Anda di halaman 1dari 27

JEMBATAN WHEATSTONE

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN

Oleh
Nama / NIM : Irvan Saputra /191910801021
Kelompok : 3A
Asisten : Kamilah Awaliyah
Tanggal Praktikum/Jam : 9 April 2020 / 07.00-09.40

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................i

DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv

BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3

2.1 Jembatan Wheatstone.............................................................................................................3


2.2 Galvanometer.........................................................................................................................5
2.3 Hambatan Listrik....................................................................................................................5
BAB 3. METODOLOGI EKSPERIMEN.......................................................................................6

3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................................................6


3.2 Desain Ekperimen..................................................................................................................6
3.2.1 Variabel Ekperimen.........................................................................................................6
3.2.2 Prosedur Ekperimen........................................................................................................7
3.3 Metode Analisa Data..............................................................................................................9
3.3.1 Analisa data untuk mencari nilai Rx hitung....................................................................9
3.3.2 Perhitungan Error............................................................................................................9
3.3.3 Tabel Pengamatan.........................................................................................................10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................11

4.1 Hasil.....................................................................................................................................11
4.2 Pembahasan..........................................................................................................................11
BAB 5. PENUTUP........................................................................................................................14

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
5.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

i
LAMPIRAN..................................................................................................................................16

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Praktikum Jembatan Wheatstone................................................................10
Tabel 4.1 Tabel Hasil Perhitungan Rx……………………………………………………………

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rangkaian Jembatan Wheatstone..................................................................................3


Gambar 2. Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan kontak geser di atas kawat
penghantar........................................................................................................................................4
Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone dengan mensubstitusi kawat sepanjang L................7

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan Wheatstone merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menentukan
tahanan atau hambatan suatu penghantar dengan teliti. Jembatan Wheatstone mengacu pada
Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff 1 dan 2. Hukum Ohm menyatakan bahwa kuat arus I dalam
sebatang kawat berbanding lurus dengan tegangan V dan berbanding terbalik dengan tahanan R,
secara matematis persamaan Hukum Ohm dapat ditulis sebagai berikut.

V
I= (1.1)
R

Hukum Kirchoff 1 menyatakan bahwa pada suatu titik temu, beberapa penghantar berarus
maka jumlah kuat arus yang masuk sama dengan jumlah kuat arus yang keluar atau dengan kata
lain Σ I =0. Hukum Kirchoff 2 menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian tertutup jumlah aljabar
Gaya Gerak Listrik (GGL atau sumber tegangan E) dan rugi-rugi tegangan IR = 0.

Manfaat dari Jembatan Wheatstone adalah dapat menentukan nilai hambatan sebuah
resistor yang tidak diketahui nilainya dengan resistor yang sudah diketahui nilainya. Salah satu
contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari ialah untuk menghitung jumlah ikan yang
panen dalam suatu peternakan dan masa jualnya dengan waktu yang efisien. Praktikum
Jembatan Wheatstone dilakukan dengan mempraktikkan secara langsung bagaimana cara
menentukan nilai hambatan dari sebuah resistor menggunkan nilai resistor yang sudah diketahui
secara seri.

Praktikum jembatan wheatstone dilakukan dengan menggabungkan kedua resistor (R1


dan Rx) secara seri. Kemudian dihubungkan menggunakan kabel penghubung pada kawat
nikelin (sebagai pengganti R3 dan R4). Hubungkan catu daya pada kedua ujung kawat nikelin.
Galvanometer diletakkan di antara R1 dan Rx dengan kutub positif dan kutub negatif sebagai
kontrol penggerak untuk kawat nikelin agar galvanometer berada pada titik nol. Rx atau resistor
yang akan dihitung nilai hambatannya dapat diketahui menggunakan persamaan berikut ini
(turunan dari persamaan Hukum Ohm):

1
L2
Rx= R1 (1.2)
L1

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam praktikum ini, yaitu:
a. Bagaimana perbandingan nilai Rx hitung dan Rx referensi?
b. Bagaimana hasil Rx hitung untuk V = 6V?
c. Bagaimana perbandingan hasil keseluruhan dengan toeri yang ada?
1.3 Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam praktikum ini, yaitu:

a. Menentukan perbandingan nilai Rx hitung dengan Rx referensi.


b. Menentukan hasil Rx hitung untuk V = 6V
c. Menentukan perbandingan hasil keseluruhan dengan teori yang ada.
1.4 Manfaat

Manfaat dari praktikum Jembatan Wheatstone, yaitu praktikan diharapkan mampu dan
memahami cara menentukan nilai hambatan sebuah resistor dengan menggunakan metode
Jembatan Wheatstone. Selain itu, praktikan diharapkan dapat mengaplikasikannya ke dalam
kehidupan sehari-hari dan dunia industri minyak dan gas yang terkait dengan praktikum ini.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jembatan Wheatstone


Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada
1833 dan berkembang, kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Ini
digunakan untuk mengukur suatu yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan
dua kali dari rangkaian jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip
dengan aslinya potensiometer (Dedy, 2012).

Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur, alat ini dipergunakan untuk
memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya
relatif kecil sekali, misalnya saja suatu kebocoran dari kabel tanah atau kartsluiting dan
sebagainya (Suryatmo, 1974).

Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik. Cara
ini tidak memerlukan alat ukur Voltmeter dan Amperemater,cukup satu Galvanometer untuk
melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian. Prinsip dari rangkaian jembatan
Wheatstone di perlihatkan pada gambar 1.

C
R
Ra X

Rb
bbB E
D RS
S
Gambar 1. Rangkaian Jembatan Wheatstone

Keterangan Gambar :
S: Saklar penghubung

3
G: Galvanometer
E: Sumber tegangan arus
Rs: Hambatan geser
Ra dan Rb:Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.
Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.
Saat saklar S di tutup, maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum Galvanometer
menyimpang artinya ada arus yang melewatinya, yaitu antara titik C dan D ada beda potensial.
Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat dicapai galvanometer
G tak teraliri arus, artinya tak ada beda potensial antara titik C dan D. Dengan demikian akan
berlaku persamaan:

Ra
Rx= R (2.1)
RB S

Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan besarnya R bergantung


pada panjang penghantar, maka rangkaian Jembatan Wheatstone dapat diubah menggunakan
kawat penghantar seperti gambar 2 di bawah ini:

Ra RX
G

A B
L1 L2

S
E

Gambar 2. Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan kontak


geser di atas kawat penghantar

Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang berasl dari ujung
Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang L1 dan L2 yang

4
akan menghasilkan arus di Galvanometer sama dengan NOL. Oleh karena itu, pada kawat AB
perlu di lengkapi skala ukuran panjang. Dengan demikian, diperoleh persamaan:
L2
Rx= Ra (2.2)
L1

2.2 Galvanometer
Galvanometer adalah suatu alat yang dapat mengukur arus yang sangat kecil.
Galvanometer dalam proses pengerjaannya menggunakan arus gulungan putar yang terdiri dari
sebuah magnet yang tidak bergerak dan sebuah potongan kawat yang merupakan satu bagian
yang mudah bergerak dan dilalui arus yang hendak diukur. Pada kapal motor dilengkapi dengan
lapis-lapis kutub. Lapis-lapis kutub ini ditempatkan pada sebuah inti dengan lilitan kawat yang
dapat diputar dengan bebas melalui sebuah poros. Jika gulungan ini dialiri arus listrik maka akan
timbul suatu kekuatan yang berakibat akan memutar gulungan itu srhingga akan membentuk
sudut 90° terhadap arah kawat. Kuat arus yang berbeda dalam penghantar itu mempunyai arah
mendekati dan menjadi positif. Dengan menggunakan peraturan daya jadi dapat kita ketahui
bahwa gulungan tadi berputar menurut arah panah, sehingga jarum penunjuk akan menyimpang
ke kanan dari angka nol (Suryanto,1999).

Galvanometer merupakan instrumen yang sangat peka dan dapat mengukur arus yang
sangat lemah. Galvanometer terdiri atas sebuah komponen kecil berlilitan banyak yang
ditempatkan dalam sebuah medan magnet begitu rupa sehingga garis-garis medan akan
menimbulkan kopel pada kumparan apabila melalui kumparan ini ada arus (Flink, 1984).

2.3 Hambatan Listrik


Suatu rangkaian listrik tentu terdapat hambatan. Hambatan/resistansi merupakan
karakteristik umum dari suatu rangkain. Karakteristik hambatan komponen-komponen dalam
rangkain listrik adalah: 1). Hambatan kawat penghantar. Besarnya kawat penghantar dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu hambatan jenis penghantar, panjang penghantar, dan luas penampang
penghantar. 2). Hambatan resitor digunakan agar tidak membuang banyak biaya dalam
pembuatan suatu hambatan. Besarnya resistansi suatu resistor dapat ditentukan secara langsung
menggunakan alat ukur hambatan (Ohmmeter) atau menggunakan perhitungan manual dengan
kode warna resistor (Cooper, 1994).

5
BAB 3. METODOLOGI EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum hukum ohm sebagai berikut:

a. Resistor 100 Ω, untuk memberikan hambatan terhadap aliran listrik yang mengalir ke
dalam perangkat listrik.
b. Resistor 56 Ω, untuk memberikan hambatan terhadap aliran listrik yang mengalir ke
dalam perangkat listrik.
c. Resistor 47 Ω, untuk memberikan hambatan terhadap aliran listrik yang mengalir ke
dalam perangkat listrik.
d. Capit Buaya, untuk menyalurkan energi listrik dari sumber daya adaptor ke pemakai.
e. Kabel Capit Buaya, untuk menghubungkan capit buaya ke rangkaian listrik.
f. Galvanometer, untuk mendeteksi dan mengukur arus listrik yang kecil.
g. Catu Daya, berfungsi untuk mengubah arus listrik bolak – balik (AC) dari PLN menjadi
arus searah (DC) kemudian disalurkan ke komponen yg membutuhkan supply listrik.
h. Kabel Penghubung, untuk menyalurkan arus listrik.
i. Multimeter, untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi).
j. Saklar, untuk memutuskan atau menyambungkan rangkaian listrik.
k. Kawat Nikelin dan Papan, sebagai konduktor.
l. Meteran, untuk mengukur jarak atau panjang.
m. Papan Sirkuit, sebagai tempat merangkai jembatan penghubung dan penghubung alat
listrik lainnya.

3.2 Desain Ekperimen


3.2.1 Variabel Ekperimen
a. Variabel Kontrol : Tegangan (V) sebesar 3V dan 6V

6
b. Variabel Terikat : Panjang penghantar L1 dan L2
c. Variabel Bebas : Resistor 47Ω, 56Ω, dan 100Ω

3.2.2 Prosedur Ekperimen

Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone dengan mensubstitusi kawat sepanjang L

Mulai

Dihubungkan rangkaian seperti


Gambar 3. Sumber daya dalam
keadaan off.

Diberitahu dulu asisten atau


pebimbing yang bertugas
sebelum saklar dipindah ke
posisi on

Dipilih Catu daya dengan


output sebesar 3 V, dan
dihidupkan saklar.

Disentuhkan kontak geser pada


salah satu posisi di kawat

7
Digeserkan kontak geser
sepanjang kawat geser
sedemikian hingga skala pada
galvanometer menunjukkan
angka nol.

Lanjutan prosedur

Dilarang menjepitkan kabel


capit buaya pada kabel nikelin,
cukup disentuhkan saja pada
permukaan kawat.

Dihindari jarum penunjuk


skala pada Galvanometer yang
menyimpang jauh diluar skala,
jika ini terjadi, cara posisi pada
kawat nikelin yang
menunjukkan skala mendekati
nol

Dicatat tempat kedudukan


kontak geser tersebut untuk
menentukan panjang L1 dan
L2

Diukur besar hambatan Rx


dengan menggunakan
multitester

Diulangi percobaan tersebut di


atas 3-4 kali lagi dengan
merubah besar R1 sesuai
dengan petunjuk asisten atau
pembimbing yang bertugas

8
Diulangi langkah 1-6 untuk
tegangan 6 V

Hasil

3.3 Metode Analisa Data


3.3.1 Analisa data untuk mencari nilai Rx hitung
Untuk mencari nilai Rx hitung, dapat menggunakan persamaan berikut.

L2
Rx= R1 (3.1)
L1

Dengan keterangan:

Rx : hambatan yang akan dicari nilainya

L2 dan L1 : hasil pengukuran panjang penghantar

R1 : hambatan yang sudah diketahui nilainya

3.3.2 Perhitungan Error


Perhitungan error (ΔRx) yang digunakan dalam praktikum Jembatan Wheatstone, yaitu
menggunakan standar deviasi. Standar deviasi dihitung dengan rumus:
n

s=
√ ∑ ( x i− x)2
1=1
n−1
(3.2)

Dengan keterangan:
s = standar deviasi
xi = data ke-i
x = rata-rata
n = banyak data
jumlah data
x= (3.3)
banyak data

9
3.3.3 Tabel Pengamatan
Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Praktikum Jembatan Wheatstone

Catu Rx
R1 L1 L2
Daya (referensi)
(cm (cm (cm (cm (cm (cm (cm (cm
V Ω Ω (cm) (cm)
) ) ) ) ) ) ) )
100 56 63.4 63.2 63.4 63.3 63.3 36.6 36.8 36.6 36.7 36.7
47 56 44.5 44.5 44.5 44.5 44.5 55.5 55.5 55.5 55.5 55.5
56 56 48.9 48.2 48.5 48.6 48.6 51.1 51.8 51.5 51.4 51.4
100 100 48.5 48.5 48.4 48.5 48.5 51.5 51.5 51.6 51.5 51.5
3V 47 100 31.0 31.0 31.2 31.0 31.2 69.0 69.0 68.8 69.0 68.8
56 100 33.8 33.8 33.9 33.8 33.9 66.2 66.2 66.1 66.2 66.1
100 47 66.7 66.9 67 67 66.9 33.3 33.1 33.0 33.0 33.1
47 47 47.6 47.6 47.6 47.6 47.6 52.4 52.4 52.4 52.4 52.4
56 47 51 51 50.9 51 50.9 49.0 49.0 49.1 49.0 49.1
100 56 64.2 64.0 64.0 64.0 64.2 35.8 36.0 36.0 36.0 35.8
47 56 44.5 44.6 44.0 44.5 44.6 55.5 55.4 56.0 55.5 55.4
56 56 49.2 49.4 49.2 49.2 49.4 50.8 50.6 50.8 50.8 50.6
100 100 49.1 48.9 48.9 49.1 48.9 50.9 51.1 51.1 50.9 51.1
6V 47 100 29.4 29.4 29.4 29.4 29.4 70.6 70.6 70.6 70.6 70.6
56 100 34.6 34.6 34.7 34.6 34.7 65.4 65.4 65.3 65.4 65.3
100 47 68.5 68.5 68.5 68.5 68.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5
47 47 49.4 49.4 49.6 49.4 49.6 50.6 50.6 50.4 50.6 50.4
56 47 53.8 53.8 53.9 53.8 53.9 46.2 46.2 46.1 46.2 46.1

10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Rx (referensi) R1 ( Rx ± ΔRx ) (Ω)


Ω Ω
3V 6V
47 47 (51.739 ± 0.000) (47.988 ± 0.210)
47 56 (53.889 ± 0.118) (48.050 ± 0.086)
47 100 (49.477 ± 0.274) (45.985 ± 0.000)
56 47 (58.617 ± 0.000) (58.763 ± 0.602)
56 56 (59.323 ± 0.596) (57.637 ± 0.253)
56 100 (57.927 ± 0.209) (56.055 ± 0.267)
100 47 (104.224 ± 0.532) (112.863 ± 0.000)
100 56 (109.484 ± 0.268) (105.663 ± 0.255)
100 100 (106.270 ± 0.191) (104.165 ± 0.465)
Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Rx

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum Jembatan Wheatstone diperoleh hasil bahwa hambatan (Rx) yang
belum diketahui nilainya dapat dicari dengan cara menggeserkan kontak logam pada kawat
dalam suatu rangkaian. Hal ini bertujuan untuk mendapat nilai nol (0) pada Galvanometer, agar
rangkaian Jembatan Wheatstone berada dalam keadaan setimbang. Menentukan nilai hambatan
yang belum diketahui (Rx), dapat dicari dengan menggunakan hubungan antara L1, L2, R1, dan
Rx pada praktikum ini, yaitu dengan melakukan perkalian silang antara Rx . L1=R 1. L 2. Di
mana R1 merupakan hambatan yang yang diketahui nilainya dan L1 dan L2 adalah jarak kawat

11
penghantar (nikelin) pada rangkaian. Nilai L1 dilihat dari kabel hitam paling ujung dan logam
belakang kumparan tidak boleh menempel dengan ujung kawat penghantar, sementara untuk L2
dilihat dari segmen yang paling dekat dengan Rx.

Cara kerja dari praktikum ini yaitu dengan merangkai rangkaian sesuai dengan rangkaian
Jembatan Wheatstone. Kemudian nilai Rx (hambatan yang akan dicari) dipasang pada rangkaian
bersama dengan nilai R1 yang akan divariasikan (47Ω, 56Ω, 100Ω) sehingga menjadi variabel
bebas pada praktikum ini. Hasil yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan dengan 5 kali
pengulangan di setiap percobaan dengan variasinya, yaitu nilai Rx hitung tidak sama dengan
nilai Rx referensi yang diukur dengan multitester. Seharusnya nilai Rx hitung dengan Rx
referensi adalah sama. Pada tabel hasil 4.1 diperoleh data pada R1 = 47Ω, rata-rata Rx hitung
yang diperoleh sebesar 51,739Ω dari Rx yang sudah diukur dengan multitester sebesar 47Ω pada
tegangan 3V. Sedangkan pada R1 = 56, rata-rata Rx hitung yang diperoleh sebesar 58,617Ω dari
Rx yang sudah diukur dengan multitester sebesar 56Ω pada tegangan 3V.

Dari hasil yang telah diperoleh tersebut, dapat diketahui bahwa nilai hitung Rx dan nilai
pengukuran Rx dengan multitester adalah berbeda. Selisih nilai diantara keduanya bisa
dikategorikan tidak terlalu besar, namun tetap saja nilai yang diperoleh berbeda dari nilai acuan.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketika melakukan percobaan masih ada
arus yang mengalir pada galvanometer sehingga tidak mencapai keadaan setimbang (nol), atau
Rx yang tidak dapat mengimbangi beban dari R1 sehingga menyebabkan hasil Rx pada
multitester berbeda dengan Rx teori/hitung. Penyebab lainnya bisa terjadi dari nilai tahanan
resistor yang sudah turun akibat sudah sering dipakai dan dialiri arus listrik sehingga
sensitivitasnya menurun. Atau suhu pada kawat nikelin yang semakin panas sehingga kawat
menjadi memuai.

Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa variasi di setiap percobaan dan
perhitungan dapat diketahui bahwa variasi tegangan juga berpengaruh pada pengukuran
hambatan Rx. Sumber tegangan sebesar 3V memiliki nilai Rx hitung yang lebih besar dibanding
sumber tegangan sebesar 6V, tetapi ada data yang mana nilai Rx hitung pada tegangan 6V lebih
besar daripada 3V. Data tersebut saat menggunakan data R1 sebesar 47Ω dengan Rx
referensinya sebesar 100Ω, pada variasi tersebut nilai Rx hitung yang diperoleh pada tegangan
6V lebih besar dibanding tegangan 3V, hal ini berbeda dengan variasi percobaan yang lain.

12
Perbedaan tersebut bisa terjadi dikarenakan perbedaan panjang kawat dan hambatan jenisnya
yang membuat nilai hambatannya lebih besar. Dari rata-rata data yang diperoleh, selisih besar
nilai Rx hitung tegangan 3V tidak berbeda jauh dengan tegangan 6V, dengan rentang selisih
perbedaanya antara 1Ω hingga 8Ω.

Nilai R1 juga berpengaruh pada praktikum ini. Variasi nilai R1 disetiap percobaan
menghasilkan nilai Rx hitung yang berbeda. Pada tegangan 3V dan Rx referensi 56Ω, variasi
nilai R1 membuat data berbeda disetiap pengukurannya. Pada nilai variasi R1 dengan nilai 56Ω,
pengukuran Rx yang diperoleh lebih besar nilai hambatannya dibandingkan dengan pengukuran
Rx yang diperoleh dari variasi nilai R1 lainnya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil perbandingan antara nilai
hambatan yang diukur dengan rumus/teori dan hasil hambatan bila diukur dengan multitester,
yaitu nilainya sangat jauh berbeda. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah
kesalahan praktikan saat melakukan perangkaian, dan dikarenakan kurang teliti ketika
perangkaian alat maupun ketika melakukan praktikum. Panjang L1 dan L2 juga berpengaruh
terhadap hasil nilai Rx yang diperoleh. Semakin panjang L1, maka L2 semakin pendek dan nilai
Rx hitung yang diperoleh semakin kecil. Sedangkan semakin panjang L2, maka L1 semakin
pendek dan nilai Rx hitung yang diperoleh semakin besar. Perbedaan panjang L1 dan L2
dipengaruhi oleh nilai R1, semakin besar nilai R1, maka L1 semakin panjang dan L2 semakin
pendek, dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, energi panas yang ditimbulkan oleh aliran listrik
menyebabkan pemuaian pada kawat nikelin (penghantar), sehingga panjang L1 dan L2 berbeda.

13
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, adalah sebagai berikut.

a. Hasil nilai Rx hitung dengan Rx referensi jauh berbeda. Selisih nilai diantara keduanya
bisa dikategorikan tidak terlalu besar, namun tetap saja nilai yang diperoleh berbeda dari
nilai acuan (referensi). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketika melakukan
percobaan masih ada arus yang mengalir pada galvanometer sehingga tidak mencapai
keadaan setimbang (nol), atau Rx yang tidak dapat mengimbangi beban dari R1 sehingga
menyebabkan hasil Rx pada multitester berbeda dengan Rx teori/hitung. Penyebab
lainnya bisa terjadi dari nilai tahanan resistor yang sudah turun akibat sudah sering
dipakai dan dialiri arus listrik sehingga sensitivitasnya menurun. Atau suhu pada kawat
nikelin yang semakin panas sehingga kawat menjadi memuai.
b. Hasil Rx hitung untuk tegangan 6V memiliki nilai Rx hitung yang kecil dibanding
tegangan 3V, tetapi ada data yang mana nilai Rx hitung pada tegangan 6V lebih besar
daripada 3V. Perbedaan tersebut bisa terjadi dikarenakan perbedaan panjang kawat dan
hambatan jenisnya yang membuat nilai hambatannya lebih besar. Dari rata-rata data yang
diperoleh, selisih besar nilai Rx hitung tegangan 3V tidak berbeda jauh dengan tegangan
6V, dengan rentang selisih perbedaanya antara 1Ω hingga 8Ω.
c. Nilai Rx hitung dipengaruhi oleh tegangan, panjang kawat penghantar (L1 dan L2), dan
besar R1 nya. Hal tersebut mengacu pada Hukum Ohm yang menyatakan bahwa kuat
arus dalam sebatang kawat berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik
dengan tahanan (hambatan). Dan juga pada Hukum Kirchoff 1 menyatakan bahwa pada
14
suatu titik temu, beberapa penghantar berarus maka jumlah kuat arus yang masuk sama
dengan jumlah kuat arus yang keluar.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah praktikan harus memerhatikan dengan seksama hasil
pengukuran yang didapatkan dalam pengamatan. Perhitungan sebaiknya dikoreksi secara
berulang, untuk mendapatkan data yang lebih teliti dan valid. Praktikan harus memastikan semua
variabel kontrol dalam keadaan seimbang, sehingga tidak ada faktor luar yang mempengaruhi
percobaan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, David William. 1994. Instrumen Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta: Erlangga.

Dedy. 2012. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Flink. 1984. Dasar-dasar Ilmu Instrumen. Jakarta: Banacipta.

Suryanto. 1999. Pengetahuan Alat Ukur dan Elektronik. Jakarta: Erlangga.

Suryatmo, F. 1974. Teknik Listrik Pengukurani. Bandung: Bina Aksara.

15
LAMPIRAN
Tabel 1
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 47 47 47.6 52.4 51.739
2 47 47 47.6 52.4 51.739
3 47 47 47.6 52.4 51.739
4 47 47 47.6 52.4 51.739
5 47 47 47.6 52.4 51.739
Rata-rata 51.739
ΔRx 0.000

Tabel 2
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 47 56 51 49 53.803
2 47 56 51 49 53.803
3 47 56 50.9 49.1 54.019
4 47 56 51 49 53.803
5 47 56 50.9 49.1 54.019
Rata-rata 53.889
ΔRx 0.118

Tabel 3
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 47 100 66.7 33.3 49.925
2 47 100 66.9 33.1 49.476
3 47 100 67 33 49.253
4 47 100 67 33 49.253
5 47 100 66.9 33.1 49.476

16
LAMPIRAN

17
Tabel 4
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 56 47 44.5 55.5 58.617
2 56 47 44.5 55.5 58.617
3 56 47 44.5 55.5 58.617
4 56 47 44.5 55.5 58.617
5 56 47 44.5 55.5 58.617
Rata-rata 58.617
ΔRx 0.000

Tabel 5
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 56 56 48.9 51.1 58.519
2 56 56 48.2 51.8 60.182
3 56 56 48.5 51.5 59.463
4 56 56 48.6 51.4 59.226
5 56 56 48.6 51.4 59.226
Rata-rata 59.323
ΔRx 0.596

Tabel 6
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 56 100 63.4 36.6 57.728
2 56 100 63.2 36.8 58.227
3 56 100 63.4 36.6 57.728
4 56 100 63.3 36.7 57.977
5 56 100 63.3 36.7 57.977
Rata-rata 57.927

LAMPIRAN

18
Tabel 7
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 100 47 31 69 104.612
2 100 47 31 69 104.612
3 100 47 31.2 68.8 103.641
4 100 47 31 69 104.612
5 100 47 31.2 68.8 103.641
Rata-rata 104.224
ΔRx 0.532

Tabel 8
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 100 56 33.8 66.2 109.680
2 100 56 33.8 66.2 109.680
3 100 56 33.9 66.1 109.191
4 100 56 33.8 66.2 109.680
5 100 56 33.9 66.1 109.191
Rata-rata 109.484
ΔRx 0.268

Tabel 9
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 100 100 48.5 51.5 106.185
2 100 100 48.5 51.5 106.185
3 100 100 48.4 51.6 106.611
4 100 100 48.5 51.5 106.185
5 100 100 48.5 51.5 106.185
Rata-rata 106.270

19
LAMPIRAN

Tabel 10
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 47 47 49.4 50.6 48.141
2 47 47 49.4 50.6 48.141
3 47 47 49.6 50.4 47.758
4 47 47 49.4 50.6 48.141
5 47 47 49.6 50.4 47.758
Rata-rata 47.988
ΔRx 0.210

Tabel 11
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 47 56 53.8 46.2 48.089
2 47 56 53.8 46.2 48.089
3 47 56 53.9 46.1 47.896
4 47 56 53.8 46.2 48.089
5 47 56 53.9 46.1 48.089
Rata-rata 48.050
ΔRx 0.086

Tabel 12
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 47 100 68.5 31.5 45.985
2 47 100 68.5 31.5 45.985
3 47 100 68.5 31.5 45.985
4 47 100 68.5 31.5 45.985
5 47 100 68.5 31.5 45.985
Rata-rata 45.985

20
LAMPIRAN

Tabel 13
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 56 47 44.5 55.5 58.617
2 56 47 44.6 55.4 58.381
3 56 47 44 56 59.818
4 56 47 44.5 55.5 58.617
5 56 47 44.6 55.4 58.381
Rata-rata 58.763
ΔRx 0.602

Tabel 14
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 56 56 49.2 50.8 57.821
2 56 56 49.4 50.6 57.360
3 56 56 49.2 50.8 57.821
4 56 56 49.2 50.8 57.821
5 56 56 49.4 50.6 57.360
Rata-rata 57.637
ΔRx 0.253

Tabel 15
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 56 100 64.2 35.8 55.763
2 56 100 64 36 56.250
3 56 100 64 36 56.250
4 56 100 64 36 56.250
5 56 100 64.2 35.8 55.763
Rata-rata 56.055

21
LAMPIRAN

Tabel 16
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 100 47 29.4 70.6 112.863
2 100 47 29.4 70.6 112.863
3 100 47 29.4 70.6 112.863
4 100 47 29.4 70.6 112.863
5 100 47 29.4 70.6 112.863
Rata-rata 112.863
ΔRx 0.000

Tabel 17
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 100 56 34.6 65.4 105.849
2 100 56 34.6 65.4 105.849
3 100 56 34.7 65.3 105.383
4 100 56 34.6 65.4 105.849
5 100 56 34.7 65.3 105.383
Rata-rata 105.663
ΔRx 0.255

Tabel 18
n Rx-ref R1 L1 L2 Rx hitung
1 100 100 49.1 50.9 103.665
2 100 100 48.9 51.1 104.498
3 100 100 48.9 51.1 104.498
4 100 100 49.1 50.9 103.665
5 100 100 48.9 51.1 104.498
Rata-rata 104.165

22

Anda mungkin juga menyukai