PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum ohm sebelumnya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidaklain ialah
devenisi hambatan, yakni V = I R . Sering hubungan ini dinamai hokumOhm. Akan
tetapi Ohm juga menyatakan bahwa R adalah suatu konstanta yangtidak bergantung
pada V maupun I. Bagian kedua hukum Ohm ini tidaksepenuhnya benar. Hubungan V
= I R dapat diterapkan pada resistor apa saja,dimana V adalah beda potensial antara
kedua ujung hambatan, dan I adalaharus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R
adalah hambatan resistor tersebut(Bueche, 1994).
Hambatan dalam suatu penghantar terhadap aliran muatan disebabkanoleh
benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang bergerak denganatom-atom
stasioner. Bila beda potensi diterapkan sepanjang kawat medanelektrik yang
ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap electron di dalam kawat(Cromer,1994).
Hukum Ohm berbunyi “Kuat arus yang mengalir dalam suatupenghantar
(hambatan) besarnya sebanding dengan beda potensial (tegangan)antara ujung-ujung
penghantar tersebut”. Pernyataan tersebut dapat dituliskansebagai berikut yaitu I ~ V .
Hukum Ohm dicetuskan oleh Georg Simon Ohm,seorang fisikawan Jerman tahun
1825 (Anonymous,2007).
Listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari hari. Dalam listrik sendiri terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi listrik itu sendiri, yaitu seperti tahanan, arus, tegangan dan lain lain.
Dalam kehidupan sehari hari pun kita juga sering didengarkan dengan yang namanya
hambatan, arus dan tegangan, namun kita sering tidak pernah mengerti apakah yang
sebenarnya dimaksud dengan hambatan, arus dan tegangan.
Hambatan listrik merupakan suatu hambatan pada rangkaian yang nantinya dapat
menghambat arus listrik yang mengalir. Semakin besar hambatan yang mengalir pada
suatu rangkaian dan pada suatu variable V (tegangan yang tetap), maka arus yang
mengalir pada rangkaian pun juga makin kecil.
Rangkaian Listrik adalah suatu hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik
lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat
listrik, maka rangkaian listrik tersusun dengan tiga cara, yaitu: rangkaian seri,
rangkaian paralel, dan rangkaian campuran. Rangkaian seri adalah rangkaian alat-alat
listrik yang disusun berurut tanpa cabang.
1.3 Tujuan
Praktikum mengenai hukum ohm dan rangkaian seri paralel kali ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik Hukum Ohm
2. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang
dan tak bercabang
1.4 Manfaat
Penerapan konsep yang terdapat pada hukum ohm ialah digunakan untuk
rangkaian seri dan paralel. Rangkaian seri dan paralel sendiri banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari rangkaian seri terdapat pada lampu pohon
natal, kulkas, sakelar,maupun setrika listrik yang memiliki kontrol temperatur. Contoh
dari rangkaian paralel terjadi saat bermotor dan distribusi listrik PLN ke rumah-rumah.
Keuntungan dalam pemakaian rangkaian seri maupun paralel berbeda-beda, saat
kondisi komponen listrik pada rangkaian per setiap lampu berpijar tidak sama terang
kalau rangkaian paralel berpijar sama terang per setiap lampunya. Keuntungan yang
lain terlihat dari rangkaian paralel yaitu saat salah satu lampu padam, lampu yang
lainnya tetap menyala, berbeda dengan rangkaian seri yang salah satunya lampu mati
atau padam, akan membuat lampu llainnya ikut mati.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
V= I X R
Keterangannya :
I= Arus yang mengalir pada pengantar (Ampere)
V = Tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar (volt)
R = Hambatan pada penghantar (ohm)
V= V1+V2+V3=I.R1+I.R2+I.R3
Rs = R1 + R2 + R3
Gambar 3.1
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
Keterangan :
1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Voltmeter (Pilih meter dasar menjadi voltmeter)
Gambar 3.2
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
Keterangan :
1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Amperemeter (Pilih meter dasar menjadi amperemeter)
Gambar 3.3
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
Gambar 3.4
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
Gambar 3.5
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
3.3.3 Percobaan 3 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang
Rangkaian Seri
1. Disusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4a. Digunakan resistor 4,7 Ω dan 47 Ω.
Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Dihubungkan rangkaian dengan Amperemeter dengan batas ukur 1A pada posisi
a.
3. Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 9 VDC.
