Anda di halaman 1dari 24

2017 U

LAPORAN PRAKTIKUM
KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN
L4 – JEMBATAN WHEATSTONE

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. EGGY WAHYU RISTANTI 17030654036
2. ADINDA ARLIN HUSNIYYAH 17030654038
3. AISYA INTAN PERTIWI 17030654041
4. ERICHA AYUSEPTA MARVIYANI 17030654045

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SAINS
2019

i
JEMBATAN WHEATSTONE
ABSTRAK

Praktikum yang dilakukan pada Kamis, 5 September 2019 pukul


09.30-12.00 di laboratorium IPA, FMIPA Unesa dengan tujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh panjang tahanan geser terhadap panjang
L1 dan L2 serta mengetahui nilai hambatan lampu menggunakan
jembatan wheastone. Metode yang digunakan pada percobaan ini
adalah metode eksperimen dengan memanipulasi panjang hambatan
geser sebanyak 5 kali, yaitu 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, dan 10 cm. Hasil
dari percobaan ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan teori
dimana semakin besar hambatan pada tahanan geser yang digunakan
berpengaruh terhadap panjang L1 dan L2 serta dari data tersebut
dapat diperoleh nilai tahanan suatu lampu dengan menggunakan
rumus jembatan wheatstone. Semakin besar tahanan geser (Rs) maka
panjang kawat L1 akan lebih besar daripada kawat L2 karena semakin
besar hambatan arus yang mengalir akan semakin lambat. Dari
percobaan diketahui pula bahwa semakin besar nilai tahanan geser,
maka semakin besar pula hambatan lampu. Rata-rata besar hambatan
lampu sebesar (2,043 ± 0,466) kΩ dengan batas toleransi 5% dengan
taraf ketelitian sebesar 77,16%.

Kata kunci : Jembatan Wheatstone, Arus Tegangan, Hambatan,


Tahanan Geser, Kawat Tembaga

ii
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hambatan ................................................................................................... 2
B. Jembatan Wheatstone ............................................................................... 2
C. Galvanometer ............................................................................................ 7
D. Hipotesis ..................................................................................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Praktikum ......................................................................................... 8
B. Waktu dan Tempat ................................................................................... 8
C. Alat dan Bahan .......................................................................................... 8
D. Rancangan Percobaan............................................................................... 9
E. Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 9
F. Langkah Kerja .......................................................................................... 10
G. Alur .......................................................................................................... 10
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data ........................................................................................................... 11
B. Analisis data............................................................................................. 11
C. Pembahasan ............................................................................................. 12
D. Diskusi ...................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 16
B. Saran.......................................................................................................... 16

iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
LAMPIRAN DOKUMENTASI ...................................................................... 18
LAPORAN SEMENTARA............................................................................... 19
LAMPIRAN PERHITUNGAN ....................................................................... 20
LEMBAR KERJA MAHASISWA ................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja dari arus listrik dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain tahanan, arus, tegangan, dan lain-lain. Dalam rangkaian listrik
terdapat banyak konfigurasi rangkaian komponen-komponen
elektronika yang bukan sekedar rangkaian sederhana sumber
tegangan dan beban. Seperti halnya pada rangkaian jembatan
wheatstone. Pada umumnya jembatan wheatstone digunakan untuk
mengetahui suatu tahanan yang nilainya relatif kecil pada suatu
kebocoran dari tanah/korsluiting dan sebagainya. Prinsip pada
jembatan wheatstone ini juga dapat digunakan pada bidang
perikanan yaitu untuk menggantikan tugas manusia saat menghitung
jumlah ikan dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan waktu yang
lebih efisien. Untuk lebih jelasnya dalam memahami konsep maupun
teori jembatan wheatstone maka dilakukanlah praktikum tentang
jembatan wheatstone ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh nilai panjang tahanan geser terhadap panjang
L1 dan L2?
2. Bagaimana pengaruh tahanan geser terhadap nilai hambatan
lampu (Rx)?
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengidentifikasi pengaruh nilai panjang tahanan geser terhadap
panjang L1 dan L2.
2. Mengidentifikasi pengaruh tahanan geser terhadap nilai hambatan
lampu(Rx).

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hambatan
Hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan
pengantar listrik/konduktor, yang dapat digunakan untuk mengatur
besarnya arus listrik yang melewati suatu rangkaian. Berapa besar
aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapi
juga pada hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran electron.
Makin tinggi hambatan, makin kecil arus untuk suatu tegangan V.
Kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding
terbalik dengan hambatan. Ketika digabungkan hal ini dan
kesebandingan di atas, didapatkan :
𝑉
𝐼=
𝑅
dimana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah
beda potensial yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang
mengalir padanya. Hubungan ini sering dituliskan :
V = IR
dan dikenal sebagai hokum ohm (Giancoli, 2001). Untuk mengetahui
nilai hambatan dapat dilakukan dengan metode jembatan wheatstone.
Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan,
tegangan dan arus listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada
galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.

B. Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur yang
digunakan untuk memperoleh ketelitian dalam mengukur suatu
tahanan yang nilainya relative kecil umpamanya saja suatu kebocoran
dari kabel tanah / kartsluiting dan sebagainya (Sani, 2012) dalam

2
3

daerah 1 sampai 100.000Ω. Rangkaian jembatan wheatstone adalah


berupa susunan dari 4 buah hambatan. Cara kerja jembatan
wheatstone adalah sirkuit listrik yang terdiri dari empat tahanan dan
sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua titik diagonal dan
pada kedua titik diagonal yang lain dimana galvanometer
ditempatkan seperti pada Gambar 2.1 (Tim, 2019). Galvaometer
merupakan instrument sangat peka dan dapat mengukur arus yang
sangat lemah. Rangkaian jembatan wheatstone adalah berupa
susunan dari empat buah hambatan, yang mana dua dari hambatan
tersebut adalah hambatan variable yang harus diketahui nilainya, dan
hambatan yang belum diketahui nilainya. Rangkaian jembatan
wheatstone juga dapat disederhanakan dengan menggunakan
tahanan geser bila besarnya hambatan bergantung pada panjang
penghantar.

Gambar 2.1. Rangkaian Jembatan Wheatstone.


Sumber : googleimage.com
Keterangan :
S : Saklar Penghubung
G : Galvanometer
E : Sumber Tegangan Arus
Rs : Hambatan Geser
Ra & Rb : Hambatan yang sudah diketahui nilainya
Rx : Hambatan yang akan ditentukan nilainya

3
4

Gambar 2.2. Arah arus rangkaian Jembatan Wheatstone.


Sumber : googleimage.com

Persamaan di loop II :
I2 . R2 + I3 . R5 – I1 . R4 = 0
Persamaan di loop III :
I4 . R1 – I5 . R3 – I3 . R5 = 0

Jika tidak ada arus yang mengalir ke R5 (I3=0), maka :


Persamaan loop II :
I2 . R2 – I1 . R4 = 0
Persamaan loop III
I4 . R1 – I5 . R3 = 0

Persamaan loop II dibagi dengan persamaan loop I, maka diperoleh


bentuk persamaan :
I2 . R2 – I1 . R4 = 0 dan,
I4 . R1 – I5 . R3 = 0
Pada saat I3 = 0, maka I2 = I4 dan I1 = I5, sehingga bentuk ini menjadi
𝑅₂ 𝑅₄
=
𝑅₁ 𝑅₃
Atau dapat juga dituliskan menjadi bentuk persamaan awal yaitu,
R1 . R3 = R4 . R2
5

Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan dengan


menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan
listrik suatu penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan
penghantar tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar
itu untuk mengalirkan arus listrik. Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang
mana sesuai dari hukum tersebut menjelaskan jembatan dalam
keadaan seimbang karena besar arus pada kedua ujung galvanometer
sama besar sehingga saling meniadakan.
Prinsip dasar dari jembatan wheatstone adalah keseimbangan.
Saat saklar S ditutup, maka arus akan melewati rangkaian. Jika jarum
galvanometer menyimpang artinya ada arus yang melewatinya, yaitu
antara titik C dan D ada beda potensial. Dengan mengatur besarnya
Ra dan Rb juga hambatan geser Rs, sangat mungkin untuk membuat
VCB = VDB. Bila hal ini dapat dipenuhi maka tiada arus yang akan
mengalir melalui galvanometer, meskipun S ditutup. Jika tidak ada
arus listrik yang mengalir melewati Galvanometer artinya jarum
galvanometer menunjukkan angka nol (0). Bila Galvanometer tidak
memperlihatkan pergeseran maka dikatakan jembatan wheatstone
dalam keadaan setimbang (Tim, 2019). Dengan demikian akan
berlaku persamaan :
𝑅ₐ
𝑅ₓ = 𝑅𝑠
𝑅b

Pada prakteknya, mengganti resistor dengan kawat. Pada kawat,


kita menggeser-geser kabel penghubung dari galvanometer sampai
galvanometer setimbang. Bila nilai Ra dan Rb diganti dengan panjang
kawat L1 dan L2 maka rumus di atas dapat ditulis sebagai berkut:
L₁
𝑅ₓ = 𝑅𝑠
L₂
Keterangan:
Rs : Hambatan geser
6

Rx : Hambatan yang akan ditentukan nilainya


L1 &L2 : Panjang kawat

Teori yang berkaitan dengan jembatan wheatstone yaitu:


1. Teori hukum ohm
Teori ini berbunyi “tentang arus (current law), yang menyatakan
bahwa arus masuk pada satu titik percabangan akan sama dengan
arus yang keluar melalui titik yang sama”dan “ jika suatu arus listrik
melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah
sebanding lurus dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua
ujung penghantar tadi.
2. Teori hukum faraday
Teori ini berbunyi “ Konsep gaya gerak listrik pertama kali
dikemukakan oleh Michael Faraday, yang melakukan penelitian
untuk menentukan faktor yangmemengaruhi besarnya ggl yang
diinduksi. Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada
waktu, yaitu semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik,
ggl yang diinduksi semakin besar ”.
3. Teori hukum Kirchoff
Teori ini berbunyi “Menyatakan bahwa jumlah tegangan-
tegangan didalam satu rangkaian tertutup sama dengan 0 (nol)”.
(Kanginan.2006)
Sehingga rumus yang didapatkan pada jembatan wheatstone
yaitu:
L₁
𝑅ₓ = 𝑅𝑠
L₂
Keterangan:
Rs : Hambatan geser
Rx : Hambatan yang akan ditentukan nilainya
L1 &L2 : Panjang kawat (Surya, 2010)
7

C. Galvanometer
Galvanometer adalah suatu alat yang dapat mengukur arus yang
sangat kecil. Galvanometer dalam proses pengerjaannya
menggunakan arus gulungan putar yangterdiri dari sebuah magnet
yang tidak bergerak dan sebuah potongan kawat yang merupakan
satubagian yang mudah bergerak dan dilalui arus yang hendak
diukur. Pada kapal motor dilengkapi dengan lapis-lapis kutub. Lapis-
lapis kutub ini ditempatkan pada sebuah inti dengan lilitan kawat
yang dapat diputar dengan bebas melalui sebuah poros. Jika
gulungan ini dialiri arus listrik maka akan timbul suatu kekuatan
yang berakibat akan memutar gulungan itu srhingga akan
membentuk sudut 90 terhadap arah kawat. Kuat arus yang berbeda
dalam penghantar itu mempunyai arah mendekati dan menjadi
positif.Dengan menggunakan peraturan daya jadi dapat kita ketahui
bahwa gulungan tadi berputar menurut arah panah, sehingga jarum
penunjuk akan menyimpang ke kanan dari angka nol
(Suryanto,1999:4).

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang ada, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
1. Semakin besar nilai tahanan geser maka semakin panjang kawat
pertama (L1) dan semakin pendek kawat kedua (L2).
2. Semakin besar nilai tahanan geser, maka semakin besar hambatan
lampu (Rx).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Praktikum
Pada praktikum yang berjudul “Jembatan Wheatstone” ini
menggunakan metode eksperimen dengan memanipulasi panjang
tahanan geser sebanyak 5 kali, dengan mengontrol tegangan power
supply, resistor, jenis lampu sehingga diperoleh respon berupa
panjang kawat L1 dan L2 dan nilai hambatan lampu.

B. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 5 September 2019
pukul 09.30-12.00 di Laboratorium IPA gedung C12, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Surabaya.

C. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a) Power supply 1 buah
b) Tahanan geser 1 buah
c) Slider 1 buah
d) Resistor 1 buah
e) Galvanometer 1 buah
f) Lampu sepeda motor 5 W / 12 V 1 buah
g) Kabel penghubung 11 buah
h) Mistar 1 buah
i) Multimeter 1 buah
2. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a) Kawat tembaga 2 meter
b) Amplas 1 buah

8
9

D. Rancangan Percobaan

Gambar 3.1 Rancangan Percobaan Jembatan Wheatstone


Sumber : Panduan LKM 4

E. Variabel dan Definisi Operasional


Variabel dan definisi operasional dari praktikum ini adalah :
1. Variabel kontrol : tegangan power supply, resistor, jenis
lampu.
Definisi operasional : tegangan power supply yang digunakan
sebesar 6 V dengan resistor tetap
sebesar 1000 Ω dan jenis lampu sepeda
motor 5 W / 12 V.
2. Variabel manipulasi : panjang tahanan geser.
Definisi operasional : panjang tahanan geser dimanipulasi
sebanyak 5 kali, yaitu 2 cm, 4 cm, 6 cm,
8 cm, dan 10 cm.
3. Variabel respon : panjang kawat L1 dan L2 dan nilai
hambatan lampu.
Definisi operasional : dari percobaan ini diperoleh data
berupa panjang kawat L1 dan L2
sehingga dapat diketahui nilai
hambatan lampu.
10

F. Langkah Kerja
Langkah kerja pada praktikum ini adalah :
1. Mengamplas kawat tembaga lalu dipasang pada slider.
2. Merangkai alat dan bahan seperti pada rancangan percobaan.
3. Mengukur panjang tahanan geser sebesar 2 cm dari titik nol.
4. Menghidupkan power supply.
5. Menggeser slider secara perlahan-lahan sehingga galvanometer
menunjukkan angka nol. Usahakan posisi slider tidak terlalu ke
tepi dengan cara memilih tahanan geser yang seimbang.
6. Mengukur L1 dan L2 lalu dicatat pada tabel.
7. Mengulangi kegiatan 3 sampai 6 dengan mengganti panjang
tahanan geser sebesar 4 cm, 6 cm, 8 cm, dan 10 cm.

G. Alur
Kawat tembaga
Diamplas
Alat dan bahan
Dirangkai sesuai rancangan percobaan
Tahanan geser
Diukur panjangnya sebesar 2 cm dari titik nol
Power supply
Dihidupkan
Slider
Digeser secara perlahan sampai galvanometer menunjukkan
angka nol
Diukur panjang L1 dan L2
Dicatat
Hasil
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Hasil Percobaan Jembatan Wheatstone
Rtb L1 L2 Rx
No.
(…±0,1) cm (…±0,1) cm (…±0,1) cm (kΩ)
1. 2,0 53,0 47,0 1,1277
2. 4,0 56,0 44,0 1,2727
3. 6,0 61,0 39,0 1,5641
4. 8,0 73,0 27,0 2,7037
5. 10,0 78,0 22,0 3,5455

Keterangan :
Rtb = tahanan geser (cm)
L1 = panjang kawat 1 (cm)
L2 = panjang kawat 2 (cm)
Rx = nilai hambatan lampu
Rs = resistor tetap (1000 Ω)
Tagangan Power Supply = 6 V

B. Analisis data
Pada praktikum jembatan wheatstone pada saat pajang tahanan
geser (Rtb) dimanipulasi maka akan diperoleh data panjang kawat 1
dan panjang kawat 2 sehingga dapat digunakan dalam menentukan
nilai hambatan lampu. Pada saat tegangan geser digeser sejauh 2,0 cm
diperoleh panjang kawat 1 sebesar 53,0 cm, panjang kawat 2 47,0 cm
dan nilai hambatan lampu 1,1277 kΩ. Pada percobaan kedua,

