Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI

UNIT 2
“Sistem Jembatan Wheatstone”

TANGGAL PRAKTIKUM : 16 November 2021


NAMA : Syafiqatul Fuady
NIM : 200104500002
KELOMPOK/GELOMBANG : II (Dua) / II (Dua)
ANGGOTA KELOMPOK : 1. Dini Aminarty
2. Muhammad Andhika
JURUSAN/PRODI : Fisika
ASISTEN : Wahyu Nugraha

LABORATORIUM FISIKA UNIT ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam elektronika, kita mengenal berbagai jenis rangkaian yang digunakan
untuk mempermudah pengukuran suatu besaran listrik, terutama resistansi atau
hambatan. Salah satu jenis rangkaian yang dapat kita gunakan untuk tujuan itu
adalah rangkaian jembatan listrik. Rangkaian jembatan listrik merupakan suatu
rangkaian yang digunakan untuk mengukur besarnya resistansi, kapasitansi,
maupun induktansi. Seperti yang kita ketahui, resistansi berperan dalam
menghambat arus listrik, kapasitansi berperan dalam menyimpan muatan listrik,
sedangkan induktansi berperan dalam menciptakan arus listrik yang menghasilkan
medan magnet.
Terdapat berbagai macam rangkaian jembatan listrik yang diperkenalkan
dalam elektronika antara lain yaitu jembatan Wien, jembatan Kelvin, jembatan
Wheatstone, dan lain sebagainya. Salah satu yang paling sering penggunaannya
yaitu jembatan Wheatstone.
Jembatan Wheatstone merupakan suatu alat ukur yang ditemukan oleh
Samuel Hunter Christie dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone.
Rangkaian pada jembatan Wheatstone dibentuk oleh empat buah hambatan yang
membentuk segiempat A–B–C–D. Konsep pada rangkaian jembatan Wheatstone
digunakan untuk menentukan/mengukur salah satu nilai hambatan yang tidak
diketahui besarannya.
Jembatan Wheatstone disusun dari dua rangkaian tahanan seri-paralel yang
terhubung antara terminal sumber tegangan dan ground. Perbedaan tegangan
antara dua cabang paralel saat seimbang akan menghasilkan nilai nol volt.
Rangkaian jembatan Wheatstone memiliki peranan yang besar dalam
elektronika karena dapat digunakan untuk mengukur nilai resistansi yang sangat
kecil yang tidak mungkin dijangkau dengan menggunakan multimeter atau
ohmmeter. Berangkat dari hal ini, dilakukanlah praktikum jembatan Wheatstone
untuk mengetahui prinsip kerjanya dalam menentukan nilai hambatan suatu
resistor yang belum diketahui.
B. Tujuan Praktikum
Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui prinsip kerja dari Jembatan Wheatstone
2. Menghitung nilai hambatan yang belum diketahui dengan menggunakan
sistem Jembatan Wheatstone
C. Manfaat Praktikum
Praktikum ini memiliki beberapa manfaat, baik itu manfaat praktis maupun
teoritis.
1. Manfaat Teoritis
a. Dengan melaksanakan praktikum ini, maka kita dapat meningkatkan
pemahaman kita mengenai prinsip kerja dari Jembatan Wheatstone
sebagai salah satu rangkaian jembatan listrik
b. Dengan melaksanakan praktikum ini, maka kita mampu mengetahui
cara menentukan hambatan yang belum diketahui melalui bantuan
sistem Jembatan Wheatstone
2. Manfaat Praktis
Hasil dari praktikum ini dapat dijadikan dasar pengembangan
pengetahuan mengenai jembatan Wheatstone sebagai salah satu
rangkaian jembatan listrik yang dapat digunakan dalam menentukan
resistansi.
BAB II
LANDASAN TEORI

