Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

”HUKUM OHM”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Rangkaian Listrik

Dosen pengampu : Dr. Rita Juliani, S.Si, M.Si

Disusun oleh :

KELOMPOK :4

NAMA : 1. HISAR MARPAUNG (4203240012)

2. INDI ANTIKA (4201240004)

3. NOVA MARIANA PURBA (4203540002)

4. OLIHTA KUDADIRI (42032400023)

5. PUTRI NANTA SARI MARBUN (4203240027

KELAS : FISIKA B 2020

PROGRAM STUDI (S1) FISIKA

FAKULTS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................................................


B. Tujuan ..................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................

A. Hukum Ohm ........................................................................................................................


B. Hukum Kirchoff ...................................................................................................................

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hukum ohm sebelumnya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidaklain ialah
devenisi hambatan, yakni V = I R . Sering hubungan ini dinamai hokumOhm. Akan tetapi
Ohm juga menyatakan bahwa R adalah suatu konstanta yangtidak bergantung pada V
maupun I. Bagian kedua hukum Ohm ini tidaksepenuhnya benar. Hubungan V = I R
dapat diterapkan pada resistor apa saja,dimana V adalah beda potensial antara kedua
ujung hambatan, dan I adalaharus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah
hambatan resistor tersebut(Bueche, 1994).Hambatan dalam suatu penghantar terhadap
aliran muatan disebabkanoleh benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang
bergerak denganatom-atom stasioner. Bila beda potensi diterapkan sepanjang kawat
medanelektrik yang ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap electron di dalam
kawat(Cromer,1994) .Hukum Ohm berbunyi “ Kuat arus yang mengalir dalam
suatupenghantar (hambatan) besarnya sebanding dengan beda potensial (tegangan)antara
ujung-ujung penghantar tersebut”. Pernyataan tersebut dapat dituliskansebagai berikut
yaitu I ~ V . Hukum Ohm dicetuskan oleh Georg Simon Ohm,seorang fisikawan Jerman
tahun 1825 (Anonymous,2007).
Hukum-hukum Sirkuit Kirchhoff adalah dua persamaan yang membahas kekekalan
muatan dan energi dalam sirkuit listrik, dan pertama dijabarkan pada tahun 1845 oleh
Gustav Kirchhoff. Hukum-hukum ini juga sering disebut sebagai Hukum Kirchhoff dan
sering kali digunakan dalam teknik elektro
B. TUJUAN
 Mengetahui dan mempelajari apa itu hukum ohm
 Mengetahui dan mempelajari apa itu hukum Kirchoff
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUKUM OHM
Bunyi Hukum Ohm
Bunyi hukum Ohm adalah “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan
tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaian”. Hukum Ohm dinamai dari ahli fisika Jerman, Georg Simon Ohm (1787-
1854). Hukum Ohm digunakan untuk menghitung tegangan listrik, hambatan listrik, atau
kuat arus dalam rangkaian listrik. Hukum Ohm digunakan secara luas dalam rangkaian
elektronika dan merupakan hukum dasar pada rangkaian listrik. Dengan menggunakan
hukum Ohm, kita tidak hanya dapat menghitung, tapi juga dapat memperkecil arus listrik,
memperkecil tegangan pada rangkaian dan juga untuk memperoleh nilai resistansi atau
hambatan yang diperlukan.
Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis untuk menghitung besar voltase
listrik menggunakan rumus:
V= I X R
Dan untuk menghitung kuat arus listrik, rumus diatas dipakai kembali sehingga:

Rumus diatas dapat dituliskan kembali untuk mendapatkan hambatan:

Untuk memudahkan mengingat, dapat dilihat pada gambar dibawah yang


mengilustrasikan rumus yang dipakai pada hukum Ohm.

Dari gambar diatas, kita dapat mengingat rumus dengan mudah dengan cara menutup
salah satu huruf untuk mencari rumusnya. Contoh jika kita ingin mencari nilai tegangan
listrik, tutup huruf V pada segitiga diatas, maka didapat rumusnya adalah IR, dan begitu
pula untuk mencari rumus lainnya caranya sama.

