Anda di halaman 1dari 20

JEMBATAN WHEATSTONE

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN

Oleh :
Nama /NIM : Nurul Wahidatis Sya’bania
Kelompok : IIIB
Asisten : Oki Firmansyah
Tanggan Praktikum/Jam : 09 April 2020 / 09.40 – 12.20

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................4
1.4 Manfaat...............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5
BAB 3 METODE EKSPERIMEN.................................................................9
3.1 Alat dan Bahan................................................................................9
3.2 Desain Eksperimen........................................................................10
3.2.1 Variabel Eksperimen..................................................................10
3.2.2 Prosedur Percobaan....................................................................11
3.3 Metode Analisis Data....................................................................12
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................13
4.1 Hasil...............................................................................................13
4.2 Pembahasan...................................................................................14
BAB 5 PENUTUP........................................................................................15
5.1 Kesimpulan....................................................................................15
5.2 Saran..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16
LAMPIRAN

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan wheatstone merupakan suatu metode yang dilakukan untuk


memperoleh ketelitian dalam pengukuran terhadap suatu tahanan yang memiliki
nilai relatif sangat kecil. Jembatan wheatstone adalah suatu rangkaian listrik yang
dapat mengukur hambatan yang belum diketahui serta untuk mengoreksi
kesalahan yang dapat terjadi dalam pengukuran hambatan dengan menggunakan
Hukum Ohm. Prinsip Jembatan Wheatstone berhubungan dengan Hukum
Kirchoff I dan Hukum Hirchoff II (Dedy, 2012).

Kehidupan sehari-hari kita selalu bersanding dengan benda-benda yang


memiliki arus listrik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kinerja dari arus
listrik seperti tahanan, arus, tegangan dan lain-lain. Jembatan Wheatstone ini
merupakan rangkaian hambatan, sehingga dengan melakukan praktikum ini kita
dapat mengetahui hambatan yang nilainya belum diketahui dalam suatu rangkaian
listrik. Prinsip Jembatan Wheatstone ini dalam kehidupan sehari-hari digunakan
pada bidang perikanan.

Praktikum Jembatan Wheatstone yang kami lakukan ini menggunakan arus


DC. Rangkaian ini terdiri dari hambatan standar, dan hambatan yang belum
diketahui nilainya. Tegangan DC ditempatkan diantara dua titik diagonal dengan
hambatan variabel (diganti dengan kawat lurus sepanjang L1 dan L2 yang
homogen) diatur sedemikian rupa sehingga tegangan yang terukur pada titik
kawat sama dengan atau mendekati nol. Titik nol ini diukur dengan menggunakan
Galvanometer karena memiliki sensitivitas tinggi.

3
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum Jembatan Wheatstone yang kami lakukan


ini, yaitu bagaimana menentukan nilai hambatan sebuah resitor dengan
menggunakan metode Jembatan Wheatstone?

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum Jembatan Wheatstone ini yaitu untuk


mengetahui cara menentukan nilai hambatan sebuah resitor dengan menggunakan
metode Jembatan Wheatstone.

1.4 Manfaat

Prinsip Jembatan Wheatstone dalam kehidupan sehari-hari diterapkan pada


bidang perikanan. selain itu, aplikasi jembatan wheatstone juga dipakai dalam
perobaan mengukur regangan pada benda uji berupa beton atau baja. Perubahan
hambatannya sedemikian kecilnya sehingga untuk emndapatkan hasil eksaknya
harus dimasukkan dalam rangkaian jembatan wheatstone. Dalam percobaannya
digunakan strain gauge yang didalamnya telah terdapat rangkaian listrik beserta
jembatan wheatstone.

