Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS

ANALISIS PERBANDINGAN ELEKTRODA REFERENSI Cu/CuSO4 DAN


Ag/AgCl MENGGUNAKAN METODE VOLTAMETRI LINEAR

Oleh
Nama : Novian Rico Saputra
NIM : 211810301001
Kelas : Bp
Kelompok :E
Asisten : Dwifa Nuril 'Alimah

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektroda referensi dalam voltametri adalah elektroda yang memiliki potensial
yang stabil dan diketahui dengan baik. Elektroda referensi berfungsi untuk
memberikan titik referensi atau acuan terhadap potensial dalam suatu sistem
elektrokimia. Elektroda referensi memungkinkan pengukuran yang akurat terhadap
potensial elektroda kerja dalam sebuah sel elektrokimia. Elektroda referensi dalam
voltametri digunakan untuk membandingkan potensial elektroda kerja saat
dilakukan pengukuran terhadap potensial saat terjadi reaksi redoks pada elektroda
kerja. Elektroda referensi memastikan bahwa perubahan potensial yang tercatat
pada elektroda kerja benar-benar disebabkan oleh reaksi yang sedang diamati.
Perbandingan antara elektroda referensi Cu/CuSO4 dan Ag/AgCl melibatkan dua
jenis elektroda referensi yang umum digunakan. Elektroda referensi Cu/CuSO4
menggunakan elektroda tembaga yang terendam dalam larutan CuSO4 jenuh
sebagai referensi. Sementara itu, elektroda referensi Ag/AgCl menggunakan perak
yang terhubung dengan larutan KCl jenuh sebagai referensi. Perbedaan utama
antara keduanya adalah bahan elektroda dan larutan referensi yang digunakan.
Cu/CuSO4 umumnya digunakan dalam rentang potensial negatif, sedangkan
Ag/AgCl biasanya digunakan dalam rentang positif. Analisis perbandingan antara
keduanya dalam konteks voltametri linear akan dilakukan dalam percobaan ini
(Hararap, 2016).
Voltametri adalah sebuah metode analisis kimia yang memanfaatkan
pengukuran arus listrik yang terjadi pada suatu elektroda ketika potensial elektroda
tersebut diubah secara bertahap. Voltametri melibatkan penerapan potensial listrik
pada elektroda, yang kemudian mencatat besarnya arus yang mengalir sebagai
respons terhadap perubahan potensial ini. Kegunaan utama voltametri dalam
analisis kuantitatif adalah untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa atau zat
dalam larutan. Hubungan antara arus yang mengalir pada elektroda dengan
potensial yang diberikan dapat mengidentifikasi senyawa yang terdapat dalam
larutan dengan cara mengukur konsentrasinya, dan bahkan mengevaluasi sifat
elektrokimia dari senyawa tersebut. Metode voltametri juga dapat digunakan untuk
mempelajari reaksi elektrokimia, menentukan sifat-sifat elektrokimia suatu
senyawa, atau bahkan memonitor reaksi yang terjadi dalam proses kimia tertentu.
(Zoski, 2007).
Percobaan praktikum Analisis perbandingan elektroda referensi Cu/CuSO4
dengan Ag/AgCl menggunakan Metode Voltametri, dilakukan dengan 2 prosedur
yaitu, pengukuran Voltamogram Larutam standar dan Pengukuran Voltamogram
larutan Analit. Percobaan ini memiliki tujuan untuk dapat menggunakan
potensiostat dan software AMEL, melakukan analisis voltametri untuk penentuan
konsentrasi analit dalam larutan, serta membandingkan sensitivitas dari elektroda
referensi Cu/CuSO4 dengan Ag/AgCl. Elektroda referensi Cu/CuSO4 akan
dibandingkan dengan elektroda referensi Ag/AgCl. Elektroda referensi ini memiliki
banyak aplikasi dalam berbagai industri dan penelitian ilmiah. Stabilitas potensial
yang tinggi, menyebabkan elektroda referensi Cu/CuSO4 dan Ag/AgCl menjadi alat
yang sangat berguna dalam memastikan hasil yang konsisten dan akurat dalam
eksperimen elektrokimia. Pemahaman yang baik tentang pembuatan dan
karakterisasi elektroda referensi Cu/CuSO4 sangat penting dalam pengembangan
teknik elektrokimia yang lebih baik dan pemantauan proses elektrokimia yang lebih
efektif (Tim Penyusun, 2023).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah untuk percobaan praktikum Analisis Perbandingan Elektroda
Referensi Cu/CuSO4 Dan Ag/AgCl Menggunakan Metode Voltametri Linear adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menggunakan potensiostat dan software AMEL ?
2. Bagaimana cara melakukan analisis voltametri untuk penentuan konsentrasi
analit dalam larutan ?
3. Bagaimana cara membandingkan sensitivitas dari elektroda referensi Cu/CuSO4
dengan Ag/AgCl ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan praktikum Analisis Perbandingan Elektroda Referensi
Cu/CuSO4 Dan Ag/AgCl Menggunakan Metode Voltametri Linear adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat menggunakan potensiostat dan software AMEL.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis voltametri untuk penentuan konsentrasi
analit dalam larutan.
3. Mahasiswa dapat membandingkan sensitivitas dari elektroda referensi Cu/CuSO4
dengan Ag/AgCl
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades adalah air mineral yang telah diproses dengan cara destilasi
(penyulingan) sehingga diperolehnya air murni yang bebas mineral. Akuades
merupakan molekul yang memiliki struktur lewis 𝐻2 𝑂. Akuades terdiri dari dua
kata (aqua, destila), aqua artinya air dan destila artinya penyulingan. Akuades
memiliki massa molar sebesar 18,02 g/mol. Akuades memiliki pH sebesar 7
(netral), titik didih 100 0C, dan massa jenisnya sebesar 1000 kg/m3. Senyawa ini
mmeiliki sifat kimia lain, yaitu memiliki titik lebur sebesar 0 0C. Senyawa air juga
memiliki sifat fisik yang dapat dirasakan atau dilihat, diantaranya berbentuk cair,
tidak berwarna dan tidak berbau. Senyawa air ini tidak akan berbahaya apabila
mengenai salah satu anggota badan atau indra manusia (terjadi kontak langsung)
sehingga tidak perlu penanganan khusus apabila terkena kontak langsung dengan
akuades (LabChem, 2023).
2.1.2 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida merupakan senyawa kimia yang memilki rumus molekul
NaOH. Senyawa ini berwujud padat, tidak berbau, dan berwarna putih. Natrium
hidroksida termasuk senyawa yang bersifat basa dan memiliki pH 13,5. Senyawa
ini memiliki berat molekul 40 g/mol dan massa jenis sebesar 2,3 g/cm3. Natrium
hidroksida akan mendidih pada suhu 1388 oC dan melebur pada suhu 323 oC.
Senyawa ini mudah larut dalam air dingin. Natrium hidroksida termasuk dalam
senyawa yang bersifat korosif dan dan dapat menyebabkan iritasi. Kulit yang
terkena senyawa ini dicuci dengan air dan sabun desinfektan minimal selama 15
menit dan segera menghubungi tim medis apabila terjadi masalah yang cukup serius
(LabChem, 2023).
2.1.3 Natrium Nitrat (NaNO3)
Natrium nitrat mempunyai rumus kimia NaNO3. Natrium nitrat mempunyai
wujud padat, tidak berbau dan berwarna putih. Senyawa ini mempunyai berat
molekul 84,99 g/mol, titik didih 380oC dan titik lebur 308oC. Natrium nitrat
mempunyai massa jenis 2,26 g/cm3, mudah larut dalam air dan bersifat stabil.
Natrium Nitrat sangat reaktif terhadap logam, asam, alkali, dan zat pengoksidasi.
Natrium nitrat mempunyai bahaya apabila terjadi kontak dengan kulit, mata,
tertelan maupun terhirup. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu segera
membersihkan menggunakan air mengalir selama 15 menit dan tutupi kulit yang
teriritasi menggunakan amolien (LabChem, 2023).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Elektrokimia
Elektrokimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari
tentang perpindahan elektron pda sebuah media penghantar listrik (elektroda).
Perpindahan elektron pada sebuah media penghantar listrik (elektroda).
Perpindahan elektron meliputi peruabahan energi dari energi listrik menjadi energi
kimia. Konsep dasar elektrokimia adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi yang
berlangsung secara bersamaan. Proses yang terjadi pada elektrokimia yaitu
menggunakan suatu penghantar. Media penghantar berperan sebagai tempat dalam
serah terima elektron. Media penghantar dapat berupa sebuah larutan elektrolit.
Larutan elektrolit dibgi menjadi tiga jenis yaitu larutan elektrolit kuat, lemah dan
non elektrolit. Larutan elektrolit kuat mengandung ion-ion terlarut sempurna yang
dapat menghantarkan arus listrik dengan sangat baik. Larutan elektrolit lemah
berlangsung lamba, tetapi proses elektrokimia tetap terjadi. Laruutan nonelektrolit
tidak mengandung ion-ion yang dapat terionisasi sehingga tidak terjadi proses serah
terima elektron dalam sel dan tidak dapat menghantarkan listrik (Svehla, 1990).
2.2.2 Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang terjadi antara proses reduksi
dan oksidadi secara bersamaan dalam satu sel. Peristiwa serah terima elektron
terjadi pada reaksi redoks sehingga dapat menggubah bilangan oksidasi. Reaksi
reduksi merupakan reaksi yang berlangsung dengan menerima elektron dari spesi
lain sehingga terjadi penurunan bilangan oksidasi. Reaksi oksidasi merupakan
reaksi yang berlangsung dengan menyerahkan elektron ke spesi lain sehingga
terjadi kenaikan bilangan oksidasi. Oksidator merupakan spesi yang dapat
mengoksidasi spesi lain namun oksidator mengalami reduksi. Reduktor merupakan
spedi yang dapat mereduksi spesi lain namun reduktor mengalami oksidasi
(Svehla, 1990).
2.2.3 Voltametri
Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip
elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan
antara besaran listrik dengan reaksi kimia, yaitu menentukan satuan listrik seperti
arus, potensial, dan hubungannya dengan parameter kimia. Potensial yang
diberikan dalam teknik voltrametri ini merupakan sensitifitas yang tinggi, limit
deteksi rendah dan memiliki daerah linier yang lebar. Konsentrasi analit praktis
tidak berubah selama proses pengukuran, dikarenakan hanya sebagian kecil analit
yang dielektrolisis. Potensial elektroda kerja diubah selama proses pengukuran dan
arus yang diberikan pada elektroda kerja. Arus yang diukur pada analisis voltametri
terjadi akibat adanya reaksi redoks pada permukaan elektroda. Kuat arus terhadap
potensial yang dihasilkan disebut dengan voltamogram
(Fenton dan Brushett, 2021).
(Meng dkk., 2021) menyebutkan bahwa sel voltametri terdiri dari tiga
elektroda yaitu elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda pembantu.
Ketiga elektroda mempunyai fungsi masing-masing. Elektroda kerja merupakan
tempat terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi analit. Reaksi oksidasi dan reduksi
yang terjadi pada elektroda tergantung pada potensial yang diberikan. Elektroda
pembanding merupakan elektroda yang potensialnya diketahui dan stabil terhadap
waktu. Setengah reaksi reversible terjadi juga pada elektroda pembanding.
Elektroda pembanding yang sering digunakan yaitu elektroda kalomel jenuh dan
elektroda Ag/AgCl yang dapat ditentukan dari reaksi berikut.
AgCl (s) → Ag (s) + Cl- (aq) (2.1)
Elektroda pembantu berfungsi untuk mengalirkan arus. Hal ini dikarenakan arus
yang mengalir pada elektroda pembanding praktis bernilai nol karena hambatan
yang sangat besar. Elektroda pembantu juga berfungsi sebagai pelengkap sirkuit
dan penutup serangkaian pada sistem tiga elektroda. Elektroda pembantu yang
paling banyak digunakan yaitu elektroda platina karena mempunyai sifat yang inert.
Elektroda lain yang digunakan seperti elektroda Au dan elektroda grafit sebagai
elektroda pembantu (Meng dkk., 2021).
Kinerja dari teknik voltametri dangat dipengaruhi oleh material elektroda
kerja. Elektroda kerja yang banyak digunakan yaitu elektroda raksa, elektroda
karbon, atau elektroda logam mulia (platina dan emas). Penggunaan elektroda kerja
berbasis raksa memerlukan penanganan khusus karena mempunyai sifat beracun.
Elektroda raksa mempunyai kekuragan yaitu pada rentang potensial anoda yang
pendek, sehingga dapat digunakan untuk pengukuran senyawa-senyawa yang
mudah teroksidasi. Elektroda alternatif yang digunakan adalah elektroda yang
berbahan padat. Elektroda padat mempunyai keunggulan karena aman dan rentang
potensial anoda yang lebih luas. Bahan padat yang sering digunakan yaitu karbon,
platina, dan emas. Elektroda yang berbasis karbon merupakan salah satu elektroda
yang sedang berkembang dalam bidang elektroanalisis karena memiliki
keunggulan, diantaranya rentang potensial yang luas, harga yang murah, inert, dan
dapat diaplikasikan untuk bermacam-macam sensor (Fifield dan Kealey, 2000).
Fifield dan Kealey (2000) menyebutkan bahwa elektroda kerja, elektroda
referensi dan elektroda pembantu ketigannya dicelupkan ke dalam larutan yang
mengandung analit maupun pelarut elektrolit non reaktif yang disebut dengan
elektroda pendukung. Elektroda pendukung yang biasa digunakan yaitu larutan
buffer, garam organik dan asam mineral. Rangkaian sel voltametri dapat
ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Sel voltametri


