Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Resonansi Rangkaian RLC)

(PERCOBAAN-LM5)

Nama : Imron Athoriq Firjatulloh

NIM : 205090800111035

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :6

Tgl.Praktikum : 29 Maret 2021

Nama Asisten : Handy Kabirul Dawam

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Resonansi Rangkaian RLC)

Nama : Imron Athoriq Firjatulloh

NIM : 205090800111035

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :6

Tgl. Praktikum : 29 Maret 2021

Nama Asisten : Handy Kabirul Dawam

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah dilakukan praktikum resonansi rangkaian RLC secara daring, diharapkan
resonansi rangkaian listrik dapat dipahami dan resonansi rangkaian seri RLC dapat
diketahui.

1.2 Dasar Teori

Rangkaian yang dialiri arus bolak balik atau arus AC (Alternative Current) dan
terdapat resistansi, induktansi, dan kapasitansi disebut dengan rangkaian RLC.
Rangkaian seri yang ada pada sebuah RLC dengan resistansi R, total energi
elektromagnetik yang dimiliki pada rangkaian tidak lagi konstan. Hal ini terjadi karena
energy yang diterima oleh resistor diubah menjadi energi panas. Adapun induktor dalam
rangkain RLC memiliki fungsi untuk menyimpan arus listrik dan medan magnet. Fungsi
kapasitor sebagai konduktor yang dapat melewatkan arus AC. Berikut adalah contoh
dari rangkaian seri RLC (Halliday & Resnick, 2011).

Gambar 1.1 Rangkaian seri RLC

(Serway & Jewet, 2014).

Rangkaian sumber tegangan AC memiliki sifat yang berbeda dengan rangkaian


yang berarus DC pada komponennya masing masing. Arus dan tegangan yang mengalir
melewati resistor akan mengalir dengan fase yang sama. Fase arus lebih dulu 90o dari
pada fase tegangan di kapasitor. Sedangkan fase tegangan malah akan 90° lebih dulu
dibanding arusnya terjadi pada induktor. Pada resistor tegangan akan sama. Pada ketiga
komponen ini terdapat arus dan tegangan maka semua komponen akan memiliki
hambatan. Kedua komponrn kapasitor dan induktor ini biasa disebut reaktansi kapasitif
(XC) dan reaktansi induktif (XL) (Serway & Jewet, 2014).
Rangkaian yang terjadi pada rangkaian dapat dihitung arus dan tegangan listrik
pada rangkaian RLC. Jika dalam rangkaian ada resistor dialiri arus AC sebesar I maka
besaran Vr = R I. Karena rumus tersebut maka jika arus diperbesar mka tegangan pada
resistor juga akan membesar. Demekian sebaliknya jika I mengecil maka tegangan akan
ikut mengecil juga (Parinduri, 2018).

𝑉𝑅 = 𝑅 𝑥 𝐼 …(1.1)

(Parinduri, 2018).

Pada rangkaian RL seri, ketika rangkaian diberikan arus I pada kedua komponen R
dan L. Sehingga pada R akan muncul tegangan VR dan pada L akan muncul tegangan
VL. Pada VL semakin besar arus yang diberikan besar maka tegangan yang dihasilkan
akan tinggi juga. Berlaku juga sebalikinya. Maka dapat dirumuskan matematika seperti
berikut (Parinduri, 2018).

𝑉𝐿 = 𝑋𝐿 𝑥 𝐼 …(1.2)

(Parinduri, 2018).

Pada rangkaian LC seri, ketika rangkaian diberikan arus I pada kedua komponen L
dan C. Sehingga pada L akan muncul tengang VL dan pada C akan muncul tegangan VC.
Pada VC semakin besar arus yang diberikan besar maka tegangan yang dihasilkan akan
tinggi juga. Berlaku juga sebalikinya. Maka dapat dirumuskan matematika seperti
berikut (Parinduri, 2018).

𝑉𝐶 = 𝑋𝑐 𝑥 𝐼 …(1.3)

(Parinduri, 2018).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum resonansi rangkaian RLC ini, yaitu
sinyal generator, osiloskop, tahanan karbon, induktor, kapasitor, dan kabel penghubung.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Semua alat disusun sesuai dengan gambar pada diktat

Arus rangkaian diukur dengan amperemeter secara seri dengan


rangkaian

Besar arus, kapasitansi. Induktansi, dan hambatan diatur pada sumber


tegangan, kapasitor, induktor dan resistor

Frekuensi resonansi dapat ditentukan dengan perhitungan

Sinyal generator dihidupkan dengan amplitudo kecil, lalu atur


div pada osiloskop dan cari frekuensi penyebab arus rangkaian
maksimum dicatat sebagai frekuensi resonansi

Frekuensi sinyal generator diubah-ubah di sekitar frekuensi dan


dicatat sebagai data percobaan
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

R = 100 
C = 50 nF = 5 x 10-8 F
L = 0,0317 H

Tabel 3.1.1 Data Hasil Percobaan

No Frekuensi (Hz) div (y) Volt/div

1 2000 1.4 2

2 3000 2.6 2

3 4000 2.4 1

4 5000 3 0.5

5 6000 2.2 0.5

6 7000 1.8 0.5

3.2 Perhitungan
Tabel 3.2.1 Perhitungan Data Hasil Percobaan

No f (Hz) div (y) volt/div VPP VRMS XL XC IRMS (A)


1 2000 1,4 2 2,8 1,980 398,354 1591,549 1,654,E-03
2 3000 2,6 2 5,2 3,677 597,531 1061,033 7,755,E-03
3 4000 2,4 1 2,4 1,697 796,708 795,775 1,697,E-02
4 5000 3 0,5 1,5 1,061 995,885 636,620 2,844,E-03
5 6000 2,2 0,5 1,1 0,778 1195,062 530,516 1,157,E-03
6 7000 1,8 0,5 0,9 0,636 1394,239 454,728 6,736,E-04

𝑣𝑜𝑙𝑡
1. 𝑉𝑃𝑃 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( ) = 2,8 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑑𝑖𝑣
𝑣𝑜𝑙𝑡
2. 𝑉𝑃𝑃 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 5,2 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑣𝑜𝑙𝑡
3. 𝑉𝑃𝑃 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 2,4 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑣𝑜𝑙𝑡
4. 𝑉𝑃𝑃 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 1,5 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑣𝑜𝑙𝑡
5. 𝑉𝑃𝑃 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 1,1 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑣𝑜𝑙𝑡
6. 𝑉𝑃𝑃 = 𝑑𝑖𝑣(𝑦) × ( 𝑑𝑖𝑣 ) = 0,9 𝑣𝑜𝑙𝑡

𝑉𝑃𝑃
1. 𝑉𝑅𝑀𝑆 = = 1,980 𝑣𝑜𝑙𝑡
√2
𝑉𝑃𝑃
2. 𝑉𝑅𝑀𝑆 = = 3,677 𝑣𝑜𝑙𝑡
√2
𝑉𝑃𝑃
3. 𝑉𝑅𝑀𝑆 = = 1,697 𝑣𝑜𝑙𝑡
√2
𝑉𝑃𝑃
4. 𝑉𝑅𝑀𝑆 = = 1,061 𝑣𝑜𝑙𝑡
√2
𝑉𝑃𝑃
5. 𝑉𝑅𝑀𝑆 = = 0,778 𝑣𝑜𝑙𝑡
√2
𝑉𝑃𝑃
6. 𝑉𝑅𝑀𝑆 = = 0,636 𝑣𝑜𝑙𝑡
√2

1. 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 398,354 Ω
2. 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 597,531 Ω
3. 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 796,708 Ω
4. 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 995,885 Ω
5. 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 1195,062 Ω
6. 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 1394,239 Ω

1
1. 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 = 1591,549 Ω
1
2. 𝑋𝐶 = = 1061,033 Ω
2𝜋𝑓𝐶
1
3. 𝑋𝐶 = = 795,775 Ω
2𝜋𝑓𝐶
1
4. 𝑋𝐶 = = 636,620 Ω
2𝜋𝑓𝐶
1
5. 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 = 530,516 Ω
1
6. 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 = 454,728 Ω

𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑉𝑅𝑀𝑆
1. 𝐼𝑅𝑀𝑆 = 𝑍
= 2 2
= 1,654 x 10−3 A
√𝑅 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )

𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑉𝑅𝑀𝑆
2. 𝐼𝑅𝑀𝑆 = 𝑍
= 2 2
= 7,755 x 10−3 A
√𝑅 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )

𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑉𝑅𝑀𝑆
3. 𝐼𝑅𝑀𝑆 = 𝑍
= 2 2
= 1,697 x 10−2 A
√𝑅 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )

𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑉𝑅𝑀𝑆
4. 𝐼𝑅𝑀𝑆 = 𝑍
= 2 2
= 2,844 x 10−3 A
√𝑅 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )

𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑉𝑅𝑀𝑆
5. 𝐼𝑅𝑀𝑆 = = = 1,157 x 10−3 A
𝑍 √𝑅2 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )2
𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑉𝑅𝑀𝑆
6. 𝐼𝑅𝑀𝑆 = = = 6,736 x 10−4 A
𝑍 √𝑅2 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )2
3.3 Grafik

Tabel 3.3.1 Titik Koordinat Grafik

No f (Hz) IRMS (mA)


1 2000 1,654,E-06
2 3000 7,755,E-06
3 4000 1,697,E-05
4 5000 2,844,E-06
5 6000 1,157,E-06
6 7000 6,736,E-07

Grafik
1.850.E-05 1.697.E-05
1.650.E-05
1.450.E-05
1.250.E-05
IRMS (mA)

1.050.E-05
7.755.E-06
8.500.E-06
6.500.E-06
4.500.E-06 2.844.E-06
1.654.E-06 1.157.E-066.736.E-07
2.500.E-06
5.000.E-07
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
f (Hz)

Grafik 3.3.1 Hubungan Frekuensi dengan Arus

3.4 Pembahasan

3.4.1 Analisa Prosedur

Berdasarkan proses percobaan praktikum resonansi RLC ini dapat


diketahui terdapat beberapa fungsi alat. Alat-alat yang digunakan adalah sinyal
generator yang berfungsi sebagai pengubah arus dari listrik bertegangan tinggi
diubah menjadi sumber arus listrik bolak balik untuk rangkaian seri RLC yang
dapat diatur frekuensinya, tahanan karbon digunakan sebagai hambatan pada
rangkaian seri RLC yang dapat diatur besarannya, kapasitor digunakan sebagai
kapasitansi bagi rangkaian sei RLC, induktor digunakan sebagai induktansi bagi
rangkaian seri RLC, osiloskop digunakan sebagai penampil gelombang sinus
dan pembaca tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian, serta kabel penghubung
yang digunakan sebagai penghubung alat alat rangkaian seri RLC.

Berdasarkan percobaan praktikum resonansi rangkaian RLC ini terdapat


beberapa fungsi perlakuan. Hal yang pertama kali dilakukan sebelum praktikum
ialah penyiapan alat dan bahan agar praktikum dapat dilaksanakan dengan baik.
Setelah disiapkan, alat-alat segera dirangkai dengan kabel penghubung secara
seri dengan nilai yang sudah ditentukan. Osiloskop diatur div nya agar dapat
dilihat dan dibaca dengan mudah gelombang tegangan yang dihasilkan. Sinyal
generator diatur pada frekuensi tertentu agar didapatkan variasi data hasil
percobaan. Tujuan dari perangkaian tahanan karbon, induktor, dan kapasitor
agar terjadi resonansi pada rangkain RLC yang di uji.

