sampel berdasarkan Meng et al. (2021). Perhitungan standar deviasi
didasarkan pada besarnya penyimpanan, dimana semakin besar nilai standar nilai
standar deviasi yang didapatkan, maka menunjukkan semakin besar juga
penyimpangannya. Hasil yang diperoleh dari perhitungan standar deviasi pada
percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai standar deviasi arus pada larutan sampel
air kran yaitu sebesar 29589,3 merupakan yang paling besar nilainya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa besar penyimpangannya. Penyimpangan tersebut juga dapat
ditunjukkan pada kecenderungan kurva dimana pada larutan analit trennya naik
drastic untuk standar deviasinya, jika dibandingkan dengan tren sebelumnya.
Hasil standar deviasi arus untuk sel dengan elektroda Ag/AgCl dan
Cu/CuSO4 berturut turut diperoleh sebesar 3681,17 dan 35472 untuk 0 mM ;
269,211 dan 15793 untuk 10 mM ; 884,67 dan 1077,63 untuk 20 mM ; 1023,52
dan 30358,5 untuk 40 mM ; dan 684,39 dan 25585 untuk 50 mM. Standar deviasi
arus terkecil pada sel dengan elektroda referensi Ag/AgCl adalah pada konsentrasi
40 mM, sedangkan pada sel dengan elektroda referensi Cu/CuSO4 adalah pada
konsentrasi 20 mM, artinya pada konsentrasi tersebut terjadi penyimpangan yang
sangat kecil. Penyimpangan yang terjadi pada standar NaNO3 disebabkan karena
pada percobaan larutan standar masih belum homogen secara sempurna, sehingga
masih terdapat NaNO3 dalam larutan yang tidak terdisosiasi menjadi ion Na+ dan
NO3-. Hasil standar deviasi arus pada sampel menggunakan elektroda referensi
Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 berturut turut adalah sebesar 29589,3 dan 60.025
menunjukkan besarnya nilai penyimpangan, artinya penyimpangan yang terjadi
cukup besar. Penyimpangan yang terjadi pada sampel kemungkinan adanya
kontaminasi dari zat lain sehingga sampel tidak steril saat pengukuran.
Hasil standar deviasi beda potensial untuk sel dengan elektroda referensi
Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 berturut turut diperoleh sebesar 0 dan 7,64853 untuk 0
mM ; 0 dan 7,64853 untuk 10 mM ; 0 dan 2,91548 untuk 20 mM ; 0 dan 0 untuk
30 mM ; 0 dan 5,78792 untuk 40 mM ; dan 0 dan 8,66025 untuk 50 mM. Nilai
standar deviasi beda potensial dari sel dengan elektroda referensi Cu/CuSO4 pada
konsentrasi standar 30 mM diperoleh sebesar 0 dimana hal tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada penyimpangan hasil beda potensial untuk konsentrasi 30 Mm,
sedangkan pada sel dengan elektroda referensi Ag/AgCl tidak terjadi
penyimpangan yang ditunjukkan dengan harga standar deviasinya 0.
Penyimpangan beda potensial terbesar pada sel dengan elektroda referensi
Cu/CuSO4 adalah pada konsentrasi 50 mM. Penyimpangan terjadi kemungkinan
disebabkan karena tidak sempurnanya ionisasi dari larutan standar NaNO3. Hasil
standar deviasi beda potensial pada sampel sebesar 0 yang menunjukkan bahwa
tidak ada penyimpangan yang terjadi untuk hasil beda potensial pada sampel air
keran.
Sensitivitas elektroda referensi adalah parameter kritis dalam elektrokimia
yang mencerminkan responsivitasnya terhadap perubahan potensial. Elektroda
referensi berperan penting dalam menjaga stabilitas dan akurasi pengukuran
potensial dalam sel elektrokimia. Tingkat sensitivitas elektroda referensi
mencerminkan sejauh mana elektroda mampu menghasilkan respons yang
proporsional terhadap perubahan potensial di dalam larutan. Sensitivitas yang
tinggi diinginkan untuk memastikan deteksi yang akurat terhadap variasi potensial.
Faktor-faktor seperti komposisi elektrolit, material elektroda, dan kondisi
eksperimental dapat mempengaruhi sensitivitas elektroda referensi. Oleh karena
itu, pemahaman mendalam terhadap sensitivitas ini menjadi kunci dalam
mengoptimalkan kinerja sel elektrokimia dan memastikan kehandalan data hasil
pengukuran.
Elektroda referensi merupakan komponen kritis dalam sel elektrokimia
yang digunakan untuk menjaga stabilitas potensial sel. Dua jenis elektroda referensi
yang umum digunakan adalah Ag/AgCl dan Cu/CuSO4. Elektroda referensi
Ag/AgCl terkenal karena memiliki potensial yang sangat stabil dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Keunggulan elektroda ini
melibatkan kestabilan potensialnya yang tinggi dan minimnya perubahan potensial
terhadap variasi temperatur. Di sisi lain, elektroda referensi Cu/CuSO4 juga
menawarkan stabilitas potensial yang baik dengan rentang aplikasi yang luas.
Elektroda ini sering digunakan dalam elektroanalisis dan memiliki kelebihan
tertentu, seperti kemampuannya untuk bekerja dalam lingkungan elektrolit yang
lebih luas. Meskipun keduanya memiliki keunggulan masing-masing, pemilihan
antara elektroda referensi Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 tergantung pada kebutuhan
spesifik dari eksperimen atau aplikasi elektrokimia yang sedang dilakukan.
Elektroda referensi Cu/CuSO4 memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan elektroda referensi Ag/AgCl, karena memiliki respon arus
yang lebih kuat pada semua variasi konsentrasi, termasuk respon arus terhadap
sampel.
V. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Alat potensiostat digunakan untuk menerapkan potensial pada sepasang elektroda
dan mengukur arus yang megalir dalam larutan analit. Potensiostat dihubungkan
dengan PC yang terhubung software AMEL dimana output yang dihasilkan
berupa voltamogram dan data (arus, beda potensial tiap konsentrasi dan sampel).
2. Penyusunan rangkaian sel elektrokimia dilakukan dengan menghubungkan tiga
elektroda yaitu elektroda kerja Ag, elektroda referensi Ag/AgCl, dan elektroda
tambahan stainless steel dengan digunakan alat potensiotat. Ketiganya
dihubungkan pada potensiostat pada tempat yang sesuai dengan lubang W
(working), R (reference), dan C (counter). Penentuan analit dilakukan dengan
membuat kurva kalibrasi, dimana akan menghasilkan persamaan garis y = -
39,177x + 9015,8 dengan elektroda referensi Ag/AgCl dan y = -192,64x + 47525
dengan elektroda referensi Cu/CuSO4. Persamaan garis tersebut digunakan
untuk menentukan kadar nitrat dalam sampel air keran. Konsentrasi nitrat dalam
sampel air keran diperoleh sebesar 159,87 mM dengan elektroda referensi
Ag/AgCl dan 207,589 mM dengan elektroda referensi Cu/CuSO4
3. Sensitivitas elektroda referensi dapat dilihat dari seberapa besar perubahan arus
yang diperoleh dalam pengukuran. Elektroda referensi Cu/CuSO4 memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan elektroda referensi Ag/AgCl,
karena memiliki respon arus yang lebih kuat.
5.2 Saran
Saran yang diajukan dari percobaan Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda
Referensi Cu/CuSO4 yaitu dipastikan persiapan larutan CuSO4 dilakukan dengan
cermat dan konsentrasi yang tepat, serta menjaga larutan bebas dari kontaminasi.
Saran kedua saat membuat elektroda, pastikan permukaan elektroda bersih dan
bebas dari segala jenis kontaminan atau oksida. Penggunaan pelarut dan bahan
elektroda yang murni sangat penting. Saran ketiga yaitu Ketika karakterisasi,
perhatikan dengan cermat potensial elektroda referensi Cu/CuSO4 dalam kondisi
berbeda seperti variasi suhu dan konsentrasi larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Alva S., Ardiyansyah D., Khaerudini D. S., Suherman R., 2019, Solid-State
Reference electrode Based on Thin-Films of Tetrahydrofurfuryl Acrylate
(pTHFA) Photopolymer, Journal of The Electrochemical Society, 166(8):
B598–603.
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Aziz A., Alva S., Syono M.I., Sebayang D., 2017, Development of Solid-State
Reference electrode Based on Sodium Polyanethol Sulfonate Immobilised
on Cellulose Acetate, Journal of Physical Science, 28(2): 161–79.
Broomfield J.P., 2007, Corrosion of Steel in Concrete (Understanding, Investigation
and Repair), 2nd edition. Tylor & Francis, New York
Dewi M.S., Alva S., Wan Jamil W.A., 2021, Development and Characterization of
Solid Cu/CuSO4 Reference electrodes, International Journal of
Fenton, A. M. dan F. R. Brushett. 2021. Using Voltammetry Augmented with
Physic-Based Modeling and Bayesian Hypothesis Testing to Identify
Analytes in Electrolyte Solutions. Journal of Electroanalytical Chemistry.
1(23): 567-582.
Fifield, F. W. dan D. Kealey. 2000. Principles and Practice of Analytical Chemistry
5th Edition. Oxford: Blackwell Science. Geser Balok Beton Bertulang,
Jurnal Media Teknik Sipil, halaman 21-22.
Harahap M.R., 2016, Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi, CIRCUIT:
b. NaOH
𝑔 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑔 1000
0,1 𝑀 = 𝑥
40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 250
𝑔
1 𝑀 𝑥 40 𝑥 250
𝑔= 𝑚𝑜𝑙 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
2. Variasi Konsentrasi
𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑉1 =
𝑀1
a. Konsentrasi 0 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 0 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 0 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀
b. Konsentrasi 10
𝑀2 𝑥 𝑉2 10 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 5 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀
c. Konsentrasi 20 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 20 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 10 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀
d. Konsentrasi 30 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 30 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 15 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀
e. Konsentrasi 40 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 40 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 20 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀
f. Konsentrasi 50 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 50 𝑚𝑀𝑥50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 25
𝑀1 100 𝑚𝑀
b. Konsentrasi 10 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 8950+8415+8630
- Arus = = = 8665
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3
c. Konsentrasi 20 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 9645+8655+10420
- Arus = = = 9573
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan = = = 200
3 3
d. Konsentrasi 30 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 9590+8230+7585
- Arus= = = 8468
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3
e. Konsentrasi 40 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 7225+7035+7210
- Arus= = = 7156
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3
f. Konsentrasi 50 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 5590+6650+6870
- Arus= = = 6370
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3
b. Konsentrasi 10 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 40960+20480+19890
- Arus = = = 27110
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+190+185
- Tegangan = = = 192
3 3
c. Konsentrasi 20 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 11710+12340+10240
- Arus = = = 11430
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+195
- Tegangan = = = 198
3 3
d. Konsentrasi 30 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 20480+20480+40960
- Arus = = = 27306
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan = = = 200
3 3
e. Konsentrasi 40 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 102400+48200+51600
- Arus = = = 67400
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+190
- Tegangan = = = 197
3 3
f. Konsentrasi 50 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 53400+58150+11710
- Arus = = = 41086
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+185+200
- Tegangan = = = 195
3 3
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √
𝑛−1
= 3681,17
b. Konsentrasi 10nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 269,211
c. Konsentrasi 20nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√
𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
d. Konsentrasi 30nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 1023,52
e. Konsentrasi 40nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 105,63
f. Konsentrasi 50nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
(5590−6370)2 +(6650−6370)2 +(6870−6370)2
=√ 3−1
= 684,39
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 29.589,3
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 35472
b. Konsentrasi 10mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
= 15793
c. Konsentrasi 20mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 1077,63
d. Konsentrasi 30mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 11824,133
e. Konsentrasi 40mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
(200 − 197)2 + (200 − 197)2 + (190 − 197)2
=√ = 5,78792
3−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
30358,5
f. Konsentrasi 50mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 25585,02
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
= 60.025
10000
y = -39,177x + 9015,8
8000 R² = 0,4134
Arus
6000
arus
4000
Linear (arus)
2000
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi
y = -39,177x + 9015,8
𝑦−9015,8
x= −39,177
– Arus = y = 2.752,7
2.752,7−9015,8
– Konsentrasi = x = −39,177
x = 159,87
8. Penentuan Konsentrasi Sampel pada Elektroda Cu/CuSO4
80000
y = -192,64x + 47525
60000 R² = 0,018
Arus
40000 arus
Linear (arus)
20000
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi
y = -192,64x + 47525
𝑦−47525
x= −192,64
– Arus = y = 7535
7535−47525
– Konsentrasi = x = −192,64
x = 207,589
2. Lembar pengamatan