Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(RESONANSI RANGKAIAN RLC)

(PERCOBAAN-LM5)

Nama : Zefanya Efansias Hotman Lingga

NIM : 205090700111031

Fak/Jurusan : FMIPA/Fisika

Kelompok :4

Tgl.Praktikum : Kamis, 22 April 2021

Nama Asisten : Mazidatun Nahdia

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(INDEKS BIAS PRISMA)

Nama : Zefanya Efansias Hotman Lingga

NIM : 205090700111031

Fak/Jurusan : FMIPA/Fisika

Kelompok :4

Tgl. Praktikum : Kamis, 22 April 2021

Nama Asisten : Mazidatun Nahdia

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Setelah diselesaikannya percobaan mengenai resonansi rangkaian RLC


diharapkan peserta praktikum Fisika Dasar II dapat dipahaminya resonansi rangkaian
listrik seta dapat diketahuinya resonansi rangkaian RLC seri.

1.2 Dasar Teori

Rangkaian RLC merupakan rangkaian memiliki resistansi, induktansi, dan


kapasitansi di dalamnya. Pada rangkaian seri dengan resistansi R, total energi
elektromagnetik U pada rangkaian akan berkurang seiring
waktu karena energi ditransfer menjadi energi termal
dalam resistansi. Kehilangan energi ini menyebabkan
osilasi muatan, arus, dan tegangan juga berkurang terus
menerus dalam amplitudo sehingga osilasinya merupakan
osilasi teredam. Osilasi teredam ini terjadi karena muatan
Gambar 1.1 Rangkaian Seri RLC

yang terkandung dalam rangkaian berosilasi bolak-balik melalui resistansi, sehingga


energi elektromagnetik dihamburkan sebagai energy termal (walker, 2011).

Rangkaian yang terdiri atas resistansi, induktansi, dan kapasitansi disebut


rangkaian RLC. Rangkaian RLC seri tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Dengan resistansi R menunjukkan, total energi elektromagnetik U dari rangkaian
(jumlah energi listrik dan energi magnet) tidak lagi konstan.

Gambar 1.2 Rangkaian RLC seri

Kemudian pada gambar 2 menunjukkan rangkaian yang terdapat elemen resistansi


dengan nilai R dan generator AC dengan ggl bolak-balik.
Gambar 1.3 Resistor dihubungkan melintasi sebuah generator arus bolak-balik

Dengan menggunakan hukum loop, dapat diketahui muatan resistif dan dapat ditulis
dengan rrumus berikut

𝜀 − 𝑣𝑅 = 0………………………………… (1.1)

kemudian langkah selanjutnya dapat ditulis sebagai

𝑣𝑅 = 𝜀𝑚 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑑 𝑡…………………………… (1.2)

karena amplitudo 𝑣𝑅 dari beda potensial bolak-balik (atau voltase) melintasi resistansi
sama dengan amplitudo 𝜀𝑚 dari ggl bolak-balik, persamaannya bisa ditulis sebagai

𝑣𝑅 = 𝑣𝑅 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑑 𝑡……………………………. (1.3)

dari definisi hambatan (R = V/i), sekarang dapat dituliskan 𝑖𝑅 pada resistensi sebagai
𝑣𝑅 𝑣𝑅
𝑖𝑅 = = 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑑 𝑡……………………….. (1.4)
𝑅 𝑅

kemudian rumus tersebut dapat ditulis kembali menjadi

𝑖𝑅 = 𝑖𝑅 sin⁡(ωd 𝑡 − 𝜙)………………………. (1.5)

sehingga hubungan antara amplitude tegangan dan amplitude arus dapat ditulis dengan

𝑣𝑅 = 𝑖𝑅 × 𝑅………………………………… (1.6)

Hubungan ini adalah hubungan untuk gambar 2, tetapi meskipun begitu, hubungan ini
berlaku untuk semua resistasi di rangkaian AC apapun. Selanjutnya, muatan kapasitif
bisa didapatkan dengan Hukum Loop, kemudian didapatkan beda potensial pada
kapasitor

𝑣𝑐 = 𝑉𝑐 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑑 𝑡……………………………… (1.7)

dimana 𝑉𝐶 adalah amplitudo dari tegangan bolak-balik yang melintasi kapasitor.