3.4.2 Analisa Hasil

Setelah diperoleh hasil uji pada praktikum online tentang resonansi


rangkaian RLC, maka akan dilakukan perhitungan pada data hasil percobaan
untuk mengetahui besarnya nilai tegangan (𝑉𝑃𝑃 ), tegangan efektif (𝑉𝑅𝑀𝑆 ),
reaktansi induktif (𝑋𝐿 ), reaktansi kapasitif (𝑋𝐶 ), impedansi (Z) dan arus efektif
(𝐼𝑅𝑀𝑆 ) pada tiap tiap frekuensinya. Pada percobaan pertama dengan nilai
frekuensi 2000 Hz diperoleh nilai VPP sebesar 2,8 volt, nilai VRMS sebesar 1,980
volt, nilai XL sebesar 398,354 Ω, nilai XC sebesar 1591,549 Ω, dan nilai IRMS
sebesar 1,654 x 10−3 A. Pada percobaan kedua dengan nilai frekuensi 3000 Hz
diperoleh nilai VPP sebesar 5,2 volt, nilai VRMS sebesar 3,677 volt, nilai XL
sebesar 597,531 Ω, nilai XC sebesar 1061,033 Ω, dan nilai IRMS sebesar
7,755 x 10−3 A. Pada percobaan ketiga dengan nilai frekuensi 4000 Hz
diperoleh nilai VPP sebesar 2,4 volt, nilai VRMS sebesar 1,697 volt, nilai XL
sebesar 796,708 Ω, nilai XC sebesar 795,775 Ω, dan nilai IRMS sebesar
1,697 x 10−2 A. Pada percobaan keempat dengan nilai frekuensi 5000 Hz
diperoleh nilai VPP sebesar 1,5 volt, nilai VRMS sebesar 1,061 volt, nilai XL
sebesar 995,885 Ω, nilai XC sebesar 636,620 Ω, dan nilai IRMS sebesar
2,844 x 10−3 A. Pada percobaan kelima dengan nilai frekuensi 6000 Hz
diperoleh nilai VPP sebesar 1,1 volt, nilai VRMS sebesar 0,778 volt, nilai XL
sebesar 1195,062 Ω, nilai XC sebesar 530,516 Ω, dan nilai IRMS sebesar
1,157 x 10−3 A. Pada percobaan keenam dengan nilai frekuensi 3000 Hz
diperoleh nilai VPP sebesar 0,9 volt, nilai VRMS sebesar 0,636 volt, nilai XL
sebesar 1394,239 Ω, nilai XC sebesar 454,728 Ω, dan nilai IRMS sebesar
6,736 x 10−4 A. Diperoleh nilai IRMS terbesar terjadi pada percobaan ketiga
dengan frekuensi 4000 Hz sebesar 1,697 x 10−2 A. Hal ini dikarenakan selisih
antara XL dengan XC sangat kecil sehingga nilai impedansi akan kecil dan VRMS
yang besar juga mempengaruhi besarnya IRMS. Dari data juga diperoleh IRMS
terkecil pada percobaan keenam dengan frekuensi 7000 Hz yaitu sebesar
6,736 x 10−4 A. Sama seperti data IRMS terbesar, data terkecil dipengaruhi oleh
VRMS yang kecil serta nilai impedansi yang besar.

Percobaan ketiga dengan frekuensi 4000 Hz memperoleh IRMS terbesar dari


data yang telah dihitung. Besarnya IRMS adalah 1,697 x 10−2 A. Nilai besar IRMS
ini diperoleh atas besar tegangan rms (VRMS) dibagi dengan impedansi (Z). Besar
VRMS diperoleh dari pencarian VPP dibagi dengan akar dua. Besarnya nilai pada
VPP diperoleh dengan besaran div yang diatur dikali dengan volt/div nya. Setelah
dicari dan dihitung maka diperoleh VRMS sebesar 1,697 𝑣𝑜𝑙𝑡. Sesudah VRMS
diketahui, akan dicari besaran impedansi (Z) dari besaran hambatan, reaktansi
induktif (XL), dan reaktansi kapasitif (XC). besaran XL didapat dari perkalian 2
phi dengan besar induktor dan frekuensi. Pada besaran XC diperoleh dari
perhitungan satu dibagi 2 phi dikali dengan besar kapasitor dan frekuensi.
Besarnya frekuensi sangat mempengaruhi besarnya XL dan XC. Pada percobaan
ketiga diperoleh XL dan XC hampir sama besar sehingga menyebabkan
selisihnya menjadi sangat kecil. Selisih ini akan mempengaruhi besar impedansi
percobaan ketiga. Setelah ditemukan hasil dari selisih antar reaktansi, maka akan
didapatkan besar dari impedansi dengan menambahkan dengan besar hambatan
(R). Dengan diperoleh VRMS yang besar dan impedansi (Z) yang kecil maka akan
didapatkan hasil IRMS yang besar pula. Oleh karena itu percobaan ketiga
memiliki grafik yang tertinggi dengan frekuensi 4000 Hz.

Dari grafik antara frekuensi dengan IRMS yang telah dibuat dengan excel,
dapat ditarik sebuah kesimpulan. Frekuensi akan mempengaruhi besarnya suatu
reaktansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XC). Frekuensi dengan reaktansi
induktif (XL) berbanding lurus dengan frekuensi. Semakin besar frekuensi maka
semakin besar pula reaksi induktifnya begitu dengan sebaliknya jika frekuensi
besar maka reaktansi induktifnya semakin besar juga. Sedangkan pada reaktansi
kapasatif (XC) dengan frekuensi hubungannya berbanding terbalik. Semakin
besar frekuensi maka semakin kecil reaktansi kapasitifnya berlaku sebaliknya
jika frekuensi kecil maka reaktansi kapasitifnya besar. Besar nya reaktansi
induktif (XL) dan reaktansi kapasitansi (XC) akan mempengaruhi besar IRMS. Jika
besar reaktansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitansi (XC) sama maka selisih
nya kecil. Jika selisih kecil maka IRMS semakin besar. Oleh karena itu, pada
percobaan pertama hingga ketiga mengalami kenaikan dan pada percobaan
keempat hingga keenam mengalami penurunan.

