Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

HUKUM PERBANDINGAN TETAP

Oleh
Nama : Novian Rico Saputra
NIM : 211810301001
Kelas/Kelompok : Kimia F/1
Asisten : Aurely Rachmanita Sosa

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Hukum Perbandingan Tetap

II. Tujuan
Tujuan Praktikum kali ini adalah :
- Menyiapkan senyawa tembaga (II) oksida dari logam tembaga
- Mempelajari hukum perbandingan tetap

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Lembaran atau kawat (Logam Cu)
Sifat fisik dan kimia ialah bentuk padat , warna biru, tak berbau,
berlaku pH 3,5 - 4,5 pada 50 g/l20 °C titik lebur 147 °C, flamabilitas
(padatan, gas) produk ini tidak mudah menyala, informasi densitas 2,284
g/cm3 pada 20 °C , informasi. Kelarutan dalam air317 g/l pada 20 °C. Bahaya
dan cara mengatasinya adalah berbahaya jika tertelan, menyebabkan
kerusakan mata yang serius, sangat toksik pada kehidupan perairan efek
jangka panjang. Cara mengatasinya adalah bawa keluar praktikan dari
laboratotium , pakai pelindung mata jika terkena mata bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan
lanjutkan membilas, dapatkan nasehat/perhatian medis (LabChem, 2021).
3.1.2 Sodium Karbonat (Na2CO3)
Sifat fisik dan kimia Sodium Karbonat padat berupa serbuk putih atau
gumpalan yang tidak berbau, memiliki pH 11,6, tidak mempunyai titik beku
dan titik lebur, titik didih 1600 ° C , massa jenis / massa jenis spesifik: 2.53
g / cm³ massa molekul: 105.99 g / mol . Bahaya dan cara mengatasinya ialah
menyebabkan gangguan pada kulit, menyebabkan gangguan mata berat. Cuci
kulit yang terpapar dengan seksama setelah penanganan pakai pelindung
mata, sarung tangan pelindung ,cuci dengan sabun dan banyak air jika terkena
kulit, bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit jika terkena
mata, dapatkan nasehat / perhatian medis jika iritasi mata berlanjut, buka
pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum digunakan kembali
(LabChem, 2021)
3.1.3 NaOH (Sodium Hidroksida)
Sifat Fisik dan Kimia dari NaOH adalah tidak berwarna, tidak berbau,
berwujud cair, pH sangat basa 14, titik lebur / rentang -10 ° C / 14 ° F, titik
didih / rentang 105 - 140 ° C / 221 - 284 ° F , berat jenis 1.08. Bilas dengan
air yang banyak jika terkena mata, bilas kulit yang terkena dengan air
mengalir selama 15 menit. Hubungi dokter jika korban tidak sadarkan diri.
Gejala dan efek terpenting, baik akut maupun tertunda mengakibatkan luka
bakar oleh semua rute paparan. Produk adalah bahan korosif. Penggunaan
gastriclavage atau emesis merupakan kontraindikasi. Kemungkinan perforasi
lambung atau esofagus harus diselidiki, penelanan menyebabkan
pembengkakan hebat, kerusakan parah pada jaringan halus dan bahaya
perforasi (LabChem, 2021).
3.1.4 Asam Nitrat (HNO3)
Sifat fisik dan kimia dari asam nitrat adalah berwujud cairan, memiliki
warna kuning sampai tidak berwarna, pada saat terkena cahaya berwarna
merah – coklat, berbau menyengat. Memiliki pH larutan 6%, titik lebur -42 -
-38 ° C, titik didih 83 – 122 ° C, tekanan uap 7,3 – 58,5 hPa (20° C), massa
jenis relatif 1,4 – 1,5. Asam Nitrat dapat menyebabkan iritasi kulit dan
bersifat korosif pada logam Asam Nitrat kerusakan pada mata. Asam Nitrat
dijauhkan dari panas. Apabila terkena kulit atau rambut segera lepaskan
pakaian yang terkontaminasi dan bilas kulit dengan air selama beberapa
menit. Jika terkena mata bilas mata dengan hati-hati menggunakan air selama
beberapa menit dan lepaskan lensa mata jika memungkinkan, lalu lanjutkan
membilas mata. Jika Asam Nitrat tertelan bilas mulut dan jangan dipaksakan
untuk dimuntahkan (LabChem, 2021).
3.1.5 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O. Akuades dikenal sebagai air
murni. Akuades memiliki sifat fisik berupa cairan dengan berat molekul 18
g/mol dan memiliki pH 7. Akuades memiliki titik didih 100°C dan titik leleh
0°C. Akuades juga memiliki tekanan uap 17,535 mmHg dan memiliki massa
jenis 0,9823 g/mL. Akuades merupakan bahan yang tidak berbahaya apabila
mengenai tangan, tertelan, dan mengenai mata (LabChem, 2021).