Kuantitas XC, yang disebut reaktansi kapasitif kapasitor dapat ditulis sebagai

1
𝑋𝑐 = 𝜔 𝐶 …………………………………….. (1.8)
𝑑
hubungan antara amplitude tegangan dengan amplitude arus adalah dapat dituliskan
sebagai

𝑉𝐶 = 𝐼𝐶 × 𝑋𝐶 …………………………………. (1.9)

Hubungan ini ditemukan untuk gambar 3, tetapi hubungan ini berlaku untuk kapasitansi
di rangkaian AC apapun.

Gambar 1.4 Kapasitor terhubung melintasi generator arus bolak-balik

Muatan induktif dapat diketahui dengan Hukum Loop, sehingga didapatkan beda
potensial pada induktor yakni

𝑉𝐿 = 𝑉𝐿 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑑 𝑡………………………………. (1.10)

kuantitas XL, yang disebut reaktansi induktif dapat ditulis sebagai

𝑋𝐶 = 𝜔𝑑 𝐿……………………………………. (1.11).

Hubungan antara amplitude tegangan dengan amplitude arus dapat ditulis sebagai

𝑉𝐿 = 𝐼𝐿 × 𝑋𝐿 …………………………………. (1.12)

(Halliday, 2011).

Terdapat dua tipe rangkaian resonansi yakni rangkaian resonansi seri dan paralel.
Pada rangkaian resonansi paralel, impedansi resonansi yang dihasilkan adalah
maksimum sedangkan hasil impedansi pada rangkaian seri adalah minimum. Selain itu
pada rangkaian paralel akan dihasilkan arus induktor dan arus kapasitor dengan
amplitudo Q0 kali lebih besar daripada arus sumber pada saat resonansi. Sementara pada
rangkaian resonansi seri akan dihasilkan penguatan tegangan pada kondisi resonansi.
Hal ini karena tegangan induktor dan tegangan kapasitor yang dihasilkan mempunyai
amplitudo Q0s kali lebih besar daripada tegangan sumber (Hayt & dkk, 2005).
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum topik resonansi rangkaian
RLC ini adalah sinyal generator, osciloscope, tahanan karbon, induktor, kapasitor, dan
kabel penghubung.

2.2. Tata Laksana Percobaan

Hal pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah alat praktikum dirangkai
sesuai dengan diktat, dimana tahanan karbon, induktor, dan kapasitor dirangkai secara
seri.

Sebelum sinyal generator dan osciloscope dinyalakan, kapasitor diatur sebesar 50 nF


dan resistansi diatur sebesar 100 ohm.

Frekuensi pada sinyal generator diatur sebesar 20.000 Hz untuk pengambilan data,
volt/div pada osiloskop diatur sebesar 5. Kemudian gelombang yang terbentuk pada
osiloskop diamati.

Nilai div dicatat dari amplitude gelombang yang mana perkotaknya bernilai 1 div.
nilai div inilah yang nantinya digunakan sebagai data hasil percobaan.

Selanjutnya langkah percobaan tersebut diulangi dengan nilai frekuensi yang berbeda
dari sebelumnya.
BAB III

DATA dan PEMBAHASAN


3.1 Data Hasil Percobaan
R = 100 Ω
C = 50 mF = 5,00 × 10−2 F
L = 0,00017 H

No Frekuensi (Hz) div (y) Volt/div

1 20000 2,6 5

2 30000 2,8 5

3 40000 3 5

4 50000 2,6 5

5 60000 2,8 5

6 70000 2,8 5

3.2 Perhitungan

No 𝑽𝒑𝒑 𝑽𝑹𝑴𝑺 𝑿𝑳 𝑿𝑪 𝑰𝑹𝑴𝑺

1 13 9,19 2,14 × 101 1,59 × 102 5,39 × 10−2

2 14 9,90 3,20 × 101 1,06 × 102 7,95 × 10−2

3 15 1,06 × 101 4,27 × 101 7,96 × 101 9,95 × 10−2

4 13 9,19 5,34 × 101 6,37 × 101 9,14 × 10−2

5 14 9,90 6,41 × 101 5,31 × 101 9,84 × 10−2

6 14 9,90 7,47 × 101 4,55 × 101 9,50 × 10−2

𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃
𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) 𝑉𝑅𝑀𝑆 =
√2

𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 13
𝑉𝑝𝑝1 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,6 × 5 = 13⁡𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆1 = = = 9,19⁡𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 14
𝑉𝑝𝑝2 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,8 × 5 = 14⁡𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆2 = = = 9,9⁡𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 15
𝑉𝑝𝑝3 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 3 × 5 = 15⁡𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆3 = = = 10,6⁡𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 13
𝑉𝑝𝑝4 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,6 × 5 = 13⁡𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆4 = = = 9,19⁡𝑉
√2 √2

𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 14
𝑉𝑝𝑝5 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,8 × 5 = 14⁡𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆5 = = = 9,9𝑉
√2 √2
𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑉𝑃𝑃 14
𝑉𝑝𝑝6 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,8 × 5 = 14⁡𝑉 𝑉𝑅𝑀𝑆6 = = = 9,9⁡𝑉
√2 √2

1
𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶
1
𝑋𝐿1 = 2𝜋𝑓𝐿 = 21,4⁡Ω 𝑋𝐶1 = 2𝜋𝑓𝐶 = 1,59 × 102 Ω
1
𝑋𝐿2 = 2𝜋𝑓𝐿 = 32⁡Ω 𝑋𝐶2 = 2𝜋𝑓𝐶 = 1,06 × 102 Ω
1
𝑋𝐿3 = 2𝜋𝑓𝐿 = 42,7⁡Ω 𝑋𝐶3 = 2𝜋𝑓𝐶 = 7,96 × 101 Ω
1
𝑋𝐿4 = 2𝜋𝑓𝐿 = 53,4⁡Ω 𝑋𝐶4 = 2𝜋𝑓𝐶 = 6,37 × 101 Ω
1
𝑋𝐿5 = 2𝜋𝑓𝐿 = 6,41⁡Ω 𝑋𝐶5 = 2𝜋𝑓𝐶 = 5,31 × 101 Ω
1
𝑋𝐿6 = 2𝜋𝑓𝐿 = 74,7⁡Ω 𝑋𝐶6 = 2𝜋𝑓𝐶 = 4,55 × 101 Ω

𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆 =
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆1 = = 5,39 × 10−2 ⁡𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆2 = = 7,95 × 10−2 ⁡𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆3 = = 9,95 × 10−2 ⁡𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆4 = = 9,14 × 10−2 ⁡𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆5 = = 9,84 × 10−2 ⁡𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆
𝐼𝑅𝑀𝑆6 = = 9,50 × 10−2 ⁡𝐴
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
3.3 Grafik
F 𝑰𝑹𝑴𝑺 0.12

20000 8,99 × 10−2 0.1

30000 9,43 × 10−2 0.08

0.06 Series1
40000 9,75 × 10−2
Linear (Series1)
−2 0.04
50000 8,11 × 10
0.02
60000 8,34 × 10−2
0
70000 7,93 × 10−2 0 20000 40000 60000 80000

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Frekuensi dengan 𝐼𝑅𝑀𝑆


3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Dalam praktikum kali ini, alat alat yang digunakan adalah adalah
sinyal generator, osciloscope, tahanan karbon, induktor, kapasitor dan
kabel-kabel penghubung. Masing-masing alat ini memiliki fungsi dan
kegunaan masing-masing. Sinyal generator digunakan dalam
pengeluaran sinyal dan pengaturan frekuensi pada saat percobaan
dilakukan. Osciloscope digunakan agar gelombang resonansi yang
terbentuk dapat dilihat dan dapat dihitung div nya serta dapat diatur
volt/div nya yaitu 1 volt/div pada percobaan ini. Tahanan karbon
digunakan agar terbentuk hambatan atau resistansi sebesar 100 ohm.
Induktor digunakan agar rangkaian memiliki induktansi serta kapasitor
digunakan pada rangkaian agar dimiliki kapasitansi yang nantinya akan
ditentukan nilai impedansinya. Semua alat dan bahan dirangkai secara
seri dengan kabel – kabel penghubung.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan

Pada percobaan kali ini, alat-alat dirangkai secara seri dan


dilakukan seperti yang tertera pada diktat. Hal ini dilakukan agar
kesalahan saat praktikum dapat diminimalisir dan menghindari
terjadinya kesalahan teknis yang dapat membahayakan praktikan.
Penggunaan frekuensi yang berbeda dilakukan agar praktikan memiliki
data yang bervariasi dan dapat membandingkan nilai arus yang
terbentuk. Penggunaan osciloscope bertujuan agar praktikan dapat
menghitung dan mengetahui letak terjadinya resonansi dengan melihat
gelmbang yang terbentuk.

3.4.2 Analisa Hasil

Berdasarkan hasil perhitungan data, maka dapat diketahui beberapa nilai


yaitu nilai XC, XL, Z, dan IRMS . Pada percobaan dengan frekuensi 2000 Hz,
diperoleh nilai arus sebesar 5,39 × 10−2 ⁡𝐴. Pada frekuensi 3000Hz, arus yang
terbentuk adalah 7,95 × 10−2 ⁡𝐴. Kemudian terjadi arus sebesar 9,95 × 10−2 ⁡𝐴
pada frekuensi 4000Hz. Frekuensi 5000 Hz menghasilkan arus sebesar 9,14 ×
10−2 ⁡𝐴. Dan pada frekuensi 6000 Hz serta 7000 Hz dihasilkan arus sebesar
9,84 × 10−2 ⁡𝐴 dan 9,50 × 10−2 ⁡𝐴.

Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik yang terbentuk adalah seperti
gunung dimana titik puncaknya adalah pada frekuensi 4000 Hz. Pada frekuensi
2000 Hz –4000 Hz, grafik terlihat naik dan setelah 4000 Hz, grafiknya turun.
Nilai 4000 Hz dapat didapatkan arus terbesar karena berdasarkan data hasil
percobaan, resonansi RLC terjadi pada frekuensi ini, sehingga arus terbesar yang
terbentuk adalah juga pada frekuensi 4000 Hz.

Rangkaian Resonansi Seri adalah salah satu rangkaian terpenting yang


digunakan dalam rangkaian listrik dan elektronik. Resonansi terjadi dalam
rangkaian seri ketika frekuensi supply menyebabkan tegangan di L dan C menjadi
sama dan berlawanan dalam fasa. Dalam rangkaian RLC seri terdapat titik
frekuensi di mana reaktansi induktif induktor menjadi sama nilainya dengan
reaktansi kapasitif kapasitor. Dengan kata lain, XL = XC. Titik di mana hal ini
terjadi disebut titik Frekuensi Resonansi, ( ƒr ) dari rangkaian, dan ketika kami
menganalisis rangkaian RLC seri, frekuensi resonansi ini menghasilkan
Resonansi Seri.

Resonansi tidak hanya terjadi pada rangkaian RLC saja, namun juga
terjadi pada gelombang bunyi. Resonansi RLC dan resonansi bunyi memiliki
beberapa perbedaan. Pada resonansi RLC syarat sebuah rangkaian RLC dapat
terjadi resonansi adalah ketika nilai XL=XC. Namun, pada resonansi bunyi syarat
bunyi dapat beresonansi yaitu ketika terdapat dua benda yang memiliki frekuensi
sama atau hampir sama dari frekuensi benda. Kejadian resonansi pada rangkaian
RLC dapat terjadi pada sebuah rangkaian listrik yang memiliki induktor dan
kapasitor di dalamnya, sedangkan pada resonansi bunyi dapat terjadi karena ada
benda yang bergetar kemudian ada benda lain yang semula diam kemudian ikut
bergetar akibat getaran benda pertama akibat dari frekuensi yang sama.

Rangkaian seri dapat diaplikasikan pada pengukuran frekuensi resonansi


pada rangkaian AC. Rangkaian seri akan menghasilkan penguatan tegangan pada
saat kondisi resonansi. Pada rangkaian oscillator, rangkaian RLC ini sering
digunakan dalam rangkaian tersebut. Dan biasanya pada penggunaan tuning radio
dan juga televise untuk mencari frekuensi dari gelombang radio. Contoh pada
perangkat penguat (amplifier) di setiap pesawat penerima radio, yang
memungkinkan amplifier memberikan penguatan yang sangat besar ke sinyal –
sinyal di dalam suatu kisaran frekuensi tertentu dan memberikan penguatan
hampir nol ke sinyal – sinyal di luar pita tersebut. Kemampuan memilih frekuensi
semacam ini memungkinkan kita untuk menerima siaran radio dari satu stasiun
tertentu sedangkan menolak transmisi dari stasiun – stasiun lainnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan kali ini mengenai resonansi rangkaian RLC, maka
dapat disimpulkan bahwa resonansi RLC dapat terjadi jika adalah ketika nilai XL=XC.
Kejadian resonansi pada rangkaian RLC dapat terjadi pada sebuah rangkaian listrik yang
di dalamnya terdapat induktor dan kapasitor. Pada rangkaian seri, hasil impedansi pada
rangkaian seri adalah minimum.akan dihasilkan penguatan tegangan pada kondisi
resonansi. Hal ini karena tegangan induktor dan tegangan kapasitor yang dihasilkan
mempunyai amplitudo Q0s kali lebih besar daripada tegangan sumber.

4.2 Saran
Praktikan sebaiknya fokus pada saat praktikum dilaksanakan dan pada saat
perhitungan data serta dalam pembuatan grafik. Lalu karena praktikum ini dilakukan
secara daring maka alangkah baiknya jika alat-alat yang digunakan dalam praktikum
dijabarkan serta diperlihatkan dengan lebih detail dan jelas pada video praktikum sehingga
praktikum dapat lebih dipahami oleh praktikan walau tidak dilakukan secara langsung
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 2011. Fundamental of Physics Ninth Edition. Cleveland:
John Wiley & Sons Inc.

Hayt, W., & dkk. (2005). Rangkaian Listrik Edisi Keenam. Erlangga.

Walker, J. (2011). Halliday & Resnick Fundamentals of PHYSICS 9th Edition. New York:
Wiley.
LAMPIRAN
Tugas Pendahuluan

1. Apa itu osiloskop dan jelaskan cara pembacaannya


2. Jelaskan apa itu resonansi seri RLC
3. Selfie saat menonton video youtube

Jawaban
1. Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan
sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan mudah
dipelajari. Cara pembacaannya adalah Saat grafik pada osiloskop terbentuk (gelombang
sinusoidal), kemudian nilai div dapat dicatat dengan menghitung amplitudo gelombang
yang mana per kotaknya bernilai 1 div.
2. Resonansi pada rangkaian listrik adalah suatu gejala yang terjadi pada suatu rangkaian
bolak-balik yang mengandung elemen induktor dan kapasitor. Resonansi pada
rangkaian seri disebut resonansi seri, sedangkan pada rangkaian paralel disebut
resonansi paralel atau antiresonansi. Resonansi seri Resonansi seri dapat terjadi apabila
𝑋𝐶 ⁡𝑎𝑡𝑎𝑢⁡𝑉𝐿 = 𝑉𝐿 sehingga impedansi rangkaian sama dengan nilai resistansinya (Z =
1
R) dan arus sefase dengan tegangan. Besar frekuensi dari resonansi seri adalah:𝜔 = √𝐿𝐶

Resonansi paralel Resonansi paralel terjadi bila sustansi di suatu cabang sama dengan
sustansi kapasitif pada cabang lainnya, dengan merangkai induktor dan kapasitor secara
paralel atau disebut juga sebagai tank circuit. Besar frekuensi dari resonansi paralel

1 𝑅 2
adalah: 𝜔 = √𝐿𝐶 − ( 𝐿 )

3.
(Halliday, 2011)

(Halliday, 2011)

(Halliday, 2011)
(Halliday, 2011)

(Halliday, 2011)
(Hayt & dkk, 2005)

(Walker, 2011)

Anda mungkin juga menyukai