Sifat yang dimiliki resonansi pada rangkaian RLC dapat bermafaat dan
berguna pada kehidupan sehari hari. Rangkaian seri RLC dapat digunakan untuk
pemrosesan sinyal dan sistem komunikasi. Rangkaian RLC lain juga dapat
bermanfaat bagi kehidupan. Contoh lainnya yaitu rangkaian osilator digunakan
sebagai penerima radio dan pesawat televisi. Rangkaian resonansi LC seri
digunakan untuk pembesar tegangan dan yang terakhir rangkaian LC seri dan
parallel digunakan dalam pemanasan induksi.

Besarnya suatu tahanan yang berada pada rangkaian yang diberi tegangan
arus AC atau arus bolak balik disebut Impedansi yang bersimbolkan Z. Nilai
besar kecilnya suatu impedansi bergantung pada resistansi yang bersimbol R,
reaktansi induktif yang bersimbol XL, dan juga reaktansi kapasitif yang
bersimbol XC. Hasil akar kuadrat dari resintansi ditambah oleh selisih reaktansi
induktif dengan reaktansi kapasitih merupakan nilai dari besarnya suatu
impedansi rangkaian RLC. Impedansi akan bernilai kecil jika kedua reaktansi
induktif dan reaktansi kapasitif sama besar. Hal ini dapat dilihat pada data
perhitungan. Selisih dari kedua reaktansi sangat kecil sehingga impedansi yang
diperoleh kecil. Impedansi yang kecil akan menyembabkan IRMS semakin besar
pada grafik dan data perhitungan diatas.

Luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal pada
medium transmisi disebut Bandwith. Bandwith dapat diartikan sebuah
perbedaan antara sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Contoh
dari bandwith seperti line telepon yang memiliki bandwith 3000 Hz. Yang
berarti frekuensi tertinggi yang dapat dicapai oleh telepon adalah 3300 Hz dan
frekuensi terendah dicapai oleh telepon di 300 Hz.
3.4.3 Review Jurnal Rangkaian RLC

Judul Analisis Rangkaian Resistor, Induktor dan Kapasitor (RLC) Dengan


Metode Runge-Kutta dan Adams Bashforth Moulton
Penulis Yudandi Kuputra Aji, Agus Sutrisno, Amanto, dan Dorrah Azis
Nama Jurnal Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif
Kode ISBN, Tahun, ISBN No. 978-602-98559, 2017, 3-7
Halaman
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis rangkaian RLC dan
menentukan metode mana yang terbaik antara metode Runge-Kutta
dan Adams Bashforth Moulton dalam memperoleh nilai dan hasil
yang tepat dan minim dari galat.
Metode Penelitian Metode yang digunakan menggunakan langkah dibawah
1. Menyelesaikan persamaan model rangkaian RLC seri secara
analitik, metode Runge-Kutta orde empat dan metode Adams
Basfourth Moulton.
2. Membuat program dari rangkaian RLC menggunakan software
Matlab R2013b.
3. Melihat metode terbaik untuk menyelesaikan persamaan
rangkaian RLC dengan metode Runge-Kutta orde empat dan
metode Adams Bashforth Moulton.
Hasil dan Model rangkaian RLC dengan metode Runge-Kutta dan Adams
pembahasan Bashforth Moulton diselesaikan dengan Software Matlab R2013b.
Pada penelitian ini parameter yang digunakan adalah parameter
simulasi yaitu dengan nilai resistansi (R) sebesar 8 ohm, nilai
Induktansi (L) sebesar 6 henry, nilai Kapasitansi sebesar 23 x 10-4
farad, kuat arus awal I0 sebesar 0 ampere, nilai perubahan arus (h)
sebesar 10, dan nilai iterasi (n) sebesar 200, dengan tingkat ketelitian
10-5.
Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan galat yang dihasikan oleh
metode Adams Bashforth Moulton lebih kecil dibandingkan metode
Runge-Kutta orde empat. Pada jumlah iterasi, dengan metode Adams
Bashforth Moulton untuk mencapai nilai yang mendekati solusi
analitik lebih cepat dibandingkan metode Runge-Kutta orde empat.
Waktu komputasi lebih cepat dengan metode Adams Bashforth
Moulton daripada metode Runge-Kutta. Maka analisis rangkaian
RLC terbaik dilakukan dengan metode Adams Bashforth Moulton.
Keunggulan Jurnal dibuat detail dengan memperlihatkan rumus serta percobaan
dengan aplikasi Matlab R2013b. Bahasa yang digunakan sederhana
sehingga mudah dipahami
Kekurangan 1. Kekurangan dari jurnal ini adalah tidak dijelaskannya grafik yang
terapat pada matlab sehingga pembaca harus memahami sendiri
dari gambar tersebut
2. Program yang ada pada Matlab yang digunakan tidak diberi
penjalasan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum resonansi rangkaian RLC ini, resonansi rangkaian


