Anda di halaman 1dari 10

Nama Kelompok:

1. Tiffany Erandin K S (1913021017/ VB)


2. Isra Aisya Haq (1913021019/ VB)
3. Dinauli Br Sianturi (1913021020/ VB)
4. Ni Made Dwi Andayani (1913021031/ VB)

HUKUM BIOT-SAVART DAN GAYA LORENTZ

A. Hukum Biot-Savart
Hukum Biot-Savart adalah persamaan yang memberikan medan magnet yang
dihasilkan karena segmen pembawa arus. Segmen ini diambil sebagai besaran
vektor yang dikenal sebagai elemen arus. Hukum Biot Savart adalah persamaan
yang menggambarkan medan magnet yang dihasilkan oleh arus listrik konstan.
Ini menghubungkan medan magnet dengan besar, arah, panjang, dan kedekatan
arus listrik. Hukum Biot-Savart konsisten dengan hukum sirkuit Ampere dan
teorema Gauss. Hukum Biot Savart adalah dasar magnetostatika, memainkan
peran yang mirip dengan hukum Coulomb dalam elektrostatika.

Hukum Biot-Savart diciptakan oleh dua fisikawan Perancis, Jean Baptiste Biot
dan Felix Savart menurunkan ekspresi matematika untuk kerapatan fluks magnet
pada suatu titik karena konduktor pembawa arus di dekatnya, pada tahun 1820.
Melihat defleksi jarum kompas magnetik, ini dua ilmuwan menyimpulkan bahwa
setiap elemen saat ini memproyeksikan medan magnet ke ruang di sekitarnya.

Pernyataan & Derivasi Hukum Biot-savart


Hukum Biot-savart dapat dinyatakan sebagai:
𝐼 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝐼 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝐵 ∝ 𝑜𝑟 𝑑𝐵 = 𝑘
𝑟2 𝑟2
Dimana, k adalah konstanta, tergantung pada sifat magnetik medium dan sistem
satuan yang digunakan. Dalam sistem satuan SI,

𝜇0 𝜇𝑟
𝑘=
4𝜋

Oleh karena itu, turunan hukum Biot-Savart terakhir adalah,

𝜇0 𝜇𝑟 𝐼 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝐵 = ×
4𝜋 𝑟2

Mari kita perhatikan sebuah kawat panjang yang membawa arus I dan juga perhatikan
titik p dalam ruang. Kawat disajikan pada gambar di bawah ini, dengan warna merah.
Mari kita juga mempertimbangkan panjang kawat dl yang sangat kecil pada jarak r dari
titik P seperti yang ditunjukkan. Di sini, r adalah vektor jarak yang membentuk sudut
dengan arah arus di bagian kawat yang sangat kecil. Jika Anda mencoba
memvisualisasikan kondisinya, Anda dapat dengan mudah memahami kerapatan medan
magnet di titik P karena panjang dl kawat yang sangat kecil berbanding lurus dengan arus
yang dibawa oleh bagian kawat ini. Karena arus yang melalui kawat yang panjangnya
sangat kecil itu sama dengan arus yang dibawa oleh seluruh kawat itu sendiri, kita dapat
menulis,

𝑑𝐵 ∝ 𝐼

Juga sangat wajar untuk berpikir bahwa kerapatan medan magnet pada titik P itu
karena panjang kawat yang sangat kecil dl berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak lurus dari titik P ke pusat dl. Secara matematis kita dapat menulis ini
sebagai,

1
𝑑𝐵 ∝
𝑟2

Terakhir, kerapatan medan magnet pada titik P karena bagian kawat yang sangat
kecil juga berbanding lurus dengan panjang sebenarnya dari panjang kawat yang
sangat kecil dl. Karena adalah sudut antara vektor jarak r dan arah arus yang
melalui bagian kawat yang sangat kecil ini, komponen dl yang berhadapan
langsung tegak lurus dengan titik P adalah dlsinθ,

𝑑𝐵 ∝ 𝑑𝑙𝑠𝑖𝑛𝜃

𝐼 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝐵 ∝
𝑟2

Ini adalah bentuk dasar dari Hukum Biot Savart Sekarang, dengan menempatkan
nilai konstanta k (yang telah kita perkenalkan di awal artikel ini) dalam ekspresi
di atas, kita dapatkan

𝐼. 𝑑𝑙. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝐵 = 𝑘
𝑟2

𝜇0 𝜇𝑟 𝐼 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝐵 = ×
4𝜋 𝑟2

Di sini, 0 yang digunakan dalam ekspresi konstanta k adalah permeabilitas mutlak udara
atau vakum dan nilainya adalah 4π10-7 Wb/ A-m dalam sistem satuan SI. r dari ekspresi
konstanta k adalah permeabilitas relatif medium. Sekarang, kerapatan fluks (B) di titik P
karena panjang total konduktor atau kawat pembawa arus dapat direpresentasikan
sebagai,