3.2 Tinjauan Pustaka


Hukum-hukum dasar kimia merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
mengenai hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia beserta dengan
reaksi yang dihasilkan. Hukum Tambahan dalam kimia mengembangkan
hukum konversi massa. Hukum perbandingan tetap dari Joseph Prouts
menyatakan bahwa zat kimia murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula
tertentu. Hukum-hukum dasar kimia meliputi hukum kekekalan massa (hukum
Lavoisier), hukum perbandingan tetap (hukum Proust), hukum perbandingan
berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan volume (hukum Gay Lussac),
dan hipotesis Avogadro (Alfian, 2009).
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Garis besarnya, terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi
perubahan bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak
ada perubahan biloks. Kedua reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam
4 tipe reaksi yaitu sintesis, dekomposisi, penggantian tunggal, dan
penggantian ganda (Yusuf, 2011).
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan
metrein. Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur partikel atom ion,
molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi
kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia)
yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi (Lidyawati
dkk, 2018).
Stoikiometri merupakan reaksi yang dapat dipelajari dengan mudah, salah
satunya dengan metode JOB atau metode variasi kontinu, yang mekanismenya
yaitu dengan dilakukanpengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang
berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa,
volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk
meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam
senyawa (Muhrudin, 2011).
Perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa adalah tetap. Tahun 1799
Josips Lovis Proust (1754-1826) melakukan eksperimen terhadap berbagai
senyawa. Sebuah fakta bahwa susunan dan perbandingan jumlah unsur-unsur
yang berbentuk senyawa tentunya tidak tergantung dari mana senyawa
tersebut berasal maupun bagaimana cara memperoleh senyawa tersebut.
Keuntungan dari hukum proust, bila diketahui massa suatu senyawa atau
massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut maka unsur
lamanya dapat ketahui. Contohnya pada senyawa NH3= massa N:massa H
= 1 Ar N:3 Ar H
= 1 (14):3 (1)
= 14:3
Proust juga menemukan gula anggur yang kemudian dikenal sebagai glukosa
(Tupamahu, 2001)
Hasil eksperimen Josips Lovis Proust menunjukkan bahwa susunan dan
perbandingan jumLah unsur-unsur yang berbentuk senyawa tidak tergantung
dari mana senyawa tersebut berasal maupun bagaimana cara memperoleh
senyawa tersebut. Melalui hukum proust, bila diketahui massa salah satu unsur
yang membentuk senyawa tersebut, maka unsur lamanya dapat ketahui.
Konsep mengenai Hukum Proust membuka jalan bagi ilmu kimia untuk
berkembang. Hukum Proust memudahkan ahli kimia dalam melakukan
pengukuran. Salah satunya yaitu pengukuran massa unsur yang dibutuhkan
untuk membuat suatu senyawa. Hukum ini juga memudahkan untuk
mengetahui berapa massa suatu unsur yang ada di dalam suatu senyawa
(Apriliyanti, 2015).
Banyak ilmu dasar-dasar kimia modern yang membutuhkan teori ini.
Ternyata hukum ini tidak berlaku pada beberapa senyawa. Senyawa-senyawa
yang tidak memenuhi hukum Proust disebut sebagai senyawa non
stoikiometris. Senyawa dengan komposisi isotop yang tidak sama tidak bisa
ditentukan dengan hukum proust. Polimer juga tidak bisa menggunakan
hukum proust karena polimer memiliki rantai yang sangat panjang (Winarni,
2013).
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Timbangan
- Cawan
- Gelas kimia 150 mL
- Pemanas (bunsen)
- Corong
- Gelas ukur 50 m
4.1.2 Bahan
- Logam Cu (lembaran atau kawat)
- NaOH 2 M
- Na2CO3 kristal
- HNO3 pekat
- Akuades
- Kertas saring
4.2 Diagram Alir
Logam Cu (lembaran atau kawat)

-Ditimbang 0,01 g tembaga dan 1,1 g lembaran atau kawat,


dicatat massanya
-Dimasukkan setiap sampel tembaga ke dalam gelas kimia
150 mL, ditambahkan 9 mL HNO3 pekat ke dalam
masing-masing gelas kimia dan tunggu sampai semua
tembaga bereaksi, dicatat perubahan yang terjadi
-Didinginkan dan ditambahkan air 40 mL
-Ditambahkan 50 mL NaOH 2M, dipanaskan campuran
dan diamati perubahan yang terjadi.
-Didinginkan dan disaring endapannya,
-Di keringkan dan dipanas kancawan (30 menit), di
dinginkandan ditentukan massanya
-Ditambahkan 7 g Na2CO3, dipanaskan campuran dan
diamati perubahan yang terjadi.
-Didinginkan dan disaring endapannya, dikeringkan dan
dipanaskan dengan cawan
-Diamati perubahan yang terjadi, dinginkan dan tentukan
massanya.
-Dicatat massa tembaga(II) oksida yang terbentuk

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


Dua sampel tembaga dengan massa 0,01 g dan lembaran atau kawat
bermassa 1,1 g ditimbang setelah itu, catat massa sesungguhnya dengan teliti.
Setiap sampel tembaga dimasukkan ke dalam gelas kimia 150 mL, kemudian
ditambahkan 9 mL HNO3 pekat ke dalam masing-masing gelas kimia dan
dibiarkan sampai semua tembaga bereaksi, setelah bereaksi dicatat perubahan
yang terjadi. Percobaan dilakukan di luar ruangan atau di dalam lemari asam
dan digunakan masker. Campuran dingin dibiarkan, kemudian ditambahkan
40 mL air setelah semua tembaga beraksi. Ditambahkan 50 mL NaOH 2M ke
dalam sampel satu, lalu dipanaskan campuran selama beberapa saat dan
diamati perubahan yang terjadi. Dinginkan dan disaring endapannya, lalu
cawan dikeringkan dan dipanaskan sekitar 30 menit, setelah itu dinginkan dan
ditentukan massanya. Ditambahkan 7 g Na2 CO3, ke dalam sampel yang lain,
kemudian dipanaskan campuran setelah beberapa saat dan diamati perubahan
yang terjadi. Dinginkan dan disaring endapannya, dikeringkan dan dipanaskan
dengan cawan dan diamati perubahan yang terjadi, dinginkan dan tentukan
massanya. Dicatat massa tembaga (II) oksida yang terbentuk.

V. Data dan Perhitungan


5.1 Data dan Perhitungan
Massa awal lempengan Cu 1 = 1,1 gram
Massa awal lempengan Cu 2 = 0,11 gram
HNO3 pekat = 9 mL
NaOH 2M = 50 mL
Akuades = 40 mL

5.2 Lempengan Cu 1,1 gram


Massa kertas saring kosong (M0) = 1,74 gram
Massa kertas saring + CuO (Ma) = 3,27 gram
Massa CuO = (Ma) - (M0)
= 3,27 – 1,74
= 1,53 gram
Massa O dalam CuO = Massa CuO – Massa Cu
= 1,53 – 1,1
= 0,43 gram
Perbandingan massa Cu dan O:
Ar O 16
1. x massa CuO = x 1,53 = 0,3 gram
Mr CuO 79,5
Ar Cu 63,5
2. x massa CuO = x 1,53 = 1,2 gram
Mr CuO 79,5
Massa Cu : Massa O = 1,2 : 0,3
=4:1
massa Cu yang digunakan
Rendemen (Cu) = x 100%
massaCu te o ri
1,1
= x 100%
1,2
= 91,6 %

5.3 Lempengan Cu 0,11 gram


Massa kertas saring kosong (M0) = 1,69 gram
Massa kertas saring + CuO (Ma) = 1,78 gram
Massa CuO = (Ma) - (M0)
= 1,78 – 1,69 = 0,09 gram
Massa O dalam CuO = Massa CuO – Massa Cu
= 0,09 – 0,11 = -0,02
Perbandingan massa Cu dan O:
Ar O 16
3. x massa CuO = x 0,09 = 0,01 gram
Mr CuO 79,5
Ar Cu 63,5
4. x massa CuO = x 0,09 = 0,07 gram
Mr CuO 79,5
Massa Cu : Massa O = 0,07 : 0,01
=7:1
0,11
Rendemen (Cu) = x 100%
0,07
= 157 %
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
Perbandingan %Rendemen Warna
Sampel Massa O
Massa Cu danO (Cu) Endapan
Hitam
1 0,43 4:1 91,6 %
kehijauan
Hitam
2 -0,02 7:1 157 %
kehijauan

