RANGKAIAN RLC
Diajujkan untuk memenuhi tugas praktikum Fisika Dasar II
Dosen Pembimbing:
Dr., H., Chaerul Rochman, M. Pd
Rena Denya Agustina, M. Si
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
A. Judul Praktikum
Rangkaian RLC
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan besaran-besaran dalam arus bolak-balik
2. Mengukur besaran dalam arus bolak-balik
3. Melakukan percobaan resonansi dalam arus bolak-balik
4. Menganalisis pengaruh inductor pada rangkaian arus seara
5. Menguraikan pengaruh kapasitar pada rangkaian arus searah
6. Membandingkan hasil penggunaan tegangan AC sebelum dan sesudah probe
multimeter dihasilkan.
C. Landasan Teori
Rangkaian RLC adalah sebuah rangkaian elektronika yang menggunakan komponen
resistor, kapasitor dan inductor yang nantinya akan dihubungkan dengan rangkaian
seri ataupun rangkaian parallel. Resistor adalah komponen yang paling sering
ditemukan dalam rangkaian elektronika. (Mikrajuddin,2016).
Pada dasarnya resistor adalah komponen elekronika pasif yang memiliki nilai
resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus
listrik dalam suatu rankaian elektronika (Nawali, 2015).
Kapasitor merupakan piranti dinamik yang berbasis terhadap variasi kuat
medan listrik yang dibangkitkan oleh sumber tegangan.contoh dalam kehidupan
adalah dua pelat pararel yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan dielektrik
ini memberikan gejala resistansi (Eka, Andi dan Bachtera).
Induktor adalah elemen dinamik yang berbasis pada variasi medan magnet
yang ditimbulkan arus. Hubungan antara arus yang melalui inductor dengan fluksi
lingkup yang ditimbulkan dinyatakan dengan konstanta L yang disebut induktansi
inductor dengan satuan henry (Sudirman S, 2002).
.
𝑍 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝑐 )2 (2)
1
𝑍 = √𝑅 2 + (𝜔𝐿 − 𝜔𝐶 )2 (3)
(Tipler, 2001)
𝑉𝑅 𝑉𝑅 𝑉𝑅
Dengan 𝑋𝑅 = ; 𝑋𝑅 = ; 𝑋𝑅 =
𝐼𝑅 𝐼𝑅 𝐼𝑅
Nilai Z adalah nilai impedansi yang didapatkan dari nilai resistansi, reaktansi
induktif dan reaktansi kapasitif .Arus pada rangkaian RLC pasti selalu konstan, pada
setiap titik di rangkaian. Artinya, setiap elemen akan memiliki fase yang sama
meskipun dengan lan yang berbeda di mana
Z=√R²+(Xl-Xc)² (Giancolli, 2014)
Rangkaian RC
rangkaian ini merupakan sebuah rangkaian yang tersusun dari resistor dan kapasitor.
Rangkaian RL
Adalah rangkaian yang hanya tersusun dari resistor dan induktor.
D. Metodologi
1. Alat dan Bahan
a) Sumber tegangan
b) Multimeter digital
c) Papan Rangkaian
d) Induktor
e) Resistor
f) Kapasitor
g) Kabel Penghubung
2. Prosedur Percobaan
a) Mengukur tegangan efektif sumber arus bolak-balik
Memutar tombol pemilih multimeter pada kedudukan pengukuran volt
meter AC 20 volt. Kemudian mengukur dan mencatat tegangan yang keluar
dari transormator sekunder. Lalu mengulangi dengan cara membalikkan probe
multimeter tersebut.
b) Mengukur impedansi rangkaian arus bolak-balik
1. Mengambil inductor dan resistor dengan hambatan 100Ω. Kemudian
memutar tombol pemilih multimeter pada kedudukan pengukuran
ohmmeter dan kalibrasi kedudukan nol ohm dengan cara menempelkan
probe-probenya. Lalu, mengukur dan mencatat hambatan induktor 𝑅𝐿 dan
hambatan resistor R dengan multimeter.
2. Menyusun rangkaian menjadi seperti gambar berikut.
Memutar tombol pemilih multimeter pada keududkan voltmeter DC 10
volt, kemudian menyalakan sumber arus searah dan ukur beda potensial
antara ujung-ujung induktor (𝑉𝐿 ), ujung-ujung resistor (𝑉𝑅 ) dan ujung-
ujung tegangan yang keluar dari sumber (𝑉𝑠 ) dengan voltmeter.
3. Mengulangi percobaan b.2 namun menggunakan sumber arus bolak-balik
6 volt. Kemudian mengukur menggunakan multimeter setelah disesuaikan
tombol pemilihnya untuk pengukuran tegangan AC. Lakukan pengukuran
sebanyak 2 kali dengan membalikkan probenya. Kemudia mencatat
hasilnya.
Nilai skala terkecil alat ukur yang digunakan adalah sebagai berikut.
Rangkaian RL (DC)
No. 𝑽𝑹 (V) 𝑽𝑳 (V) 𝑽𝑺 (V)
1. 5,87 0,39 6,02
2. 5,87 0,40 6,02
3. 5,87 0,54 6,02
Rangkaian RL (AC)
No. 𝑽𝑹 (V) 𝑽𝑳 (V) 𝑽𝑺 (V)
1. 6,10 0,15 6,02
2. 6,10 0,24 6,02
3. 6,11 0,24 6,02
Rangkaian RC (DC)
No. 𝑽𝑹 (V) 𝑽𝑪 (V) 𝑽𝑺 (V)
1. 0,22 0,15 6,02
2. 0,23 0,24 6,02
3. 6,11 0,24 6,02
Rangkaian RC (AC)
No. 𝑽𝑹 (V) 𝑽𝑪 (V) 𝑽𝑺 (V)
1. 0,22 0,15 6,02
2. 0,23 0,24 6,02
3. 6,11 0,24 6,02
- Keterangan Data
Berikut merupakan keterangan simbol yang digunakan tabel data
pengamatan diatas.
1. Tegangan pada Resistor (𝑽𝑹 )
Merupakan pengukuran tegangan resistor yang diukur dengan
voltmeter pada multimeter. Satuannya adalah Volt (V).
2. Tegangan pada Kapasitor (𝑽𝑪 )
Merupakan pengukuran tegangan kapasitor yang diukur dengan
voltmeter pada multimeter. Satuannya adalah Volt (V).
3. Tegangan pada Induktor (𝑽𝑳 )
Merupakan pengukuran tegangan induktor yang diukur dengan
voltmeter pada multimeter. Satuannya adalah Volt (V).
4. Nilai Hambatan Resistor (𝑹)
Merupakan pengukuran nilai hambatan resistor yang diukur dengan
ohmmeter pada multimeter. Satuannya adalah Ohm (Ω).
5. Nilai Hambatan Kapasitor (𝑹𝑪 )
Merupakan pengukuran nilai hambatan kapasitor yang diukur
dengan ohmmeter pada multimeter. Satuannya adalah Ohm (Ω).
6. Nilai Hambatan Induktor (𝑹𝑳 )
Merupakan pengukuran nilai hambatan induktor yang diukur
dengan ohmmeter pada multimeter. Satuannya adalah Ohm (Ω).
Pada alat ukur, terdapat nilai skala terkecil untuk menentukan
ketidakpastian pada pengukuran alat ukur tersebut. Berikut adalah nilai skala
terkecil yang ada pada alat ukur.
Multimeter (Ohmmeter) : 0,2 Ω
Multimeter (Voltmeter) : 0,2 V
Multimeter (Ampheremeter) : 0,2 A
b. Pengolahan Data
Adapun data yang diolah berikut merupakan data yang tertera pada tabel
data pengamatan sebelumnya. Berikut ialah datanya.
Rangkaian RLC (DC)
- Tegangan Resistor (𝑽𝑹 )
Dengan 𝑉𝑅1 = 0,24 𝑉, 𝑉𝑅2 = 0,25 𝑉, dan 𝑉𝑅3 = 0,25 𝑉
Maka,
𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 + 𝑉𝑅3
̅̅̅
𝑉𝑅 = = 0,247 𝑉
3
Σ𝑉𝑅 2 = (𝑉𝑅1 )2 + (𝑉𝑅2 )2 + (𝑉𝑅3 )2 = 0,1826 𝑉
(Σ𝑉𝑅 )2 = (𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 + 𝑉𝑅3 )2 = 0,5476 𝑉
1 𝑛 . Σ𝑉𝑅 2 − (Σ𝑉𝑅 )2
Δ𝑉𝑅 = √ = 3,33 × 10−3 𝑉
𝑛 𝑛−1
Δ𝑉𝑅
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 1,34 % (3 𝐴𝑃)
𝑉𝑅
𝐾𝑇𝑃 = (0,247 ± 3,33 × 10−3 ) 𝑉
- Tegangan Kapasitor (𝑽𝑪 )
Dengan 𝑉𝐶1 = 0,28 𝑉, 𝑉𝐶2 = 0,30 𝑉, dan 𝑉𝐶3 = 0,33 𝑉
Maka,
𝑉𝐶1 + 𝑉𝐶2 + 𝑉𝐶3
̅̅̅𝐶 =
𝑉 = 0,303 𝑉
3
Σ𝑉𝐶 2 = (𝑉𝐶1 )2 + (𝑉𝐶2 )2 + (𝑉𝐶3 )2 = 0,2773 𝑉
1 𝑛 . Σ𝑉𝐶 2 − (Σ𝑉𝐶 )2
Δ𝑉𝐶 = √ = 0,0145 𝑉
𝑛 𝑛−1
Δ𝑉𝐶
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 4,78 % (3 𝐴𝑃)
𝑉𝐶
1 𝑛 . Σ𝑉𝐿 2 − (Σ𝑉𝐿 )2
Δ𝑉𝐿 = √ = 0,01154 𝑉
𝑛 𝑛−1
Δ𝑉𝐿
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 3,3 % (3 𝐴𝑃)
𝑉𝐿
𝐾𝑇𝑃 = (0,350 ± 0,011) 𝑉
- Tegangan Catu Daya (𝑽𝑺 )
Dengan 𝑉𝑆 = 6,19 𝑉
1
Δ𝑉𝑆 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,1 𝑉
2
Δ𝑉𝑆
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 1,62% (3 𝐴𝑃)
𝑉𝑆
𝐾𝑇𝑃 = (6,19 ± 0,100) 𝑉
- Hambatan Resistor (𝑹)
Dengan 𝑅 = 100 Ω
1
Δ𝑅 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,1 Ω
2
Δ𝑅
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 0,1% (4 𝐴𝑃)
𝑅
𝐾𝑇𝑃 = 100,0 ± 0,1000) Ω
- Hambatan Kapasitor (𝑹𝑪 )
Dengan 𝑹𝑪 = 30 Ω
1
Δ𝑹𝑪 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,1 Ω
2
Δ𝑹𝑪
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 0,33% (4 𝐴𝑃)
𝑹𝑪
𝐾𝑇𝑃 = (30,00 ± 0,1000) Ω
- Hambatan Induktor (𝑹𝑳 )
Dengan 𝑹𝑳 = 15 Ω
1
Δ𝑹𝑳 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,1 Ω
2
Δ𝑹𝑳
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 0,67% (4 𝐴𝑃)
𝑹𝑳
𝐾𝑇𝑃 = (15,00 ± 0,1000) Ω
Rangkaian RLC (AC)
a. VR
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 0,36 𝑉
1 1
∆𝑉𝑅 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝑅 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,28% (3𝐴𝑃)
𝑉𝑅 𝑂, 36
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑅 ± ∆𝑉𝑅 ) = (0,36 ± 0,10) 𝑉
b. VC
VC (v) VC2(v)
0,83 0,6889
0,83 0,6889
1,77 3,1329
Σ VC = 3,43 Σ VC2 = 4,51
Σ VC 3,43
𝑉̅𝐶 = 𝑛 = 3 = 1,14 V
1 𝑛. Σ V𝐶2 − (Σ V𝐶 )2
∆𝑉𝐶 = √
𝑛 𝑛−1
1 13,53 − 11,76
∆𝑉𝐶 = √
3 2
1
∆𝑉𝐶 = √0,885
3
∆𝑉𝐶 = 0,31
∆𝑉𝐶 0,31
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 27,2% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐶 1,14
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝐶 ± ∆𝑉𝐶 ) = (1,14 ± 0,31) 𝑉
c. VL
VL (v) VL2(v)
0,30 0,09
0,31 0,0961
0,34 0,1156
Σ VL = 0,95 Σ VL2 = 1,1156
Σ VL 0,95
𝑉̅𝐿 = 𝑛 = 3 = 0,31 V
1 𝑛. Σ V𝐿2 − (Σ V𝐿 )2
∆𝑉𝐿 = √
𝑛 𝑛−1
1 3,4990 − 0,9025
∆𝑉𝐿 = √
3 2
1
∆𝑉𝐿 = 1,61
3
∆𝑉𝐿 = 0,53
∆𝑉𝐿 0,53
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 70,96% (3𝐴𝑃)
̅
𝑉𝐿 𝑂, 31
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝐿 ± ∆𝑉𝐿 ) = (0,31 ± 0,53) 𝑉
d. 𝑉𝑆
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 6,19 𝑉
1 1
∆𝑉𝑆 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝑆 0,01154
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 3,3% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝑆 𝑂, 35
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑆 ± ∆𝑉𝑆 ) = (6,19 ± 0,10) 𝑉
e. R
𝑅1 = 𝑅2 = 𝑅3 = 100 Ω
1 1
∆𝑅 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 Ω
2 2
∆𝑅 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,1% (3𝐴𝑃)
𝑅 100
𝐾𝑇𝑃 = (𝑅 ± ∆𝑅) = (100 ± 0,10) Ω
f. 𝑅𝐶
𝑅1 = 𝑅2 = 𝑅3 = 340 Ω
1 1
∆𝑅𝐶 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 Ω
2 2
∆𝑅𝐶 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,02% (3𝐴𝑃)
𝑅 340
𝐾𝑇𝑃 = (𝑅𝐶 ± ∆𝑅𝐶 ) = (340 ± 0,1) Ω
g. 𝑅𝐿
𝑅1 = 𝑅2 = 𝑅3 = 15 Ω
1 1
∆𝑅𝐿 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 Ω
2 2
∆𝑅𝐿 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,67% (3𝐴𝑃)
𝑅 15
𝐾𝑇𝑃 = (𝑅𝐿 ± ∆𝑅𝐿 ) = (15 ± 0,1) Ω
Rangkaian RL (DC)
a. 𝑉𝑅
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 5,87 𝑉
1 1
∆𝑉𝑅 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝑅 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 1,70% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝑅 5,87
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑅 ± ∆𝑉𝑅 ) = (5,87 ± 0,10) 𝑉
b. VL
VL (v) VL2(v)
0,39 0,15
0,40 0,16
0,54 0,29
Σ VL = 1,33 Σ VL2 = 0,60
Σ VL 1,33
𝑉̅𝐿 = 𝑛 = 3 = 0,44 𝑉 V
1 𝑛. Σ V𝐿2 − (Σ V𝐿 )2
∆𝑉𝐿 = √
𝑛 𝑛−1
1 3. 0,60 − 1,79
∆𝑉𝐿 = √
3 2
1
∆𝑉𝐿 = √0,005
3
∆𝑉𝐿 = 0,024
∆𝑉𝐿 0,024
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 5,36% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐿 𝑂, 44
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝐿 ± ∆𝑉𝐿 ) = (0,44 ± 0,024) 𝑉
c. 𝑉𝑆
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 6,02 𝑉
1 1
∆𝑉𝑆 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝑆 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 1,66% (3𝐴𝑃)
̅
𝑉𝑆 6,02
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑆 ± ∆𝑉𝑆 ) = (6,02 ± 0,10) 𝑉
Rangkaian RL (AC)
a. VR
VR (v) VR2(v)
6,10 37,21
6,10 37,21
6,11 37,3321
Σ VR = 18,31 Σ VR2 = 111,7521
Σ VR 18,31
𝑉̅𝑅 = 𝑛 = 3 = 6,103 𝑉 V
1 𝑛. Σ V𝑅2 − (Σ V𝑅 )2
∆𝑉𝑅 = √
𝑛 𝑛−1
1 3. 111,7521 − 335,2561
∆𝑉𝑅 = √
3 2
1
∆𝑉𝑅 = √0,0001
3
1
∆𝑉𝑅 = 0,01
3
∆𝑉𝑅 = 0,0033
∆𝑉𝑅 0,0033
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,054% (4𝐴𝑃)
𝑉̅𝑅 6,103
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑅 ± ∆𝑉𝑅 ) = (6,103 ± 0,0033) 𝑉
b. VL
VL (v) VL2(v)
0,15 0,0225
0,24 0,0576
0,24 0,0576
Σ VL = 0,63 Σ VL2 = 0,1377
Σ VL 0,63
𝑉̅𝐿 = 𝑛 = 3 = 0,21 V
1 𝑛. Σ V𝐿2 − (Σ V𝐿 )2
∆𝑉𝐿 = √
𝑛 𝑛−1
1 0,4131 − 0,3969
∆𝑉𝐿 = √
3 2
1
∆𝑉𝐿 = √0,0081
3
∆𝑉𝐿 = 0,03 𝑉
∆𝑉𝐿 0,03
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,14% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐿 𝑂, 21
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑙 ± ∆𝑉𝑙 ) = (0,21 ± 0,03) 𝑉
c. 𝑉𝑆
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 6,02 𝑉
1 1
∆𝑉𝑆 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝑆 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 1,66% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝑆 6,02
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑆 ± ∆𝑉𝑆 ) = (6,02 ± 0,10) 𝑉
Rangkaian RC (DC)
a. VR
VR (v) VR2(v)
0,22 0,0484
0,23 0,0529
0,30 0,09
Σ VR = 0,75 Σ VR2 = 0,1913