Jembatan Wheatstone adalah jaringan resistansi paling umum yang


dikembangkan untuk mengukur perubahan kecil dalam resistansi dan sering
digunakan dalam instrumentasi dengan jenis sensor resistif (Dunn 2005, 21).
Menurut Sapiie (2000, 103), syarat keseimbangan untuk rangkaian jembatan
memuat tiga hal penting berikut.
1. Keadaan seimbang tidak dipengaruhi oleh pergantian posisi dari sumber
tegangan dan galvanometer.
2. Kondisi keseimbangan tidak dipengaruhi, bila tegangan dari sumber
tegangan berubah.
3. Galvanometer hanya diperlukan untuk melihat bahwa tidak ada arus yang
mengalir melalui rangkaiannya, jadi tidak perlu untuk membaca harga
arus pada skala.
Rangkaian jembatan Wheatstone merupakan salah satu rangkaian pembagi
tegangan. Salah satu kelebihan pada rangkaian ini adalah dapat memberikan
tegangan keluaran nol volt. Perubahan nilai hambatan pada salah satu hambatan
akan memberikan respon perubahan tegangan keluaran (Sugito 2019, 11).
Menurut Northrop (2005, 171) jembatan Wheatstone secara tradisional
digunakan untuk membuat pengukuran resistansi yang akurat (umumnya dalam
kisaran 1 – 106 Ω), atau untuk mengukur beberapa kuantitas fisik, seperti suhu,
intensitas cahaya atau regangan, yang menyebabkan perubahan resistansi yang
diketahui. Gambar 2.1 mengilustrasikan rangkaian lengkap jembatan Wheatstone
DC.

Gambar 2. 1 Jembatan Wheatstone Dasar DC


(Sumber: Northrop 2005, 172)
Menurut Pratiwi, dkk (2021, 2) rangkaian tersebut disusun oleh empat resistor
yang disusun secara seri-paralel dan satu buah sumber tegangan DC, kemudian
dipasang Galvanometer (detektor nol) yang digunakan sebagai indikator bahwa
rangkaian tersebut dalam keadaan setimbang. Jembatan Wheatstone pada
dasarnya terdiri atas dua rangkaian pembagi tegangan, dengan masing-masing
output dinamai sebagai tegangan 1 (V1) dan tegangan 2 (V2). Dalam keadaan
setimbang, V1 = V2 sehingga tidak ada arus melewati Galvanometer. Adapun
persyaratan keadaan setimbang ditunjukkan pada persamaan (2.1) sebagai berikut:

...(2.1)