4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel


Hunter Christie pada tahun 1883 yang kemudian ditingkatkan dan dipopulerkan
oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Sir Charles Wheatstone adalah
seorang ilmuan Inggris dan merupakan penemu banyak terobosan ilmiah di era
Ratu Victoria. Sir Charles Wheatstone lahir pada tanggal 6 Februari 1802 di
Barnwood, Gloucester Inggris. Ayahnya adalah penjual musik di koa tersebut,
yang kemudian berpindah ke 128 Pall Mall, London. Sir Charles Wheatstone
terkenal dengan kontribusinya dalam pengembangan jembatan wheatstone ini. Sir
Charles Wheatstone akhirnya meninggal pada 19 Oktober 1875 pada umur 73
tahun dan meninggal di Paris, Perancis (Indrajit, 2007)

2.2 Definisi

Jembatan Wheatstone merupakan metode untuk mengukur hambatan


secara tidak langsung dan memiliki ketelitian yang lebih jika dibandingkan
dengan ohmmeter. Jembatan Wheatstone digunakan untuk mengukur suatu yang
tidak diketahui nilai hambatan listriknya. Jembatan Wheatstone adalah suatu alat
pengukur yang dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam pengukuran
suatu tahanan yang memiliki nilai relatif kecil sekali. Penggunaan rangkaian
Jembatan Wheatstone yaitu dengan membandingkan hasil dari pengukuran
besaran komponen resistor pada kondisi keseimbangan titik nol galvanometer.
Jika galvanometernya menunjukkan angka nol, maka perkalian hambatan yang
saling berhadapannya sama besar (Cunayah, 2006).

Galvanometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur


arus yang sangat kecil. Proses pengerjaan galvanometer menggunakan arus
gulungan putar yang terdiri dari sebuah magnet yang diam dan sebuah potongan

5
kawat yang merupakan satu bagian yang mudah bergerak dan dialalui arus yang
hendak diukur. Pada kapal motor terdapatlapis-lapis kutub yang ditempatkan pada
sebuah inti dengan lilitan kawat yang diputar secara bebas melalui satu poros. Jika
lilitan ini diberi arus listrik, akan timbul kekuatan yang mengakibatkan gulungan
memutar hingga membentuk sudut 90 terhadap arah kawat. Dengan menggunakan
peraturan daya, dapat kita ketahui jika gulungan kawat akan berputar menurut
arah panah, sehingga jarum penunjuknya menyimpang kekanan dari angka nol
(Suryanto, 1999).

Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan dalam


pengukuran ketelitian tahanan dalam daerah 1Ω-100.000Ω. Jembatan Wheatstone
terdiri dari empat lengan yang terdiri dari tiga tahanan (R1, R2, R3) yang diketahui
nilainya serta dapat diatur dan terdiri dari sebuah hambatan yang tidak diketahui
nilainya (RX). Jika konduktor pengalir arus ditempatkan dalam medan magnet
maka dihasilkan gaya pada konduktor yang cenderung menggerakkan konduktor
dengan arah yang tegak lurus medan (Lister, 1993).

Kegunaan Jembatan Wheatstone yaitu mengukur suatu hambatan dengan


cara arus yang mengalir pada Galvanometer sama dengan nol. Cara kerja
Jembatan Wheatstone yaitu sirkuit listrik empat tahanan dan sumber tegangan
yang dihubungkan dengan dua titik diagonal. Galvanometer ditempatkan pada
kedua titik diagonal yang berbeda dari titik diagonal yang menghubungkan
dengan tegangan (Pramono, 2014)

Jembatan Wheatstone telah dipakai secara luas pada pengukuran presisi


tahanan sekitar 1Ω sampai rangkuman mega ohm rendah. Sumber kesalahan
utama pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang dilalui terdiri dari :

- Sensitivitas detektor yang tidak cukup.


- Perubahan tahanan lengan
- Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan adanya kontak-
kontak luar (Cooper, 1994).

2.3 Gambar

6
Prinsip Jembatan Wheatstone dipakai untuk mengukur besarnya tahanan
suatu penghantar dengan teliti. Selain itu, Jembatan Wheatstone digunakan untuk
mengoreksi kesalahan yang dapat terjadi dalam pengukuran hambatan
menggunakan Hukum Ohm. Jembatan Wheatstone terdiri dari 4 tahanan yang
disusun segi empat dan Galvanometer (Hikam, 2005).

Jembatan Wheatstone dirancang seperti berikut ::

Gambar 2.1. Rangkaian Jembatan Wheatstone

(Sumber : Hikam, 2005)

2.4 Rumus

Prinsip kerja Jembatan Wheatstone mengupayakan agar saat dioprasikan,


Galvanometer berada pada titik nol. Jika jarum Galvanometer menunjukkan angka
nol mengarikan bahawa tidak ada arus yang mengalir. Pada keadaan ini, berlaku
prinsip Jembatan Wheatstone yang diformulasikan seperti :

R1 × R3=R 2 × R 4 (2.1)

Hasil eksperimen Hukum Ohm menyatakan jika, arus dalam segmen


kawat sebanding dengan beda potensial yang melintasinya. Kesebandingannya
ditulis 1/R, diformulasikan sebagai berikut :

1
I= V (2.2)
R

7
V
R= (2.3)
I

Persamaan diatas memberikan definisi umum dari resistansi antara dua titik.

Jika arus mengalir melalui kawat tembaga, maka arus akan mendapatkan
hambatan atau tahanan. Ohm telah menemukan bahwa pada suhu konstan arusnya
bertambah sehingga terdapat tegangan yang diformulasikan :

V
=konstan (2.4)
I

Perbandingan konstan ini menurut Ohm disebut tahanan dari penghantar


dengan simbol R, sehingga menjadi seperi persaman 2.3. Hubungan pasa
persamaan 2.3 tetap sebagai definisi umum dari hambatan sebuah penghantar,
tidak peduli apakah hambatan tersebut mengikuti Hukum Ohm atau tidak
(Halliday, 1996).

2.5 Literatur

Menurut (Hough, 2003), ada tiga hukum dasar mengenai rangkaian


jembatan wheatstone. Hukum yang pertama yaitu Hukum Ohm. Hukum yang
dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan Jerman pada tahun 1825.
Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu oenghanar, maka
kekuatan arus tersebut adalah sebanding lurus dengan tegangan listrik yang
terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”. Hukum kedua yaitu Hukum
Kirchoff 1 yang dicetuskan oleh Gustav Robert Kirchoff. Ia menemukan cara
untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang. Hukum ini berbunyi
“Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat
arus yang keluar dari titik percabangan. Hukum yang ketiga yaitu Hukum
Kirchoff II yang berbunyi “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL(E) dan
jumlah penurunn potensial sama dengan nol”. Maksudnya, tidak adanya energi
listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi bisa
digunakan atau diserap.

8
BAB 3 METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Jembatan Wheatstone yang
kami lakukan diantaranya :

1. Resistor 100Ω, merupakan hambatan standar yang berfungsi sebagai


hambatan tetap yang digunakan untuk menetapkan hambatan yang
digunakan.
2. Resistor 56Ω, merupakan hambatan standar yang berfungsi sebagai
hambatan tetap yang digunakan untuk menetapkan hambatan yang
digunakan.
3. Resistor 47Ω merupakan hambatan standar yang berfungsi sebagai
hambatan tetap yang digunakan untuk menetapkan hambatan yang
digunakan.
4. Capit buaya, berfungsi untuk mencapit kawat nikel pada papan.
5. Kabel cait buaya, berfungsi untuk menghubungkan kawat nikel dengan
resistor.
6. Galvanometer, yaitu alat yang berfungsi untuk mengukur arus pada suatu
hambatan.
7. Catu daya dan kabel penghubung, berfungsi untuk memberi energi listrik
dengan kabel penghubung sebagai perantaranya.
8. Multimeter, digunakan untuk menghitung hambatan yang awalnya tidak
diketahui,
9. Saklar, berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan arus listrik.

9
10. Kawat nikel dan papan, merupakan pengganti dari tahanan variabel yang
berfungsi untuk membuat arus pada galvanometer menjadi nol sehingga
jembatan wheatstone dikatakan dalam keadaan setimbang.
11. Meteran, untuk menentukan letak L yang menyebabkan jarum
galvanometer menjadi nol.
12. Papan sirkuit, sebagai wadah atau tempat untuk menyusun rangkaian
listrik.