4. Ditutup saklar. Dibaca nilai kuat arus listrik (Ia) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Dibuka saklar, dilindah amperemeter pada posisi b, ditutup saklar dan baca nilai
kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter. Dicatat pada tabel pengamatan.
6. Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi c, baca nilai kuat arus listrik
yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Dibuka saklar. Diubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 4b.
8. Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Dipasang voltmeter pada posisi a sesuai yang ditunjukkan Gambar 4b.
10. Ditutup saklar, baca nilai tegangan Va dan catat pada tabel pengamatan.
11. Dibuka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di b dan c.
Catat
hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi seri
dari
resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
Rangkaian Paralel
1. Disusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4a. Digunakan resistor R1 4,7 Ω dan
R2=47 Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Dihubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 100mA pada
posisi a.
3. Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 3 VDC.
4. Ditutup saklar. Bacal nilai kuat arus listrik (I) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Dibuka saklar, dipindah amperemeter pada posisi a, tutup saklar dan baca nilai
kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter.Catat pada tabel pengamatan.
6. Dibuka saklar, dipndahk amperemeter pada posisi b, baca nilai kuat arus listrik
yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Dibuka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.4b.
8. Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Dipasang voltmeter pada posisi V sesuai yang ditunjukkan Gambar 8b.
10. Ditutup saklar, baca nilai tegangan V dan catat pada tabel pengamatan.
11. Dibuka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di a dan b.
Catat
hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi paralel
dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
3.4 Analisa Data
3.4.1 Percobaan 1. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
E Sumber
(Volt) I (Ampere) V (Volt) I nst V nst ∆I ∆V
E Sumber
(Volt) R (Ω) I (Ampere) V(Volt) I nst V nst ∆I ∆V
E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) Ia (A) Ib (A) Ic (A) X ∆X I% K% AP
b. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi seri resistor R₁ (Ω)=
47Ω, R₂ (Ω)= 56Ω, R₃ (Ω)= 100Ω
E
(Volt R₁ R₂ R₃ Ia
) (Ω) (Ω) (Ω) (A) Ib (A) Ic (A) Id(A) X ∆X I% K% AP
E
(Volt R₁ R₂ R₃ Va Vb Vd
) (Ω) (Ω) (Ω) (V) (V) Vc (V) (V) X ∆X I% K% AP
E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) X ∆X I% K% AP
E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) V (V) Va (V) Vb (V) X ∆X I% K% AP
b. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi paralel resistor R₁ =
47Ω, R₂ = 56Ω, R₃ =100Ω
E R₁ R₂ R₃
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) I (A) X ∆X I% K% AP
E R₁ R₂ R₃ Va Vb
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) V (V) (V) (V) Vc(V) X ∆X I% K% AP
3.4.4 Ralat
Ralat yang diperoleh sebagai berikut :
1. 𝑋 = (∑(𝑥1+𝑥2+⋯+𝑥𝑛) 𝑛
2. ∆𝑋 = 1 𝑛𝑠𝑡 atau ∆𝑋 = √𝑥(𝑥−𝑥̅+4
2 (𝑛−1)
3. I=∆𝑋×100% 𝑋
4. K=100%−1
5. AP = 1 − log(∆𝑋)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Percobaan 1. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
E Sumber
(Volt) I (Ampere) V (Volt) I nst V nst ∆I ∆V
E Sumber
(Volt) R (Ω) I (Ampere) V(Volt) I nst V nst ∆I ∆V
E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) Ia (A) Ib (A) Ic (A) X ∆X I% K% AP
b. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi seri resistor R₁ (Ω)=
47Ω, R₂ (Ω)= 56Ω, R₃ (Ω)= 100Ω
E
(Volt R₁ R₂ R₃ Ia
) (Ω) (Ω) (Ω) (A) Ib (A) Ic (A) Id(A) X ∆X I% K% AP
9 47 56 100 0,053 0,053 0,054 0,055 0,05 0,001 0,021 99,978 2,66
E
(Volt R₁ R₂ R₃ Va Vb Vd
) (Ω) (Ω) (Ω) (V) (V) Vc (V) (V) X ∆X I% K% AP
9 47 56 100 9,42 2,2 2,64 4,64 4,725 3,31 0,70 99,30 1,169
E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) X ∆X I% K% AP
E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) V (V) Va (V) Vb (V) X ∆X I% K% AP
E R₁ R₂ R₃
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) I (A) X ∆X I% K% AP
9 47 56 100 0,2 0,12 0,12 0,078 0,13 0,05 0,39 99,61 1,40
E R₁ R₂ R₃ Va Vb
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) V (V) (V) (V) Vc(V) X ∆X I% K% AP
9 47 56 100 3,3 3,24 3,22 3,22 3,25 0,034 0,01 99,99 2,98
4.2 Pembahasan
Rangkaian seri adalah rangkaian listrik yang terdiri dari hanya satu jalur untuk
melewatkan arus. Sehingga jika salah satu lampu dimatikan, maka lampu yang lain
akan mati juga. Sedangkan rangkaian paralel adalah rangkaian listrik yang terdiri dari
lebih dari satu jalur untuk melewatkan arus. Sehingga jika salah satu lampu dimatikan,
maka lampu sayang lainnya tetap hidup.
Variasi hambatan pada percobaan kali ini berfungsi untuk makin besar resistansi atau
hambatan dalam rangkaian, makin kecil arus yang mengalir.Begitu pula sebaliknya,
jika sumber daya yang diberikan terlalu besar, maka beban juga harus mampu
menerima daya yang besar. Jika beban menerima daya diatas kemampuannya, maka
dapat terjadi kerusakan komponen pada alat tersebut (overload). Jika arus yang
mengalir pada rangkaian terlalu besar untuk dapat diterima beban, maka dipakai satu
komponen listrik yang bernama resistor. Resistor merupakan salah satu komponen
listrik yang menyebabkan tegangan listrik turun.
Perbandingan hasil antara tegangan dengan kuat arus adalah sama. Apabila besar
tegangan meningkat maka kuat arus ikut meningkat. Pada saat nilai hambatan tetap,
besar kuat arus tidak tetap karena terdapat hambatan yang mempengaruhi besar kuat
arus. Besar kuat arus berbading terbalik dengan hambatan, hal ini terlihat pada hasil
praktikum dimana pada hambatan 100 Ω besar kuat arus lebih kecil daripada kuat
aruspada hambatan 47Ω. Besar tegangan berbanding lurus dengan kuat arus pada saat
resistor yang sama. Berdasarkan matematis hukum Ohm dapat diformulasikan
dengan :
V=IR
Berdasarkan hasil pecobaan diperoleh pada rangkaian seri besar kuat arus yang
didapatkan pada setiap titik adalah sama. Besar tegangan yang diperoleh pada setiap
posisi memiliki nilai yang berbeda, dimana nilai tersebut semakin kecil. Besar
tegangan yang mengalir pada rangkaian seri bergantung pada besar hambatan pada
rangkaian. Pada rangkaian paralel besar tegangan pada setiap posisi adalah sama,
sedangkan besar arus pada setiap posisi adalah berbeda. Arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut terbagi pada resistor yang terpasang pada rangkaian. Besar arus
yang mengalir pada setiap resistor bergantung pada nilai hambatan yang dipasang
pada rangkaian tersebut.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum Hukum Ohm dan rangkaian seri-
paralel adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Hukum Ohm adalah kuat arus yang mengalir besarnya sama dengan
tegangan. Hambatan berpengaruh terhadap kuat arus listrik yang dihasilkan, semakin
besar hambatannya maka arus yang dihasilkna semakin kecil.
2. Karakteristik dari rangkaian seri adalah arus yang mengalir pada masing masing
posisi adalah sama, sedangkan tegangan bergantung pada jumlah hambatan. Pada
rangkaian paralel tegangan pada masing masing beban listrik sama dengan tegangan
sumber, sedangkan arus yang mengalir pada masing cabang bergantung pada besar
hambatan.
5.2 Saran
Pada praktikum Hukum Ohm ini praktikan harus memahami materi yang akan
dipraktikan atau dilakukan pada saat percobaan, sehingga tidak terjadi kesalahan saat
praktikum. Pada saat menggunakan voltmeter dan amperemeter lebih diperhatikan
supaya hasil yang didapatkan dapat sesuai. Lebih berhati hati saat menggunaka catu
daya supaya tidek kesetrum saat menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Durbin.2005.Rangkaian Listrik.Jakarta:Erlangga.
Purwandari, E.2013.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember:Universitas Jember
Tim Penyusun.2021.Modul 2 HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL.
Jember:Universitas Jember.
Chris, O., & Ganeri, A. (2003). Ensiklopedi Mini Sains. Jakarta: Erlangga.
Young, Hugh D.1999.Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2.Solo:Erlangga.