Rangkaian jembatan terdiri dari resistansi yang tidak diketahui (akan diukur)
R, dua resistor presisi, resistor yang dapat disesuaikan, dan galvanometer.
Tegangan suplai menghasilkan aliran arus melalui resistor. Sebenarnya, resistansi
yang akan diukur bisa berada di salah satu dari empat posisi (Bell 1997, 167).
Menurut Jones (1991, 104) jembatan Wheatstone terdiri dari dua cabang
resistansi paralel dengan masing-masing cabang mengandung dua elemen seri,
biasanya resistor. Sumber tegangan DC dihubungkan melalui jaringan resistansi
untuk menyediakan sumber arus melalui jaringan resistansi. Detektor nol,
biasanya galvanometer, dihubungkan antara cabang paralel untuk mendeteksi
kondisi keseimbangan
Untuk menentukan resistansi R, resistansi variabel diatur sampai
galvanometer menunjukkan tegangan nol, atau nol. Awalnya, galvanometer harus
dihaluskan untuk melindunginya dari level arus yang berlebihan. Saat nol
mendekati, resistansi shunting secara bertahap dibuat lebih besar sampai
galvanometer menunjukkan nol dengan rangkaian terbuka resistor. Jembatan itu
sekarang dikatakan seimbang. Sebelum galvanometer nol tercapai, jembatan
dikatakan dalam keadaan tidak seimbang (Bell 1997, 167-168).
Ketika jembatan dalam kondisi tidak seimbang, arus mengalir melalui
galvanometer, menyebabkan pembelokan penunjuknya. Besarnya defleksi
merupakan fungsi dari sensitivitas galvanometer. Kita mungkin menganggap
sensitivitas sebagai defleksi per satuan arus. Ini berarti bahwa galvanometer yang
lebih sensitif membelokkan jumlah yang lebih besar untuk arus yang sama.
Defleksi dapat diekspresikan dalam ukuran satuan sudut linier (Jones 1991, 106).
Untuk pengukuran resistansi yang akurat oleh Jembatan Wheatstone,
resistansi yang akan diukur harus selalu jauh lebih besar daripada resistansi
kontak dan kabel penghubung. Ketika besaran-besaran ini merupakan bagian yang
cukup besar dari hambatan yang akan diukur, batas bawah jembatan telah tercapai
(Bell 1997, 173).
Jembatan Wheatstone telah digunakan lebih lama dari hampir semua alat ukur
listrik lainnya. Ini masih merupakan instrumen yang akurat dan andal dan banyak
digunakan dalam industri. Akurasi 0,1% cukup umum dengan jembatan
Wheatstone dibandingkan dengan kesalahan 3% hingga 5% dengan ohmmeter
biasa untuk pengukuran resistansi (Jones 1991, 104).
Sensitivitas jembatan Wheatstone bergantung pada sensitivitas galvanometer,
resistansi galvanometer, dan tegangan suplai jembatan. Untuk menghitung
sensitivitas jembatan, perlu "melihat" rangkaian jembatan dari terminal
galvanometer. Rangkaian jembatan diganti dengan rangkaian ekivalen
theveninnya, yaitu dengan tegangan keluaran rangkaian terbukanya secara seri
dengan resistansi terminalnya. Batas bawah praktis untuk pengukuran resistansi
yang akurat oleh Jembatan Wheatstone adalah sekitar 5 Ω. Jembatan Wheatstone
dapat digunakan untuk pengukuran resistansi yang sangat tinggi. Batas atas
pengukuran untuk jembatan Wheatstone adalah sekitar 1012 Ω (Bell 1997, 173).
Aplikasi untuk operasi jembatan Wheatstone AC adalah dimana lewatnya DC
melalui resistor X akan mengubah besarnya X. Contoh dari fenomena ini adalah
pengukuran resistansi elektroda elektrokimia (seperti yang digunakan dalam
elektrokardiografi) yang dipasang ke tubuh. Lewatnya arus searah menyebabkan
polarisasi elektroda akibat migrasi ion di medan listrik DC (Northrop 2005, 195).
Jembatan Wheatstone yang tersedia secara komersial biasanya memiliki
terminal untuk menghubungkan pasokan eksternal. Tegangan suplai dan
galvanometer biasanya dihubungkan ke rangkaian jembatan melalui sakelar
tombol tekan yang harus ditekan untuk menjaga kontak. Dengan resistor yang
tidak diketahui terhubung, tombol suplai ditekan dan ditahan, dan tombol
galvanometer diberi celah untuk memeriksa arah dan amplitudo jika defleksi.
Komponen resistif jembatan disesuaikan dengan suplai dan galvanometer
dimatikan, kemudian tombol ditekan lagi dan defleksi galvanometer diamati. Ada
hasil yang berlanjut sampai galvanometer menunjukkan nol, dan selanjutnya
dilanjutkan saat sensitivitas galvanometer meningkat (Bell 1997, 173).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Manipulasi : Resistansi potensiometer (Ω)
2. Variabel Respon : Panjang kawat (cm)
3. Variabel Kontrol : Tegangan sumber (V) dan Resistansi resistor (Ω)
B. Definisi Operasional Variabel
1. Resistansi potensiometer (R1) adalah besarnya nilai hambatan yang
dimiliki oleh potensiometer untuk menghambat aliran listrik pada
rangkaian. Resistansi potensiometer diperoleh melalui pengukuran
menggunakan multimeter digital sebagai ohmmeter. Resistansi memiliki
satuan ohm (Ω).
2. Panjang kawat (L) adalah panjangnya kawat yang menunjukkan angka
nol pada galvanometer ketika ujung penunjuk posisi disentuhkan pada
kawat. Panjang kawat diukur menggunakan mistar dengan satuan
sentimeter (cm).
3. Tegangan sumber (VS) adalah tegangan yang disuplai/disediakan oleh
catu daya ke rangkaian. Tegangan sumber tertera pada catu daya dengan
satuan volt.
4. Resistansi resistor (Rx) adalah besarnya nilai hambatan yang dimiliki
oleh resistor untuk menghambat aliran listrik pada rangkaian. Resistansi
resistor diperoleh melalui hasil perhitungan dari sistem jembatan
Wheatstone. Resistansi memiliki satuan ohm (Ω).
C. Alat dan Bahan
Pelaksanaan kegiatan ini ditunjang oleh komponen dan alat ukur berikut:
1. Galvanometer 1 buah
2. Sumber Tegangan 1 buah
3. Potensiometer 1 buah
4. Resistor Tetap 1 buah
5. Kawat Jembatan + Skala Metrik 100 cm 1 buah
6. Kabel Penghubung 13 buah
D. Prosedur Kerja
1. Sistem jembatan Wheatstone dirakit seperti gambar berikut.

