JEMBATAN WHEATSTONE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Fisika Dasar 2
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Nasikhudin, S.Pd, M.Sc
Disusun Oleh :
Kelompok 4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 3
B. TUJUAN ............................................................................................................................... 4
C. DASAR TEORI..................................................................................................................... 4
D. ALAT DAN BAHAN ........................................................................................................... 6
E. PROSEDUR PERCOBAAN ................................................................................................. 6
F. DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA .............................................................. 7
G. PEMBAHASAN ................................................................................................................. 11
H. TUGAS ............................................................................................................................... 12
I. KESIMPULAN .................................................................................................................... 16
J. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17
2
A. LATAR BELAKANG
Hambatan listrik digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik dalam suatu
rangkaian. Jika hambatan listrik dilalui arus listrik akan terjadi perubahan energi listrik
menjadi kalor dan hal ini merupakan prinsip kerja dari misalnya kompor dan setrika
listrik.
Hambatan listrik dari suatu penghantar (konduktor) adalah perbandingan dari beda
potensial antar ujung-ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Dari sebab
itu, salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik dari konduktor adalah
mengukur beda potensial dari ujung-ujungnya dengan voltmeter (V) dan juga mengukur
arus listrik yang melaluinya dengan amperemeter (A).
Pada gambar 1a, amperemeter (A) mengukur arus iR yang melalui hambatan (R),
tetapi voltmeter (V) menujukkan pembacaan beda potensial Vac dan bukan beda potensial
Vbc yaitu beda potensial yang sebenarnya dari ujung-ujung hambatan (R). Cara
pengukuran hambatan (R) dengan rangkaian gambar 1a hanya akan memberikan nilai R
yang sebenarnya, yaitu perbandingan dari Vac dan iR jika hambatan dalam dari
amperemeter RA sama dengan nol. Jika RA≠0, R yang diperoleh dari hasil bagi Vac dan
iR harus dikoreksi.
P-01. Jika hambatan dalam dari amperemeter RA ≠ 0, dan nilai R diketahui (gambar
1a) turunkan rumus untuk memperoleh RA dinyatakan dengan Vac, iR dan RA
P-02. Jika pada rangkaian gambar 1b, hambatan dalam dari voltmeter V diketahui
yaitu RV, turunkan rumus untuk memperoleh R dinyatakan dengan Vab, i, dan RV
3
Cara lain untuk mengukur besar hambatan listrik yang belum diketahui ialah dengan
metode “Jembatan Wheatstone”. Mengukur besarnya hambatan listrik yang belum
diketahui dengan metoda Jembatan Wheatstone pada dasarnya ialah membandingkan
besar hambatan yang belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang sudah
diketahui nilainya.
B. TUJUAN
C. DASAR TEORI
Hambatan listrik digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik dalam suatu
rangkaian. Hambatan listrik dari suatu penghantar (konduktor) adalah perbandingan dari
beda potensial antar ujung-ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Dari
sebab itu, salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik dari konduktor adalah
mengukur beda potensial dari ujung-ujungnya dengan voltmeter (V) dan juga mengukur
arus listrik yang melaluinya dengan amperemeter (A).
Cara lain untuk mengukur besar hambatan listrik yang belum diketahui ialah dengan
metoda “Jembatan Wheatstone”. Mengukur besarnya hambatan listrik yang belum
diketahui dengan metoda Jembatan Wheatstone pada dasarnya ialah membandingkan
besar hambatan yang belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang sudah
diketahui nilainya.(Modul Praktikum Fisika Dasar 2, 2020)
Jembatan Wheatstone, diciptakan oleh Samuel Hunter Christie dan dipopulerkan oleh
Charles Wheatstone, dan digunakan untuk mengukur resistensi. Hal ini dibangun dari
empat resistor, dua nilai yang dikenal R1 dan R3 (lihat gambar 1), salah satu yang tahan
akan ditentukan Rx, dan salah satu yang variabel dan dikalibrasi R2 . Dua simpul
berlawanan terhubung ke sumber arus listrik, seperti baterai, dan galvanometer
tersambung di dua simpul lainnya. Variabel resistor disesuaikan sampai galvanometer
membaca nol. Hal ini kemudian diketahui bahwa rasio antara resistor variabel dan
tetangganya R1 adalah sama dengan rasio antara resistor yang tidak diketahui dan
tetangganya R3, yang memungkinkan nilai resistor yang tidak diketahui untuk dihitung.
(Clarence, 2007: 43-44)
Jembatan Wheatstone merupakan jembatan arus searah bertipe nol yang mempunyai
empat lengan resistor. Jembatan Wheatstone digunakan untuk menentukan nilai resistor
yang belum diketahui nilainya dan menggunakan perbandingan ketiga resistor yang
4
sudah diketahui nilainya. Kegunaan dari Jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur
nilai suatu hambatan dengan cara arus yang mengalir pada galvanometer sama dengan nol
(karena potensial ujung-ujungnya sama besar). (Pratama, 2010).
Prinsip dari rangkaian listrik Jembatan Wheatstone dapat dilihat pada gambar 2.
Setelah S ditutup, dalam rangkaian akan ada arus listrik. Jika jarum dari
Galvanometer (G) mengalami penyimpangan, berarti ada arus listrik yang melalui
Galvanometer (G), berarti juga antara titik C dan D ada perbedaan potensial. Dengan
mengubah-ubah besarnya hambatan Rb, R1 dan R2 dapat diusahakan sehingga
Galvanometer (G) tidak dilalui arus lagi, yang berarti potensial titik C dan D sama.
Karena tidak ada arus yang melalui G, arus yang melalui R1 dan R2 sama, misalnya i1.
Demikian juga arus yang melalui Rb dan X sama, misalnya i2. Dengan menggunakan
Hukum Ohm, dapat diperoleh nilai dari X yang dinyatakan dengan R1, R2 dan Rb
sebagai berikut.
𝑅2
𝑋= 𝑅𝑏 ……………………………………………………………….(1)
𝑅1
5
𝐿2
𝑋= 𝑅𝑏 ……………………………………………………………….(2)
𝐿1
E. PROSEDUR PERCOBAAN
6
F. DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
Keterangan =
Variabel bebas : L1 dan L2
Variabel kontrol : Rb
Variabel terikat : X1 dan X2
2. Analisis Data
Dalam percobaan ini menggunakan metode ralat rambat yaitu yang mana metode
ini di menggunakan data yang berupa angka lalu mengolah dengan rumus yang sudah
ada.
Rumus untuk mengetahui besarnya X1 dan X2 :
⚫ Menentukan Nilai Rx :
𝐿2
𝑅𝑥 = 𝑅𝑏
𝐿1
Ralat Rambat :
⚫ Menentukan nilai ∆Rx
−𝐿2 2 2 𝑅 2 2 𝐿 2 2
∆𝑅𝑋 = √|(𝐿 ∙ 𝑅𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + | 𝐿 𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 | + |𝐿2 ∙ 3 ∙ ∆𝑅𝑏 |
1 )2 1 1
2 2 2
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2
∆Rx = √| ∙ ∙ ∆L1| + | ∙ ∙ ∆L2| + | ∙ ∙ ∆Rb |
𝜕L1 3 𝜕L2 3 𝜕Rb 3
7
∆𝑅𝑋𝑠𝑒𝑟𝑖 = √|∆𝑅𝑋1 |2 + |∆𝑅𝑋2 |2
∆𝑅𝑋𝑠𝑒𝑟𝑖
Ralat relatif = × 100%
𝑅𝑋𝑠𝑒𝑟𝑖
1 1 1
=𝑅 +𝑅
𝑅𝑋𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 𝑋1 𝑋2
𝑅𝑥2 2 𝑅𝑥1 2
∆𝑅𝑋𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = √|(𝑅𝑥 )2 ∆𝑅𝑥1 | + |(𝑅𝑥 )2 ∆𝑅𝑥2 |
1 +𝑅𝑥2 1 +𝑅𝑥2
∆𝑅𝑋𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
Ralat relatif = × 100%
𝑅𝑋𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
2 2 2
44,05 × 2,7 2 2,7 2 44,05 2
√
= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(55,95)2 3 55,95 3 55,95 3
8
2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋2 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏
2 2 2
60,5 × 2,7 2 2,7 2 60,5 2
√
= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(39,5)2 3 39,5 3 39,5 3
= √0,00262
= 0,05122Ω
𝑆𝑋2
𝑅𝑋2 = × 100%
𝑋2
0,05122
= × 100%
4,13544
= 0,01238 % (3 𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑋2 = (4,135 ± 0,05122)Ω dengan ralat relatif sebesar 0,01238 %
(4 AP)
c. Perhitungan percobaan pada X1 dan X2 seri
L2 69,55
Xs = Rb = 2,7 = 6,167 Ω
L1 30,45
2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋𝑠 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏
2 2 2
69,55 × 2,7 2 2,7 2 69,55 2
√
= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(30,45)2 3 30,45 3 30,45 3
= √0,00585
= 0,07649Ω
𝑆𝑋𝑠
𝑅𝑋𝑠 = × 100%
𝑋𝑠
0,07649
= × 100%
6,167
= 0,012403 % (4 𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑋𝑠 = (6,167 ± 0,07649)Ω dengan ralat relatif sebesar
0,01240% (4 AP)
d. Perhitungan percobaan pada X1 dan X2 paralel
9
L2 30,05
Xp = Rb = 2,7 = 1,160 Ω
L1 69,95
2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
√
𝑆𝑋𝑝 = | ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏
2 2 2
30,05 × 2,7 2 2,7 2 30,05 2
= √| 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(69,95)2 3 69,95 3 69,95 3
= √0,00020
= 0,001438Ω
𝑆𝑋𝑝
𝑅𝑋𝑝 = × 100%
𝑋𝑝
0,001438
= × 100%
1,160
= 0,00123966 % (4 𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑋𝑝 = (1,160 ± 0,001438)Ω dengan ralat relatif sebesar
0,001240 % (4 𝐴𝑃)
e. Perhitungan menurut teori pada X1 dan X2 seri
𝑋𝑠 = 𝑋1 + 𝑋2
= 2,12574 + 4,13544
𝑋𝑠 = 6,26118
Kesalahan Relatif
𝑋𝑠 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) − 𝑋𝑠 (𝑑𝑎𝑡𝑎)
𝑅𝑋𝑠 = | | × 100%
𝑋𝑠 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)
6,26118 − 6,167
=| | × 100%
6,26118
= 0,01504% (4 𝐴𝑃)
f. Perhitungan menurut teori pada X1 dan X2 paralel
1 1 1
= +
𝑋𝑝 𝑋1 𝑋2
1 𝑋2 + 𝑋1
=
𝑋𝑝 𝑋1 𝑋2
𝑋1 𝑋2
𝑋𝑝 =
𝑋2 + 𝑋1
10
2,12574 × 4,13544
=
4,13544 + 2,12574
𝑋𝑝 = 1,38414 Ω
Kesalahan Relatif
𝑋𝑝 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) − 𝑋𝑝 (𝑑𝑎𝑡𝑎)
𝑅𝑋𝑝 = | | × 100%
𝑋𝑝 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)
1,38414 − 1,160
=| | × 100%
1,38414
= 0,1619% (4 𝐴𝑃)
G. PEMBAHASAN
Hambatan listrik digunakan untuk mengatur arah arus listrik dalam suatu rangkaian.
Jika hambatan listrik dilalui oleh arus listrik maka akan menjadi perubahan energi listrik
menjadi kalor. Caranya mengukur besar hambatan listrik adalah dengan cara mengukur
beda potensial pada ujung-ujungnya dengan voltmeter sedangkan untuk mengukur kuat
arus yang melalui hambatan tersebut adalah dengan amperemeter. Lalu dengan hambatan
listrik yang tidak dapat diukur dengan cara tersebut, maka metode jembatan wheatstone
menjadi cara alternatif untuk mengukur suatu besar hambatan yang belum diketahui
nilainya dengan membandingkan nilai hambatan tersebut dengan nilai hambatan lain yang
sudah diketahui besarnya.
Pada percobaan ini besar nilai hambatan X1 dan X2 belum diketahui. Pada rangkaian
jembatan wheatstone terdapat hambatan Rb sebagai variabel kontrol dan juga sebagai
hambatan pembanding yang besar nilainya sudah lebih dahulu diketahui, sesuai prinsip
jembatan wheatstone. Melalui persamaan :
L2
X = Rb
L1
Dari persamaan tersebut dapat diketahui nilai hambatan X. Besar nilai L1 dan L2
merupakan panjang kawat antara titik AB dan juga panjang kawat antara titik BC yang
akan diketahui setelah hambatan geser C digeser-geser kemudian galvanometer menunjuk
ke angka nol.
Dari percobaan jembatan wheatstone ini dilakukan pengambilan data sebanyak satu
kali untuk setiap 1 percobaan. Setelah melakukan analisis data yang ada dengan
menggunakan teori ralat rambat diperoleh hasil seperti pada analisis sajian hasil
sebelumya. Pada hasil analisis berdasarkan percobaan X1 diperoleh nilai 𝑋1 =
(2,126 ± 0,02632)Ω dengan ralat relatif 0,01238%, percobaan X2 diperoleh nilai 𝑋2 =
(4,135 ± 0,05122)Ω dengan ralat relatif 0,01238%, percobaan Xs diperoleh nilai 𝑋𝑠 =
(6,167 ± 0,07649)Ω dengan ralat relatif 0,01240%, dan pada percobaan Xp diperoleh
11
nilai 𝑋𝑝 = (1,160 ± 0,001438)Ω dengan ralat relatif 0,01240%. Sedangkan hasil analisis
berdasarkan teori diperoleh nilai Xs adalah 6,261 Ω dengan ralat relatif 0,01504%, dan
pada percobaan Xp diperoleh nilai 1,384 Ω dengan ralat relatif 0,1619%.
Berdasarkan hasil analisis data pengamatan diatas, dapat dikatakan bahwa data yang
didapatkan cukup baik. Hal tersebut dikarenakan ralat relatif yang didapatkan cukup
kecil, yaitu kurang dari 1% dan hasil perhitungan Xs dan Xp menurut percobaan serta
menurut teori hasilnya tidak jauh beda. Selain daripada itu, hal yang menyebabkan hasil
analisis data ini baik adalah ketelitian dalam membaca skala pada mistar dan ketepatan
jarum galvanometer yang menunjuk pada angka nol serta ketepatan dalam menghitung
rumus dari jembatan wheatstone tersebut.
12
H. TUGAS
1. P-01. Jika hambatan dalam dari amperemeter RA ≠ 0, dan nilai R diketahui (gambar
1a) turunkan rumus untuk memperoleh RA dinyatakan dengan Vac, iR dan RA
Jawaban :
V = I .R
Vac = IR R a + IR R
IR R a = Vac − IR R
Vac − IR R
Ra =
IR
2. P-02. Jika pada rangkaian gambar 1b, hambatan dalam dari voltmeter V diketahui
yaitu RV, turunkan rumus untuk memperoleh R dinyatakan dengan Vab, i, dan RV
Jawaban :
I = IR + Iv
Vab Vab
= +
R Rv
Vab Vab
= I−
R Rv
Vab
= R(I − )
Rv
Vab
R = V
I− ab
Rv
Pada gambar jembatan wheatstone di atas, dapat dibagi menjadi lengan kanan
dan lengan kiri galvanometer. Area pada sekitar baterai dan hambatan geser adalah
loop 1. Kemudian, area pada sekitar R2 dan X adalah loop 2. Kemudian, loop 3
dengan R1 dan Rb. Sehingga didapat persamaan sebagai berikut.
I2 X - I1 R2 – Ig G = 0 … (loop II)
I2 Rb - I1 R1 + Ig G = 0 … (loop III)
Apabila tidak ada arus yang mengalir pada galvanometer, maka:
I2 X – I1 R2 = 0 … (loop II)
I2 Rb - I1 R1 = 0 … (loop III)
Dengan membagikan persamaan yang didapat pada loop II dan pada loop III
saat arus yang mengalir pada galvanometer adalah sama dengan nol maka didapat
persamaan sebagai berikut.
13
X R1 R2
= atau X = RB
Rb R2 R1
Pada gambar jembatan wheatstone di atas, dapat dibagi menjadi lengan kanan
dan lengan kiri galvanometer. Area pada sekitar baterai dan hambatan geser adalah
loop 1. Kemudian, area pada sekitar L2 dan X adalah loop 2. Kemudian, loop 3
dengan L1 dan Rb. Sehingga didapat persamaan sebagai berikut.
I2 X - I1 L2 – Ig G = 0 … (loop II)
I2 Rb - I1 L1 + Ig G = 0.... (loop III)
Apabila tidak ada arus yang mengalir pada galvanometer atau jarum
galvanometer menunjuk pada angka nol, maka:
I2 X – I1 L2 = 0 … (loop II)
I2 Rb - I1 L1 = 0 … (loop III)
Dengan membagikan persamaan yang didapat pada loop II dan pada loop III
saat arus yang mengalir pada galvanometer adalah sama dengan nol maka didapat
persamaan sebagai berikut.
X L1 L2
= atau X = RB
Rb L2 L1
5. Bandingkan nilai susunan seri X1 dengan X2 yang diperoleh dari hasil percobaan
dengan nilai susunan seri X1 dengan X2 dari hasil perhitungan menurut teori. Apakah
nilainya sama atau tidak? Jelaskan jawaban saudara
Jawaban :
Dari analisis data didapatkan nilai dari 𝑋𝑠 = (6,167 ± 0,07649)Ω dengan ralat
relatif sebesar 0,01240% (4𝐴𝑃), kemudian dari hasil perhitungan menurut teori
didapatkan nilai 𝑋𝑠 = 6,26118Ω. Dari analisis data tersebut diketahui nilai dari
hambatan terdapat sedikit perbedaan yang terbilang kecil jika dibandingkan antara
perhitungan dari hasil percobaan dan perhitungan menurut teori, dimana hasil dari
pengukuran menurut teori lebih besar daripada perhitungan dari hasil percobaan. Hal
ini mungkin dapat terjadi dikarenakan adanya kekurang telitian dalam mengambil
hasil percobaan.
6. Bandingkan nilai susunan paralel X1 dengan X2 yang diperoleh dari hasil percobaan
dengan nilai susunan paralel X1 dengan X2dari hasil perhitungan menurut teori.
Apakah nilainya sama atau tidak? Jelaskan jawaban saudara
Jawaban :
14
Dari analisis data didapatkan nilai dari 𝑋𝑝 = (1,160 ± 0,001438)Ω dengan ralat
relatif sebesar 0,001240 % (4 𝐴𝑃), kemudian dari hasil perhitungan menurut teori
didapatkan nilai 𝑋𝑝 = 1,38414 Ω. Dari analisis data tersebut diketahui nilai dari
hambatan berbeda jika dibandingkan antara perhitungan dari hasil percobaan dan
perhitungan menurut teori, dimana hasil dari pengukuran menurut teori lebih besar
daripada perhitungan dari hasil percobaan. Hal ini mungkin dapat terjadi dikarenakan
adanya kekurang telitian dalam mengambil hasil percobaan atau kondisi peralatan
yang kurang ideal.
15
I. KESIMPULAN
16
J. DAFTAR PUSTAKA
17