3.2 Desain Eksperimen

Desain eksperimen yang dipakai pada praktikum Jembatan Wheatstone


yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Rangkaian Jembatan Wheatstone

(Sumber : Tim Penyusun, 2020)

Keterangan :

G = Galvanometer

L1 dan L2 = Panjang kawat nikelin mempunyai penampang lintang pada


sepanjang kawat (pengganti R2 dan R3).

B = Kontak geser

R1 = Hambatan Standart

Rx = Hambatan yang akan diukur besarnya

E = Sumber daya DC

10
S = Saklar.

3.2.1 Variabel Eksperimen

Variabel eksperimen yang ada pada praktikum Jembatan Wheatstone yang kami
lakukan, diantaranya :

1. Variabel bebas dalam praktikum Jembatan Wheatstone ini adalah besarnya


hambatan standar dan tegangan yang diberikan catu daya.
2. Variabel terikat dalam praktikum Jembatan Wheatstone ini adalah posisi
pada kawat L yang menunjukkan arus 0 pada galvanometer dan nilai Rx.
3. Variabel kontrol pada praktikum Jembatan Wheatstone ini adalah kontak
geser yang dilakukan.
3.2.2 Prosedur Eksperimen
Prosedur eksperimen yang dilakukan pada praktikum Jembatan Wheatstone
ini, seperti dibawah ini :

Mulai

Rangkaian dihubungkan seperti gambar 3.1

Pilih catu daya dengan output 3V Pilih catu daya dengan output 3V

Kontak geser disentuhkan pada salah satu kawat hingga jarus


Galvanometer menunjukkan angka nol.

Catat tempat kedudukan kontak geser

Rx diukur dengan multimeter

Ulangi hingga 3-4 kali percobaan dengan


merubah besar R1
11
Hasil

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam praktikum jembatan wheatstone adalah


sebagai berikut :

3.3.1. Pengukuran besar Rx dengan substitusi kawat sepanjang L sebagai


variabel pengganti 𝑹𝟑 dan 𝑹𝟒

Hasil yang akan dianalisis adalah perbandingan antara nilai tahanan


hasil perhitungan dengan nilai bila diukur denagn Ohm moeter
(Multimeter).Faktor penyebab selisih yang besar antara nilai Rx perhitungan
dengan rx pengukuran yang di jelaskan.Data lain yang perlu dianalisis adalah
hubungan antara lamanya pengukuran dengan besarnya kesalahan relatif.

3.3.2. Ralat
Ralat yang di gunakan dalammenentukan nilai dari praktikum Jembatan
Wheatstone adalah sebagai berikut :

1
∆ R1 = nst …………………………………………………………………..3.1
2
1
∆ L1=∆ L2= nst ………………………………………………………….3.2
2

∆ R x =¿………………………...………………………….3.3

R 1 L2
R x= ……………………………………………………………………..3.4
L1

∆ Rx
I= x 100 %……………………………………………………………..3.5
Rx

12
K=100 %−I ……………………………………………………………….3.6

∆ Rx
Ap=1−log log …………………….……………………………………3.7
Rx

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum jembatan wheatstone yang telah kami lakukan


sebagai berikut :
4.1.1 Tabel hasil perbandingan perhitungan Rx dengan Referensi
Rx(Referensi R1 ( Rx ± ΔRx ) (Ω)
Ω Ω 3V 6V
47 47 ( 51,7 ± 0 ) ( 47,9 ± 0,2 )

47 56 ( 53,9 ± 0,1 ) ( 48,0 ± 0,1 )

47 100 ( 49,5 ± 0,2 ) ( 45,9 ± 0 )

56 47 ( 58,6 ± 0 ) ( 56,4 ± 5,4 )

56 56 ( 59,4 ± 0,3 ) ( 57,6 ± 0,2 )

56 100 ( 57,9 ± 0,2 ) ( 56,0 ± 0,2 )

100 47 ( 104,2 ± 0,5 ) ( 112,1 ± 0 )

100 56 ( 109,4 ± 0,2 ) ( 105,7 ± 0,2 )

13
100 100 ( 106,2 ± 0,1 ) ( 104, 1 ± 0,4 )

4.2 Pembahasan

Percobaan Jembatan Wheatstone ini dilakukan untuk menentukan nilai


tahanan paa resistor yang tidak diketahui nilainya. Cara kerjanya yaitu dengan
merangkai rangkaian sesuai dengan rangkaian jembatan wheatstone pada gambar
3.1. catu daya dihubungkan dengan rangkaian kemudian dinyalakan.
Galvanometer dipasang pada rangkaian dan dilakukan kontak dengan kawat
penghantar kemudian dihitung nilai L1 dan L2 nya, kemudian RX ditentukan.

Hasil yang kami dapatkan dari eksperimen jembatan wheatstone ini seperti
pada tabel 4.1.1 diatas. Salah satu hasil dari yang kami dapat yakni dengan
tegangan 3V, R1 senilai 47Ω dan Rx yang didapatkan yaitu 51,7Ω. Nilai
pengukuran mengunakan multimeter dengan hasil perhitungan menggunakan
jembatan wheatstone memiliki selisih yang berbeda. Namun, besar selisih yang
didapatkan tidak terlalu jauh nilainya jika dibandingkan. Begitu pula pada variasi
tegangan sebesar 6V, dengan R1 tetap menghasilkan Rx sebesar 47,9Ω. Hasil ini,
juga menunjukkan bahwa selisih yang didapatkan tidak terlalu besar nilainya.
Namun jika terdapat selisih yang besar antara Rx dan R1 kemungkinan telah terjadi
kesalahan-kesalahan saat praktikum dilakukan. Kesalahn-kesalahannya berupa :
kesalahan dalam perhitungan, adanya hambatan dalam galvanometer, kesalahan
paralaks, sushu ruangan yang mengakibatkan penambahan massa jenis, dan lain-
lain.

Berdasarkan tabel 4.1.1 diatas, variasi tegangan yang diberikan tidak


berpengaruh terhadap nilai Rx yang dihasilkan. Jembatan wheatstone dalam
keadaan setimbang apabila outputnya bernilai nol,yang artinya kesetimbangan
jembatan wheatstone tidak dipengaruhi oleh tegangan dari sumber tegangan yang
berubah. Jadi dapat disimpulkan jika variasi tegangan tidak berpengaruh terhadap

14
besar Rx yang dihasilkan. Berlaku Hukum Ohm disini. Nilai R 1 berpengaruh
terhadap nilai Rx karena R1 berpengaruh terhadap nilai kuat arus listrik sesuai
dengan Hukum Ohm.

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum Jembatan Wheatstone yang


kami lakukan yakni, nilai tahanan dapat diperoleh dengan melakukan perkalian
silang antara RX.L1 = R1.L2 karena dua titik cabang pertemuan dalam rangkaian
tidak memiliki beda potensial, variasi beda potensial yang awalnya diberikan tidak
berpengaruh karena pada galvanometer nilai tegangan di sama dengankan nol.

5.2 Saran

Diharapkan mahasiswa membaca dan memahami prosedur percobaan pada


modul agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam melakukan eksperimen.
Diharapkan juga melakukan pengmatan ini dengan teliti dan hati-hati. Tujuannya
agar tidak banyak terjadi kesalahan sehingga mendapatkan hasil yang akurat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, David William. 1994. Instrumen Elektronika dan Teknik Pengukuran.


Jakarta : Erlangga.

Cunayah, Cucun. 2006. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Dedy. 2012. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.

Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Hikam. 2005. Eksperimen Fisika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :


Kencana.

Hough, D Young. 2003. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.

Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung : PT Setya Purna.

Lister, Eugene C. 1993. Mesin dan Rangkian Lisrik. Jakarta : Erlangga.

Pramono, Hadi. 2014. Panduan Praktikum Semester 2. Cirebon : Pusat


Lboratorium IAIN.

Suryanto. 1999. Pengetahuan Alat Ukur dan Elektronik. Jakarta : Erlangga.

Tim Penyusun. 2020. Pentunjuk Praktikum Fisika Dasar 2. Jember ; Universitas


Jember.

16
LAMPIRAN

Catu Daya E = 3V

17
18
Catu Daya E = 6V

19
20

Anda mungkin juga menyukai