(Sumber: Fifield dan Kealey, 2000)
Proses voltametri ada tiga, yaitu difusi, konveksi, dan migrasi. Arus difusi
terjadi secara spontan karena adanya gradien kkonsentrasi dari konsentrasi yang
tinggi ke konsentrasi yang rendah. Arus konveksi terjadi karena adanya gerakan
fisik seperti aliran fluida yang terjadi karena pengadukan atau vibrasi dari elektroda
maupun perbedaan gradien kerapatan. Arus migrasi terjadi karena adanya
pergerakan partikel bermuatan dimedan elektrik (adanya daya tarik elektrostatik
antara muatan elektroda dengan muatan ion-ion analit). Arus yang terukur
diusahakan hanya rus difusi. Hal ini terjadi karena arus konveksi diminimalisasi
dengan tidak melakukan pengadukan pada saat pengukuran berlangsung. Arus
migrasi diminimalisasi dengan menambahkan elektrolit pendukung yang tidak
reaktif. Larutan elektrolit yang ditambahkan harus memiliki konsentrasi yang lebih
besar dari pada konsentrasi analit sehingga ion elektrolit akan melindungi ion analit
yang pada akhirnya interaksi elektrostatik akan menurun (Skoog dkk., 2014).
Rangkaian potensiostat dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Instrumen potensiostat voltametri


2.2.4 Voltamogram
Voltamogram yang dicatat selama pengukuran menggambarkan hubungan
arus dengan potensial. Sinyal yang diperoleh pada potensial tertentu dihasilkan oleh
elektroda kerja dan bergantung dari jenis teknik yang digunakan (Meng dkk., 2021).
Jenis-jenis teknik voltametri yaitu:
a) Voltametri siklik
Voltametri siklik merupkan analisis elektrokimia yang sering digunakan san
sudah umum dilakukan pada analisis kualitatif. Voltrametri siklik menjelaskan
tentang proses reduksi oksidasi dan kinetik transfer elektron pada permukaan
elektroda. Potensial diberikan pada satu siklus antara dua nilai beda potensial.
Keadaan awal potensial akan meningkat sampai maksimum secara linear kemudian
akan menurun dengan linear juga hingga kembali potensial awal. Keadaan ini akan
berulang pada fungsi waktu. Voltamogram siklik dapat terjadi perubahan karena
adanya persaingan pada reaksi kimia produk hasil elektrokimia. Voltamogram dari
voltametri siklik dapat menghasilkan informasi tentang jalannya reaksi. Gafik
voltametri jenis ini terdapat Epc dan Epa yang merupakan potensial puncak. Epc
merupakan potensial puncak katoda, sedangkan Epa merupakan potensial puncak
anoda (Meng dkk., 2021).
Hubungan potensial dengan waktu pada teknik voltametri siklik dapat
dilihat melalui grafik berikut ini.

Gambar 2.3 Hubungan potensial dan waktu pada Cyclic Voltametry


(Sumber: Meng dkk., 2021)
Voltamogram yang dapat dihasilkan dari Cyclic Voltametry adalah sebagai berikut.

Gambar 2.4 Voltamogram pada Cyclic Voltametry


(Sumber: meng dkk., 2021)
b) Voltametri Gelombang Pesergi (Square Wave Voltametry, SWV)
Fenton dan Brushett (2021) menyebutkan bahwa voltametri gelombang
persegi merupakan voltametri menggunakan bantuan gelombang persegi simetris
yang memiliki kelebihan sensitivitas yang tinggi dan laju yang cepat. Potensial
dasar dari voltametri gelombang persegi mirip dengan anak tangga. Pengukuran
arus voltametri ini dilakukan dua kali setiap satu siklus yaitu pada potensial akan
naik dan ketika potensial akan turun. Amplitudo modulasi yang terjadi pada
gelombang persegi sangat besar sehingga saat pulsa balik dapat terjadi reaksi
produk kembali menjdai analit. Voltamogram yang dihasilkan pada voltametri
gelombang persegi memiliki puncak yang cukup tajam dan simetris. Arus pada
puncak voltamogram sebanding dengan besarnya konsentrasi analit. Hubungan
potensial dengan waktu pada voltametri gelombang pesergi sebagai berikut:

Gambar 2.5 Hubungan Potensial Dengan Waktu pada Voltametri Gelombang


Pesergi
(Sumber: Fenton dna Brushett, 2021)
Voltamogram dari voltametri gelombang pesergi dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 2.6 Voltamogram Voltametri Gelombang Pesergi


(Sumber: Fenton dna Brushett, 2021)
c) Voltametri Linear (Linear Sweep Voltametry, LSV)
Linear sweep voltametri adalah teknik elektrokimia sederhana yang
digunakan untuk mengukur arus pada elektroda kerja saat potensial antara elektroda
kerja dan elektroda referensi dinaikkan secara linier dari batas potensial yang lebih
rendah ke batas potensial yang lebih tinggi. Teknik ini mirip dengan voltametri
siklik, namun pada linear sweep voltametri hanya terdapat satu pemindaian linier
dari batas potensial yang lebih rendah ke batas potensial yang lebih tinggi. Teknik
ini berguna untuk sistem yang tidak reversibel, di mana pemindaian mundur tidak
akan memberikan informasi tambahan. Linear sweep voltametri menggunakan
sistem tiga elektroda, yaitu elektroda kerja, elektroda kontra, dan elektroda
referensi. Karakteristik dari linear sweep voltametri tergantung pada laju reaksi
transfer elektron, reaktivitas kimia dari spesi elektroaktif, dan laju pemindaian
potensial. Teknik ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesi yang tidak
diketahui dan menentukan konsentrasi larutan (Wang, 2021).

Gambar 2.7 Voltamogram Voltametri LSV

2.2.5 Software AMEL


Software AMEL merupakan suatu aplikasi yang digunakan dalam
pengukuran menggunakan instrumen potensiostat pada voltametri. Aplikasi
tersebut dapat digunakan dalam pengukuran voltametri jenis siklik untuk
menentukan kadar nitrat dalam sampel air keran. Cara kerja software tersebut
adalah dipasang terlebih dahulu elektroda Ag/AgCl pada lubang tanda R
potensiostat, kemudian dihubungkan kabel stainless steel pada lubang yg bertanda
C. Hal tersebut bertujuan agar aplikasi terhubung dengan alat. Elektroda Ag yang
sudah terangkai pada kardus atau gabus dimasukkan pada lubang yang bertanda P
pada potensiostat. Semua elektroda yang telah dihubungkan pada AMEL
dimasukkan ke dalam larutan yang akan diuji (Wang dkk., 2021). Fitur analysis
diklik, lalu diklik function setup untuk menampilkan pengaturan pengukurannya.
Fitur CYV voltammetry apabila menggunakan voltametri jenis siklik. Tampilan
akan muncul untuk mengatur start dan end potential sesuai percobaan, setelah
selesai mengatur maka kembali diklik fitur analysis dan method setup. Fitur method
setup dipilih untuk mengatur sampel yang akan diuji sesuai percobaan, setelah itu
warna diatur dan diklik start. Voltamogram akan muncul pada layar komputer
(Skoog dkk., 2014).

Gambar 2.8 Tampilan utama software AMEL


2.2.6 Pengenceran
Pengenceran adalah perlakuan mencampurkan larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar dan dapat menurunkan kepekatan larutan sehingga konsentrasinya lebih
rendah. Pengenceran juga dapat diartikan sebagai pencampuran yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Pengenceran dilakukan pada
suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral (seperti
akuades) dalam jumlah tertentu. Proses pengenceran ini dapat digunakan untuk
mengubah konsentrasi dari suatu larutan. Penambahan jumlah pelarut yang lebih
banyak ke dalam larutan akan mengubah atau mengurangi konsentrasi dari larutan
tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat didalam larutan, sehingga
jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut
sesudah pengenceran (Atkins, 1994).
Jumlah mmol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol
zat terlarut sesudah pengenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran
sama dengan jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran. Persamaan 2.1
menunjukkan persamaan rumus pengenceran agar diperoleh volume larutan NaNO3
pada pembuatan larutannya dengan akuades berdasarkan konsentrasi 0 ppm, 10
ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm. Volume yang dicari adalah V1 dimana
volume NaNO3 yang dibutuhkan agar diperoleh larutan standar pada tiap
konsentrasi yang akan digunakan. M2 merupakan konsentrasi yang dibuat variasi
dari konsentrasi semula, sedangkan V2 merupakan volume dari labu ukur.
Persamaan rumusnya dapat ditunjukkan sebagai berikut.
M1×V1 = M2×V2 (2.1)
Keterangan :
M1 = Konsentrasi larutan sebelum pengenceran (mol/mL atau ppm)
M2 = Konsentrasi larutan setelah pengenceran (mol/mL atau ppm)
V1 = Volume NaNO3 yang diperlukan (mL)
V2 = Volume labu ukur untuk pengenceran (mL)
(Atkins, 1994).
Penentuan kadar nitrat ditentukan dengan perhitungan melalui persamaan
garis linear dari kurva kalibrasi standar nitrat. Sumbu y merupakan konsentrasi dan
sumbu x merupakan nilai nilai arus. Kedua sumbu diplotkan sehingga diperoleh
suatu persamaan linear seperti persamaan 2.2. Kadar ditentukan dengan mencari
nilai x atau konsentrasi nitrat dalam sampel air keran dan memasukkan y sebagai
nilai arus. Grafik akan baik apabila nilai R2 atau regresinya mendekati atau sama
dengan 1. Kadar atau konsentrasi nitrat yang telah diperoleh digunakan untuk
menganalisa mutu dari suatu sampel apabila dicocokkan dengan batas standar
mutu, misalnya kadar nitrat dalam air keran diperoleh besar artinya airnya memiliki
nilai kekeruhan yang tinggi. Persamaan 2.3 digunakan untuk meghitung besar
standar deviasi. Reproducibility presisi yang dilakukan beberapa kali dengan
metode yang sama, namun dilakukan pada kondisi yang berbeda. Kriteria seksama
diberikan apabila metode memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien
variasi (KV) 2% atau kurang (Wang et al., 2021).
y = mx + c (2.2)
Keterangan:
y = nilai arus (mA)
m = slope atau kemiringan
x = kadar nitrat atau konsentrasi (M)
c = konstanta
(Atkins, 1994).

2
∑ (𝑥−𝑥1 )
SD = √ (2.3)
𝑛−1

Keterangan:
n = banyak data
𝑥 = rata-rata data x

𝑥1 = rata-rata data 𝑥1
SD = Standar deviasi
(Wang et al., 2021).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya adalah :
− -Botol semprot
− -Pipet volume 5 mL
− -Pipet Volume 1 mL
− -Pipet tetes (3)
− -Labu ukur 50 mL dan 100 mL
− -Gelas Ukur 100 mL
− -Potensiostat sel elektrokimia (dapat dibuat dalam beaker gelas)
− Kaca Arloji
− Silet
− Spatula
Stang

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya adalah :
− Larutan NaNO3 100 mM
− Larutan NaOH 1M
− Aquades (H2O)
− Elektroda Ag/AgCl
− Elektroda Ag

− Elektroda Pt

− Larutan NaNO3 100 mM


3.2 Diagram Alir
3.2.1 Pengukuran Voltamogram Larutan Standar

NaNO3 NaOH

- diambil 0,85 gram - diambil 100 mL

- dilarutkan dalam 0,1 L NaOH

Larutan Induk

- diencerkan dengan variasi 0, 10, 20, 30, 40, 50 mM

Larutan
Ag Cu/CuSO4 Pt
Standar

- diukur - dihubungkan
Potensiostat

Arus
3.2.2 Pengukuran Voltamogram Larutan Analit

Analit Ag Cu/CuSO4 Pt

- diukur - dihubungkan

Potensiostat
- diukur

Arus

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengukuran Voltamogram Larutan Standar

Larutan standar NaNO3 dibuat dengan konsentasi 0, 10, 20, 30, 40 dan 50
mM (dari larutan induk 100 mM) pada volume 50 atau 100 mL. Pengenceren
larutan standar dari larutan induk harus dikakuan dengan menambahkan larutan
NaOH yang tersedia. Sel elektrokimia disusun yang terdiri dari tiga elektroda yaitu
Ag sebagai elektroda kerja (WE), Ag/AgCl sebagai elektroda referensi (RE) dan Pt
atau Stainless Steel sebagai elektroda counter (CE) pada sel glass yang tersedia atau
beaker glass yang berukuran sesuai untuk menempung total larutan NO3- + NaOH.
Ketiga elektroda tersebutdisusun sedemikian rupa sehingga jarak antar elektroda
yang luas permukaan elektroda yang tercelup terutama WE dalam larutan
elektrolit/sample selalu sama dalam percobaan, meskipun terjadi penggantian
larutan. RE/WE/CE dihubungkan pada konektor potensiostat yang sesuai.
Potensiostat dihidupkan dan computer yang terhubung dengan alat tersebut serta
dijalankan software yang mengontrol proses analisis voltametri menggunakan fitur
untuk linear voltammetri (LSV). Larutan standard dimasukan ke dalam sel dan
lakukan proses voltametri pada potensial antara -1.6 dan 0.2 volt vs Ag/AgCl.
Untuk setiap konsentrasi standar lakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan
dilakukan terhadap konsentrasi yang terendah menuju konsentrasi yang tinggi.
Voltamogram yang dihasilkan dan tentukan nilai potensial redoks yeng spesifik
terhadap NO3- . Pengukuran diulang dengan menggunakan Elektroda referensi
Cu/CuSO4. Voltamogram dari serangkaian konsentrasi nitrat dan dibuat kurva
kalibrasinya serta tentukan konsentrasi nitrat dalam sample
3.2.2 Pengukuran Voltamogram Larutan Analit
RE/WE/CE dihubungkan pada konektor potensiostat yang sesuai.
Potensiostat dihidupkan dan computer yang terhubung dengan alat tersebut serta
dijalankan software yang mengontrol proses analisis voltametri menggunakan fitur
untuk linear voltammetri (LSV). Larutan Analit Air kran dimasukan ke dalam sel
dan lakukan proses voltametri pada potensial antara -1.6 dan 0.2 volt vs Ag/AgCl.
Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Voltamogram yang dihasilkan dan
tentukan nilai potensial redoks yeng spesifik terhadap NO3- . Pengukuran diulang
dengan menggunakan Elektroda referensi Cu/CuSO4. Voltamogram dari
serangkaian konsentrasi nitrat dan dibuat kurva kalibrasinya serta tentukan
konsentrasi nitrat dalam sample
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1V. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil Arus dan Potensial elektroda Ag/AgCl
No Konsentrasi Beda Arus (A) SD SD Beda
(mM) Potensial (V) Arus Potensial
1. 0 200 7986 3681,17 0
2. 10 200 8665 269,211 0
3. 20 200 9573 884,67 0
4. 30 200 8468 1023,52 0
5. 40 200 7156 105,63 0
6. 50 200 6370 684,39 0
7. Sampel 200 2752,7 29589,3 0

4.2 Hasil Arus dan Potensial elektroda Cu/CuSO4


No Konsentrasi Beda Arus (A) SD SD Beda
(mM) Potensial (V) Arus Potensial
1. 0 192 81920 35472 7,64853
2. 10 192 27110 15793 7,64853
3. 20 198 11430 1077,63 2,91548
4. 30 200 27306 11824,1 0
5. 40 197 67400 30358,5 5,78792
6. 50 195 41086 25585 8,66025
7. Sampel 200 7535 60.025 0

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu tentang voltametri yang bertujuan untuk memahami
penggunaan alat potensiostat, penyusun rangkaian sel elektrokimia, dan analisis
voltametri untuk penentuan analit dalam larutan. Skoog et al. (2014) menyebutkan
bahwa potensiostat merupakan perangkat yang menerapkan potensial pada
sepasang elektroda dan mengukur arus yang mengalir dalam larutan analit.
Potensiostat dihubungkan dengan software AMEL, pada aplikasi tersebut dapat
diatur sesuai dengan pengukuran yang diinginkan dan outputnya berupa
voltamogram. Voltametri merupakan metode elektrokimia yang mengamati
perubahan arus dan potensial voltametri dilakukan dengan mempolarisasi elektroda
sel elektrokimia pada serangkaian daerah potensial tertentu. Voltametri juga
mengamati perubahan arus yang dihasilkan oleh sel akibat adanya proses oksidasi
reduksi tertentu suatu analit. Permukaan elektroda akan mengalami proses reduksi
dan oksidasi untuk konsentrasi encer. Voltametri yang digunakan pada percobaan
adalah voltametri siklik dimana didasarkan pada analisis kuantitatif redoks untuk
mengukur proses potensial linear menggunakan gelombang segitiga. Pengukuran
berdasarkan Tim Penyusun (2023) dilakukan pada larutan standar dan sampel air
keran.
Perlakuan yang pertama dilakukan yaitu membuat larutan standar NO3 dalam
berbagai konsentrasi variasi. Konsentrasi variasi dilakukan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi tersebut terhadap nilai potensial yang diperoleh. Variasi
konsentrasi tersebut digunakan juga bertujuan agar dapat diperoleh kurva kalibrasi
dimana dapat ditentukan konsentrasi nitrat dalam sampel. Penggunaan larutan
standar NaNO3 bertujuan sebagai larutan induk sehingga dapat menentukan
konsentrasi anion nitrat dalam sampel yang digunakan. Pembuatan larutan standar
dilakukan dengan mengencerkan larutan NaNO3 dengan menggunakan pelarut
NaOH. Pengenceran bertujuan untuk menurunkan kepekatan larutan atau
menurunkan konsentrasi sehingga dapat dilakukan pengukuran selanjutnya.
Penggunaan pelarut NaOH dilakukan karena pelarut tersebut mengandung
perbandingan ion yang sama dengan NaNO3 (ion Na+), yaitu 1:1 sehingga saat
pengukuran voltamteri dapat mengeliminasi terdeteksinya ion Na+ karena yang
diukur adalah NO3-. Pelarut NaOH berfungsi untuk menekan atau mengurangi
pergerakan arus migrasi karena arus yang diinginkan adalah arus difusi. Skoog et
al. (2014) menyebutkan bahwa migrasi merupakan gaya tarik menarik elektrostatis
dari suatu materi, proses ini dapat mempengaruhi perpindahan ion dalam larutan.
Proses voltametri dilakukan agar arus dipengaruhi hanya oleh arus difusi, sehingga
pengaruh dan konveksi dari migrasi perlu diperkecil dengan penggunaan pelarut
NaOH sebagai elektrolit pendukung. Reaksi yang terjadi pada preparasi larutan
standar adalah sebagai berikut.
NaNO3 (aq) + NaOH (aq) → NO3- (aq) + 2Na+ (aq) + OH- (aq) (4.1)