listrik dapat dipahami. Hal ini tertera dengan nilai pada data hasil percobaan dan hasil
perhitungan. Resonansi terjadi pada rangkaian RLC dikarekanakan pengaruh dari
komponen penyusunnya berupa resistor, kapasitor, dan inductor saat reaktansi
induktif(XL) bernilai sama dengan reaktansi kapasitif(XC). Melalui praktikum resonasi
rangkaian RLC juga dapat diketahui nilai resonansi rangkaian seri RLC. Karena hal
tersebut, rangkain akan bersifat resistif. Dalam keadaan resistif maka arus dan tegangan
akan sefase.

4.2 Saran

Saat percobaan praktikum daring tentang resonansi rangkaian RLC yang telah
dilakukan didapatkan kendala internet yang kurang baik. Alangkah baiknya praktikum
dilakukan secara luring agar bisa lebih memahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, David, Robert Resnick. 2011. Fundamentals of physics, 9th edition. Ohio: John
Wiley & Sons, Inc.

Serway, R. A., & Jewet, J. W. 2014. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics
Nine Edition. Unites States of America: Brooks/Cole.

Parinduri, I. 2018. Model Dan Simulasi Rangkaian RLC Menggunakan Aplikasi Matlab
Metode Simulink. Journal of Science and Social Research , 42 – 47.

Aji, Y. K., Sutrisno, A., Amanto, & Azis, D. 2017. Analisis Rangkaian Resistor, Induktor dan
Kapasitor (RLC) Dengan Metode Runge-Kutta dan Adams Bashforth Moulton.
Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif, 3-7.
LAMPIRAN

(Serway & Jewet, 2014).

(Serway & Jewet, 2014).


(Halliday & Resnick, 2011).

(Parinduri, 2018).
(Parinduri, 2018).

(Aji, Sutrisno, Amanto, & Azis, 2017).


Data Hasil Percobaan
Tugas Pendahuluan

1. Buktikan bahwa beda fase tegangan dan arus dalam induktor, kapasitor dan resistor
berturut-turut adalah 90°, -90°dan 0°!
Resistor
• 𝑉=𝐼𝑅
• 𝐼 = 𝑉/𝑅
Karena R tetap, V berubah-ubah dengan rasio sinus, maka I juga akan berubah
dengan rasio sinus tersebut. Karena sama-sama sinus, maka I dan V pada resistor
memiliki fase yang sama atau beda fasenya 0°
• Kapasitor
• 𝐼 = 𝑑𝑞/𝑑𝑡
• 𝐼 = 𝐶 𝑑𝑉/𝑑𝑡
Karena besar V berubah ubah terhadap grafik sin, I akan berubah-ubah
bedasarkan grafik cos. Hal ini karena dalam persamaannya V (sin) diturunkan
berdasarkan waktu. Karena grafik cos lebih dulu 90° dari grafik sin. Maka beda fase
tegangan dan arus pada kapasitor -90°.
Induktor
• 𝑉 = 𝐿 𝑑𝐼/𝑑𝑡
𝑉
• 𝑑𝐼 = ∫ 𝐿 𝑑𝑡
Karena besar V berubah ubah terhadap grafik sin, I akan berubah ubah
berdasarkan grafik -cos. Hal ini karena V (sin) diintegrak bedasarkan waktu. Karena
grafik sin lebih dulu 90° dari grafik -cos. Maka beda fase tegangan dan arus pada
Induktor 90°.

2. Jelaskan mengapa jika terjadi resonansi arus rangkaian menjadi maksimum!


• Pada rangkaian kapasitif, arus mendahului tegangan
• Pada rangkaian induktiff, tegangan mendahului arus
• Pada rangkaian resistif, arus dan tegangan sefase.
Saat inilah terjadi resonansi seri.
Pada rangkaian resistif, impedansi Z = R, karena XL = XC saling menghilangkan
(terlihat dari diagram fasor) sehingga arus listrik yang mengalir maksimum.
Lembar Pretest

Anda mungkin juga menyukai