Σ VR 0,75
𝑉̅𝑅 = 𝑛 = 3 = 0,25 𝑉 V
1 𝑛. Σ V𝑅2 − (Σ V𝑅 )2
∆𝑉𝑅 = √
𝑛 𝑛−1
1 0,5759 − 0,5625
∆𝑉𝑅 = √
3 2
1
∆𝑉𝑅 = √0,0057
3
∆𝑉𝑅 = 0,0252
∆𝑉𝑅 0,0252
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 10,08 % (4𝐴𝑃)
𝑉̅𝑅 0,25
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑅 ± ∆𝑉𝑅 ) = (0,25 ± 0,0252) 𝑉
b. 𝑉𝐶
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 6,02 𝑉
1 1
∆𝑉𝐶 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝐶 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 1,66% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐶 6,02
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝐶 ± ∆𝑉𝐶 ) = (6,02 ± 0,10) 𝑉
c. 𝑉𝐿
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 6,19 𝑉
1 1
∆𝑉𝐿 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝐿 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 1,61% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐿 6,19
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑆 ± ∆𝑉𝑆 ) = (6,19 ± 0,10) 𝑉
6) Rangkaian RC (AC)
a. VR
VR (v) VR2(v)
6,16 37,9456
6,16 37,9456
6,17 38,0689
Σ VR = 18,49 Σ VR2 = 113,9601
Σ VR 18,49
𝑉̅𝑅 = 𝑛 = 3 = 6,163 𝑉
1 𝑛. Σ V𝑅2 − (Σ V𝑅 )2
∆𝑉𝑅 = √
𝑛 𝑛−1
1 3. 113,9601 − 341,8801
∆𝑉𝑅 = √
3 2
1
∆𝑉𝑅 = √0,0001
3
∆𝑉𝑅 = 0,0033 𝑉
∆𝑉𝑅 0,0033
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 0,05% (4𝐴𝑃)
𝑉̅𝑅 6,163
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑅 ± ∆𝑉𝑅 ) = (6,163 ± 0,0033) 𝑉
b. VC
VC (v) VC2(v)
0,35 0,1225
0,36 0,1296
0,39 0,1521
Σ VC = 1,1 Σ VC2 = 0,4042
Σ VC 1,1
𝑉̅𝐶 = 𝑛 = 3 = 0,367 V
1 𝑛. Σ V𝐶2 − (Σ V𝐶 )2
∆𝑉𝐶 = √
𝑛 𝑛−1
1 3. 0,4042 − 1,21
∆𝑉𝐶 = √
3 2
1
∆𝑉𝐶 = √0,0013
3
∆𝑉𝐶 = 0,01202
∆𝑉𝐶 0,1202
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 32,75% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐶 0,367
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝐶 ± ∆𝑉𝐶 ) = (0,37 ± 0,40) 𝑉
c. 𝑉𝑆
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 6,19 𝑉
1 1
∆𝑉𝑆 = 𝑛𝑠𝑡 = 0,2 = 0,1 𝑉
2 2
∆𝑉𝐿 0,1
𝐾𝑆𝑅 = 𝑋100% = 𝑋100% = 1,61% (3𝐴𝑃)
𝑉̅𝐿 6,19
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉𝑆 ± ∆𝑉𝑆 ) = (6,19 ± 0,10) 𝑉
F. PERHITUNGAN DATA
RANGKAIAN RL ARUS AC
Menghitung Arus IL
Dik : VL ± ∆VL = (0,63± 0,03) volt
RL ± ∆RL = (15 ± 0,67) Ω
Dit : IL , ∆IL, KSR, KTP?
𝑉 0,63
Jwb : IL = 𝑅𝐿 = = 9,45A
𝐿 15
1 𝑉𝐿 1 0,63
∆IL = │ │∆𝑉𝐿 + │ │∆𝑅𝐿 = │ │0,03 + │ (15)2 │0,67
𝑅𝐿 𝑅𝐿2 15
Menghitung Reaktansi XL
Menghitung Reaktansi XR
Menghitung Impedansi ZR
= 141,42
2𝑅+ 𝑋𝑅 2 𝑅 2 + 2𝑋𝑅
∆ZR = │ │∆𝑅 + │ │∆𝑋𝑅
2 √𝑅 2 +𝑋𝑅 2 2√𝑅 2 +𝑋𝑅 2
Menghitung Impedansi ZL
= 0.0086% (4 AP)
KTP = (IR ± ∆IR)
= (616𝑥 10−4 ± 53 x 10−7 ) A
b. Arus pada kapasitor
𝐼 𝑉
=| |∆VC + | 𝐶2 |∆R
𝑅𝐶 𝑅
1 0.367
=| |0.0120 + | |0.0005
340 115,6
= 3688 x 10-3 A
∆𝐼𝐶
KSR = = x 100%
𝐼𝐶
3688 x 10−3
= x 100% = 3.688% (4AP)
0.001
d. Reaktansi Kapasitif
𝜕𝑋 𝜕𝑋𝐶
∆XC = | |∆VC + | |∆ IC
𝜕𝑉𝐶 𝜕𝐼𝐶
𝐼 𝑉𝐶
= | |∆VC + | |∆IC
𝐼𝐶 𝐼𝐶 2
1 0.367
=| |0.367 + | |3.68
0.001 0.0012
= 135 x 10-3
∆𝑋𝐶
KSR = x 100%
𝑋𝐶
135 x 10−3
= x 100%
367
= 0.0003% (4AP)
KTP = (XC ± ∆XC)
f. Impedansi 𝑍𝑐
Z = √𝑅𝑐 2 + 𝑋𝑐2
= √3402 + 3672
= 135 Ω
𝜕𝑍 𝜕𝑍
∆Z = | |∆V+ | |∆XC
𝜕𝑅 𝜕𝑅
2𝑅+𝑋2𝐶 𝑅2 +2𝑋𝐶
=| |∆V + | |∆XC
2√𝑅2 +𝑋2𝐶 2√𝑅2 +𝑋2𝐶
2(340)+ 3402 3402 +2(367)
=| |0.0120 + | |135
2√3402 +340 2 2√3402 +3672
= 18.183
∆𝑍 18.183
KSR = x 100% = x 100% = 0,13% (4 AP)
135 135
KTP = (Z ± ∆Z)
= (135 ± 18.183 ) Ω
e. Impedansi 𝑍𝑅
Z = √𝑅 2 + 𝑋𝑅2
2𝑅+𝑋2𝑅 𝑅2 +2𝑋𝑅
=| 2
|∆R + | |∆XR
2√𝑅2 +𝑋𝑅 2√𝑅2 +𝑋2𝑅
2(100)+ 1002 1002 +2(100)
=| |0.0005 + | |0.016
2√1002 +100 2 2√1002 +1002
= 0.325 Ω
∆𝑍 0.325
KSR = x 100% = x 100% = 0.032% (4 AP)
Z 10.1
KTP = (Z ± ∆Z)
= (10,1 ± 0.325 ) Ω
R ± ∆R = (100 ± 0,1) Ω
𝑉𝑅 0,36
Jwb : IR = = = 0,0036 A
𝑅 100
1 𝑉 1 0,36
∆IR = │ 𝑅 │∆𝑉𝑅 + │ 𝑅𝑅2 │∆𝑅 = │ 100 │0,1 + │ (100)2 │0,1
∆𝐼𝑅 0,0010036
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 27,9% (2AP)
𝐼𝑅 0,0036
Menghitung arus IL
Dik : VL ± ∆VL = (0,31 ± 0,53) volt
𝑉 0,31
Jwb : IL = 𝑅𝐿 = = 0,02 A
𝐿 15
1 𝑉 1 0,31
∆IL = │ 𝑅 │∆𝑉𝐿 + │ 𝑅 𝐿2 │∆𝑅𝐿 = │ 15 │0,53 + │ 275 │0,1
𝐿 𝐿
∆𝐼𝐿 0,0404
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 200,69% (2 AP)
𝐼𝐿 0,04
𝑉 1,14
Jwb : IC = 𝑅𝐶 = = 0,0034A
𝐶 340
1 𝑉 1 1,14
∆IC = │ 𝑅 │∆𝑉𝐶 + │ 𝑅 𝐶2 │∆𝑅𝐶 = │ 340 │0,31 + │ 115600 │0,1
𝐶 𝐶
∆𝐼𝐶 0,00093099
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 27,38% (2AP)
𝐼𝐶 0,0034
Menghitung Reaktansi XL
Dik : VL ± ∆VL = (0,31± 0,53) volt
𝑉𝐿 0,79
Jwb : XL = = 0,06 = 13,10 Ω
𝐼𝐿
1 𝑉 1 0,31
∆XL= │ 𝐼 │∆𝑉𝐿 + │ 𝐼 𝐿 │∆𝐼𝐿 = │ 0,02 │0,53 + │ 0,0004 │0,04
𝐿 𝐿2
∆𝑋𝐿 57,5
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 370,96% (2AP)
𝑋𝐿 15,5
Menghitung Reaktansi XC
Dik : VC ± ∆VC = (1,145± 0,31) volt
1 𝑉 1 1,14
∆XC= │ 𝐼 │∆𝑉𝐶 + │ 𝐼 𝐶 │∆𝐼𝐶 = │ 0,0034 │0,31 + │ 0,000012 │0,93
𝐶 𝐶2
∆𝑋𝐶 179,53
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 53,5% (2AP)
𝑋𝐶 335,2
Menghitung Impedansi
Dik : R ± ∆R = (100 ± 0,1) Ω
XL ± ∆ XL = (15,5 ± 57,5)Ω
XC ± ∆ XC = (335,2 ± 179,5)Ω
∆𝑍𝑅 39061,73
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 11661,26% (2 𝐴𝑃)
𝑍𝑅 334,97
∆𝑉 0,296
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 0,33% (4AP)
𝑉 0,904
Menghitung Arus IL
Dik : VL ± ∆VL = (6,02 ± 0,1) volt
RL ± ∆RL = (30 ± 0,1) Ω
Dit : IL , ∆IL, KSR, KTP?
𝑉 6,02
Jwb : IL = 𝑅𝐿 = = 0,2 A
𝐿 30
1 𝑉
∆IL = │ 𝑅 │∆𝑉𝐿 + │ 𝑅 𝐿 │∆𝑅𝐿
𝐿 𝐿2
1 6,02
= │ 30 │0,1 + │ (30)2 │0,1
Menghitung Reaktansi XL
Dik : VL ± ∆VL = (6,02± 0,1) volt
IL ± ∆IL = (0,2 ± 0,0004) A
Dit : XL, ∆ XL, KSR, KTP?
𝑉𝐿 6,02
Jwb : XL = = 0,2 = 30,1Ω
𝐼𝐿
1 𝑉 1 6,02
∆XL= │ 𝐼 │∆𝑉𝐿 + │ 𝐼 𝐿 │∆𝐼𝐿 = │ 0,2 │0,1 + │ (0,2)2 │0,0004
𝐿 𝐿2
= 0, 5 + 0,00602 = 0,5060Ω
∆𝑋𝐿 0,5060
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 1,68% (4AP)
𝑋𝐿 30,1
KTP = (𝑋𝐿 ± ∆𝑋𝐿 ) = (30,1 ± 0,5060)Ω
Menghitung Reaktansi XR
Dik : VR ± ∆VR = (6,103 ± 0,0033) volt
IR ± ∆IR = (0,06 ± 0,000093 ) A
Dit : XR, ∆ XR, KSR, KTP?
𝑉𝑅 6,103
Jwb : XR = = 0,06 = 101,71 Ω
𝐼𝑅
1 𝑉 1 6,103
∆XR= │ 𝐼 │∆𝑉𝑅 + │ 𝐼 𝑅 │∆𝐼𝑅 = │ 0,06 │0,0033 + │ (0,06)2 │0,000093
𝑅 𝑅2
= 0, 055011 + 0,157660 = 0, 2126Ω
∆𝑋𝑅 0,2126
KSR = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 0,2% (4AP)
𝑋𝑅 101,71
KTP = (𝑋𝑅 ± ∆𝑋𝑅 ) = (101,7 ± 0,2126)Ω
Menghitung Impedansi ZR
Dik : R ± ∆R = (100 ± 0,1) Ω
XR ± ∆ XR = (101,7 ± 0,2126)Ω
Dit : ZR, ∆ZR, KSR, KTP?
= √20344,9241 = 142,63
2𝑅+ 𝑋𝑅 2 𝑅 2 + 2𝑋𝑅
∆ZR = │ │∆𝑅 + │ │∆𝑋𝑅
2 √𝑅 2 +𝑋𝑅 2 2√𝑅 2 +𝑋𝑅 2
Menghitung Impedansi ZL
Dik : RL ± ∆RL = (15 ± 0,1) Ω
XL ± ∆ XL = (30,1 ± 0,5060)Ω
Dit : ZL, ∆ZL, KSR, KTP?
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝑐 2 = 42,5Ω
2𝑅 + (𝑋𝑐)2 𝑅 2 + 2𝑋𝑐
∆𝑍 = | | ∆𝑅 + | | ∆(𝑋𝑐)
2√𝑅 2 + 𝑋𝑐 2 2√𝑅 2 + (𝑋𝑐)2
= 1.194 Ω
∆𝑍
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 2,8%(2𝐴𝑃)
𝑍
𝐾𝑇𝑃 = (𝑍 ± ∆𝑍) = (42,5 ± 1,194) Ω
o Menghitung Impedansi (𝑍𝑟)
Dengan
(𝑅 ± ∆𝑅) = (100 ± 0,1000) Ω
(𝑋𝑟 ± Δ𝑋𝑟 ) = (100 ± 0,14) Ω
𝑍𝑟 = √𝑅 2 + 𝑋𝑟 2 = 141,42 Ω
2𝑅 + (𝑋𝑟)2 𝑅 2 + 2𝑋𝑟
∆𝑍 = | | ∆𝑅 + | | ∆(𝑋𝑟)
2√𝑅 2 + 𝑋𝑟 2 2√𝑅 2 + (𝑋𝑟)2
= 17,14Ω
∆𝑍
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 1,21%(2𝐴𝑃)
𝑍
𝐾𝑇𝑃 = (𝑍 ± ∆𝑍) = (141,42 ± 17,41) Ω
Menghitung Tegangan Total
Dik : VR ± ∆VR = (0,25± 0,0252) volt
VC ± ∆VC = (6,02 ± 0,1) volt
Dit : V, ∆V, KSR, KTP?
Jwb : V = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 2 = √(0,25)2 + (6,02)2 = 6,025
2𝑉𝑅 + 𝑉𝐿 2 𝑉𝑅 2 + 2𝑉𝐿
∆V=│ │∆𝑉𝑅 + │ │∆𝑉𝐿
2 √𝑉𝑅 2 +𝑉𝐿 2 2√𝑉𝑅 2 +𝑉𝐿 2
= 4.044𝑉
∆𝑉
KSR = 𝑋 100% = 6,7% (2AP)
𝑉
KTP = (𝑉 ± ∆𝑉) = (6,025 ± 4,04)V
𝑍 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 = 101,119 Ω
2𝑅 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 𝑅 2 + 2(𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )
∆𝑍 = | | ∆𝑅 + | | ∆(𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )
2√𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 2√𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
= 101,2716 Ω
∆𝑍
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 100,15 %(2𝐴𝑃)
𝑍
𝐾𝑇𝑃 = (𝑍 ± ∆𝑍) = (101 ± 101) Ω
= 3,555 × 10−3 𝑉
∆𝑉
𝐾𝑆𝑅 = × 100% = 1,42 %(3𝐴𝑃)
𝑉
𝐾𝑇𝑃 = (𝑉 ± ∆𝑉) = (0,251 ± 0,004) V
G. ANALISIS DATA
a. Kualitatif
Pada percobaan yang telah dilakukan, kami mengukur hambatan(R),arus(I)
dan tegangan (v) pada rangkaian seri RLC. Pada saat pengambilan data, kami
melakukan tiga kali percobaan. Hambatan yang di ukur berupa resistor,kumparan,dan
kapasitor. Dan juga mengukur tegangan resistor(𝑉𝑅 ),tegangan kumparan(𝑉𝐿 ) dan
tegangan kapasitor(𝑉𝐶 ) beserta tegangan totalnya pada setiap rangkaian, rangkaian
yang digunakan dalam percobaan ini adalah rangkaian seri RL,RC,dan RLC. Dalam
percobaan ini hasil tegangan diukur menggunakan multimeter digital. Untuk tegangan
total diukur langsung didalam rangkaian yang sudah di pasang sedangkan untuk
tegangan yang disesuaikan dengan hasil 𝑉𝑅 , 𝑉𝐿 , 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝐶 dihitung dengan menggunakan
persamaan√𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2 .
b. Kuantitatif
Pada data hasil percobaan, hasil tegangan total yang diperoleh dari hasil
perhitungan pada rangkaian RL, RC, dan RLC sebagai berikut :
Arus DC Arus AC
Rangkaian RL 8,5V Rangkaian RL 18,32V
Rangkaian RLC 0,251 V Rangkaian RLC 0,904V
Dari tabel diatas, tegangan total pada rangkaian RL lebih besar, baik pada arus AC
maupun di arus DC, karena rangkaian ini berupa kumparan-kumparan sepanjang
jaringan. Akibatnya, kumparan-kumparan itu akan menyimpan energi dan
mengirim balik ke jaringan secara terus menerus. Ini menyebabkan daya yang
hilang pada sistem jadi besar karena elektronnya dipindah-pindah oleh induktor-
induktor di sistem.
Pada hasil perhitungan impedansi di rangkaian RL, RC, dan RLC diperoleh hasil
sebagai berikut :
Arus DC Arus AC
Rangkaian RL 0,0036Ω Rangkaian RL 141,42 Ω
Rangkaian RC 141,42Ω Rangkaian RC 101 Ω
Rangkaian RLC 101 Ω Rangkaian RLC 0,0036Ω
Dari tabel diatas diperoleh hasil perhitungan impedansi pada setiap rangkaian RL,
RC, dan RLC. Karena impedansi merupakan hambatan total, jadi nilainya dari tiap
rangkaian relatif sama. Nilai impedansi tersebut diperoleh dari persamaan :
Z = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
Untuk rangkaian RLC pada arus DC diperoleh Nilai XL > XC, artinya rangkaian
bersifat induktif, yaitu tegangan mendahului arus.
Untuk rangkaian RLC pada arus AC diperoleh Nilai XL > XC, artinya rangkaian
bersifat induktif, yaitu tegangan mendahului arus.
H. KESIMPULAN
Rangkaian seri RLC pada arus bolak balik terdiri dari resistor (R), induktor (L), dan
kapasitor (C) yang dihubungkan dengan sumber tegangan AC dan disusun secara seri.
Hambatan yang dihasilkan oleh resistor disebut resistansi, pada induktor disebut induktif
(XL), dan pada kapasitor disebut kapasitif (XC). Ketiga besar hambatan tersebut ketika
dihubungkan disebut impedansi (Z) atau hambatan total.
Besarnya tegangan total dapat dihitung dengan menjumlahkan VR, VL, VC dengan persamaan :
𝑉 = √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2
Besar arus pada rangkaian RLC adalah sama, sehingga besar hambatan total atau impedansi
dapat dihitung dengan persamaan :
Z = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
Rangkaian RLC memiliki beberapa kemungkinan:
- Nilai XL< XC : Rangkaian bersifat kapasitor, yaitu tegangan tertinggal terhadap arus
- Nilai XL > XC : Rangkaian bersifat induktor, yaitu tegangan mendahului arus
- Nilai XL = XC : Besar impedansi rangkaian sama dengan nilai hambatannya
DAFTAR PUSTAKA
Tipler, P. A. (2001). Fisika Dasar untuk Sains dan Teknik (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Giancolli. (2014). Fisika Dasar2Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Fiqih Rizky MUstalim, E. R. (2018). Rancang Bangun Alat Percobaan Resonansi Rangkaian
RLC Menggunaka Sistem Digital. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI), 54-58.
Nawali, E. D. (n.d.). Rancang Bangun Alat Penguras dan Pengisi Tempat MInum Ternak
Ayam Berbasis Mikrokontoler . E-Jurnal Teknik Elektro Dan Komputer.