Gambar 3. 1 Perangkat Percobaan Langkah-1


(Sumber: Saleh, 2021)
2. Tegangan sumber diatur pada 5 volt dc.
3. Ujung penunjuk posisi disentuhkan pada kawat sambil diperhatikan
penunjukan jarum Galvanometer.
Penting: Jika jarum Galvanometer menunjukkan penyimpangan
melebihi nilai maksimum kiri atau kanan, tegangan sumber diturunkan
hingga Galvanometer berada pada posisi antara maksimum dan titik nol.
4. Selanjutnya, pengambilan data dilakukan dengan menggeser indikator
posisi sepanjang kawat hingga jarum Galvanometer menunjukkan nol.
Posisi ini disebut keadaan kesetimbangan. Posisi ujung indikator
mengacu pada titik nol dicatat.
5. Nilai Potensiometer Box diubah dan langkah (4) dilakukan hingga
diperoleh sedikitnya 10 (sepuluh) trial data.
E. Teknik Analisis Data
1. Menghitung nilai resistansi tahanan RX beserta ketidakpastiannya
menggunakan persamaan berikut.

{| | | | | |}

2. Menghitung besarnya persen eror menggunakan persamaan berikut

| |
3. Menghitung rata-rata nilai resistansi tahanan RX beserta
ketidakpastiannya menggunakan persamaan berikut.

̅̅̅̅

|̅̅̅̅ |
̅̅̅̅
4. Melakukan analisis ketidakpastian galvanometer dengan menghitung
besarnya nilai tegangan Thevenin, resistansi Thevenin, dan arus
galvanometer menggunakan persamaan berikut.

[ ]

( ) ( )
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Hasil Pengamatan
Tabel 4. 1 Pengukuran Panjang Kawat 1 (L1) dan 2 (L2) sebagai Fungsi
Perubahan Resistansi Potensiometer (R1)
No. R1 (Ω) L1 (cm) L2 (cm)
1 1000 75,5 24,5
2 2000 47,5 52,5
3 3011 58,5 41,5
4 4020 65 35
5 5100 70 30
6 6080 73,5 26,5
7 7090 76,5 23,5
8 8030 79,5 20,5
9 9060 81,3 18,7
10 10100 82,5 17,5

B . Analisis Data
1. Analisis Jembatan Wheatstone

a. Secara Teori

b. Secara Praktikum
Untuk Data 1
R1 = 1000 Ω
L1 = 75,5 cm
L2 = 24,5 cm
a. Resistansi
b. Ketidakpastian
 Potensiometer
Ketelitian Ohmmeter DMM(SANWA CD711) ( )
Resistansi terukur = 1000 Ω
( ) ( )
( ) ( )

 Skala Metrik

 Tahanan

| | | | | |

| | | | | |

| | | | | |

| | | | | |

{| | | | | |}

{| | | | | |}

c. Kesalahan Relatif
d. Derajat Kebenaran

e. Angka Berarti

( )