6.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran hukum
perbandingan tetap (hukum proust). Praktikum hukum perbandingan tetap
menggunakan 2 sampel yaitu 0,01gram serbuk Cu dan 1,1 gram lempengan
Cu. Cu yang digunakan berwujud padat, berwarna jingga kemerahan,
berbentuk lempengan dan serbuk. Percobaan ini sebaiknya dilakukan di luar
ruangan atau di dalam lemari asam karena menghasilkan gas yang berbahaya
apabila terhirup oleh praktikan.
Langkah awal pada percobaan kali ini yaaitu pertama dengan
mereaksikan logam Cu, baik Cu lempengan maupun serbuk Cu dengan 9 mL
HNO3. Reaksi tersebut memperoleh persamaan sebagai berikut.
3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
HNO3 yang bereaksi dengan lempengan Cu menghasilkan larutan berwarna
biru, sedangkan HNO3 yang direaksikan dengan serbuk Cu menghasilkan
larutan berwarna bening. Hasil dari reaksi antara Cu dengan HNO3 akan
menghasilkan larutan Cu(NO3)2 atau tembaga(II) nitrat, gas nitrogen
monoksida (NO) dan air (H2O).
Langkah kedua yaitu mereaksikan 7 gram Na2CO3 dengan larutan
Cu(NO3)2 yang merupakan hasil dari reaksi pertama (lempengan Cu dengan
HNO3). Reaksi terssebut memperoleh persamaan reaksi sebagai berikut.
Cu(NO3)2(aq) + Na2CO3 (s) CuCO3(s) + NaNO3(aq)
Penambahan larutan Na2CO3 dilakukan untuk memberi suasana basa
pada larutan Cu(NO3)2 yang bersifat asam agar reaksi dapat terus berlangsung.
Reaksi antara Cu(NO3)2 dengan Na2CO3 menghasilkan larutan berwarna biru
pekat dan terbentuk endapan. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga
mendidih proses pemanasan yang dilakukan menyebabkan larutan berubah
menjadi biru kehitaman dari warna awal yaitu biru pekat.
Larutan yang berwarna biru kehitaman kemudian didinginkan dan
disaring endapan yang ada. Endapan yang sudah tebentuk dipanaskan
menggunakan bunsen, kemudian didinginkan kembali dan ditentukan
massanya. Massa endapan yang diperoleh sebesar 1,53 gram dengan warna
biru kehitaman. Massa Oksigen yang diperoleh sebesar 0,3 gram dan massa
tembaga(Cu) sebesar 1,2 gram. Percobaan ini sesuai dengan hukum proust
yang menyatakan bahwa “setiap sampel dalam suatu senyawa memiliki
komposisi unsur-unsur yang tetap".
Langkah ketiga yang harus dilakukan pada praktikum hukum
perbandingan tetap yaitu mereaksikan Cu(NO3)2 hasil dari reaksi serbuk Cu
dan HNO3 dengan 50 mL NaOH 2M. Reaksi tersebut menghasilkan
persamaan reaksi sebagai berikut.
Cu(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)
Penambahan Na2CO3 pada larutan Cu(NO3)2, pereaksian antara Cu(NO3)2
dengan 50 mL NaOH 2M dimaksudkan untuk memberi suasana basa agar
reaksi dapat terus berlangsung. Larutan yang awalnya berwarna bening
berubah menjadi warna biru saat diaduk, serta terbentuk endapan. Larutan
tersebut kemudian dipanaskan hingga mendidih. Proses pemanasan yang
dilakukan menyebabkan larutan yang awalnya berwarna biru berubah
menjadi bening. Larutan yang berwarna bening kemudian didinginkan dan
disaring endapannya. Endapan yang diperoleh dipanaskan menggunakan
bunsen selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dan ditentukan
massanya. Penimbangan menghasilkan massa endapan sebesar 0,09 gram
dengan warna biru kehitaman. Massa Oksigen yang diperoleh sebesar 0,01
gram dan massa tembaga(Cu) sebsesar 0,07 gram. Pengujian ini juga sesuai
dengan hukum proust.
Massa Oksigen yang menghasilkan angka negatif dihipotesiskan mungkin
karena pengaruh kontaminasi dari luar ketika pereaksian Cu(NO3)2(aq) dengan
NaOH(aq) ,yang menghilangkan sebagian kecil kemurian endapan Cu(OH)2(s).
serta terlampau lamanya proses pemanasan larutan ini yang memungkinkan
endapan juga sedikit tereliminasi dalam proporsi yang sangat minimalis.
Massa oksigen yang dihasilkan bernilai negatif didalam tembaga oksida
dipastikan rendemen yang dihasilkan juga rang tepat, karena massa teori dan
massa yang dihasilkan merupakan sebuah parameter besar untuk rendemin
reaksi tersebut
Rendemen relatif yang digunakan sebagai perhitungan efektivitas
prosedur, dihitung dengan membagi jumLah produk yang didapatkan dalam
mol dengan rendemen teoretis dalam mol. Untuk mendapatkan rendemen
persentase, kalikan rendemen fraksional dengan 100%. Satu atau lebih
reaktan dalam reaksi kimia sering digunakan berlebihan. Rendemen
teoritisnya dihitung berdasarkan jumlah mol pereaksi pembatas. Untuk
perhitungan ini, biasanya diasumsikan hanya terdapat satu reaksi yang
terlibat. Nilai rendemen kimia yang ideal (rendemen teoretis) adalah 100%,
sebuah nilai yang sangat tidak mungkin dicapai pada preakteknya.
menghitung persen rendemen yaitu dengan menggunakan persamaan berikut
persen rendemen = berat hasil/berat rendemen dibagi berat sampel dikali
100% (Furnis,2003).
Hasil endapan yang didapat memiliki warna yang sama yaitu identik
hitam, dengan massa yang berbeda. untuk sampel tembaga 0,11 g menyisakan
endapan sebanyak 0,09 g, sedangkan untuk sampel tembaga 1,1 g menyisakan
endapan sebanyak 1,53 g.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan hukum perbandingan tetap yaitu senyawa
tembaga (II) Oksida dapat diperoleh dengan mereaksikan lempengen Cu dan
serbuk Cu dengan HNO3 kemudian masing-masing direaksikan dengan Na2CO3
dan NaOH dengan perbandingan massa yaitu 4:1. Praktikum yang diakukan
sesuai dengan hukum perbandingan tetap yang menyatakan bahwa suatu senyawa
memiliki perbandingan massa unsur-unsur penyusun yang selalu tetap. Hal ini
dibuktikan dengan hasil perlakuan satu hingga tiga yang menunjukkan sampel
dalam suatu senyawa memiliki perbandingan massa unsur-unsur penyusun yang
tetap.
DAFTAR PUSTAKA

Alvian, Z. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press.


Apriliyanti,S. 2015. Kimia Terapan. Purwodadi: Sarnu Untung
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf [Diakses pada 4
Oktober 2021].
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Copper.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/75596.pdf [Diakses pada pada
6 Oktober 2021].
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Nitric Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/75596.pdf [Diakses pada pada
6 Oktober 2021].
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Carbonate.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC22965.pdf [Diakses pada
pada 12 Oktober 2021].
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24350.pdf [Diakses pada
pada 15 Oktober 2021].
Lidyawati, Bukhari, dan Muhammad. 2018. Aplikasi ilmu matemaatikaa dalam
memahami konsep persamaan reaksi kimia. Jurnal Dedikasi Pendidikan.
2(1).
Tupamahu. 2001. Kimia Dasar. Bandung: PT. Citra Aditia Bakti.
Winarni, S., A,Ismayani., dan Fitriyani. 2013. Kesalahan Konsep Materi
Stoikiometri yang Dialami Siswa SMA. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA.
14(1)
Yusuf.2011. Stoikiometri. Jakarta:PT.Gramedia. Medan Anggara.
LAMPIRAN PENGAMATAN

Massa tembaga pada sampel 1 dan sampel 2


Perbandingan Sampel 1 Sampel 2
Massa tembaga 1,1 gram 0,01 gram

Perubahan yang terjadi pada reaksi tembaga dengan HNO3 :

→Larutan yang awalnya berwarna bening mengalami perubahan warna menjadi


biru dan timbul gelembung yang menghasilkan gas NO2 yang mempunyai bau
menyengat dan beracun.

Perubahan yang terjadi pada penambahanNaOH :

→Larutan berisi serbuk Cu dan HNO3 yang awalnya berwarna bening setelah
ditambahkan larutan NaOH mengalami perubahan warna menjadi biru muda atau
biru bening.

Perubahan yang terjadi pada penambahan Na2CO3 dan selama pemanasan


hasil reaksi :

→Larutan yang awalnya berwarna biru muda setelah ditambahkan Na 2CO3 dan
dilakukan pemanasan, didapatkan endapan yang kemudian endapan tersebut
dipanaskan sekali lagi hingga didapatkan hasil akhir CuO yang berwarna biru
kehitaman pekat.

Massa tembaga (II) oksida yang terbentuk


Perbandingan Sampel 1 Sampel 2
Massa tembaga 1,53 gram 0,09 gram
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai