(PERCOBAAN-LM5)
NIM : 205090700111031
Fak/Jurusan : FMIPA/Fisika
Kelompok :4
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
NIM : 205090700111031
Fak/Jurusan : FMIPA/Fisika
Kelompok :4
Catatan :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Dengan menggunakan hukum loop, dapat diketahui muatan resistif dan dapat ditulis
dengan rrumus berikut
𝜀 − 𝑣𝑅 = 0………………………………… (1.1)
karena amplitudo 𝑣𝑅 dari beda potensial bolak-balik (atau voltase) melintasi resistansi
sama dengan amplitudo 𝜀𝑚 dari ggl bolak-balik, persamaannya bisa ditulis sebagai
dari definisi hambatan (R = V/i), sekarang dapat dituliskan 𝑖𝑅 pada resistensi sebagai
𝑣𝑅 𝑣𝑅
𝑖𝑅 = = 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑑 𝑡……………………….. (1.4)
𝑅 𝑅
sehingga hubungan antara amplitude tegangan dan amplitude arus dapat ditulis dengan
𝑣𝑅 = 𝑖𝑅 × 𝑅………………………………… (1.6)
Hubungan ini adalah hubungan untuk gambar 2, tetapi meskipun begitu, hubungan ini
berlaku untuk semua resistasi di rangkaian AC apapun. Selanjutnya, muatan kapasitif
bisa didapatkan dengan Hukum Loop, kemudian didapatkan beda potensial pada
kapasitor
1
𝑋𝑐 = 𝜔 𝐶 …………………………………….. (1.8)
𝑑
hubungan antara amplitude tegangan dengan amplitude arus adalah dapat dituliskan
sebagai
𝑉𝐶 = 𝐼𝐶 × 𝑋𝐶 …………………………………. (1.9)
Hubungan ini ditemukan untuk gambar 3, tetapi hubungan ini berlaku untuk kapasitansi
di rangkaian AC apapun.
Muatan induktif dapat diketahui dengan Hukum Loop, sehingga didapatkan beda
potensial pada induktor yakni
𝑋𝐶 = 𝜔𝑑 𝐿……………………………………. (1.11).
Hubungan antara amplitude tegangan dengan amplitude arus dapat ditulis sebagai
𝑉𝐿 = 𝐼𝐿 × 𝑋𝐿 …………………………………. (1.12)
(Halliday, 2011).
Terdapat dua tipe rangkaian resonansi yakni rangkaian resonansi seri dan paralel.
Pada rangkaian resonansi paralel, impedansi resonansi yang dihasilkan adalah
maksimum sedangkan hasil impedansi pada rangkaian seri adalah minimum. Selain itu
pada rangkaian paralel akan dihasilkan arus induktor dan arus kapasitor dengan
amplitudo Q0 kali lebih besar daripada arus sumber pada saat resonansi. Sementara pada
rangkaian resonansi seri akan dihasilkan penguatan tegangan pada kondisi resonansi.
Hal ini karena tegangan induktor dan tegangan kapasitor yang dihasilkan mempunyai
amplitudo Q0s kali lebih besar daripada tegangan sumber (Hayt & dkk, 2005).
BAB II
METODOLOGI
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum topik resonansi rangkaian
RLC ini adalah sinyal generator, osciloscope, tahanan karbon, induktor, kapasitor, dan
kabel penghubung.
Hal pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah alat praktikum dirangkai
sesuai dengan diktat, dimana tahanan karbon, induktor, dan kapasitor dirangkai secara
seri.
Frekuensi pada sinyal generator diatur sebesar 20.000 Hz untuk pengambilan data,
volt/div pada osiloskop diatur sebesar 5. Kemudian gelombang yang terbentuk pada
osiloskop diamati.
Nilai div dicatat dari amplitude gelombang yang mana perkotaknya bernilai 1 div.
nilai div inilah yang nantinya digunakan sebagai data hasil percobaan.
Selanjutnya langkah percobaan tersebut diulangi dengan nilai frekuensi yang berbeda
dari sebelumnya.
BAB III
1 20000 2,6 5
2 30000 2,8 5
3 40000 3 5
4 50000 2,6 5
5 60000 2,8 5
6 70000 2,8 5
3.2 Perhitungan
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃
𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) 𝑉𝑅𝑀𝑆 =
√2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 13
𝑉𝑝𝑝1 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,6 × 5 = 13𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆1 = = = 9,19𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 14
𝑉𝑝𝑝2 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,8 × 5 = 14𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆2 = = = 9,9𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 15
𝑉𝑝𝑝3 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 3 × 5 = 15𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆3 = = = 10,6𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 13
𝑉𝑝𝑝4 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,6 × 5 = 13𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆4 = = = 9,19𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 14
𝑉𝑝𝑝5 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,8 × 5 = 14𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆5 = = = 9,9𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 14
𝑉𝑝𝑝6 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,8 × 5 = 14𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆6 = = = 9,9𝑉
√2 √2
1
𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶
1
𝑋𝐿1 = 2𝜋𝑓𝐿 = 21,4Ω 𝑋𝐶1 = 2𝜋𝑓𝐶 = 1,59 × 102 Ω
1
𝑋𝐿2 = 2𝜋𝑓𝐿 = 32Ω 𝑋𝐶2 = 2𝜋𝑓𝐶 = 1,06 × 102 Ω
1
𝑋𝐿3 = 2𝜋𝑓𝐿 = 42,7Ω 𝑋𝐶3 = 2𝜋𝑓𝐶 = 7,96 × 101 Ω
1
𝑋𝐿4 = 2𝜋𝑓𝐿 = 53,4Ω 𝑋𝐶4 = 2𝜋𝑓𝐶 = 6,37 × 101 Ω
1
𝑋𝐿5 = 2𝜋𝑓𝐿 = 6,41Ω 𝑋𝐶5 = 2𝜋𝑓𝐶 = 5,31 × 101 Ω
1
𝑋𝐿6 = 2𝜋𝑓𝐿 = 74,7Ω 𝑋𝐶6 = 2𝜋𝑓𝐶 = 4,55 × 101 Ω
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆 =
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆1 = = 5,39 × 10−2 𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆2 = = 7,95 × 10−2 𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆3 = = 9,95 × 10−2 𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆4 = = 9,14 × 10−2 𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆5 = = 9,84 × 10−2 𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆6 = = 9,50 × 10−2 𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
3.3 Grafik
F 𝑰𝑹𝑴𝑺 0.12
0.06 Series1
40000 9,75 × 10−2
Linear (Series1)
−2 0.04
50000 8,11 × 10
0.02
60000 8,34 × 10−2
0
70000 7,93 × 10−2 0 20000 40000 60000 80000
Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik yang terbentuk adalah seperti