𝜇0 𝜇𝑅 𝐼 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝐼𝜇0 𝜇𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜃


𝐵 = ∫ 𝑑𝐵 = ∫ × = ∫ 2 𝑑𝑙
4𝜋 𝑟2 4𝜋 𝑟

Jika D adalah jarak tegak lurus titik P dari kawat, maka

𝐷
𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 𝐷 𝑜𝑟 𝑟 = 𝑠𝑖𝑛𝜃

Sekarang, ekspresi kerapatan fluks B di titik P dapat ditulis ulang sebagai,

𝐼𝜇0𝜇𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝐼𝜇0 𝜇𝑟 𝑠𝑖𝑛 3 𝜃


𝐵= ∫ 𝑑𝑙 = ∫ 𝑑𝑙
4𝜋 𝑟2 4𝜋 𝐷2
𝑙
= 𝐶𝑂𝑇𝜃
𝐷

𝑙 = 𝐷𝑐𝑜𝑡𝜃

Sesuai gambar di atas,

𝑑𝑙 = −𝐷 𝑐𝑠𝑐 2 𝜃𝑑𝜃

Akhirnya, ekspresi B muncul sebagai,

𝐼𝜇0𝜇𝑟 𝑠𝑖𝑛 3 𝜃
𝐵= ∫ [−𝐷 𝑐𝑠𝑐 2 𝜃𝑑𝜃]
4𝜋 𝐷2

𝐼𝜇0 𝜇𝑟
=− 4𝜋𝐷
∫ 𝑠𝑖𝑛3 𝜃𝑐𝑠𝑐 2 𝜃𝑑𝜃

𝐼𝜇0 𝜇𝑟
=− ∫ 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑑𝜃
4𝜋𝐷

Sudut ini tergantung pada panjang kawat dan posisi titik P. Katakanlah untuk
panjang terbatas tertentu dari kawat, sudut seperti yang ditunjukkan pada gambar
di atas bervariasi dari 1 hingga 2. Oleh karena itu, kerapatan fluks magnet di titik
P karena panjang total konduktor adalah,

𝐼𝜇0 𝜇𝑟 𝜃2
𝐵=− ∫ 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑑𝜃
4𝜋𝐷 𝜃1

𝐼𝜇0 𝜇𝑟
=− [−𝑐𝑜𝑠𝜃]𝜃2
𝜃1
4𝜋𝐷

𝐼𝜇0𝜇𝑟
= [𝑐𝑜𝑠𝜃1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃2]
4𝜋𝐷

Mari kita bayangkan panjang kawat tidak terhingga, maka akan bervariasi dari 0
hingga yaitu 1 = 0 hingga 2 = . Menempatkan kedua nilai ini dalam ekspresi akhir
hukum Biot Savart di atas, kita dapatkan,

𝐼𝜇0𝜇𝑟 𝐼𝜇0 𝜇𝑟 𝜇0 𝜇𝑟
𝐵= [cos 0 − 𝑐𝑜𝑠𝜋] = [1 − (−1)] = 𝐼
4𝜋𝐷 4𝜋𝐷 2𝜋𝐷

B. Gaya Lorentz

Lorentz adalah nama dari sebuah gaya dalam fisika modern yang diambil
dari nama belakang seorang ahli fisika kelahiran Arnhem, Belanda bernama
Hendrik Anton Lorentz. Ilmuan fisika asal negeri kincir angin ini meneliti tentang
interaksi sebuah penghantar berarus yang diletakkan di dalam sebuah medan
magnet. Alhasil ia berhasil menemukan sebuah gaya yang kemudian disebut
dengan gaya lorentz. Gaya lorentz merupakan gabungan antara gaya elektrik dan
gaya magnetik pada suatu medan elektromagnetik. Gaya Lorentz ditimbulkan
karena adanya muatan listrik yang bergerak atau karena adanya arus listrik dalam
suatu medan magnet. Arah dari gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah kuat
arus listrik (I) dan induksi magnetik yang ada (B). Gaya Lorentz adalah gaya yang
dialami kawat berarus listrik di dalam medan magnet. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa gaya Lorentz dapat timbul dengan syarat sebagai berikut :
a. Ada kawat penghantar yang dialiri arus
b. Penghantar berada di dalam medan magnet
Bila mengamati bentuk medan magnet atau garis magnet selama percobaan, maka
akan diperoleh :
a. Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang bekerja
dan makin cepat pula batang penghantar bergulir.
b. Bila polarias sumbu dirubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah
yang bergerak dengan gerak sebelumnya.
Terdapat beberapa besaran lain yang mempengaruhi besar gaya magnetik (gaya
Lorentz). Diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Besar kuat arus listrik ( I )
2. Besar medan magnet ( B)
3. Panjang kawat ( l )
4. Sudut antara arah arus dan arah medan magnet ( ))
Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik (I), dalam suatu medan
magnet (B), rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah gaya dalam kaidah
tangan kanan)

dimana:
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
x = perkalian silang vektor, dan
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.
Cara Menentukan Arah Gaya Lorentz
Gaya Lorentz merupakan besaran vektor yang memiliki nilai dan arah.
Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan.
Hubungan antara FL , I dan B dapat lebih mudah dipelajari yaitu dengan
mengangan-angankan jika ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah kita
bentangkan saling tegak lurus, maka :
 Ibu jari: menunjukan arah arus listrik ( I )
 Jari telunjuk : menunjukkan arah medan magnet ( B )
 Jari tengah : menunjukkan arah gaya Lorentz ( FL ) Arah gaya Lorentz

a b
Gambar 1. a. Menentukan Arah Gaya Lorentz dengan kaidah tangan kanan, b.
Arah gaya lorentz digambarkan pada tiga dimensi
Tanda menunjukkan bahwa gaya Lorentz masuk bidang gambar atau
menjauhi pembaca, sedangkan tanda menunjukkan bahwa gaya Lorentz
keluar bidang gambar atau mendekati pembaca. Arah Gaya Lorentz dapat juga
ditentukan dengan tangan kanan yang dibuka dengan ibu jari menunjukkan arah
arus ( I ) dan keempat jari lain yang dirapatkan menunjukkan arah medan magnet
( B ), maka arah keluar dari telapak tangan menyatakan arah gaya Lorentz. Seperti
Gambar 2.
Gambar 2. Menentukan Arah Gaya Lorentz

Kaidah Pemutaran sekrup

Jika sekrup diputar dari I ke B searah dengan arah jarum jam maka arah gaya
lorentz ke bawah. Sebaliknya, jika diputar dari I ke B dengan arah berlawanan
arah jarum jam maka akan mengahasilkan gaya lorentz ke arah atas.

aya Lorentz Pada Kawat Lurus Berarus


Ketika sebuah kawat dengan panjang dialiri arus listrik sebesar l dan
diletakkan pada suatu medan magnetik sebesar I, maka akan timbul gaya Lorentz
pada kawat tersebut. Dengan mengombinasikan gaya Lorentz dan definisi arus
listrik, maka dapat dihitung besarnya gaya Lorentz pada kawat yang lurus dan
stasioner yaitu:

dimana:
l = panjang kawat (m)
I = kuat arus yang mengalir pada kawat (Ampere)
B = kuat medan magnet (Tesla)
α = sudut yang dibentuk oleh B dan I
Jika arah arus listrik tegak lurus dengan arah medan magnet, maka gaya
Lorentz yang terjadi akan maksimal ( ). Inilah keadaan yang biasanya
selalu dikondisikan secara nyata yakni agar gaya Lorentz yang didapat selalu
maksimal, medan magnet dikondisikan selalu tegak lurus dengan arus listrik yang
mengalir.

Kawat lurus yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet yang
homogen untuk jarak yang sama dari kawat tersebut. Medan magnet yang
dihasilkan membentuk lingkaran mengelilingi kawat dan arahnya ditentukan
menggunakan kaidah tangan kanan. Ibu jari tangan kanan menyatakan arah arus
listrik dan keempat jari lainnya yang menekuk menunjukkan arah medan magnet.

Besar medan magnet di sekitar kawat lurus berarus listrik dipengaruhi oleh besar
arus lisrik dan jarak titik tinjauan terhadap kawat. Semakin besar kuat arus yang
diberikan dan semakin dekat jaraknya terhadap kawat, maka semakin besar kuat
medan magnetnya. Besarnya kuat medan magnet pada kawat lurus panjang dapat
dirumuskan seperti di bawah ini:

Untuk jumlah N lilitan


Keterangan:
B = Medan magnet (T)
I = kuat arus listrik (A)
r = jarak tiitik ke kawat (m)
= permeabilitas ruang hampa (4 πx 10 -7
Wb/Am)N = jumlah lilitan
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D. C. 2001. Fisika edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Halliday, D. & Resnick, R. 2010. Fisika edisi edisi 7 jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Marhaban,H. 2014. Sejarah Penemuan Gaya Lorentz.

Tersedia http://www.scribd.com/doc/197497736/Sejarah-Penemu-Gaya-
Lorenz. Diakses 27 April 2019
Nafiun. 2014. Penerapan Aplikasi Gaya Lorentz Dalam http://www.nafiun.com/..

Diakses 29 April 2019


Sujanem, Rai. 2012. Fisika Dasar 3 Bermuatan Kontekstual. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.

Zaelani, Ahmad. 2006. Fisika Until SMA/MA. Bandung: CV.YRAMAWIDYA

https://www.electrical4u.com/biot-savart-law/

https://byjus.com/physics/biot-savart-law/

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/197701102008011-
RIDWAN_EFENDI/HUKUM_BIOT-
SAVART_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf

Anda mungkin juga menyukai