( )

f. Pelaporan Fisika
| |
| |
g. Persen Error

| |

| |

Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh data sebagai berikut
Tabel 4.2 Penentuan resistansi tahanan RX
R (Ω) ΔR (Ω) Rx (Ω) ΔRx (Ω) KR% DK% PF (10 Ω) % error
1000 1,47 98,53 | |
2000 24,005 2210,52632 30,96398 1,40 98,60 | | 0,47847
3011 36,137 2136,00855 30,03480 1,41 98,59 | | 2,90870
4020 48,245 2164,61538 30,73547 1,42 98,58 | | 1,60839
5100 61,205 2185,71429 31,43480 1,44 98,56 | | 0,64935
6080 72,965 2192,10884 31,93439 1,46 98,54 | | 0,35869
7090 85,085 2177,97384 32,19472 1,48 98,52 | | 1,00119
8030 96,365 2070,62893 31,20143 1,51 98,49 | | 5,88050
9060 108,725 2083,91144 31,86166 1,53 98,47 | | 5,27675
10100 121,205 2142,42424 33,12980 1,55 98,45 | | 2,61708
h. Resistansi Tahanan (RX) Rata-rata

̅̅̅̅

( )
̅̅̅̅
( )

̅̅̅̅
i. Ketidakpastian RX rata-rata
|̅̅̅̅ |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
|̅̅̅̅ | | |
̅̅̅̅
j. Kesalahan Relatif

k. Derajat Kebenaran

l. Angka Berarti

( )
( )

m. Persen Error

| |

| |

n. Pelaporan Fisika
|̅̅̅̅ ̅̅̅̅|
| |

2. Analisis Ketidakpastian Galvanometer


Untuk Data 1
R1 = 1000 Ω
L1 = 75,5 cm
L2 = 24,5 cm
Dari rangkaian:

Misal : 𝐿 𝑅

𝐿 𝑅

[ ]

[ ]
[ ]

( ) ( )

( ) ( )

( ) ( )

Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh data sebagai berikut
Tabel 4.3 Analisis ketidakpastian galvanometer dengan teorema Thevenin
R (Ω) RX (Ω) L1 (cm) L2 (cm) VTH ( V) RTH (Ω) IG ( A)
1000 75,5 24,5 7,1725 2,73866
2000 2210,52632 47,5 52,5 4,75 -1,8104
3011 2136,00855 58,5 41,5 -3,40003 -1,2957
4020 2164,61538 65 35 4,85075 1,84832
5100 2185,71429 70 30 -4,11765 -1,5688
6080 2192,10884 73,5 26,5 3,14309 1,19746
7090 2177,97384 76,5 23,5 -3,12905 -1,192
8030 2070,62893 79,5 20,5 0,643525 0,245151
9060 2083,91144 81,3 18,7 -0,646092 -0,24612
10100 2142,42424 82,5 17,5 1,63366 0,622302

C . Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan prinsip kerja jembatan Wheatstone sebagai
rangkaian untuk mengukur resistansi tahanan yang belum diketahui dan juga biasa
digunakan untuk menghitung nilai resistansi yang kecil. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka rangkaian jembatan harus berada dalam keadaan setimbang.
Keadaan setimbang ini dicapai jika beda potensial pada galvanometer bernilai nol
yang berarti tidak ada arus yang melalui galvanometer. Kondisi ini terjadi jika
tegangan terminal satu sama dengan tegangan terminal yang lainnya. Jika kondisi
ini tercapai, maka kita dapat melakukan pengukuran resistansi tahanan yang tidak
diketahui.
Seperti yang kita ketahui, rangkaian jembatan Wheatstone menggunakan
empat buah resistor di mana dua resistor sebagai lengan-lengan pembanding, satu
resistor sebagai lengan standar, dan satu resistor sebagai resistor yang tidak
diketahui nilainya. Pada praktikum ini, digunakan sebuah potensiometer dan
resistor cincin sedangkan untuk kedua resistor lainnya digunakan kawat.
Potensiometer digunakan sebagai variabel manipulasi untuk memperoleh
beberapa data dengan resistansi yang berbeda-beda. Perubahan pada nilai
resistansi potensiometer akan menyebabkan perubahan pada panjang kawat.
Untuk melakukan pengukuran, resistansi potensiometer terlebih dahulu
diukur lalu ujung penunjuk galvanometer disentuhkan pada kawat lalu panjang
kedua sisi kawat diukur. Dilakukan pengukuran berulang dengan perlakuan yang
sama hingga diperoleh enam data.
Berdasarkan analisis data dari hasil pengamatan diperoleh rata-rata resistansi
tahanan RX yaitu sebesar ̅̅̅̅ . Hasil yang diperoleh melalui
analisis data ini kemudian dibandingkan dengan nilai RX secara teori untuk
mengetahui besarnya persen kesalahan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
persen kesalahan sebesar %. Persen kesalahan ini mengartikan bahwa
hasil pengukuran yang dilakukan tidaklah jauh dari nilai teori.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa arus yang mengalir pada
galvanometer tidak tepat diangka nol, melainkan mendekati angka nol. Hal ini
dapat disebabkan oleh kesalahan dalam perhitungan, adanya hambatan pada
galvanometer, kesalahan paralaks dan sensitivitas alat yang digunakan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan hal sebagai berikut:
1. Prinsip kerja jembatan Wheatstone yaitu mengukur resistansi tahanan
yang belum diketahui dengan syarat rangkaian jembatan harus berada
dalam keadaan setimbang yang mana keadaan setimbang ini dicapai jika
beda potensial pada galvanometer bernilai nol yang berarti tidak ada arus
yang melalui galvanometer.
2. Nilai hambatan yang belum diketahui dapat dihitung menggunakan
sistem jembatan Whetasone dengan metode analisis data hasil
pengamatan. Berdasarkan analisis data dari hasil pengamatan diperoleh
rata-rata resistansi tahanan RX yaitu sebesar ̅̅̅̅ .
B. Saran
Adapun saran dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk asisten: diharapkan agar asisten dapat memantau jalannya
praktikum agar kesalahan-kesalahan kecil yang bisa saja dilakukan oleh
praktikan dapat dihindari.
2. Untuk praktikan: diharapkan kepada praktikan agar teliti dalam
pengambilan data terutama pada saat mengamati tegangan pada
galvanometer agar tegangan galvanometer tepat bernilai nol
DAFTAR PUSTAKA

Bell, D. A. (1997). Electronic Instrumentation and Measurement (Second


Edition). New Delhi: Prentice-Hall
Dunn, W. C. (2005). Fundamentals of Industrial Instrumentation and Process
Control. New York: McGraw-Hill
Jones, L. D., dan Chin, A. F. (1991). Electronic Instruments and Measurements
(Second Edition). London: Prentice-Hall International
Northrop, R. B. (2005). Introduction to Instrumentation and Measurements
(Second Edition). Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group
Pratiwi, W., dkk. (2021). Analisis Rangkaian Wheatstone Bridge Menggunakan
Simulator Circuit Wizard, Proteus, dan Multisim. Telecommunications.
Networks, Electronics, and Computer Technologies. 1 (1) : 1-13
Saleh, M. (2021). Modul Praktikum Instrumentasi untuk Mahasiswa Jurusan
Fisika Universitas Negeri Makassar. Makassar: Laboratorium Fisika
Unit Elektronika & Instrumentasi
Sapiie, S., dan Nishino, O. (2000). Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik
(Cetakan Keenam). Jakarta: Pradnya Paramita
Sugito, Hartono, dan Permadi, I. (2019). Rancang Bangun Sistem Pengukuran
Pergeseran Tanah Menggunakan Sensor Variabel Resistor. Berkala
Fisika, 18 (1): 9-16
DOKUMENTASI

Gambar 1. Rangkaian Sistem Jembatan Wheatstone


LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai