Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI


TEGANGAN

Nama : Arletta Maulin Heryan

NIM : 205090701111005

Kelompok : C-1

Tgl. Praktikum : 25 Oktober 2021

Nama Asisten : Dafa Nur Isa Wijaya

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN
ELEKTRONIKA DASAR II
PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI
TEGANGAN

Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________


Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

............................... ...............................

...... CO Asisten

Charissa Arik W
Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________
Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________
Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Pada percobaan penguat kelas A menggunakan bias pembagi tegangan ini, tujuan
yang ingin dicapai adalah dapat dilakukannya pengukuran, pengamatan dan dapat
dipelajarinya karakteristik dari penguat kelas A yang menggunakan bias pembagi
tegangan.
1.2 DASAR TEORI
Rangkaian penguat kelas A umum diterapkan dalam skala sinyal kecil karena
linieritasnya paling bagus, tetapi efisiensinya rendah. Operasi kelas A bekerja sepanjang
360° dari siklus sinyal AC sehingga memberikan linieritas yang bagus tetapi efisiensi yang
dihasilkan rendah, dan maksimum hanya sampai 25%. Mengingat arus bias penguat terus
mengalir sepanjang siklus, hamburan daya menjadi besar (A.D, Arianto, & Sriyanto, 2011).
Penguat kelas A dengan system bias pembagi tegangan, setiap penguat mempunyai dua
garis beban, yaitu garis beban DC dan garis beban AC. Garis beban DC diperoleh dari IC(sat)
dan VCE(cut-off) di rangkaian ekivalen DC, sedangkan garis beban AC diperoleh dari IC(sat)
dan VCE(cut-off) di rangkaian ekivalen AC. Sebuah penguat, jika penguatannya berlebih, maka
akan terjadi kemungkinan sinyal output dari penguat tersebut akan terpotong puncaknya.
Maka, pada penguat kelas A titik Q diatur agar tepat berada di tengah-tengah suatu garis
beban agar output dari penguatan sinyal kelas A tidak terpotong.
Rangkaian bias pembagi tegangan sering disebut dengan bias sendiri (self-bias).
Penguat transistor pada umumnya lebih banyak menggunakan rangkaian bias jenis ini,
karena stabilitasnya sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan terdiri atas empat buah
resistor, yaitu: R1, R2, RC dan RE. Resistor R1 akan menjamin bahwa persambungan
kolektor-basis mendapatkan bias maju. Oleh karena itu, dengan adanya pembagi tegangan
R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat bekerja pada daerah aktif. RC sebagai
resistansi beban kolektor, dan RE sebagai stabilisasi dc. Gambar 1.1 menunjukkan
rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan.
Gambar 1.1 Rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan
(Surjono, 2007).
Rangkaian bias pembagi tegangan adalah rangkaian dari transistor dengan konfigurasi
(CE). Pada konfigurasi ini, kaki Emitter di groundkan. Transistor yang digunakan dalam
rangkaian bias pembagi tegangan adalah transistor NPN. Digunakan transistor NPN karena
diperlukan arus yang mengalir dari kolektor ke emitter. Bentuk umum dari rangkaian bias
pembagi tegangan adalah 2 buah resistor yang disusun parallel. Resistor pertama terhubung
dengan VCC dan kaki basis transistor, dan resistor kedua terhubung dengan kaki basis
transistor dan dihubung singkat dengan ground.

Gambar 1.2 Rangkaian Bias Pembagi Tegangan


Pada rangkaian bias pembagi tegangan, arus yang lewat pada semua tahanan adalah sama.
Tahanan dengan nilai yang lebih besar, maka penurunan nilai tegangan arusnya juga lebih
besar. Agar rangkaian bias pembagi tegangan pada transistor dengan konfigurasi common-
emittor stabil, arus prategangan basis pada transistor dapat diturunkan dari tegangan pada
kolektor (Tooley, 2006).
Stabilitas rangkaian pembagi tegangan juga bisa didapatkan bila tagangan
suplainya besar dan nilai β lebih besar. β adalah penguatan arus atau gain. agar didapatkan
informasi mengenai stabilitas rangkaian, dapat digunakan garis beban DC. Garis beban DC
adalah suatu grafik atau gambaran hubungan tegangan collector-emittor (VCE) dan arus
collector (IC) yang dinyatakan dalam kumpulan titik-titik yang membentuk suatu garus
kerja/garis beban. Terdapat 3 titik pada garis beban DC transistor, yaitu titik jenuh
(saturasi), titik tenang, dan titik putus (cut-off). Stabilitas rangkaian yang baik biasanya
ditandai dengan beradanya titik Q tepat di tengah-tengah garis beban DC. Jika titik Q
terlalu ke atas dekat titik jenuh atau terlalu ke bawah dekat dengan titik cut-off, maka sinyal
yang dikuatkan oleh transistor akan mengalami distorsi atau cacat (Amos & James, 2000).

Gambar 1.3 Garis Beban DC dan AC pada penguat CE


(Surjono, 2007).
Analisis DC rangkaian bias pembagi tegangan dimulai dengan menggambar kembali
bagian input dari rangkaian pada gambar 1.1.

Gambar 1.4 Penggambaran kembali bagian input dari gambar 1.1


Jaringan input dari rangkaian gambar 1.4 diselesaikan dengan metode Thevenin, yaitu
menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan sebuah resistansi RTH. Hubungan
antara VTH dan RTH adalah seri, sehingga diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana.
Dalam Analisa penguat transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan VBB
dan resistansi Thevenin (RTH) sering disebut dengan RB.

Gambar 1.5 Rangkaian ekivalen Thevenin pada input transistor

(Surjono, 2007)
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Pada praktikum ini, digunakan beberapa alat diantaranya adalah multimeter DC


sebanyak 1 buah, amperemeter DC sebanyak 1 buah, signal generator sebanyak 1 buah,
dan oscilloscope sebanyak 1 buah. Kemudian adapun beberapa komponen yang digunakan
antara lain tahanan R1, tahanan R2, tahanan RC, tahanan RE, transistor Q1 2N3904 / Q1
N2222 / Q3 BC547 / Q4 C945 / Q5 BD139.

2.2 Tata Laksana Percobaan

2.2.1 Penerapan Sumber Tegangan (12 V) Pada Rangkaian Uji

Saklar S2 dihubungkan. Pada voltmeter dipilih mode DC. Kaki (+)


voltmeter dihubungkan ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Pada power
supply, tegangan 12 V diterapkan. Selanjutnya tegangan yang terbaca pada
voltmeter DC diperhatikan. Bila masih dirasa kurang dari 12 V, naikkan 1 step
(atau turunkan 1 step) berkali-kali sampai dirasa cukup mendekati 12 V. setelah
cukup mendekati, pastika tidak dilakukan perubahan tegangan kembali.

2.2.2 Pengukuran Tegangan VCE, Arus Basis dan Arus Kolektor Transistor
Tegangan VCE transistor diukur dengan dihubungkannya kaki (+)
voltmeter ke titik C dan kaki (-) voltmeter ke titik E. Kemudian arus IB (=I2)
diukur dengan ditempatkannya amperemeter di posisi I2. Hasil pengukuran
dibaca melalui amperemeter DC. Arus IC (=I3) diukur dengan ditempatkannya
amperemeter di posisi I3. Hasil pengukuran dibaca melalui amperemeter DC.
2.2.3 Penerapan Sinyal ac pada Masukan Penguat dengan Amplitudo
0,01V(peak)
Keluaran signal generator dihubungkan ke masukan rangkaian penguat
dengan dihubungkannya saklar S1. Masukan oscilloscope channel 1 (CH1)
dihubungkan ke titik X rangkaian penguat. Coupling DC dipilih pada CH1 &
CH2 oscilloscope. Signal generator diatur agar menghasilkan sinyal ac
berbentuk gelombang sinus, dengan amplitude 0,01 V(peak) dan frekuensi 1 kHz.
2.2.4 Pengukuran Tegangan ac di Basis Transistor

Pastikan masukan CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian


penguat. CH2 oscilloscope dihubungkan ke titik B di rangkaian penguat.
Volt/div untuk CH1 dan CH2 diatur dan time/div agar ditampilkan sinyal dengan
jelas. Sinyal pada CH1 dan CH2 direkam.

2.2.5 Pengukuran Tegangan ac di Kolektor Transistor

Pastikan masukan CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian


penguat. CH2 oscilloscope dihubungkan ke titik C di rangkaian penguat.
Volt/div diatur untuk CH1 dan CH2 dan time/div agar ditampilkan sinyal dengan
jelas. Sinyal pada CH1 dan CH2 direkam.

2.2.6 Pengukuran Tegangan ac di Emitor Transistor

Pastikan masukan CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian


penguat. CH2 oscilloscope dihubungkan ke titik E di rangkaian penguat.
Volt/div diatur untuk CH1 dan CH2 dan time/div agar ditampilkan sinyal dengan
jelas. Sinyal pada CH1 dan CH2 direkam.

2.2.7 Pengukuran Tegangan ac di Keluaran Penguat


Pastikan masukan CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian
penguat. CH2 oscilloscope dihubungkan ke titik Y di rangkaian penguat.
Volt/div diatur untuk CH1 dan CH2 dan time/div agar ditampilkan sinyal dengan
jelas. Sinyal pada CH1 dan CH2 direkam.
2.2.8 Pengukuran Melibatkan Sinyal ac dengan Amplitudo 0.1 V(peak)

Amplitudo keluaran signal generator diubah menjadi 0.1 V(peak),


selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan ac seperti yang telah dilakukan
sebelumnya (sub-bab 1.4.4 sampai 1.4.7), yaitu dengan diukurnya tegangan ac
di basis transistor, kolektor transistor, emitor transistor dan keluaran penguat.
Pada tiap pengukuran pastikan pengaturan Volt/div dan Time/div disesuaikan
agar sinyal terlihat dengan jelas. Pada tiap pengukuran, sinyal pada CH1 dan
CH2 direkam.

2.2.9 Pengukuran Melibatkan Sinyal ac dengan Amplitudo 1 V(peak)

Amplitudo keluaran signal generator diubah menjadi 1 V(peak),


selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan ac seperti yang telah dilakukan
sebelumnya (sub-bab 1.4.4 sampai 1.4.7), yaitu dengan diukurnya tegangan ac
di basis transistor, kolektor transistor, emitor transistor dan keluaran penguat.
Pada tiap pengukuran pastikan pengaturan Volt/div dan Time/div disesuaikan
agar sinyal terlihat dengan jelas. Pada tiap pengukuran, sinyal pada CH1 dan
CH2 direkam.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA HASIL PERCOBAAN

3.2 PERHITUNGAN

3.3 GRAFIK (APABILA ADA)

3.4 PEMBAHASAN

3.4.1 ANALISA PROSEDUR

3.4.1.1 FUNGSI ALAT

3.4.1.2 FUNGSI PERLAKUAN

3.4.2 ANALISA HASIL


BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

A.D, N., Arianto, R., & Sriyanto, B. (2011). Model Sistem Penguat Daya Audio Ragam
Linier. Diponegoro University Institutional Repository.

Amos, S., & James, M. (2000). Principles of Transistor Circuits Ninth Edition. Woburn:
Newnes.

Surjono, H. D. (2007). Elektronika Teori dan Penerapan. Jember: Penerbit Cerdas Ulet
Kreatif.

Tooley, M. (2006). Electronic Circuits Fundamentals and Applications Third Edition.


Burlington: Elsevier Ltd.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai