Oleh :
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Ujian Tengah Semester Pengantar
Elektronika yang berjudul “SIMULASI RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Pengantar
Elektronika sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan mengenai materi yang
dibahas.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak
Hadziqul Abror, S.Si., M.T selaku Dosen yang mengampu mata kuliah Pengantar
Elektronika.
Kami menyadari, penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.2 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Kirchhoff’s Current Law (KCL) dengan Hasil
Perhitungan ......................................................................................................................... 20
4.3 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Kirchhoff’s Voltage Law (KVL) dengan Hasil
Perhitungan ......................................................................................................................... 22
4.4 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Arus Cabang dengan Hasil Perhitungan ...... 23
4.5 Hubungan Dioda di Dalam Suatu Rangkaian Listrik .................................................... 24
4.6 Hubungan Rangkaian Catu Daya Sederhana Dalam Suatu Rangkaian Listrik ............. 26
BAB 5. PENUTUP ................................................................................................................ 28
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 28
5.2 Saran ............................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 31
LEMBAR PERHITUNGAN ................................................................................................ 32
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Resistor Seri dengan Hasil Perhitungan
.............................................................................................................................................. ..17
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Resistor Paralel dengan Hasil Perhitungan
................................................................................................................................................ 18
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Resistor Campuran dengan Hasil
Perhitungan ............................................................................................................................. 19
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Simulasi Kirchhoff’s Current Law (KCL) dengan Hasil
Perhitungan ............................................................................................................................. 20
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Simulasi Kirchhoff’s Voltage Law (KCL) dengan Hasil
Perhitungan ............................................................................................................................. 22
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Arus Cabang dengan Hasil Perhitungan 23
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
Rangkaian listrik adalah suatu hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik
lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat listrik,
maka rangkaian listrik tersusun dengan tiga cara, yaitu rangkaian seri, paralel, dan
campuran. Rangkaian seri adalah rangkaian yang disusun secara berderet sehingga arus
yang melalui tiap-tiap komponen adalah sama. Rangkaian paralel adalah rangkaian yang
disusun secara sejajar, sehingga tegangan atau beda potensial tiap komponen adalah
sama. Rangkaian campuran adalah rangkaian gabungan antara seri dan paralel.
Selain itu, rangkaian listrik tersebut biasanya dilakukan analisis yang tujuannya
adalah untuk mengetahui dan menentukan kuat arus dan beda potensial (tegangan) yang
terdapat pada rangkaian listrik tersebut. Analisis rangkaian listrik ini umumnya
digunakan Hukum Kirchhoff, yakni Hukum I Kirchhoff (Kirchhoff’s Current Law) dan
Hukum II Kirchhoff (Kirchhoff’s Voltage Law). Di mana Hukum I Kirchhoff digunakan
untuk menganalisis arus dalam suatu rangkaian listrik, sedangkan Hukum II Kirchhoff
digunakan untuk menganalisis beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian listrik
tertutup.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam laporan Simulasi Rangkaian Listrik
Sederhana adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam praktikum Simulasi Rangkaian Listrik Sederhana
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Menentukan perbandingan hasil simulasi rangkaian resistor seri-paralel dengan
perhitungan yang ada.
1.3.2 Menentukan perbandingan hasil simulasi rangkaian Kirchhoff’s Current Law
dengan perhitungan yang ada.
1.3.3 Menentukan perbandingan hasil simulasi rangkaian Kirchhoff’s Voltaget Law
dengan perhitungan yang ada.
1.3.4 Menentukan perbandingan hasil simulasi analisa rangkaian arus cabang dengan
perhitungan yang ada.
1.3.5 Menentukan hubungan dioda di dalam suatu rangkaian listrik.
1.3.6 Menentukan hubungan rangkaian catu daya sederhana dalam suatu rangkaian
listrik.
2
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum Simulasi Rangkaian Listrik Sederhana ini adalah agar
mahasiswa dapat lebih mengerti dan paham konsep dari analisa rangkaian listrik dalam
suatu rangkaian. Selain itu, juga agar mahasiswa paham dan mengerti cara
mengoperasikan software Proteus guna mempraktikan simulasi rangkaian listrik
sederhana. Di mana, hal tersebut nantinya akan berguna dalam kehidupan sehari-hari
maupun perkuliahan dan dunia kerja kelak.
3
BAB 2. DASAR TEORI
a. Rangkaian seri
Rangkaian seri juga disebut rangkaian berderet. Bila dua atau lebih resistor
dihubungkan dari ujung ke ujung dikatakan mereka dihubungkan secara seri. Selain
resistor, alat-alat yang dirangkai tersebut dapat berupa bohlam, elemen pemanas, atau alat
penghambat lainnya. Muatan listrik yang melalui R1 juga akan melalui R2 dan R3.
Dengan demikian, arus I yang sama melewati setiap resistor. Jika V menyatakan tegangan
pada ketiga resistor, maka V sama dengan tegangan sumber (baterai). V1, V2, dan V3
adalah beda potensial pada masing-masing resistor R1, R2, dan R3. Karena resistor-
resistor tersebut dihubungkan secara seri, kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan
total V sama dengan jumlah semua tegangan dari masing-masing resistor.
4
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 = 𝐼. 𝑅1 + 𝐼. 𝑅2 + 𝐼. 𝑅3 (2.1)
Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) yang terhubung dengan sumber
tegangan (V) dirumuskan:
𝑉 = 𝐼. 𝑅𝑠 (2.2)
Persamaan (2.2) disubstitusikan ke persamaan (2.1) didapatkan:
𝑅𝑠 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 (2.3)
Dari persamaan (2.3), menunjukkan bahwa besar hambatan total pengganti pada
rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada tiap resistor.
b. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel juga disebut rangkaian berjajar. Pada rangkaian paralel resistor,
arus dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang yang terpisah. Pemasangan alat-alat
listrik pada rumah-rumah. Jika kita memutuskan hubungan dengan satu alat, maka arus
yang mengalir pada komponen lain yaitu R2 dan R3 tidak terputus. Tetapi pada rangkaian
seri, jika salah satu komponen terputus arusnya, maka arus ke komponen yang lain juga
berhenti. Pada rangkaian paralel, arus total yang berasal dari sumber (baterai) terbagi
menjadi tiga cabang. Arus yang keluar dimisalkan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai
arus yang melalui resistor R1, R2, dan R3. Oleh karena muatan kekal, arus yang masuk
ke dalam titik cabang harus sama dengan arus yang keluar dari titik cabang
(Sumarsono, 2009).
Sehingga diperoleh:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 (2.4)
Ketika rangkaian paralel tersebut terhubung dengan sumber tegangan V, masing-masing
mengalami tegangan yang sama yaitu V. Berarti tegangan penuh baterai diberikan ke
setiap resistor, sehingga:
5
Hambatan penganti susunan paralel (RP) akan menarik arus (I) dari sumber yang besarnya
sama dengan arus total ketiga hambatan paralel tersebut. Arus yang mengalir pada
hambatan pengganti harus memenuhi:
𝐼 = 𝑅𝑝 𝑉 (2.6)
Substitusi persamaan (2.5) dan (2.6) ke dalam persamaan (2.4) akan diperoleh:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 (2.4)
Jika kita bagi setiap ruas dengan V, didapatkan nilai hambatan pengganti (RP) rangkaian
paralel:
1 1 1 1
= 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 (2.7)
𝑅𝑝
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya berbeda) yang
disusun secara seri menunjukkan hasil yang berbeda, namun jika diukur arus yang
melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika
resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil pengukuran yang berbeda. Arus yang
melalui setiap resistor berbeda, namun pengukuran tegangan pada setiap resistor sama
(Herman, 2015).
Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan besar nilai
variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Pada susunan seri, resistor
berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika tegangan pada setiap resistor
dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber. Sedangkan jika
resistor disusun paralel, maka resistor berfungsi sebagai pembagi arus, yang berarti jika
kuat arus listrik yang melewati setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama
dengan arus total sebelum titik percabangan (Hukum I Kirchhoff) (Herman, 2015).
6
2.2 Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm
apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial
yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua
jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah. Secara
metematis persamaan hukum dapat didefinisikan sebagai berikut:
𝑉 = 𝐼. 𝑅 (2.8)
I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam
satuan ohm.
2.3 Hukum I Kirchhoff (KCL)
Hukum I Kirchhoff atau disebut hukum titik cabang berdasarkan konservasi
muatan listrik, yang berbunyi: “Pada setiap titik cabang, jumlah semua arus yang
memasuki cabang, harus sama dengan semua arus yang meninggalkan arus tersebut.”
7
Hukum I Kirchhoff disebut juga Hukum Simpul atau Persimpangan yang
berpengertian sebagai jumlah dari semua arus yang menuju sebuah simpul (yaitu
persimpangan di mana tiga atau lebih sumber atau cabang pembawa arus terhubung)
harus sama dengan jumlah dari semua arus yang meninggalkan simpul tersebut. Jika kita
menetapkan arus masuk sebagai positif dan arus keluar sebagai negatif, maka jumlah arus
sama dengan nol merupakan alternatif yang umum dari aturan tersebut. Arus selalu
mengalir dari potensial tinggi ke potensial tinggi ke potensial rendah melewati sebuah
resistor. Saat melewati resistor dalam arah arus, perubahan potensial adalah negatif
karena terjadi penurunan potensial. Terminal positif dari suatu sumber gaya gerak listrik
(ggl) murni selalu merupakan terminal dengan totensial tinggi dan tidak tergantung pada
arah arus yang melewati sumber gaya gerak listrik (ggl) tersebut (Bueche, 2006).
Rangkaian pada Gambar 2.2 adalah suatu rangkaian paralel. Rangkaian paralel
adalah rangkaian dengan beberapa hambatan dimana setiap kedua ujung kakinya saling
terhubung pada titik yang sama, rangkaian paralel pada Gambar 2.2 dapat ditulis kedalam
persamaan seperti berikut
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 (2.10)
Dikarenakan semua hambatan kedua ujung kakinya bertemu pada titik yang sama
maka beda potensial semua hambatan sama. Pada rangkaian paralel terjadi percabangan
pada titik penghubung semua hambatan, sehingga sesuai hukum dengan Kirchhoff I dan
hukum Ohm maka:
8
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 (2.10)
1 1 1 1
(𝑅 ) 𝑉𝐴𝐵 = (𝑅 + 𝑅 + 𝑅 ) 𝑉𝐴𝐵 (2.12)
𝐴𝐵 1 2 3
1 1 1 1
𝑅𝐴𝐵
=𝑅 +𝑅 +𝑅 (2.13)
1 2 3
Jika n buah hambatan yang disusun secara paralel maka nilai hambatan penggantinya
adalah seperti pada persamaan berikut.
1 1 1 1
𝑅𝑔
=𝑅 +𝑅 +𝑅 (2.14)
1 2 3
Jika hambatan yang dihubungkan paralel maka arus dibagi secara proporsional pada
masing masing hambatan.
1 1 1
𝐼1 ∶ 𝐼2 : … ∶ 𝐼𝑛 = ∶𝑅 ∶…∶ (2.15)
𝑅1 2 𝑅𝑛
Hambatan pengganti pada susunan paralel lebih kecil dari hambatan terkecil dalam
susunan.
9
Hukum Kirchhoff pada rangkaian seri tidak ada titik cabang sehingga sesuai dengan hukum
Kirchhoff I maka kuat arus dimanapun didalam rangkaian sama besar yaitu I. Sesuai dengan
hukum Ohm pada ujung tiap hambatan 𝑅 yang dilalui arus I akan terjadi beda potensial V
sehingga persamaanya dapat ditulis seperti berikut:
𝑅𝐴𝐷 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 (2.19)
Jika terdapat buah hambatan yang disusun secara seri maka nilai hambatan penggantinya
adalah seperti pada berikut ini:
𝑅𝑔 = 𝑅1 + 𝑅2 + ⋯ + 𝑅𝑛 (2.20)
𝑉1 : 𝑉2 : … ∶ 𝑉𝑛 = 𝑅1 : 𝑅2 ∶ … ∶ 𝑅𝑛 (2.21)
Hambatan pengganti pada susunan seri lebih besar dari hambatan terbesar dalam susunan.
10
2.4 Hukum II Kirchoff (KVL)
Bunyi Hukum Kirchoff II yaitu tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian
tertutup adalah nol. Hal ini seperti Hukum Kirchoff I. Hukum Kirchoff II ini menyatakan
bahwa:
11
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Resistor
Resistor pada praktikum kali ini merupakan komponen yang memiliki nilai
resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus
listrik dalam suatu rangkaian elektronika.
3.1.2 Baterai
3.1.3 Voltmeter
3.1.4 Ammeter
Ammeter digunakan untuk mengukur dan menentukan nilai arus pada rangkaian
listrik.
12
3.1.6 Lampu
Lampu digunakan sebagai pembukti atau indikator bahwa arus listrik telah
mengalir pada suatu rangkaian listrik.
3.1.7 Dioda
Dioda merupakan komponen elektronika yang terdiri dari dua kutub dan berfungsi
untuk menyearahkan arus pada suatu rangkaian elektronika.
3.1.8 Transformator
3.1.9 Kapasitor
3.1.10 Regulator
3.1.11 Alternator AC
3.1.12 LED
13
3.2 Skema Kerja
Mulai
- Merangkai 4 buah resistor (nilai R bebas) secara seri, paralel, dan campuran
seperti di gambar
- Menghitung dan mengukur Req
Selesai
Mulai
Mulai
- Merangkai 3 buah resistor (nilai R bebas) dan sebuah baterai sebagaimana di
gambar
- Mengukur dan mencatat nilai E, VR1, VR2, dan VR3
- Membandingkan nilai simulasi dan hasil hitung
Selesai
14
3.2.4 Percobaan Analisa Rangkaian dengan Arus Cabang
Mulai
- Merangkai 3 buah resistor dan 2 buah baterao sebagaimana di gambar
- Mengukur dan memcatat nilai dari E1, E2, VR1, VR2, dan VR3
- Mengukur da mencatat nilai dari IR1, IR2, dan IR3
- Membandingkan hasil simulasi dan hasil hitung
Selesai
Mulai
- Merangkai komponen diode seperti yang di gambar
- Mendeskripsikan mengapa percobaannya bisa seperti itu
Selesai
Mulai
Selesai
15
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Perhitungan
Perhitungan dilakukan untuk membandingkan hasil simulasi rangkaian listrik
dengan hasil perhitungan teori yang ada.
a. Rangkaian Seri
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛 (3.1)
b. Rangkaian Paralel
1 1 1 1 1
= 𝑅 + 𝑅 + 𝑅 + ⋯+ 𝑅 (3.2)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 1 2 3 𝑛
c. Rangkaian Campuran
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 (3.3)
𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3 (3.5)
Σ𝐼𝑅 + Σ𝐸 = 0 (3.6)
16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini 4 buah resistor yaitu R1, R2, R3, dan R4 dirangkai secara seri
menggunakan Sofware Proteus seperti yang ditunjukkan gambar 4.1. Di mana masing-
masing resistor tersebut memiliki nilai resistansi yang berbeda-beda, R1 bernilai 10 Ω,
R2 bernilai 20 Ω, R3 bernilai 25 Ω, dan R4 bernilai 20 Ω. Kemudian resistor tersebut
dihitung nilai total resistansinya menggunakan Ohmmeter dan diperoleh nilai Rtotal
sebesar 75 Ω pada Software Proteus. Nilai Rtotal simulasi tersebut dibandingkan dengan
nilai Rtotal hitung dan diperoleh kesimpulan bahwa Rtotal simulasi dan Rtotal hitung adalah
sama. Artinya hasil rangkaian resistor seri yang disimulasikan di Software Proteus telah
sesuai dengan teori yang ada.
17
Gambar 4.1 Rangkaian Resistor Seri
Pada percobaan ini 4 buah resistor yaitu R1, R2, R3, dan R4 dirangkai secara
paralel menggunakan Software Proteus seperti yang ditunjukkan gambar 4.2. Di mana
masing-masing resistor tersebut memiliki nilai resistansi yang berbeda-beda, R1 bernilai
10 Ω, R2 bernilai 20 Ω, R3 bernilai 25 Ω, dan R4 bernilai 20 Ω. Kemudian resistor
tersebut dihitung nilai total resistansinya menggunakan Ohmmeter dan diperoleh nilai
Rtotal sebesar 4,1667 Ω pada Software Proteus. Nilai Rtotal simulasi tersebut dibandingkan
dengan nilai Rtotal hitung dan diperoleh kesimpulan bahwa Rtotal simulasi dan Rtotal hitung
adalah sama. Artinya hasil rangkaian resistor paralel yang disimulasikan di Software
Proteus telah sesuai dengan teori yang ada.
18
Gambar 4.2 Rangkaian Resistor Paralel
Pada percobaan ini 4 buah resistor yaitu R1, R2, R3, dan R4 dirangkai secara seri
dan paralel menggunakan Sofware Proteus, dengan R2 dan R3 dirangkai secara paralel
dan sisanya seri seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Di mana masing-masing
resistor tersebut memiliki nilai resistansi yang berbeda-beda, R1 bernilai 10 Ω, R2
bernilai 20 Ω, R3 bernilai 25 Ω, dan R4 bernilai 20 Ω. Kemudian resistor tersebut dihitung
nilai total resistansinya menggunakan Ohmmeter dan diperoleh nilai Rtotal sebesar 41,111
19
Ω pada Software Proteus. Nilai Rtotal simulasi tersebut dibandingkan dengan nilai Rtotal
hitung dan diperoleh kesimpulan bahwa Rtotal simulasi dan Rtotal hitung adalah sama.
Artinya hasil rangkaian resistor seri-paralel yang disimulasikan di Software Proteus telah
sesuai dengan teori yang ada.
4.2 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Kirchhoff’s Current Law (KCL) dengan
Hasil Perhitungan
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Simulasi Kirchhoff’s Current Law (KCL) dengan Hasil
Perhitungan
V1 6V I1 0,40 A I1 0,40 A
6V V2 6V I2 0,20 A I2 0,20 A
V3 6V I3 0,24 A I3 0,24 A
Itotal (hitung) 0,84 A
20
Pada percobaan ini dibuat simulasi rangkaian Kirchhoff’s Current Law (KCL)
dengan menggunakan software Proteus. Tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk
membandingkan nilai Itotal simulasi dengan Itotal hitung. Di mana pada simulasi diperoleh
nilai I1 sebesar 0,40 A, I2 sebesar 0,20 A, I3 sebesar 0,24 dan jumlah dari ketiga I tersebut
menghasilkan Itotal sebesar 0,84 A seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4. Nilai Itotal
simulasi tersebut dibandingkan dengan nilai Itotal hitung dan diperoleh kesimpulan bahwa
Itotal simulasi dan Itotal hitung adalah sama. Artinya hasil rangkaian Kirchhoff’s Current
Law (KCL) yang disimulasikan di Software Proteus telah sesuai dengan teori yang ada.
Di mana dalam KCL ditegaskan bahwa jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah
arus yang keluar.
21
4.3 Perbandingan Hasil Simulasi Rangkaian Kirchhoff’s Voltage Law (KVL) dengan
Hasil Perhitungan
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Simulasi Kirchhoff’s Voltage Law (KCL) dengan Hasil
Perhitungan
Pada percobaan ini dibuat simulasi rangkaian Kirchhoff’s Voltage Law (KVL)
dengan menggunakan software Proteus. Tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk
membandingkan nilai Vtotal simulasi dengan Vtotal hitung. Di mana pada simulasi
diperoleh nilai V1 sebesar 1,60 V, V2 sebesar 2,40 V, V3 sebesar 2,00 V dan jumlah dari
ketiga V tersebut menghasilkan Vtotal sebesar 6,00 V seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.5. Nilai Vtotal simulasi tersebut dibandingkan dengan nilai Vtotal hitung dan
diperoleh kesimpulan bahwa Vtotal simulasi dan Vtotal hitung adalah sama. Artinya hasil
rangkaian Kirchhoff’s Voltage Law (KVL) yang disimulasikan di Software Proteus telah
sesuai dengan teori yang ada.
22
Gambar 4.5 Rangkaian Kirchhoff’s Voltage Law
E2 8V R2 2Ω V2 10 V V2 10 V I2 1A I2 1A
R3 10 Ω V3 2V V3 2V I3 1A I3 1A
Pada percobaan ini dibuat simulasi rangkaian arus cabang dengan menggunakan
software Proteus. Tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk membandingkan hasil
simulasi rangkaian arus cabang dengan hasil perhitungan yang ada. Di mana pada
simulasi diperoleh nilai V1 sebesar 10 V, V2 sebesar 2 V, V3 sebesar 10 V, I1 sebesar 2
A, I2 sebesar 1 A, dan I3 sebesar 1 A seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.6. Nilai V
23
dan I tersebut dibandingkan dengan V dan I hitung, dan diperoleh kesimpulan bahwa hasil
simulasi rangkaian arus cabang dengan hasil perhitungan adalah sama. Artinya hasil
rangkaian arus cabang yang disimulasikan di Software Proteus telah sesuai dengan teori
yang ada.
24
mengalir akan dihalangi oleh dioda, sehingga lampu tidak menyala. Letak dioda pada uji
coba 1 dinamakan kondisi tegangan positif (forward biased), sementara pada uji coba 2
dinamakan kondisi tegangan negatif (reverse biased).
25
4.6 Hubungan Rangkaian Catu Daya Sederhana Dalam Suatu Rangkaian Listrik
Pada percobaan ini dirangkai sebuah catu daya sederhana menggunakan Software
Proteus. Di mana sumber tegangan yang digunakan adalah altenator AC dengan tegangan
220 V. Tegangan AC tesebut kemudian diturunkan agar menjadi tegangan yang
diinginkan. Untuk menurunkan tegangan ini, maka digunakan trafo. Kemudian tegangan
yang telah diturunkan oleh trafo menjadi tegangan AC 154 V seperti yang ditunjukkan
gambar 4.9. Setelah tegangan menjadi AC 154 V, selanjutnya tegangan AC tersebut
diserahkan dengan menggunakan empat buah dioda. Dioda ini akan menyearahkan
tegangan AC menjadi DC dan diperoleh tegangan DC sebesar 50,1 V. Setelah
disearahkan oleh dioda, tegangan AC dari trafo sudah berubah menjadi DC, namun
tegangan DC tersebut masih belum murni karena separuh fasa positif tegangan AC ikut
keluar. Untuk mengatasi hal tersebut, digunakan kapasitor elco (electrolit condensator)
yang akan menurunkan puncak fasa dari fasa positif yang keluar dari dioda. Akibat dari
pemasangan kapasitor elco ini sebagai filter, tegangan DC sudah menjadi lebih halus dan
bersih, tetapi tegangannya masih belum cukup stabil. Sehingga, dipasang juga regulator
berjenis 7805 untuk menstabilkan tegangan DC tersebut, dan tegangan menjadi stabil
sebesar 5,01 V. Dan rangkaian catu daya sederhana ini sudah dapat digunakan, dengan
nilai tegangan DC sebesar 5,01 V dan arus sebesar 0,1 A seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 4.9, di mana LED-RED yang diletakkan pada rangkaian dapat menyala.
26
Gambar 4.9 Rangkaian Catu Daya Sederhana
27
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari simulasi rangkaian listrik sederhana ini antara lain:
5.1.3 Perbandingan hasil simulasi rangkaian Kirchhoff’s Voltage Law dengan perhitungan
28
nilai V dalam rangkaian adalah sama. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada.
Sehingga, baik hasil simulasi dan perhitungan telah sesuai dan sama.
5.1.4 Perbandingan hasil simulasi analisa rangkaian arus cabang dengan perhitungan
Dioda dalam suatu rangkaian listrik berfungsi untuk menyearahkan arus pada
rangkaian. Jika dioda diletakkan searah dengan arus, maka arus yang mengalir pada
rangkaian akan diarahkan oleh dioda sehingga lampu yang ada dalam suatu rangkaian
bisa menyala terang. Sementara, jika dioda diletakkan berlawanan arah, maka maka arus
yang mengalir akan dihalangi oleh dioda, sehingga lampu yang ada dalam suatu rangkaian
tidak menyala. Letak dioda yang searah dinamakan kondisi tegangan positif (forward
biased), sementara yang berlawanan arah dinamakan kondisi tegangan negatif (reverse
biased).
5.1.6 Hubungan rangkaian catu daya sederhana dalam suatu rangkaian listrik.
29
5.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
31
LEMBAR PERHITUNGAN
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 = 10 Ω + 20 Ω + 25 Ω + 20 Ω = 75 Ω
100 Ω
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = 4,1667 Ω
24
1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (10 Ω + 20 Ω) + ( + ) = 41,111 Ω
20 Ω 25 Ω
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝑉𝟏 6
𝐼𝟏 = = = 0,40 𝐴
𝑅𝟏 15
𝑉𝟐 6
𝐼𝟐 = = = 0,20 𝐴
𝑅𝟐 15
𝑉𝟑 6
𝐼𝟑 = = = 0,24 𝐴
𝑅𝟑 25
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,40 𝐴 + 0,20 𝐴 + 0,24 𝐴 = 0,84 𝐴
32
c. Percobaan Kirchhoff’s Voltage Law
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 = 20 Ω + 30 Ω + 25 Ω = 75 Ω
𝐸 6𝑉
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = = = 0,08𝐴
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 75 Ω
𝑉𝑅1 = 𝐼1 . 𝑅1 = 0,08𝐴. 20 Ω = 1,60 𝑉
𝑉𝑅2 = 𝐼2 . 𝑅2 = 0,08𝐴. 30 Ω = 2,40 𝑉
𝑉𝑅3 = 𝐼3 . 𝑅3 = 0,08𝐴. 25 Ω = 2,00 𝑉
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 = 1,60 𝑉 + 2,40 𝑉 + 2,00 𝑉 = 6 𝑉
33
𝐼2 + 3𝐼3 = 4 (pers. 3)
Kemudian eliminasi pers. 3 dan pers. 2
𝐼2 + 3𝐼3 = 4
𝐼2 − 5𝐼3 = −4
8𝐼3 = 8
𝐼3 = 1
Subtitusikan 𝐼3 = 1 ke pers. 3 dan 𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3
𝐼2 + 3𝐼3 = 4
𝐼2 + 3(1) = 4
𝐼2 = 1
𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3
𝐼1 = 1 + 1 = 2
𝑉1 = 𝐼1 . 𝑅1
𝑉1 = 2.5 = 10
𝑉2 = 𝐼2 . 𝑅2
𝑉2 = 1.2 = 2
𝑉3 = 𝐼3 . 𝑅3
𝑉3 = 1.10 = 10
34