Gambar 4.1 Hasil Preparasi Larutan Standar NaNO3 10 mM


Hasil pengenceran larutan standar 0, 10, 20, 30, 40, 50 mM diperlukan 0; 10;
20; 30; 40; dan 50 mL NaNO3 ke dalam labu ukur 100 mL. Volume yang diperlukan
tersebut dapat diperoleh dari hasil perhitungan rumus pengenceran pada lampiran.
Volume NaNO3 yang diperlukan pengenceran semakin besar seiring bertambahnya
konsentrasi, hal tersebut disebabkan karena semakin besar konsentrasinya maka
semakin banyak jumlah analitnya sehingga diperlukan larutan standar NaNO3
dalam jumlah yang banyak. Larutan standar konsentrasi 0 mM merupakan larutan
yang tidak menggunakan analit karena yang dibutuhkan adalah konsentrasi ion
NO3- sebesar 0 mM. Pelarut yang digunakan tidak menggunakan akuades untuk
mengencerkan, hal ini disebabkan karena akuades kemungkinan dapat mengalami
oksidasi atau reduksi yang dapat menghambat proses pengukuran. Ion nitrat akan
bereaksi dengan kation H+ dari akuades sehingga akan membentuk asam nitrat atau
HNO3, senyawa tersebut yang menghambat proses pengukuran.
Perlakuan selanjutnya yaitu menyusun tiga elektroda pada potensiostat yang
telah terhubung dengan PC dan terinstall software AMEL, hal tersebut dilakukan
bertujuan untuk mengukur potensial dari larutan NaNO3 standar dan sampel air
keran. Elektroda yang digunakan pada percobaan yaitu elektroda kerja (working
electrode) Ag, elektroda referensi (reference electrode) Ag/AgCl, dan elektroda
pendukung (counter electrode) stainless steel. Pemasangan tiap jenis elektroda
sesuai pada tempatnya dimana disimbolkan untuk elektroda referensi pada lubang
reference (R), elektroda kerja pada lubang working (W), dan elektroda tambahan
pada lubang counter (C). Pemasangan tiap elektroda dilakukan sesuai tempatnya
agar potensiostat dan AMEL dapat mengukur potensial larutan dengan benar dan
akurat.

Gambar 4.3 Potensiostat dan software AMEL


Elektroda referensi Ag/AgCl dipasang pada lubang R. Elektroda Ag/AgCl
digunakan sebagai elektroda referensi karena elektroda tersebut sesuai dengan
syarat dari elektroda referensi berdasarkan Meng et al. (2021). Literatur tersebut
menyebutkan bahwa elektroda referensi memiliki syarat, yaitu bersifat reversible,
bekerja mengikuti persamaan Nernst, potensial konstan dalam berbagai waktu,
tidak terpengaruh dengan perubahan temperatur, dan tidak terpolarisasi. Elektroda
Ag/AgCl memiliki nilai potensial konstan dan dapat digunakan pada suhu tinggi.
Elektroda pendukung stainless steel dipasang pada lubang C. Elektroda stainless
steel digunakan sebagai elektroda tambahan karena stainless steel bersifat inert
sehingga tidak ada reaksi yang terjadi pada elektroda Pt yang mengganggu proses
analisis. Elektroda kerja Ag dipasang pada lubang W. Elektroda kerja merupakan
elektroda yang akan terpolarisasi, sehingga sebagai tempat reaksi redoks terjadi.
Elektroda Ag digunakan sebagai elektroda kerja karena memiliki range potensial
yang besar. Pemasangan elektroda pada larutan dilakukan menggunakan kardus
atau gabus, tujuannya agar tiap elektroda tidak tersentuh sehingga tidak
mempengaruhi proses pengukuran.
Gambar 4.2 Hasil Rangkaian Potensiostat dan AMEL
Pengukuran arus dijalankan dengan software AMEL. Cara mengoperasikan
software AMEL yaitu dengan membuka aplikasi AMEL kemudian klik analisis,
function set up, kemudian pilih fitur linear sweep voltammetry (LSV) atau biasa
disebut dengan voltametri siklik, karena pada percobaan digunakan metode jenis
tersebut. Potensiostat yang digunakan dalam percobaan ini disetting antara
potensial -1600 mV dan 200 mV, range potensial tersebut digunakan karena pada
range tersebut terdapat kenaikan arus reduksi, lalu turun, dan kembali ke arus
oksidasi. Pengukuran potensial dilakukan dengan mengatur scan speed sebesar 5
yang bertujuan agar pengukuran optimal karena pada besaran tersebut mengalami
kenaikan arus atau terjadi reduksi. Pengukuran arus dilakukan dengan 3 siklus
sehingga dipilih method three edition, hal tersebut bertujuan agar sesuai dengan
range potensialnya dimana adanya kenaikan arus, lalu dicapai kestabilan, dan turun
(proses redoks selesai). Tujuan lainnya yaitu untuk memperoleh data yang lebih
presisi dengan meminimalissir kesalahan.
Pengukuran dilakukan dari konsentrasi terendah ke konsentrasi tertinggi. Hal
ini bertujuan agar konsentrasi yang rendah tidak mempengaruhi konsentrasi lebih
tinggi ketika gelas beaker dan pipet tidak dibilas kembali. Larutan dengan
konsentrasi rendah memiliki partikel zat terlarut yang lebih sedikit, sehingga tidak
mempengaruhi larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Tujuan lainnya yaitu
agar tidak terjadi interferensi pada larutan. Elektroda akan dibilas dengan akuades
sebelum melakukan pengukuran dari setiap pergantian larutan dengan konsentrasi
yang berbeda. Perlakuan ini berfungsi untuk menghilangkan zat pengotor yang
dapat mempengaruhi pengukuran dan menyebabkan data yang dihasilkan tidak
sesuai sehingga elektroda terjaga kesterilannya. Software AMEL harus dimatikan
tiap pergantian pengukuran, hal tersebut bertujuan agar hasil pengukuran akurat.

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran AMEL Larutan Standar 10 mM


Hasil dari pengukuran ditunjukkan oleh komputer yang disebut dengan
voltamogram. Voltamogram merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara
potensial dan arus pada potensiostat. Kurva pada voltamogram untuk proses
voltametri siklik awalnya semakin naik hingga pada titik tertentu kemudian turun
kembali. Kenaikan arus ini menunjukkan terjadinya proses reduksi dan ketika
puncak reduksi telah tercapai maka terjadi penurunan arus akibat analit telah habis
direduksi. Arus reduksi terus menurun sampai terjadi pembalikan arah kurva pada
voltamogram yang menunjukkan proses oksidasi mulai berlangsung. Data yang
dihasilkan diplotkan dalam kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi diperoleh dengan
membuat plot antara konsentrasi pada sumbu x dan arus pada sumbu y. Arus yang
digunakan yaitu arus maksimum pada hasil pengukuran, kemudian terdapat siklus
rata-rata. Pengukuran pada tiap larutan standar dan sampel dilakukan secara triplo,
hal tersebut bertujuan agar hasil percobaan akurat dan presisi. Kurva kalibrasi yang
terbentuk adalah sebagai berikut.
Kurva Kalibrasi Konsentrasi Larutan Standar vs Arus
12000

10000
y = -39,177x + 9015,8
8000 R² = 0,4134
Arus

6000
arus
4000
Linear (arus)
2000

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi

Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Larutan Standar NaNO3 dengan RE Ag/AgCl

Kurva Kalibrasi Konsentrasi Larutan Standar vs Arus


100000

80000 y = -192,64x + 47525


60000 R² = 0,018
Arus

40000 arus

20000 Linear (arus)

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi

Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Larutan Standar NaNO3 RE Cu/CuSO4


Kurva pada grafik 4.5 menunjukkan tren dimana awalnya grafik meningkat,
lalu pada titik tertentu terjadi penurunan. Hal tersebut berarti awalnya arus
meningkat seiring bertambahnya konsentrasi, lalu arus turun setelah konsentrasi 30
mM. Hasil percobaan tidak sesuai dengan Skoog et al. (2014) yang menyebutkan
bahwa hubungan antara arus dan konsentrasi adalah berbanding lurus, semakin
meningkatnya konsentrasi maka akan meningkatkan arus pula, namun pada
percobaan terjadi penyimpangan setelah konsentrasi 30 mM untuk elektoda
Ag/AgC dan 0 ; 10 mM pada elektroda Cu/CuSO4. Ketidaksesuaian hasil
disebabkan karena larutan standar masih belum homogen secara sempurna,
sehingga masih terdapat NaNO3 dalam larutan yang tidak terdisosiasi menjadi ion
Na+ dan NO3-. Konsentrasi analit yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
semakin banyak komponen yang terkandung dalam analit sehingga membuat
proses reduksi-oksidasi (adanya elektron yang bergerak atau berpindah) semakin
sering terjadi dipermukaan elektroda. Zat yang semakin banyak mengalami
oksidasi-reduksi pada permukaan elektroda sehingga membuat arus yang
dihasilkan juga semakin tinggi karena banyak elektron yang berpindah dan
terdeteksi oleh elektroda dimana dihasilkan output berupa arus. Arus yang rendah
akan dihasilkan dari larutan yang encer, karena jumlah zat terlarut dalam larutan
encer sangat rendah sehingga raus yang terdeteksi tidak besar.
Percobaan juga menghasilkan data beda potensial tiap konsentrasi untuk
elektroda referensi Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 dimana diperoleh sebesar 200 V dan
192 V untuk 0 mM ; 200 V dan 192 V untuk 10 mM ; 200 V dan 198 V untuk 20
mM ; 200 V dan 200 V untuk 30 mM ; 200 V dan 197 V untuk 40 mM ; 200 V dan
195 V untuk 50 mM. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
larutan maka banyak ion nitrat di dalamnya sehingga arus yang terdeteksi besar.
Arus yang besar tersebut sebanding dengan beda potensial, semakin besar arus
maka akan semakin besar pula beda potensialnya. Hal tersebut telah sesuai dengan
Skoog et al. (2014) yang menyebutkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan
beda potensial adalah berbanding lurus karena semakin banyak analit di larutan
maka akan semakin besar arus yang terdeteksi sehingga beda potensialnya besar
pula.
Hasil beda potensial yang diperoleh dihubungkan dengan arusnya, sehingga
bisa dibuat sebagai kurva kalibrasi antara konsentrasi sampel dengan kuat arusnya.
Tujuan pembuatan kurva kalibrasi adalah untuk menentukan konsentrasi nitrat
dalam sampel sehingga larutan standar yang digunakan adalah yang memiliki ion
nitrat sama. Tujuan penggunaan konsentrasi dari 0 hingga 50 mM adalah agar
diperoleh daerah linier yang lebih luas, sehingga konsentrasi sampel berada dalam
range daerah linier tersebut dan dapat ditentukan konsentrasinya. Nilai regresi (R2)
yang dihasilkan untuk kasus voltametri dengan elektroda Ag/AgCl dan Cu/CuSO4
berturut turut yaitu sebesar 0,4134 dan 0,018. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai regresi tidak mendekati 1 sehingga menunjukkan bahwa grafik yang
dihasilkan kelinierannya sangat rendah karena tidak mendekati 1 berdasarkan
Fifield dan Kealey (2000). Persamaan garis yang diperoleh pada kurva kalibrasi
yaitu y = -39,177x + 9015,8 untuk sel dengan elektroda referensi Ag/AgCl dan y =
-192,64x + 47525 untuk sel dengan elektroda referensi Cu/CuSO4. Persamaan
tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan konsentrasi NO3- dalam larutan
air sampel keran.

Gambar 4.6 Proses pengukuran arus pada larutan standar dan sampel
Pengukuran arus dan beda potensial analit dilakukan seperti dengan
pengukuran larutan standar. Nilai konsentrasi nitrat yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan substitusi persamaan linear yaitu sebesar 159,87 mM atau 0,159 M
dengan elektroda referensi Ag/AgCl dan sebesar 207,589 mM atau 0,208 M. Hasil
konsentrasi yang diperoleh memasuki range konsentrasi standar NaNO3 pada 0-50
mM. Sampel air keran yang dianalisis dapat disimpulkan bahwa masih
mengandung nitrat dalam batas. Meng et al. (2021) menyebutkan bahwa kadar
nitrat dalam air masih dalam batas normal, yaitu sebesar 10 mg/L berdasarkan
WHO, dan sebesar 50 mg/L untuk kadar nitrat pada air bersih berdasarkan
Permenkes No. 416/1990. Hasil beda potensial dan arus yang dihasilkan pada
sampel air keran adalah berturut turut 200 V dan 10372 A. Hasil yang diperoleh
cukup besar artinya banyak analit atau ion nitrat (NO3-) yang terkandung dalam
sampel, namun masih dalam batas normal.
Arus yang diperoleh pada percobaan ini disebabkan dari adanya reaksi
reduksi dan oksidasi pada sebagian kecil permukaan elektroda kerja Ag dan
elektroda tambahan stainless steel. Elektroda Ag berfungsi sebagai katoda yaitu
tempat terjadinya reduksi, sedangkan stainless steel sebagai anoda tempat
berlangsungnya oksidasi. Larutan NaNO3 yang dilarutkan dalam NaOH akan
terurai menjadi ion-ionnya seperti pada persamaan 4.2. Spesi yang tereduksi pada
katoda adalah H2O, hal tersebut disebabkan karena potensial reduksi standar H2O
lebih besar daripada potensial reduksi standar Na+. Oksidasi tergantung pada anion
yang tersedia yaitu NO3- yang merupakan sisa garam oksi sehingga yang
mengalami oksidasi adalah H2O. Reaksi redoks ditunjukkan pada persamaan
sebagai berikut.
NaNO3 (aq) → Na+ (aq) + NO3- (aq) (4.2)
Katoda (+): 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq) x2 (4.3)
Anoda (-): 2H2O (l) → 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e- x1 (4.4)
Overall : 2H2O (l) → 2H2 (g) + 4H+ (aq) + 4OH- (aq) + O2 (g) (4.5)
Hasil pengukuran yang diperoleh berupa arus dan potensial dengan berbagai
siklus pada larutan dilakukan penentuan standar deviasinya. Penentuan standar
deviasi pada berbagai konsentrasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
penyimpanan antara data dengan rata-ratanya. Standar deviasi merupakan bagian
dari analisis statistik yang akan digunakan untuk mengetahui sebaran data yang ada
pada sampel berdasarkan Meng et al. (2021). Perhitungan standar deviasi
didasarkan pada besarnya penyimpanan, dimana semakin besar nilai standar nilai
standar deviasi yang didapatkan, maka menunjukkan semakin besar juga
penyimpangannya. Hasil yang diperoleh dari perhitungan standar deviasi pada
percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai standar deviasi arus pada larutan sampel
air kran yaitu sebesar 29589,3 merupakan yang paling besar nilainya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa besar penyimpangannya. Penyimpangan tersebut juga dapat
ditunjukkan pada kecenderungan kurva dimana pada larutan analit trennya naik
drastic untuk standar deviasinya, jika dibandingkan dengan tren sebelumnya.
Hasil standar deviasi arus untuk sel dengan elektroda Ag/AgCl dan
Cu/CuSO4 berturut turut diperoleh sebesar 3681,17 dan 35472 untuk 0 mM ;
269,211 dan 15793 untuk 10 mM ; 884,67 dan 1077,63 untuk 20 mM ; 1023,52
dan 30358,5 untuk 40 mM ; dan 684,39 dan 25585 untuk 50 mM. Standar deviasi
arus terkecil pada sel dengan elektroda referensi Ag/AgCl adalah pada konsentrasi
40 mM, sedangkan pada sel dengan elektroda referensi Cu/CuSO4 adalah pada
konsentrasi 20 mM, artinya pada konsentrasi tersebut terjadi penyimpangan yang
sangat kecil. Penyimpangan yang terjadi pada standar NaNO3 disebabkan karena
pada percobaan larutan standar masih belum homogen secara sempurna, sehingga
masih terdapat NaNO3 dalam larutan yang tidak terdisosiasi menjadi ion Na+ dan
NO3-. Hasil standar deviasi arus pada sampel menggunakan elektroda referensi
Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 berturut turut adalah sebesar 29589,3 dan 60.025
menunjukkan besarnya nilai penyimpangan, artinya penyimpangan yang terjadi
cukup besar. Penyimpangan yang terjadi pada sampel kemungkinan adanya
kontaminasi dari zat lain sehingga sampel tidak steril saat pengukuran.
Hasil standar deviasi beda potensial untuk sel dengan elektroda referensi
Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 berturut turut diperoleh sebesar 0 dan 7,64853 untuk 0
mM ; 0 dan 7,64853 untuk 10 mM ; 0 dan 2,91548 untuk 20 mM ; 0 dan 0 untuk
30 mM ; 0 dan 5,78792 untuk 40 mM ; dan 0 dan 8,66025 untuk 50 mM. Nilai
standar deviasi beda potensial dari sel dengan elektroda referensi Cu/CuSO4 pada
konsentrasi standar 30 mM diperoleh sebesar 0 dimana hal tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada penyimpangan hasil beda potensial untuk konsentrasi 30 Mm,
sedangkan pada sel dengan elektroda referensi Ag/AgCl tidak terjadi
penyimpangan yang ditunjukkan dengan harga standar deviasinya 0.
Penyimpangan beda potensial terbesar pada sel dengan elektroda referensi
Cu/CuSO4 adalah pada konsentrasi 50 mM. Penyimpangan terjadi kemungkinan
disebabkan karena tidak sempurnanya ionisasi dari larutan standar NaNO3. Hasil
standar deviasi beda potensial pada sampel sebesar 0 yang menunjukkan bahwa
tidak ada penyimpangan yang terjadi untuk hasil beda potensial pada sampel air
keran.
Sensitivitas elektroda referensi adalah parameter kritis dalam elektrokimia
yang mencerminkan responsivitasnya terhadap perubahan potensial. Elektroda
referensi berperan penting dalam menjaga stabilitas dan akurasi pengukuran
potensial dalam sel elektrokimia. Tingkat sensitivitas elektroda referensi
mencerminkan sejauh mana elektroda mampu menghasilkan respons yang
proporsional terhadap perubahan potensial di dalam larutan. Sensitivitas yang
tinggi diinginkan untuk memastikan deteksi yang akurat terhadap variasi potensial.
Faktor-faktor seperti komposisi elektrolit, material elektroda, dan kondisi
eksperimental dapat mempengaruhi sensitivitas elektroda referensi. Oleh karena
itu, pemahaman mendalam terhadap sensitivitas ini menjadi kunci dalam
mengoptimalkan kinerja sel elektrokimia dan memastikan kehandalan data hasil
pengukuran.
Elektroda referensi merupakan komponen kritis dalam sel elektrokimia
yang digunakan untuk menjaga stabilitas potensial sel. Dua jenis elektroda referensi
yang umum digunakan adalah Ag/AgCl dan Cu/CuSO4. Elektroda referensi
Ag/AgCl terkenal karena memiliki potensial yang sangat stabil dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Keunggulan elektroda ini
melibatkan kestabilan potensialnya yang tinggi dan minimnya perubahan potensial
terhadap variasi temperatur. Di sisi lain, elektroda referensi Cu/CuSO4 juga
menawarkan stabilitas potensial yang baik dengan rentang aplikasi yang luas.
Elektroda ini sering digunakan dalam elektroanalisis dan memiliki kelebihan
tertentu, seperti kemampuannya untuk bekerja dalam lingkungan elektrolit yang
lebih luas. Meskipun keduanya memiliki keunggulan masing-masing, pemilihan
antara elektroda referensi Ag/AgCl dan Cu/CuSO4 tergantung pada kebutuhan
spesifik dari eksperimen atau aplikasi elektrokimia yang sedang dilakukan.
Elektroda referensi Cu/CuSO4 memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan elektroda referensi Ag/AgCl, karena memiliki respon arus
yang lebih kuat pada semua variasi konsentrasi, termasuk respon arus terhadap
sampel.
V. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Alat potensiostat digunakan untuk menerapkan potensial pada sepasang elektroda
dan mengukur arus yang megalir dalam larutan analit. Potensiostat dihubungkan
dengan PC yang terhubung software AMEL dimana output yang dihasilkan
berupa voltamogram dan data (arus, beda potensial tiap konsentrasi dan sampel).
2. Penyusunan rangkaian sel elektrokimia dilakukan dengan menghubungkan tiga
elektroda yaitu elektroda kerja Ag, elektroda referensi Ag/AgCl, dan elektroda
tambahan stainless steel dengan digunakan alat potensiotat. Ketiganya
dihubungkan pada potensiostat pada tempat yang sesuai dengan lubang W
(working), R (reference), dan C (counter). Penentuan analit dilakukan dengan
membuat kurva kalibrasi, dimana akan menghasilkan persamaan garis y = -
39,177x + 9015,8 dengan elektroda referensi Ag/AgCl dan y = -192,64x + 47525
dengan elektroda referensi Cu/CuSO4. Persamaan garis tersebut digunakan
untuk menentukan kadar nitrat dalam sampel air keran. Konsentrasi nitrat dalam
sampel air keran diperoleh sebesar 159,87 mM dengan elektroda referensi
Ag/AgCl dan 207,589 mM dengan elektroda referensi Cu/CuSO4
3. Sensitivitas elektroda referensi dapat dilihat dari seberapa besar perubahan arus
yang diperoleh dalam pengukuran. Elektroda referensi Cu/CuSO4 memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan elektroda referensi Ag/AgCl,
karena memiliki respon arus yang lebih kuat.