gunung dimana titik puncaknya adalah pada frekuensi 4000 Hz. Pada frekuensi
2000 Hz –4000 Hz, grafik terlihat naik dan setelah 4000 Hz, grafiknya turun.
Nilai 4000 Hz dapat didapatkan arus terbesar karena berdasarkan data hasil
percobaan, resonansi RLC terjadi pada frekuensi ini, sehingga arus terbesar yang
terbentuk adalah juga pada frekuensi 4000 Hz.
Resonansi tidak hanya terjadi pada rangkaian RLC saja, namun juga
terjadi pada gelombang bunyi. Resonansi RLC dan resonansi bunyi memiliki
beberapa perbedaan. Pada resonansi RLC syarat sebuah rangkaian RLC dapat
terjadi resonansi adalah ketika nilai XL=XC. Namun, pada resonansi bunyi syarat
bunyi dapat beresonansi yaitu ketika terdapat dua benda yang memiliki frekuensi
sama atau hampir sama dari frekuensi benda. Kejadian resonansi pada rangkaian
RLC dapat terjadi pada sebuah rangkaian listrik yang memiliki induktor dan
kapasitor di dalamnya, sedangkan pada resonansi bunyi dapat terjadi karena ada
benda yang bergetar kemudian ada benda lain yang semula diam kemudian ikut
bergetar akibat getaran benda pertama akibat dari frekuensi yang sama.
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan kali ini mengenai resonansi rangkaian RLC, maka
dapat disimpulkan bahwa resonansi RLC dapat terjadi jika adalah ketika nilai XL=XC.
Kejadian resonansi pada rangkaian RLC dapat terjadi pada sebuah rangkaian listrik yang
di dalamnya terdapat induktor dan kapasitor. Pada rangkaian seri, hasil impedansi pada
rangkaian seri adalah minimum.akan dihasilkan penguatan tegangan pada kondisi
resonansi. Hal ini karena tegangan induktor dan tegangan kapasitor yang dihasilkan
mempunyai amplitudo Q0s kali lebih besar daripada tegangan sumber.
4.2 Saran
Praktikan sebaiknya fokus pada saat praktikum dilaksanakan dan pada saat
perhitungan data serta dalam pembuatan grafik. Lalu karena praktikum ini dilakukan
secara daring maka alangkah baiknya jika alat-alat yang digunakan dalam praktikum
dijabarkan serta diperlihatkan dengan lebih detail dan jelas pada video praktikum sehingga
praktikum dapat lebih dipahami oleh praktikan walau tidak dilakukan secara langsung
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 2011. Fundamental of Physics Ninth Edition. Cleveland:
John Wiley & Sons Inc.
Hayt, W., & dkk. (2005). Rangkaian Listrik Edisi Keenam. Erlangga.
Walker, J. (2011). Halliday & Resnick Fundamentals of PHYSICS 9th Edition. New York:
Wiley.
LAMPIRAN
Tugas Pendahuluan
Jawaban
1. Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan
sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan mudah
dipelajari. Cara pembacaannya adalah Saat grafik pada osiloskop terbentuk (gelombang
sinusoidal), kemudian nilai div dapat dicatat dengan menghitung amplitudo gelombang
yang mana per kotaknya bernilai 1 div.
2. Resonansi pada rangkaian listrik adalah suatu gejala yang terjadi pada suatu rangkaian
bolak-balik yang mengandung elemen induktor dan kapasitor. Resonansi pada
rangkaian seri disebut resonansi seri, sedangkan pada rangkaian paralel disebut
resonansi paralel atau antiresonansi. Resonansi seri Resonansi seri dapat terjadi apabila
𝑋𝐶 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑉𝐿 = 𝑉𝐿 sehingga impedansi rangkaian sama dengan nilai resistansinya (Z =
1
R) dan arus sefase dengan tegangan. Besar frekuensi dari resonansi seri adalah:𝜔 = √𝐿𝐶
Resonansi paralel Resonansi paralel terjadi bila sustansi di suatu cabang sama dengan
sustansi kapasitif pada cabang lainnya, dengan merangkai induktor dan kapasitor secara
paralel atau disebut juga sebagai tank circuit. Besar frekuensi dari resonansi paralel
1 𝑅 2
adalah: 𝜔 = √𝐿𝐶 − ( 𝐿 )
3.
(Halliday, 2011)
(Halliday, 2011)
(Halliday, 2011)
(Halliday, 2011)
(Halliday, 2011)
(Hayt & dkk, 2005)
(Walker, 2011)