Rangkaian Listrik
Rangkaian adalah lintasan listrik yang dilalui dari sumber daya dan kembali lagi. Semua
bagian dari rangkaian sederhana harus menghantarkan listrik dan dan terhubung satu
sama lain. Ada dua jenis rangkaian,: seri dan paralel. Senter adalah contoh rangkaian seri;
semua komponen terhubung satu sama lain. Rangkaian paralel memiliki baterai aatu
komponen lain yang terhubung saling menyilang. Pada rangkaian listrik, tegangan,
resistansi, atau arus yang lewat dapat dihitung dengan rumus hukum Ohm.
Komponen dalam rangkaian listrik masing-masing digambarkan dengan simbol khusus
dan berbeda satu sama-lain. Ini dimaksudkan agar komponen dan koneksi dapat
digambarkan dengan jelas. Pada diagram komponen sederhana dibawah ini, dapat dilhat
berbagai simbol yang dipakai pada komponen listrik. Gambar diagram rangkaian dibuat
untuk memudahkan dan menyederhanakan komponen listrik sesungguhnya.

Makin besar resistansi atau hambatan dalam rangkaian, makin kecil arus yang mengalir.
Begitu pula sebaliknya, jika sumber daya yang diberikan terlalu besar, maka beban juga
harus mampu menerima daya yang besar. Jika beban menerima daya diatas
kemampuannya, maka dapat terjadi kerusakan komponen pada alat tersebut (overload).
Jika arus yang mengalir pada rangkaian terlalu besar untuk dapat diterima beban, maka
dipakai satu komponen listrik yang bernama resistor. Resistor merupakan salah satu
komponen listrik yang menyebabkan tegangan listrik turun.

Contoh Soal Hukum Ohm


Contoh Soal 1
Pada suatu rangkaian listrik sederhanan terdapat penyuplai daya dengan tegangan 10 volt
dan beban dengan hambatan 10 ohm. Berapakah besarnya kuat arus pada rangkaian
tersebut?
Pembahasan:
Dengan menggunakan hukum Ohm, kita dapat langsung mencari nilai kuat arus pada
rangkaian sederhana dengan memakai rumus:

Jadi, kuat arus yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar 1 Ampere.

Contoh Soal 2
Diketahui nilai tegangan pada suatu rangkaian sebesar 24 volt dan nilai arus yang terbaca
pada amperemeter sebesar 10 mA. Berapakah nilai resistansinya?
Pembahasan:
Pertama, semua nilai harus disesuaikan dulu dengan satuan sesuai standar. Diketahui
besar arus:

Dengan menggunakan rumus hukum Ohm, dapat langsung dicari besar resistansi dengan
memakai rumus:

Jadi, resistansi pada rangkaian tersebut sebesar 2400 ohm atau 2,4 kilo ohm.

B. Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda
potensial (umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
Banyak dari rangkaian listrik sederhana (Gambar 1.1) yang tidak dapat dianalisis dengan
hanya mengganti kombinasi rangkaian seri dan paralel resistor dalam menyederhanakan
rangkaian yang memiliki banyak resistor.

Contoh rangkaian sederhana yang tidak dapat dianalisis dengan mengganti kombinasi
resistor seri atau paralel dengan resistansi ekivalen mereka.
Tegangan jatuh pada dan tidaklah sama karena adanya ggl . Sehingga, rangkaian
kedua resistor ini tidaklah paralel juga bukanlah rangkaian seri, karena arus yang
mengalir pada kedua resistor tidaklah sama. Namun, ada hukum yang berlaku pada
rangkaian yang memliki arus tetap (tunak). Hukum ini adalah hukum Kirchhoff 1 dan 2.

Hukum Kirchhoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule), karena hukum
ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian yang
multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada
keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian.
Dengan demikian, jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan
titik tersebut dengan jumlah yang sama.
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik percabangan tersebut”

Ilustrasi hukum Kirchhoff tentang titik percabangan. Arus I_1yang mengalir melalui titik
percabangan a akan sama dengan jumlah I_2+I_3 yang keluar dari tiik percabangan
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

Gambar 1.2 menunjukkan suatu titik percabangan dari 5 buah kawat yang dialiri
arus dan .
Dalam rentang waktu , muatan mengalir melalui titik percabangan dari arah
kiri. Dalam rentang waktu juga, muatan dan bergerak ke arah
kanan meninggalkan titik percabangan. Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik
percabangan dan tidak juga menumpuk pada titik tersebut dalam keadaan tunak, maka
muatan akan terkonservasi di titik percabangan tersebut, yaitu:

Hukum Kirchhoff 2
Bunyi hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:
“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule), karena pada
kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam satu rangkaian pada
keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum
konservasi energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang titik dengan
potensial V, dengan demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV.
Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka muatan yang
kita miliki akan mendapatkan tambahan energi atau kehilangan sebagian energinya saat
melalu resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat kebali ke titik awalnya,
energinya akan kembali menjadi QV.
Sebagai contoh penggunaan hukum ini (Gambar 1.3), dua baterai yang berisi hambatan
dalam dan serta ada 3 hambatan luar. Kita akan bisa menenutukan arus dalam
rangkaian tersebut sebagai fungsi GGL dan hambatan.

Rangkaian berisi 2 buah baterai dan 3 resistor eksternal. Tanda plus minus pada resistor
digunakan untuk mengingatkan kita sisi mana pada setiap resistor yang berada pada
potensial lebih tinggi untuk arah arus yang diasumsikan.

Secara umum rumus hukum Kirchhoff 2 dapat dinyatakan sebagai berikut:

Contoh Soal Hukum Kirchhoff


Contoh Soal 1:
Perhatikan gambar rangkaian tertutup dibawah ini!
Apabila dan , maka kuat arus yang mangalir pada rangkaian
adalah …
Jawaban:
Kita terlebih dahulu tentukan arah arus dan arah loop, dalam hal ini kita akan
menentukan arah loop searah dengan arah jarum jam.

Dengan menerapkan hukum Kirchhoff 2, kita akan dapatkan nilai arus listrik sebagai
berikut:

maka

Contoh Soal 2:
Pada rangkaian listrik di bawah ini diberikan diberikan dan . Jika
saklar S ditutup, tentukan besarnya daya pada !

Jawaban:
Kita tentukan arah loop sebagai berikut:

Kita akan menerapkan hukum Kirchhof 1, dimana:


Dan berdasarkan hukum yang kedua:
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum Ohm menyatakan bahwa perbandingan antara beda potensial dengan kuat
arus yang mengalir pada suatu rangkaian adalah tetap. Arus listrik adalah banyaknya
muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir melalui
kabel atau penghantar listrik lainnya.
Hukum-hukum Sirkuit Kirchhoff adalah dua persamaan yang membahas
kekekalan muatan dan energi dalam sirkuit listrik, dan pertama dijabarkan pada tahun
1845 oleh Gustav Kirchhoff.
DAFTAR PUSTAKA

google.com/search?q=hukum+ohm&safe=strict&sxsrf=ALeKk03tqI34lUyNv7oHs3gjCxB5NDu
hkQ%3A1616290516122&ei=1KJWYLb_Bte_3LUPtZ2UqA4&oq=&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6E
AEYATIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIH
CCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzIHCCMQ6gIQJzoFCAAQsA
M6CQgAELADEAgQHjoECCMQJzoCCAA6BggAEBYQHlDopxFY_K8RYLXBEWgCcAB4
BIABywGIAcQLkgEGMC4xMC4xmAEAoAEBqgEHZ3dzLXdperABCsgBB8ABAQ&sclient
=gws-wiz

https://www.studiobelajar.com/hukum-kirchhoff/

Anda mungkin juga menyukai