5.2 Saran
Saran yang diajukan dari percobaan Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda
Referensi Cu/CuSO4 yaitu dipastikan persiapan larutan CuSO4 dilakukan dengan
cermat dan konsentrasi yang tepat, serta menjaga larutan bebas dari kontaminasi.
Saran kedua saat membuat elektroda, pastikan permukaan elektroda bersih dan
bebas dari segala jenis kontaminan atau oksida. Penggunaan pelarut dan bahan
elektroda yang murni sangat penting. Saran ketiga yaitu Ketika karakterisasi,
perhatikan dengan cermat potensial elektroda referensi Cu/CuSO4 dalam kondisi
berbeda seperti variasi suhu dan konsentrasi larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Alva S., Ardiyansyah D., Khaerudini D. S., Suherman R., 2019, Solid-State
Reference electrode Based on Thin-Films of Tetrahydrofurfuryl Acrylate
(pTHFA) Photopolymer, Journal of The Electrochemical Society, 166(8):
B598–603.
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Aziz A., Alva S., Syono M.I., Sebayang D., 2017, Development of Solid-State
Reference electrode Based on Sodium Polyanethol Sulfonate Immobilised
on Cellulose Acetate, Journal of Physical Science, 28(2): 161–79.
Broomfield J.P., 2007, Corrosion of Steel in Concrete (Understanding, Investigation
and Repair), 2nd edition. Tylor & Francis, New York
Dewi M.S., Alva S., Wan Jamil W.A., 2021, Development and Characterization of
Solid Cu/CuSO4 Reference electrodes, International Journal of
Fenton, A. M. dan F. R. Brushett. 2021. Using Voltammetry Augmented with
Physic-Based Modeling and Bayesian Hypothesis Testing to Identify
Analytes in Electrolyte Solutions. Journal of Electroanalytical Chemistry.
1(23): 567-582.
Fifield, F. W. dan D. Kealey. 2000. Principles and Practice of Analytical Chemistry
5th Edition. Oxford: Blackwell Science. Geser Balok Beton Bertulang,
Jurnal Media Teknik Sipil, halaman 21-22.
Harahap M.R., 2016, Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi, CIRCUIT:

Innovation in Mechanical Engineering and Advanced Materials 3(1): 17-

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1): 177–180.

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquadest. [Serial Online].


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf. (diakses tanggal
10 November 2023).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide. [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf. (diakses tanggal
10 November 2023).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Nitrate. [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27301.pdf. (diakses tanggal
10 November 2023).
Meng, D., X. Huang, Z. Feng, M. Weng, J. Yang, C. Xia, Y. Zhao, dan Y. Wei. 2021.
Reaction between Tetravalent Cerium Ion and Chloride Ion and The Effect
of Thiourea Using Linear Sweep Voltammetry. Journal of Rare Earths.
3(2): 87-91.
Mulyani, R., Buchari., Indra, N., dan Ciptati. 2012. Studi Voltametri Siklik Sodium
Dedocyl Benzen Sulfonat Dalam Berbagai Elektroda Dan Elektrolit
Pendukung. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste
Management Technology). 15(1): 51-56.
Muralidharan S., Saraswathy V., Thangavel K., Palaniswamy N.,. 2008.
Electrochemical Studies On The Performance Characteristics of Alkaline
Solid Embeddable Sensor for Concrete Environments, Sensors and
Actuators. Journal ACS Chemical. 130: 864–70.
Myrdal R., 2007, The Electrochemistry And Characteristics of Embeddable
Reference electrodes For Concrete. Woodhead Publishing.
Putri, A.R., dan Aang, M. 2018. Energi Alternatif Dengan Menggunakan Reaksi
Elektrokimia. JIPI (Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran
Informatika). 3(1): 62-28.
Raghavendra N.V., Krishnamurthy L., 2013, Engineering Metrology And
Measurements, Oxford University Press, India.
Skoog, D. A., D. M. West, F. J. Holler, dan S. R. Crouch. 2014. Fundamentals of
Analytical Chemistry 9th Edition. Belmont: Brooks/Cole.
Stern H.A.G., Sadoway D.R., Tester J.W., 2011, Copper Sulfate Reference
electrode, Journal of Electroanalytical Chemistry 659(2): 143–50.
Susanto H., Ridha M., Huzni S., Fonna S., 2015, Korosi Infrastruktur Beton
Bertulang Di Kabupaten Aceh Barat Pasca Tsunami 2004, Proceeding
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Tim Penyusun. 2023. Format Penulisan Laporan Elektroanalisis. Jember :
Universitas Jember
Wang, R., J. Zhang, Y. Zhang, H. Lin, E. Y. B. Pun, dan D. Li. 2021. Phosphor-in-
Glass with Full-Visible-Spectrum Emission Based on Ultra-Low Melting Sn-
F-P-O Glass Pumped by NUV LED Chips. Journal of Alloys and Compounds.
864: 1-10.
Whydiantoro., Dony, S., Intan, K., dan Alan, M.S. 2019. Pengolahan Limbah Kulit
Durian Menjadi Bio-Baterai Sebagai Energi Alternatif. Jurnal
JEnsitec.5(2): 230-236.
Wibowo, Gunawan P., 2007, Pengaruh Korosi Baja Tulangan Terhadap Kuat

Zoski C.G., 2007, Handbook of Electrochemistry, first ed., Elsevier, Amsterdam.


LEMBAR PERHITUNGAN

1. Massa NaNO3 dan massa NaOH


a. NaNO3
𝑔 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑔 1000
0,1 𝑀 = 𝑥
85 𝑔/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝑙
𝑔
0,1 𝑀 𝑥 85 𝑥 100 𝑚𝑙
𝑔= 𝑚𝑜𝑙 0,85 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000

b. NaOH
𝑔 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑔 1000
0,1 𝑀 = 𝑥
40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 250
𝑔
1 𝑀 𝑥 40 𝑥 250
𝑔= 𝑚𝑜𝑙 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000

2. Variasi Konsentrasi
𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑉1 =
𝑀1
a. Konsentrasi 0 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 0 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 0 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀

b. Konsentrasi 10
𝑀2 𝑥 𝑉2 10 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 5 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀

c. Konsentrasi 20 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 20 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 10 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀

d. Konsentrasi 30 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 30 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 15 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀
e. Konsentrasi 40 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 40 𝑚𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 20 𝑚𝐿
𝑀1 100 𝑚𝑀

f. Konsentrasi 50 mM
𝑀2 𝑥 𝑉2 50 𝑚𝑀𝑥50 𝑚𝐿
𝑉1 = = = 25
𝑀1 100 𝑚𝑀

3. Arus rata-rata dan potensial rata-rata menggunakan elektroda referensi Ag/AgCl


a. Konsentrasi 0 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 3738+9980+10240
- Arus = = = 7986
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan = 3
= 3
= 200

b. Konsentrasi 10 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 8950+8415+8630
- Arus = = = 8665
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3

c. Konsentrasi 20 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 9645+8655+10420
- Arus = = = 9573
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan = = = 200
3 3

d. Konsentrasi 30 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 9590+8230+7585
- Arus= = = 8468
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3

e. Konsentrasi 40 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 7225+7035+7210
- Arus= = = 7156
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3

f. Konsentrasi 50 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 5590+6650+6870
- Arus= = = 6370
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3

g. Konsentrasi air kran


𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 2926+2750+2582
- Arus = = = 2.752,7
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan = = = 200
3 3

4. Arus rata-rata dan potensial rata-rata menggunakan elektroda referensi Cu/CuSO4


a. Konsentrasi 0 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 40960+102400+102400
- Arus = = = 81920
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 185+200+190
- Tegangan = = = 192
3 3

b. Konsentrasi 10 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 40960+20480+19890
- Arus = = = 27110
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+190+185
- Tegangan = = = 192
3 3

c. Konsentrasi 20 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 11710+12340+10240
- Arus = = = 11430
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+195
- Tegangan = = = 198
3 3

d. Konsentrasi 30 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 20480+20480+40960
- Arus = = = 27306
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan = = = 200
3 3

e. Konsentrasi 40 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 102400+48200+51600
- Arus = = = 67400
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+190
- Tegangan = = = 197
3 3

f. Konsentrasi 50 mM
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 53400+58150+11710
- Arus = = = 41086
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+185+200
- Tegangan = = = 195
3 3

g. Konsentrasi air kran


𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 7815+7430+7360
- Arus= = = 7535
3 3
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+2+3 200+200+200
- Tegangan= = = 200
3 3
5. Standart Deviasi pengukuran menggunakan elektroda referensi Ag/AgCl
a. Konsentrasi 0nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √
𝑛−1

(3738−7986)2 +(9980−7986)2 +(10240−7986)2


=√ 3−1

= 3681,17

b. Konsentrasi 10nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(8950−8665)2 +(8415−8665)2 +(8630−8665)2


=√ 3−1

= 269,211

c. Konsentrasi 20nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√
𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(9645−9573)2 +(8655−9573)2 +(10420−9573)2


=√ 3−1
= 884,67

d. Konsentrasi 30nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(9590−8468)2 +(8230−8468)2 +(7585−8468)2


=√ 3−1

= 1023,52

e. Konsentrasi 40nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(7225−7156)2 +(7035−7156)2 +(7210−7156)2


=√ 3−1

= 105,63

f. Konsentrasi 50nM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1
(5590−6370)2 +(6650−6370)2 +(6870−6370)2
=√ 3−1

= 684,39

g. Sampel air kran


∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(2926−2.752,7)2 +(2750−2.752,7)2 +(2582−2.752,7)2


=√ 3−1

= 29.589,3

6. Standart Deviasi pengukuran menggunakan elektroda referensi Cu/CuSO4


a. Konsentrasi 0mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(185 − 192)2 + (200 − 192)2 + (190 − 192)2


=√ = 7,64853
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(40960−81920)2 +(102400−81920)2 +(102400−81920)2


=√ 3−1

= 35472
b. Konsentrasi 10mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 192)2 + (190 − 192)2 + (185 − 192)2


=√ = 7,64853
3−1
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(40960−27110)2 +(20480−27110)2 +(10890−27110)2


=√ 3−1

= 15793

c. Konsentrasi 20mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 198)2 + (200 − 198)2 + (195 − 198)2


=√ = 2,91548
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(11710−11430)2 +(12340−11430)2 +(10240−11430)2


=√ 3−1

= 1077,63

d. Konsentrasi 30mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(20480−27306)2 +(20480−27306)2 +(40960−27306)2


=√ 3−1

= 11824,133

e. Konsentrasi 40mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1
(200 − 197)2 + (200 − 197)2 + (190 − 197)2
=√ = 5,78792
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(102400−67400)2 +(48200−67400)2 +(51600−67400)2


=√ 3−1

30358,5

f. Konsentrasi 50mM
∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 195)2 + (185 − 195)2 + (200 − 195)2


=√ = 8,66025
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(53400−41086)2 +(58250−41086)2 +(11710−41086)2


=√
3−1

= 25585,02

g. Konsentrasi sampel air kran


∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Tegangan SD =√ 𝑛−1

(200 − 200)2 + (200 − 200)2 + (200 − 200)2


=√ =0
3−1

∑𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)2
- Arus SD = √ 𝑛−1

(7815−7535)2 +(7430−7535)2 +(7360−7535)2


=√ 3−1

= 60.025

7. Penentuan Konsentrasi Sampel pada Elektroda Ag/AgCl


Kurva Kalibrasi Konsentrasi Larutan Standar vs Arus
12000

10000
y = -39,177x + 9015,8
8000 R² = 0,4134
Arus

6000
arus
4000
Linear (arus)
2000

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi

y = -39,177x + 9015,8
𝑦−9015,8
x= −39,177

– Arus = y = 2.752,7
2.752,7−9015,8
– Konsentrasi = x = −39,177

x = 159,87
8. Penentuan Konsentrasi Sampel pada Elektroda Cu/CuSO4

Kurva Kalibrasi Konsentrasi Larutan Standar vs Arus


100000

80000
y = -192,64x + 47525
60000 R² = 0,018
Arus

40000 arus
Linear (arus)
20000

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi

y = -192,64x + 47525
𝑦−47525
x= −192,64

– Arus = y = 7535
7535−47525
– Konsentrasi = x = −192,64

x = 207,589
2. Lembar pengamatan

3. Link video youtube https://www.youtube.com/watch?v=9o-0pEpdvj0

Anda mungkin juga menyukai