11
12

tegangan geser digeser sejauh 4,0 cm sehingga panjang kawat 1 56,0


cm dan panjang kawat 2 44,0 cm dan nilai hambatan lampu 1,2727 kΩ.
Pada percobaan ketiga, tahanan geser digeser sejauh 6,0 cm sehingga
panjang kawat 1 61,0 cm dan panjang kawat 2 39,0 cm dan nilai
hambatan lampu 1,5641 kΩ. Pada percobaan keempat tahanan geser
digeser sejauh 8,0 cm sehingga panjang kawat 1 73,0 cm dan panjang
kawat 2 27,0 cm dan nilai hambatan lampu 2,7037 kΩ. Pada percobaan
kelima, tahanan geser digeser sejauh 10,0 cm sehingga panjang kawat
1 75,0 cm dan panjang kawat 2 22,0 cm dan nilai hambatan lampu
3,5455 kΩ.

C. Pembahasan
Pada praktikum jembatan wheatstone semakin besar nilai
hambatan geser maka semakin besar pula panjang kawat 1,
sedangkan panjang kawat 2 semakin kecil. Hal ini telah sesuai dengan
hipotesis. Berdasarkan rumus untuk menentukan Rx yang ada pada
kajian teori maka, besarnya nilai kawat 1 sebanding dengan besar nilai
hambatan geser, sedangkan panjang kawat 2 berbanding terbalik
dengan besar nilai hambatan geser (Surya, 2010)
Berdasarkan hasil percobaan, semakin besar hambatan geser
maka hambatan lampu juga semkin besar. Menurut Tim (2019),
rangkaian jembatan wheatstone adalah berupa susunan dari 4 buah
hambatan. Sehingga bila nilai hambatan geser diperbesar maka nilai
hambatan lampu juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan hipotesis
dan rumus untuk menentukan Rx.
Jembatan wheatstone merupakan sirkuit listrik yang terdiri dari
empat tahanan, dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua
titik diagonal, dan pada kedua titik diagonal yang lain ditempatkan
sebuah galvanometer. Galvanometer akan menyimpang apabila
terdapat perbedaan potensial pada dua titik tersebut. Jika tahanan-
13

tahanan itu diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer itu tidak


akan mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut.
Prinsip jembatan wheatstone adalah adanya keseimbangan atara dua
titik diagonal yang terhubung pada galvanometer sehingga tidak ada
arus yang mengalir pada galvanometer yang berarti galvanometer
menunjuk pada angka nol (setimbang). Agar jembatan wheatstone
dalam keadaan setimbang, maka panjang L1 dan L2 harus diatur
sedemikian rupa hingga galvanometer menunjukkan angka 0. Ada
beberapa teori yang berkaitan dengan jembatan wheastone
diantaranya pertama, teori hukum ohm yang berbunyi “tentang arus
(current law), yang menyatakan bahwa arus masuk pada satu titik
percabangan akan sama dengan arus yang keluar melalui titik yang
sama”dan “ jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar, maka
kekuatan arus tersebut adalah sebanding lurus dengan tegangan
listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi. Kedua,
teori hukum faraday yang berbunyi “ Konsep gaya gerak listrik
pertama kali dikemukakan olehMichael Faraday, yang melakukan
penelitian untuk menentukan faktor yang memengaruhi besarnya ggl
yang diinduksi. Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung
pada waktu, yaitu semakin cepat terjadinya perubahan medan
magnetik, ggl yang diinduksi semakin besar ”. Ketiga, teori hukum
kirchoff yang berbunyi “Bahwa jumlah tegangan-tegangan didalam
satu rangkaian tertutup sama dengan 0 (nol)”. (Kanginan.2006)
Syarat keseimbangan untuk jembatan wheatstone adalah :
1. Keadaan seimbang tidak dipengaruhi oleh pergantian posisi dari
sumber tegangan dan galvanometer.
2. Kondisi keseimbangan tidak dipengaruhi bila sumber tegangan
berubah.
14

3. Galvanometer hanya diperlukan untuk melihat bahwa tidak ada


arus yang mengalir melalui sirkitnya, jadi tidak perlu membaca
harga arus pada skala.
Untuk cabang-cabang rasio harga tahanan masing-masing tidak
perlu teliti, tetapi hanya harga rasio antara keduanya yang penting,
dan harga rasio inilah yang harus didapatkan seteliti mungkin. Akan
tetapi harga tahanan dari cabang pengatur harus diketahui seteliti
mungkin (Sappie,Nishino, 1974 :102)
Hubungan antara Rtb, L1, L2 dan Rx pada percobaan ini yaitu
dengan mengalikan silang antara Rx.L1 = Rtb. L2 sesuai dengan
penurunan rumus pada kajian teori karena dua titik cabang
pertemuan dalam rangkaian tidak memiliki beda potensial antara dua
titik cabang tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur
besarnya Rtb, Ra dan Rb maka akan dicapai kesetimbangan sehingga
persamaan tersebut dapat digunakan. Maka diketahui bahwa besar
nilai tahanan geser mempengaruhi nilai L1 dan L2. Semakin tinggi nilai
tahanan maka nilai L2 akan semakin kecil dan L1 akan semakin besar.

D. Diskusi
Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan
keberadaan, arah, dan kekuatan dari sebuah arus listrik dalam sebuah
konduktor. Rangkaian jembatan wheatstone adalah berupa susunan
dari 4 buah hambatan. Cara kerja jembatan wheatstone adalah sirkuit
listrik yang terdiri dari empat tahanan dan sumber tegangan yang
dihubungkan melalui dua titik diagonal dan pada kedua titik
diagonal yang lain dimana galvanometer ditempatkan (Tim, 2019).
Galvaometer merupakan instrument sangat peka dan dapat
mengukur arus yang sangat lemah. Menurut Herlan (2014) dalam
keadaan setimbang dimana galvanometer G menunjukam titik nol.
Sehingga dalam rangkaian jembatan wheatstone, galvanometer
15

digunakan untuk mengetahui keadaan jembatan dikatakan setimbang


jika beda potensial pada galvanometer sama dengan 0 volt atau
dengan kata lain tidak ada arus yang terdeteksi galvanometer.
Prinsip jembatan wheatstone banyak diterapkan dalam
kehidupan dintaranya di bidang perikanan. Yaitu dengan
diciptakannya suatu alat yang dapat menggantikan tugas manusia
untuk menghitung jumlah ikan-ikan saat beri makan ikan-ikan, akan
menjaga jumlah ikan-ikan dalam jumlah banyak sehingga tugas
manusia dapat digantikan oleh alat ini juga dapat mempercepat
proses perhitungan ikan otomatis ini dapat dihitung jumlah ikan
dalam jumlah banyak, dalam waktu yang relatif cepat. Selain itu
dalam percobaan konduktivitas ionik dari (AgI) x (Ag2O-B2O3) 1-x
diamati dengan cara mengukur hambatan listrik menggunakan
metode-ac yang menerapkan prinsif jembatan wheatstone pada suhu
yang bervariasi (Yusuf, 2007).
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Praktikum yang berjudul “Jembatan Wheatstone” bahwa besar
hambatan pada tahanan geser yang digunakan berpengaruh terhadap
panjang L1 dan L2 serta dari data tersebut dapat diperoleh nilai
tahanan suatu lampu dengan menggunakan rumus jembatan
wheatstone. Semakin besar tahanan geser (Rs) maka panjang kawat L1
akan lebih besar daripada kawat L2 karena semakin besar hambatan
arus yang mengalir akan semakin lambat. Dari percobaan diketahui
pula bahwa semakin besar nilai tahanan geser, maka semakin besar
pula hambatan lampu. Rata-rata besar hambatan lampu sebesar (2,043
± 0,466) kΩ dengan batas toleransi 5% dengan taraf ketelitian sebesar
77,16%.

B. Saran
Berdasarkan pengalaman praktikan, saran untuk pembaca
adalah sebelum menyusun rangkaian jembatan wheatstone sebaiknya
mengecek semua peralatan apakah dalam keadaan baik atau tidak
dan memastikan setiap alat terdapat hambatannya dengan
menggunakan multimeter.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.


Herlan, Dedeg. (2014). Studi Pengaruh Pengaman Galvanometer terhadap
Kekuatan Hasil Pengukuran Resistor pada Jembatan Wheastone
Sederhana. Jurnal Seminar Nasional dan Teknologi,3.
Kanginan,Marthen.2006. Fisika Semester 2.Jakarta:Erlangga
Sani, Ridwan A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed
Press.
Sapiie, Nishino. 1974. Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik. Jakarta :
Erlangga
Suryanto.1999.Pengetahuan Alat Ukur dan Elektronik.Jakarta:Erlangga.
Surya,yohanes.2010. Fisika Dasar Listrik dan Magnet. Tanggerang: PT.
Kandel
Tim Kemagnetan dan Kelistrikan. 2019. Modul Praktikum Kemagnetan dan
Kelistrikan. Surabaya: Pendidikan Sains FMIPA Unesa.
Yusuf F. (2007). Sintesis dan Pengukuran Konduktivitas Listrik Konduktor
Superionik Gelas (AgI) x (Ag2O-B2O3) 1-X. Jurnal Sains Materi
Indonesia. 8(3), 287-292. doi:
http://dx.doi.org/10/17146/jsmi.2007.8.3.4766.
18

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 6.1. Menyiapkan alat Gambar 6.2. Mengamplas


dan bahan kawat tembaga dengan amplas

Gambar 6.3. Rangkaian Gambar 6.4. Mengukur nilai

Jembatan Wheatstone tahanan geser menggunakan


mistar

Gambar 6.5. Mencari panjang


L1 dan L2
19

LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Nilai Hambatan Lampu (Rx)


Rs = 1000 Ω 5. Percobaan ke-5
= 1 kΩ 𝐿₁
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑠
𝐿₁ 𝐿₂
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑠 78
𝐿₂
𝑅𝑥 = ×1
1. Percobaan ke-1 22
𝑅𝑥 = 3,5455 𝑘𝛺
𝐿₁
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑠
𝐿₂
53
𝑅𝑥 = ×1
47
𝑅𝑥 = 1,1277 𝑘𝛺

2. Percobaan ke-2
𝐿₁
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑠
𝐿₂
56
𝑅𝑥 = ×1
44
𝑅𝑥 = 1,2727 𝑘𝛺

3. Percobaan ke-3
𝐿₁
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑠
𝐿₂
61
𝑅𝑥 = ×1
39
𝑅𝑥 = 1,5641 𝑘𝛺

4. Percobaan ke-4
𝐿₁
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑠
𝐿₂
73
𝑅𝑥 = ×1
27
𝑅𝑥 = 2,7037 𝑘𝛺
20

B. Ketelitian dan Ketidakpastian


Tabel 6.1. Ketelitian dan Ketidakpastian
Percobaan
Rx Rx-Rx (Rx-Rx)2
Ke-…
1 1,1277 -0,915 0,837
2 1,2727 -0,770 0,592
3 1,5641 -0,4789 0,228
4 2,7037 0,661 0,436
5 3,5455 1,503 2,259
= ∑(Rx-Rx)2
Rx = 2,043
= 4,352
∑(Rx−Rx)²
ΔRx = √ 𝑛(𝑛−1)

4,352
ΔRx = √5(5−1)

4,352
ΔRx = √ 5×4

4,352
ΔRx = √ 20

ΔRx = √0,217
ΔRx = 0,466

Rx = (Rx ± ΔRx)
Rx = (2,043 ± 0,466) kΩ

∆𝑅𝑥
Ketidakpastian pengukuran = × 100%
𝑅𝑥
0,466
= 2,043 × 100%

= 0,228 × 100%
= 22,83 %
Taraf ketelitian = 100% - 22,8%
= 77,16%

Anda mungkin juga menyukai