Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum ohm sebelumnya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidaklain ialah
devenisi hambatan, yakni V = I R . Sering hubungan ini dinamai hokumOhm. Akan
tetapi Ohm juga menyatakan bahwa R adalah suatu konstanta yangtidak bergantung
pada V maupun I. Bagian kedua hukum Ohm ini tidaksepenuhnya benar. Hubungan V
= I R dapat diterapkan pada resistor apa saja,dimana V adalah beda potensial antara
kedua ujung hambatan, dan I adalaharus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R
adalah hambatan resistor tersebut(Bueche, 1994).
Hambatan dalam suatu penghantar terhadap aliran muatan disebabkanoleh
benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang bergerak denganatom-atom
stasioner. Bila beda potensi diterapkan sepanjang kawat medanelektrik yang
ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap electron di dalam kawat(Cromer,1994).
Hukum Ohm berbunyi “Kuat arus yang mengalir dalam suatupenghantar
(hambatan) besarnya sebanding dengan beda potensial (tegangan)antara ujung-ujung
penghantar tersebut”. Pernyataan tersebut dapat dituliskansebagai berikut yaitu I ~ V .
Hukum Ohm dicetuskan oleh Georg Simon Ohm,seorang fisikawan Jerman tahun
1825 (Anonymous,2007).
Listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari hari. Dalam listrik sendiri terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi listrik itu sendiri, yaitu seperti tahanan, arus, tegangan dan lain lain.
Dalam kehidupan sehari hari pun kita juga sering didengarkan dengan yang namanya
hambatan, arus dan tegangan, namun kita sering tidak pernah mengerti apakah yang
sebenarnya dimaksud dengan hambatan, arus dan tegangan.
Hambatan listrik merupakan suatu hambatan pada rangkaian yang nantinya dapat
menghambat arus listrik yang mengalir. Semakin besar hambatan yang mengalir pada
suatu rangkaian dan pada suatu variable V (tegangan yang tetap), maka arus yang
mengalir pada rangkaian pun juga makin kecil.
Rangkaian Listrik adalah suatu hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik
lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat
listrik, maka rangkaian listrik tersusun dengan tiga cara, yaitu: rangkaian seri,
rangkaian paralel, dan rangkaian campuran. Rangkaian seri adalah rangkaian alat-alat
listrik yang disusun berurut tanpa cabang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah mengenai praktikum hukum ohm dan rangkaian seri
paralel adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan antara hambatan pada rangkaian seri dan paralel dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang sesuai data yang didapat?
2. Apa fungsi dari variasi pada hambatan pada percobaan ini?
3. Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang
dan tak bercabang

1.3 Tujuan
Praktikum mengenai hukum ohm dan rangkaian seri paralel kali ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik Hukum Ohm
2. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang
dan tak bercabang

1.4 Manfaat
Penerapan konsep yang terdapat pada hukum ohm ialah digunakan untuk
rangkaian seri dan paralel. Rangkaian seri dan paralel sendiri banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari rangkaian seri terdapat pada lampu pohon
natal, kulkas, sakelar,maupun setrika listrik yang memiliki kontrol temperatur. Contoh
dari rangkaian paralel terjadi saat bermotor dan distribusi listrik PLN ke rumah-rumah.
Keuntungan dalam pemakaian rangkaian seri maupun paralel berbeda-beda, saat
kondisi komponen listrik pada rangkaian per setiap lampu berpijar tidak sama terang
kalau rangkaian paralel berpijar sama terang per setiap lampunya. Keuntungan yang
lain terlihat dari rangkaian paralel yaitu saat salah satu lampu padam, lampu yang
lainnya tetap menyala, berbeda dengan rangkaian seri yang salah satunya lampu mati
atau padam, akan membuat lampu llainnya ikut mati.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum OHM


Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hukum ohm.
Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada 19
tahun 1820. The Galvanic Circuit Intestigated Mathematically. Prinsip Ohm ini adalah
besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metalpada rangkaian,
Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara
tegangan, arus dan hambatan yang saling berhubungan E = I.R, I = E / R , R = I / E.
Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I. Hambatan dinyatakan dengan ohm,
bersimbol V atau E (Wheeler, 2004).
Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik
(Purwoko, 2007).
Rumus matematis Hukum Ohm di ekspresikan dengan persamaan :

V= I X R
Keterangannya :
I= Arus yang mengalir pada pengantar (Ampere)
V = Tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar (volt)
R = Hambatan pada penghantar (ohm)

Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah rangkaianpenghantar


mampu dialiri electron bebas secara terus-menerus. Aliran yangterus-menerus ini
yang disebut dengan Arus. Hukum Ohm adalah suatupernyataan bahwa besar arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi
hukum Ohm apabila resistensinya tidak bergantung terdapat besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya (Douglas,2001).
2.2 Rangkaian Seri
Rangkaian Seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara sejajar
(seri). Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap satuan waktu adalah sama di
sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir tiap satuan waktu adalah besaran
kuat arus, sehingga kita mendapati sifat yang khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat
arus di sepanjang rangkaian adalah sama.”
Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu daya
lewat satu rangkaian. Rangkaian listrik seri adalah suatu rangkaian listrik, di mana
input suatu komponen berasal dari output komponen lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan rangkaian listrik seri dapat menghemat biaya (digunakan sedikit kabel
penghubung).
Rumus matematis untuk rangkaian seri, yaitu:

V= V1+V2+V3=I.R1+I.R2+I.R3

Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) dirumuskan:


V =I.Rs
Disubstitusikan persamaan didapat perumusan :

Rs = R1 + R2 + R3

Persamaan Rs = R1 + R2 + R3, menunjukkan bahwa besar hambatan total pengganti


pada rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada tiap resistor. Rangkaian
paralel disebut juga rangkaian yang berjajar. Rangkaian paralel berbeda dengan
rangkaian seri, dikarenakan pada rangkaian paralel resistor, arus dari sumber terbagi
menjadi cabang-cabang terpisah. Contohnya alat-alat listrik pada rumah-rumah, jika
salah satu hubungan suatu alat diputus, maka arus yang mengalir pada komponen
yang lain tidaklah putus. Rangkaian seri sendiri jika salah satu komponen arusnya
terputus, maka arus ke komponen yang lain juga berhenti. Rumus matematis suatu
hambatan total pengganti pada susunan paralel resistor (Rp), yaitu :
1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

2.3 Rangkaian Paralel


Rangkaian paralel ini juga memakai Hukum Kirchoff 1 yang menyatakan bahwa
arus total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut, rumus
matematisnya yaitu :
I = I1 + I2 + I3
Rangkaian campur adalah campuran rangkaian seri dan paralel, kalau dilihat dari
jalannya arus dan tegangan pada rangkaian gabungan itu juga mengikuti Hukum
Kirchoff 1 dengan cara menyelesaikan satu susunan rangkaian, setelah itu
menyelesaikan susunan rangkaian yang lain. Arus yang mengalir pada resistor yang
disusun secara seri nilainya sama namun tegangnnya berbeda, kalau resistor yang
disusun secara paralel aeus yang mengalir pada setiap resistor berbeda,
namun tegannya sama.
Hasil pengukuran beda potensial resistor R1, R2 dan R3 memiliki nilai yang
berbeda yang disusun secara seri, namun jika diukur arus yang melewati ketiga
resistor maka memperolehkan pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika resistor
disusun secara paralel, akan diperoleh hasil pengukuran yang berbeda,
namunpengukuran tegangan pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan besar
suatu nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Susunan seri
resistor berfungsi sebagai pembagi tegangn yang berarti jika tegangan pada setiap
resistor dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber kalau
pada susunan paralel resistor yang berfungsi sebagai pembagi arus yang berarti jika
kuat arus listrik yang melewati setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang
sama dengan arus total sebelum titik percabangan(Herman, 2014).
BAB 3
METODE ANALISIS

3.1 Desain Eksperimen


Desain eksperimen dari praktikum hukum Ohm rangkaian seri dan paralel, yaitu :

Gambar 3.1
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)

Keterangan :
1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Voltmeter (Pilih meter dasar menjadi voltmeter)

Gambar 3.2
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
Keterangan :
1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Amperemeter (Pilih meter dasar menjadi amperemeter)

Gambar 3.3
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)

Gambar 3.4
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)
Gambar 3.5
(Sumber : Tim Penyusun, 2021)

3.2 Variabel Eksperimen


Variabel eksperimen praktikum hukum Ohm rangkaian seri dan paralel, yaitu :
1. Variabel bebas pada praktikum hukum Ohm rangkaian seri dan paralel adalah
pemberian perlakuan berbeda pada posisi rangkaian. Variabel bebas lainnya juga
ada, yaitu resistor, tegangan, dan arus listrik pada rangkaian.
2. Variabel terikan pada praktikum hukum Ohm rangkaian seri dan paralel adalah
intensitas cahaya lampu yang dilihat berdasarkan terang – redupnya. Variabel
terikat laiannya, yaitu arus keluar dan tegangan keluar yang ada pada rangkaian
listrik.
3. Variabel kontrol pada praktikum ini adalah penggunaan catu daya.

3.3 Prosedure Eksperimen


3.3.1 Percobaan 1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
1. Disusun rangkaian listrik seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.1
2. Dihubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).
Dipilih tegangan pada skala 3 V.
3. Dipilih voltmeter pada skala 10 VDC.
4. Ditutuplah/dihidupkan saklar. Diamati besar tegangan pada voltmeter kemudian
catat pada
Tabel.
5. Dibuka/dimatikan saklar. Dibah tegangan pada catu daya menjadi 6 VDC.
Dilakukan
kembali langkah 4.
6. Diubah rangkaian pada Gambar 3.1 menjadi seperti Gambar 3.2
7. Dihubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).
Dipilih tegangan pada skala 3 V.
8. Dipilih amperemeter pada skala 5 ADC.
9. Ditutuplah/dihidupkan saklar. Diamati besar kuat arus pada amperemeter
kemudian catat
pada Tabel.
10. Dibukalah/dimatikan saklar. Diubah tegangan pada catu daya menjadi 6 VDC.
Dilakukan
kembali langkah 9.

3.3.2 Percobaan 2 Menyelidiki karakteristik hukum Ohm


1. Disusun rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3a. Digunakan R1
100Ω.
2. Dalam keadaan off (saklar terbuka), dihubungkan rangkaian dengan catu daya.
Pilih
pada skala 3 VDC.
3. Dihidupkan saklar dan amati pembacaan skala pada Amperemeter dan Voltmeter.
Cata
pada Tabel Pengamatan.
4. Dimatikan saklar, naikkan catu daya pada skala 6 VDC. Ulangi langkah 3.
5. Diganti resistor dengan pertama dengan R2 47Ω Gambar 3.3b). Ulangi langkah 2
s/d4.

3.3.3 Percobaan 3 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang
Rangkaian Seri
1. Disusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4a. Digunakan resistor 4,7 Ω dan 47 Ω.
Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Dihubungkan rangkaian dengan Amperemeter dengan batas ukur 1A pada posisi
a.
3. Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 9 VDC.
4. Ditutup saklar. Dibaca nilai kuat arus listrik (Ia) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Dibuka saklar, dilindah amperemeter pada posisi b, ditutup saklar dan baca nilai
kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter. Dicatat pada tabel pengamatan.
6. Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi c, baca nilai kuat arus listrik
yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Dibuka saklar. Diubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 4b.
8. Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Dipasang voltmeter pada posisi a sesuai yang ditunjukkan Gambar 4b.
10. Ditutup saklar, baca nilai tegangan Va dan catat pada tabel pengamatan.
11. Dibuka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di b dan c.
Catat
hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi seri
dari
resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
Rangkaian Paralel
1. Disusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4a. Digunakan resistor R1 4,7 Ω dan
R2=47 Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Dihubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 100mA pada
posisi a.
3. Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 3 VDC.
4. Ditutup saklar. Bacal nilai kuat arus listrik (I) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Dibuka saklar, dipindah amperemeter pada posisi a, tutup saklar dan baca nilai
kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter.Catat pada tabel pengamatan.
6. Dibuka saklar, dipndahk amperemeter pada posisi b, baca nilai kuat arus listrik
yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Dibuka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.4b.
8. Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Dipasang voltmeter pada posisi V sesuai yang ditunjukkan Gambar 8b.
10. Ditutup saklar, baca nilai tegangan V dan catat pada tabel pengamatan.
11. Dibuka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di a dan b.
Catat
hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi paralel
dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
3.4 Analisa Data
3.4.1 Percobaan 1. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

E Sumber
(Volt) I (Ampere) V (Volt) I nst V nst ∆I ∆V

3.4.2 Percobaan 2. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

E Sumber
(Volt) R (Ω) I (Ampere) V(Volt) I nst V nst ∆I ∆V

3.4.3 Percobaan 3. Menyelidiki Rangkaian Seri-Paralel


3.4.3.1 Rangkaian Seri
a. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi seri resistor R₁ (Ω)=
4.7Ω, R₂ (Ω)= 47Ω

E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) Ia (A) Ib (A) Ic (A) X ∆X I% K% AP

E R₁ R₂ Va (V) Vb (V) Vc (V) X ∆X I% K% AP


(Volt) (Ω) (Ω)

b. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi seri resistor R₁ (Ω)=
47Ω, R₂ (Ω)= 56Ω, R₃ (Ω)= 100Ω

E
(Volt R₁ R₂ R₃ Ia
) (Ω) (Ω) (Ω) (A) Ib (A) Ic (A) Id(A) X ∆X I% K% AP

E
(Volt R₁ R₂ R₃ Va Vb Vd
) (Ω) (Ω) (Ω) (V) (V) Vc (V) (V) X ∆X I% K% AP

3.4.3.2 Rangkaian Paralel


a. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi paralel resistor R₁ =
4.7Ω, R₂ (Ω)= 47Ω

E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) X ∆X I% K% AP

E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) V (V) Va (V) Vb (V) X ∆X I% K% AP

b. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi paralel resistor R₁ =
47Ω, R₂ = 56Ω, R₃ =100Ω
E R₁ R₂ R₃
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) I (A) X ∆X I% K% AP

E R₁ R₂ R₃ Va Vb
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) V (V) (V) (V) Vc(V) X ∆X I% K% AP

3.4.4 Ralat
Ralat yang diperoleh sebagai berikut :
1. 𝑋 = (∑(𝑥1+𝑥2+⋯+𝑥𝑛) 𝑛
2. ∆𝑋 = 1 𝑛𝑠𝑡 atau ∆𝑋 = √𝑥(𝑥−𝑥̅+4
2 (𝑛−1)
3. I=∆𝑋×100% 𝑋
4. K=100%−1
5. AP = 1 − log(∆𝑋)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Percobaan 1. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

E Sumber
(Volt) I (Ampere) V (Volt) I nst V nst ∆I ∆V

3 0.14A 3.4V 0,02 0,2 0,01 0,1

6 0.16A 6.4V 0,02 0,2 0,01 0,1

4.1.2 Percobaan 2. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

E Sumber
(Volt) R (Ω) I (Ampere) V(Volt) I nst V nst ∆I ∆V

3 0.042A 3.4V 0,02 0,2 0,01 0,1

6 0.078A 6.2V 0.02 0,2 0,01 0,1


100Ω
9 0.14A 9.5V 0,02 0,2 0,01 0,1

12 0.11A 12.5V 0,02 0,2 0,01 0,1

3 0.098A 3.42V 0,02 0,2 0,01 0,1

6 0.23A 6.4V 0,02 0,2 0,01 0,1


47Ω
9 0.26A 9V 0,02 0,2 0,01 0,1

12 0.38A 12V 0,02 0,2 0,01 0,1

4.1.3 Percobaan 3. Menyelidiki Rangkaian Seri-Paralel


4.1.3.1 Rangkaian Seri
a. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi seri resistor R₁ (Ω)=
4.7Ω, R₂ (Ω)= 47Ω

E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) Ia (A) Ib (A) Ic (A) X ∆X I% K% AP

9 4,7 47 0,28 0,278 0,278 0,28 0,001 0,004 99’995 3,382


E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) Va (V) Vb (V) Vc (V) X ∆X I% K% AP

9 4,7 47 9,4 0,009 8,6 6,003 5,12 0,87 99,13 1,06

b. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi seri resistor R₁ (Ω)=
47Ω, R₂ (Ω)= 56Ω, R₃ (Ω)= 100Ω

E
(Volt R₁ R₂ R₃ Ia
) (Ω) (Ω) (Ω) (A) Ib (A) Ic (A) Id(A) X ∆X I% K% AP

9 47 56 100 0,053 0,053 0,054 0,055 0,05 0,001 0,021 99,978 2,66

E
(Volt R₁ R₂ R₃ Va Vb Vd
) (Ω) (Ω) (Ω) (V) (V) Vc (V) (V) X ∆X I% K% AP

9 47 56 100 9,42 2,2 2,64 4,64 4,725 3,31 0,70 99,30 1,169

4.1.3.2 Rangkaian Paralel


A. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi paralel resistor R₁ =
4.7Ω, R₂ (Ω)= 47Ω

E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) X ∆X I% K% AP

9 4,7 47 0,76 0,72 0,6 0,69 0,08 0,12 99,88 1,92

E R₁ R₂
(Volt) (Ω) (Ω) V (V) Va (V) Vb (V) X ∆X I% K% AP

9 4,7 47 3 2,98 2,99 2,99 0,01 0,003 99,996 3,475


B. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik pada kombinasi paralel resistor R₁ =
47Ω, R₂ = 56Ω, R₃ =100Ω

E R₁ R₂ R₃
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) I (A) Ia (A) Ib (A) I (A) X ∆X I% K% AP

9 47 56 100 0,2 0,12 0,12 0,078 0,13 0,05 0,39 99,61 1,40

E R₁ R₂ R₃ Va Vb
(Volt) (Ω) (Ω) (Ω) V (V) (V) (V) Vc(V) X ∆X I% K% AP

9 47 56 100 3,3 3,24 3,22 3,22 3,25 0,034 0,01 99,99 2,98

4.2 Pembahasan
Rangkaian seri adalah rangkaian listrik yang terdiri dari hanya satu jalur untuk
melewatkan arus. Sehingga jika salah satu lampu dimatikan, maka lampu yang lain
akan mati juga. Sedangkan rangkaian paralel adalah rangkaian listrik yang terdiri dari
lebih dari satu jalur untuk melewatkan arus. Sehingga jika salah satu lampu dimatikan,
maka lampu sayang lainnya tetap hidup.
Variasi hambatan pada percobaan kali ini berfungsi untuk makin besar resistansi atau
hambatan dalam rangkaian, makin kecil arus yang mengalir.Begitu pula sebaliknya,
jika sumber daya yang diberikan terlalu besar, maka beban juga harus mampu
menerima daya yang besar. Jika beban menerima daya diatas kemampuannya, maka
dapat terjadi kerusakan komponen pada alat tersebut (overload). Jika arus yang
mengalir pada rangkaian terlalu besar untuk dapat diterima beban, maka dipakai satu
komponen listrik yang bernama resistor. Resistor merupakan salah satu komponen
listrik yang menyebabkan tegangan listrik turun.
Perbandingan hasil antara tegangan dengan kuat arus adalah sama. Apabila besar
tegangan meningkat maka kuat arus ikut meningkat. Pada saat nilai hambatan tetap,
besar kuat arus tidak tetap karena terdapat hambatan yang mempengaruhi besar kuat
arus. Besar kuat arus berbading terbalik dengan hambatan, hal ini terlihat pada hasil
praktikum dimana pada hambatan 100 Ω besar kuat arus lebih kecil daripada kuat
aruspada hambatan 47Ω. Besar tegangan berbanding lurus dengan kuat arus pada saat
resistor yang sama. Berdasarkan matematis hukum Ohm dapat diformulasikan
dengan :
V=IR
Berdasarkan hasil pecobaan diperoleh pada rangkaian seri besar kuat arus yang
didapatkan pada setiap titik adalah sama. Besar tegangan yang diperoleh pada setiap
posisi memiliki nilai yang berbeda, dimana nilai tersebut semakin kecil. Besar
tegangan yang mengalir pada rangkaian seri bergantung pada besar hambatan pada
rangkaian. Pada rangkaian paralel besar tegangan pada setiap posisi adalah sama,
sedangkan besar arus pada setiap posisi adalah berbeda. Arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut terbagi pada resistor yang terpasang pada rangkaian. Besar arus
yang mengalir pada setiap resistor bergantung pada nilai hambatan yang dipasang
pada rangkaian tersebut.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum Hukum Ohm dan rangkaian seri-
paralel adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Hukum Ohm adalah kuat arus yang mengalir besarnya sama dengan
tegangan. Hambatan berpengaruh terhadap kuat arus listrik yang dihasilkan, semakin
besar hambatannya maka arus yang dihasilkna semakin kecil.
2. Karakteristik dari rangkaian seri adalah arus yang mengalir pada masing masing
posisi adalah sama, sedangkan tegangan bergantung pada jumlah hambatan. Pada
rangkaian paralel tegangan pada masing masing beban listrik sama dengan tegangan
sumber, sedangkan arus yang mengalir pada masing cabang bergantung pada besar
hambatan.

5.2 Saran
Pada praktikum Hukum Ohm ini praktikan harus memahami materi yang akan
dipraktikan atau dilakukan pada saat percobaan, sehingga tidak terjadi kesalahan saat
praktikum. Pada saat menggunakan voltmeter dan amperemeter lebih diperhatikan
supaya hasil yang didapatkan dapat sesuai. Lebih berhati hati saat menggunaka catu
daya supaya tidek kesetrum saat menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Durbin.2005.Rangkaian Listrik.Jakarta:Erlangga.
Purwandari, E.2013.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember:Universitas Jember
Tim Penyusun.2021.Modul 2 HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL.
Jember:Universitas Jember.
Chris, O., & Ganeri, A. (2003). Ensiklopedi Mini Sains. Jakarta: Erlangga.
Young, Hugh D.1999.Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2.Solo:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai