Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

HUKUM PERBANDINGAN TETAP

Oleh
Nama : Aisyalathifa Widayanti
NIM : 201910801032
Kelas/Kelompok : Teknik Perminyakan/3
Asisten : Febrina Iffa Ariqoh

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Hukum Perbandingan Tetap
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan senyawa tembaga (II) oksida dari logam tembaga
2. Mempelajari hukum perbandingan tetap
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 NaOH
NaOH merupakan rumus kimia dari senyawa natrium hidroksida.
Sifat fisik dan sifat kimia senyawa ini diantaranya yaitu berbentuk padat,
berwarna putih, tidak berbau, memiliki pH>14, memiliki titik lebur
sebesar 319-322°C dan titik didih sebesar 1.390°C, serta memiliki
densitas sebesar 2,13 g/cm³ pada suhu 20°C. Natrium hidroksida dapat
menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan pada mata apabila
terjadi kontak langsung (Smartlab, 2020).
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terhirup yaitu
segera pergi ke ruangan terbuka dan menghirup udara segar, apabila
napas terhenti segera berikan napas buatan secara mekanik dan berikan
masker oksigen jika mungkin. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan
apabila terjadi kontak dengan mata adalah melepaskan lensa kontak
apabila menggunakannya, segera membilas dengan air mengair
sebanyak-banyaknya, serta segera menghubungi dokter atau pihak medis.
Pertolongan pertama apabila terjadi kontak dengan kulit adalah membilas
dengan air mengalir sebanyak-banyaknya dan segera menghubungi pihak
medis apabila terjadi iritasi lebih lanjut. Pertolongan pertama apabila
tertelan adalah memberi air minum paling banyak dua gelas dan jika
pertolongan tidak tersedia dianjurkan rangsang untuk muntah, menelan
karbon aktif, serta konsultasi dengan dokter sesegera mungkin (Smartlab,
2020).
3.1.2 Na₂CO₃
Na₂CO₃ merupakan rumus kimia dari senyawa natrium karbonat.
Sifat fisik dan sifat kimia senyawa ini diantaranya adalah wujudnya
berupa serbuk, berwarna putih, tidak memiliiki bau, memiliki pH 11,16
pada suhu 25°C, memiliki titik didih sebesar 300°C dan titik lebur
sebesar 854°C, serta memiliki densitas sebesar 2,53 g/cm³ pada suhu
20°C. Natrium karbonat dapat menyebabkan iritasi mata yang serius
apabila terjadi kontak dengan mata. Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan apabila terjadi kontak dengan mata adalah melepaskan lensa
kontak apabila menggunakannya, segera membilas dengan air mengair
sebanyak-banyaknya, serta segera menghubungi dokter atau pihak medis
(Smartlab, 2020).
3.1.3 HNO₃
HNO₃ merupakan rumus kimia dari senyawa kimia asam nitrat. Sifat
fisik dan sifat kimia senyawa ini diantaranya adalah berwujud cair,
baunya menyebabkan pedih, tidak berwarna, memiliki pH<1, memiliki
titik didih sebesar 122°C dan titik lebur sebesar -41°C, serta densitasnya
sebesar 1,41 g/cm³ pada suhu 20°C. Asam nitrat dapat menyebabkan
kulit terbakar dan kerusakan mata apabila terjadi kontak langsung.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi kontak dengan
mata adalah melepaskan lensa kontak apabila menggunakannya, segera
membilas dengan air mengair sebanyak-banyaknya, serta segera
menghubungi dokter atau pihak medis. Pertolongan pertama apabila
terjadi kontak dengan kulit adalah segera menanggalkan pakaian yang
terkontaminas, membilas dengan air mengalir sebanyak-banyaknya dan
segera menghubungi pihak medis apabila terjadi iritasi lebih lanjut
(Smartlab, 2020).
3.1.4 Akuades
Akuades atau yang biasa disebut air murni dengan rumus kimia H₂O.
Sifat fisik dan sifat kimia senyawa ini diantaranya merupakan senyawa
dengan pH netral pada suhu 20°C, memiliki wujud cair, tidak berwarna,
tidak berbau, memiliki titik didih sebesar 100°C dan titik beku sebesar
0°C, serta memiliki densitas 1,00 g/cm³ pada suhu 20°C. Akuades tidak
mengandung bahan berbahaya menurut Peraturan (EC) No. 1907/2006
(Smartlab, 2020).
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Stoikiometri
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu “stoiceon” yang
berarti unsur dan “matrein” yang berarti mengukur. Stoikiometri dapat
diartikan mengukur unsur-unsur partikel atom ion maupul molekul yang
terdapat dalam suatu unsur atau senyawa yang terlibat dalam sebuah
reaksi kimia. Stoikiometru merupakan cabang ilmu yang mempelajari
dan menghitung hubungan kuantitatif suatu reaktan dan produk dalam
reaksi kimia yang berlandaskan pada hukum-hukum dasar dan persamaan
reaksi (Ahmad, 1985).
Menurut Brady (1986) stoikiometri reaksi merupakan suatu
penentuan perbadingan massa dari unsur-unsur dalam senyawa pada
bentuk senyawanya. Dalam perhitungan kimia secara stoikiometri
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum-hukum dasar
tersebut diantaranya seperti hukum Boyle, hukum Proust, dan hukum
Lavoister.
3.2.2 Hukum-hukum Kimia
Menurut Hizkia (1991) hukum kimia merupakan hukuum alam yang
relevan dengan ilmu pengetahuan di bidang kimia. Konsep paling dasar
dalam ilmu kimia yaitu hukum konvensional massa. Hukum tersebut
menyatakan bahwa saat reaksi kimia biasa tidak terjadi perubahan
kuantitas materi.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :
a) Hukum Boyle
Hukum Boyle mendeskripsikan hubungan proporsi antara suatu
tekanan absolut dengan volume udara. Pada tahun 1662, Boyle
menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang
apabila dipanaskan. Sehingga dirumuskan hukum Boyle sebagai
berikut : “Apabila suhu tetap, volume gas dalam suatu ruangan
tertutup berbanding terbalik dengan tekanannya” (Annisa, 2008).
b) Hukum Perbandingan Tetap
Hukum perbandingan tetap berbunyi bahwa, “Perbandingan
massa unsur-unsur dalam senyawa adalah tetap”. Pada tahun 1799
Josips Lovis Proust melakukan eksperimen terhadap berbagai
senyawa. Dari percobaan tersebut diperoleh fakta bahwa
perbandingan jumlah dan susunan dari unsur-unsur yang berbentuk
senyawa tidak tergantung dari asal-usul senyawa tersebut maupun
bagaimana cara memperoleh senyawa tersebut. Hukum perbandingan
tetap dapat juga disebut sebagai Hukum Proust. Hukum Proust
memiliki keunggulan, yaitu apabila diketahui massa suatu senyawa
atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut maka
unsur lamanya dapat ketahui (Tupamahu, 2001).
c) Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa berbunyi bahwa “massa zat sebelum
dan sesudah reaksi selalu sama”. Hukum kekekalan massa atau yang
biasa dikenal Hukum Lavoiser merupakan suatu hukum kimia yang
menyatakan bahwa massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut.
Hukum kekekalan massa memiliki prinsip yang mirip dengan hukum
kekekalan energu dmana energi hanya dapat berubah bentuknya tanpa
diciptakan atau dihapuskan (Annisa, 2008).
d) Hukum Gay Lussac
Hukum Gay Lussac berbunyi “Dalam suatu reaksi kimia gas
yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding lurus
dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai
bilangna bulat dan sederhana”. Hukum ini menyatakan bahwa
volume gas sangat kecil dibandingkan dengan volume ruang yang
ditempati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume gas sebanding
dengan jumlah molekul gas dalam ruang tersebut (Annisa, 2008).
e) Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum Boyle-Gay Lussac berbunyi “Bagi suatu kuantitas berat
dari suaru gas ideal, hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi
dengan temperatur mutlaknya adalah konstan”. Hukum ini
merupakan gabungan dari hukum Boyle dan hukum Gay Lussac.
Hukum ini menyatakan bahwa untuk massa tertentu dan volume
konstan suatu gas ideal, tekanan yang diberikan pada sisi ruangnya
berbanding lurus dengan suhu absolut (Annisa, 2008).
f) Hukum Kelipatan Perbandingan
Hukum kelipatan perbandingan berbunyi “Jika dua unsur
membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari
unsur satu yang bersenyawa dengan unsur lain yang tertentu
massanya maka perbandingan massa antar unsur tersebut adalah bulat
dan sederhana”. Hukum kelipatan perbandingan atau yang disebut
juga hukum Dalton memiliki pengecualian dalam kondisi tertentu,
seperti pada sneyawa-senyawa polimer. Selain itu senyawa non
stoikiometrik oligomer juga tidak dapat menggunakan hukum ini,
atau bisa disebut masuk ke dalam kategori pengecualian (James,
1990).
g) Hukum Avogadro
Hukum Avogadro berbunyi “Gas-gas yang memiliki volume
sama, pada temperatur dan tekanan yang sama memiliki jumpah
partikel yang sama pula”. Hukum ini menjelaskan bahwa jumlah
molekul atau atom dalam suatu volume gas tidak bergantung pada
ukuran atau massa dari molekul gas, artinya gas ideal berbanding
lurus dengan molekul gas pada wadah. Sehingga dihasilkan volue
molar gas pada STP yaitu 22,4 L (Annisa, 2008).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Timbangan
- Cawan
- Gelas ukur 150 mL
- Pemanas (Bunsen)
- Corong
- Gelas ukur 50 mL
4.1.2 Bahan
- Logam Cu (lembaran atau kawat)
- NaOH 2M
- Na₂CO₃ kristal
- HNO₃ pekat
- akuades
- kertas saring
4.2 Skema Kerja
Cu+Akuades+HNO₃+
NaOH+Na₂CO₃

- Ditimbang dua sampel dari sekitar 0,01 gram tembaga


dan 1,1 gram berupa lembaran atau kawat
- Dicatat massa sesungguhnya lalu dimasukkan setiap
sampel tembaga ke dalam gelas kimia 150 mL
- Ditambahkan 9 mL HNO₃ pekat ke dalam masing-
masing gelas kimia dan dibiarkan sampai semua tembaga
- Dicatat perubahan yang terjadi
- Dilakukan di luar ruangan atau di dalam lemari asam dan
digunakan masker
- Ditambahkan 50 mL NaOH 2M ke dalam sampel yang
satu yang sudah didinginkan dan ditambah 40mL
akuades
- Dipanaskan campuran selama beberapa saat dan diamati
perubahan yang terjadi
- Didinginkan campuran lalu disaring endapannya
- Dikeringkan dan dipanaskan cawan selama kurang lebih
30 menit
- Didinginkan dan ditentukan massanya
- DitambahkanNa₂CO₃ sebanyak 7gram ke dalam sampel
yang lain
- Dipanaskan campuran selama beberapa saat, lalu diamati
perubahan yang terjadi
- Didinginkan campuran dan disaring endapannya
- Dikeringkan dan dipanaskan dengan cawan
- Diamati perubahan yang terjadi lalu dinginkan dan
ditentukan massanya

Hasil
4.3 Prosedur Kerja
Dua sampel dari sekitar 0,01 gram tembaga dan 1,1 gram berupa
lembaran atau kawat ditimbang. Dicatat massa sesungguhnya lalu
dimasukkan setiap sampel tembaga ke dalam gelas kimia 150 mL.
Ditambahkan 9 mL HNO₃ pekat ke dalam masing-masing gelas kimia dan
dibiarkan sampai semua tembaga. Dicatat perubahan yang terjadi. Percobaan
dilakukan di luar ruangan atau di dalam lemari asam dan digunakan masker.
Campuran dibiarkan dingin setelah semua tembaga bereaksi, kemudian
ditambahkan 40 mL akuades. Ditambahkan 50 mL NaOH 2M ke dalam
sampel yang satu. Dipanaskan campuran selama beberapa saat dan diamati
perubahan yang terjadi. Didinginkan campuran lalu disaring endapannya.
Dikeringkan dan dipanaskan cawan selama kurang lebih 30 menit. Kemudian
didinginkan dan ditentukan massanya.
Na₂CO₃ sebanyak 7gram ditambahkan ke dalam sampel yang lain.
Dipanaskan campuran selama beberapa saat, lalu diamati perubahan yang
terjadi. Didinginkan campuran dan disaring endapannya. Kemudian
dikeringkan dan dipanaskan dengan cawan. Diamati perubahan yang terjadi
lalu dinginkan dan ditentukan massanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia.1985. Kimia Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.


Brady, J.E. dan Humiston.1986. General Chemistry. New York: John Willey and
Sons.
Hiskia, A. dan Tupamahu.1991. Stoikiometri Energi Kimia. Bandung: ITB Press.
Syabatini, Annisa.2008. Kimia Dasar. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Tupamahu.2001. Kimia Dasar. Bandung : PT. Citra Aditia Bakti.
Smartlab.2019.Material Safety Data Sheet Aquades [secara online].
www.smartlab.co.id diakses pada 16 November 2020.
Smartlab.2019.Material Safety Data Sheet Sodium Carbonate [secara online].
www.smartlab.co.id diakses pada 16 November 2020.
Smartlab.2019.Material Safety Data Sheet Sodium Hydroxide [secara online].
www.smartlab.co.id diakses pada 16 November 2020.
Smartlab.2019.Material Safety Data Sheet Sodium Nitrate [secara online].
www.smartlab.co.id diakses pada 16 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai