NIM : 195090700111005
Kelompok : 2 (Dua)
Korektor Asisten
Rieke Dyah A
Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________
Gambar 1.2.a Contoh rangkaian bias pembagi tegangan (Bakhsi dan Godse, 2008).
Bias pembagi tegangan biasa disebut juga dengan bias emitor (self bias), bias ini
merupakan metode yang berfungsi untuk menyalurkan bias dan stabilitasi ke transistor.
Sambungan basis emitor telah dimiliki oleh tegangan supply Vcc, walaupun hambatan R₁, R₂,
Rc dan Rᴇ masing-masing. Pada metode bias pembagi tegangan, resistansi R₁ dan R₂ terhadap
bias, sedangkan resistansi emitor Rᴇ terhadap stabilitasi. Jika RL adalah nol, maka bias emitor
ini atau bias pembagi tegangan ini dapat berfungsi untuk memperbaiki stabilisasi (Agrawal,
dkk; 2007).
Pada stabilisasi, jika Ic meningkat, maka arus dalam Rᴇ pun meningkat. Hal tersebut
juga menyebabkan adanya penurunan tegangan yang meningkat serta yang melewati Rᴇ akan
meningkatkan bias cadangan dan melewati persimpangan basis emitor, sehingga arus basis
akan berkurang. Maka dari itu, keadaan tersebut akan mengakibatkan nilai Ic kembali ke nilai
aslinya karena nilai Iв-nya semakin kecil (Agrawal, dkk; 2007).
Gambar 1.2.b Rangkaian JFET saluran-n dengan bias pembagi tegangan (Bakhsi dan
Godse, 2009).
Pada rangkaian yang ditunjukkanoleh gambar 1.2.b merupakan rangkaian JFET saluran-
n dengan bias pembagi tegangan. Tegangan paa sumber JFET harus lebih besar daripada
tegangan pada gerbang untuk menjaga tegangan gerbang denggan tegangan bias. Tegangan
sumbernya dapat ditulis dengan persamaan 2.1.1 berikut (Bakhsi dan Godse, 2009).
(2.1.1).
Tegangan gerbang diatur oleh resistor R₁ dan R₂ seperti yang ditunjukkan oleh
persamaan 1.2.2 berikut (Bakhsi dan Godse, 2009).
(2.1.2).
(2.1.3).
Analisis DC rangkain bias pembagi tegangan dapat dibuat dengan memasang kembali
bagian input dari rangkaian tersebut seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2.c berikut
(Surjono, 2011).
Gambar 1.2.c Pemasangan kembali bagian input pada rangkaian (Surjono, 2011).
Jaringan input pada gambar 1.2.c tersebut dapat disederhanakan dengan menggantinya
menggunakan sebuah sumber tegangan Vth dan sebuah resistansi Rth. Metode tersebut juga
dinamakan dengan metode Thevenin. Vth dengan Rth dalam rangkaian tersebut dipasang seri.
Dalam analisa penguat transistor tegangan Thevenin (Vth) dikenal dengan sebutan Vвв,
sedangkan resistansi Thevenin dikenal dengan sebutan RB, rangkaian yang sudah
disederhanakan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2.d berikut (Surjono, 2011).
Gambar 1.2.d Rangkaian ekivalen Thevenin pada input transistor (Surjono, 2011).
BAB II
METODOLOGI
2.1 PERALATAN PERCOBAAN
Peralatan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah multimeter DC,
amperemeter DC, tahanan Rв, R₂, Rc, Rᴇ, dan transistor Q₁ 2N3904/ Q₂ 2N222 / Q₃ BC547 /
Q₄ C945 / Q₅ BD139.
Pada tatalaksana untuk pengukuran tegangan pada tahanan R₁, R₂, Rᴄ, dan Rᴇ, langkah
pertama yaitu diukurnya tegangan pada tahanan R₁ (VR1=VAB) dengan cara dihubungkannya
kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik B. Kemudian langkah kedua
diukurnya tegangan pada R₂ (VR2=VBD) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik
B dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Lalu langkah ketiga yaitu diukurnya tegangan pada tahanan
Rᴄ (VRC = VAC) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter
ke titik C. Setelah itu, langkah keempat yaitu diukurnya tegangan pada tahanan Rᴇ (VRE =
VED) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik E dan kaki (-) voltmeter ke titik D.
Pada tatalaksana untuk pengukuran tegangan pada transistor, langkah pertama yaitu
diukurnya tegangan VCB transistor, dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik C dan
kaki (-) voltmeter ke titik B. Kemudian langkah ketiga yaitu diukurnya tegangan VBE
transistor, dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik B dan kaki (-) voltmeter ke titik
E. Setelah itu, langkah ketiga yaitu diukurnya tegangan VCE transistor dengan dihubungkannya
kaki (+) voltmeter ke titik C dan kaki (-) voltmeter ke titik E.
Pada tatalaksana untuk pengukuran arus, langkah pertama yaitu diukurnya arus IB (=
I2) dengan ditempatkannya ampemeter di posisi I2. Kemudian hasil pengukuran pada
amperemeter DC tersebut dibaca dan dicatat. Langkah selanjutnya yaitu diukur arus IC (= I3)
dengan ditempatkannya ampemeter di posisi I3, lalu hasil pengukuran melalui amperemeter DC
tersebut dibaca.
R1 = 27 kΩ
R2 = 4,67 kΩ
RC = 3,20 kΩ
RE = 667,5 Ω
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan
VCC = VIN 10 V
VR1 10.2 V
VR2 0.4 V
VRC 5.45 V
VRE 1.037 V
VCB 1.925 V
VBE 0.673 V
VCE 5.85 V
IB 104,8 µA
IC 1951 µA
3.2 PERHITUNGAN
.
𝑉 = 𝑉 = 𝑉 = (10 𝑉) = 8.53 𝑉
( . )
( . . )
𝐼 = = = = 11770.787 µA
.
𝑉 = 𝑉 − (𝑉 + 𝑉 )
𝐼 ( ) = = = 2585.64 µA
( . )
𝑉 ( ) ≅ 𝑉 ≅ 10 𝑉 V
3.3 GRAFIK
Chart Title
14
12
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Pada tatalaksana untuk pengukuran tegangan pada tahanan R₁, R₂, Rᴄ,
dan Rᴇ, langkah pertama yaitu diukurnya tegangan pada tahanan R₁
(VR1=VAB) dengan cara dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki
(-) voltmeter ke titik B. Hal tersebut dilakukan supaya dapat diketahuinya nilai
tegangan yang berada pada tahanan R₁. Kemudian langkah kedua diukurnya
tegangan pada R₂ (VR2=VBD) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke
titik B dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Hal tersebut dilakukan supaya dapat
diketahuinya nilai tegangan yang berada pada tahanan R₂. Lalu langkah ketiga
yaitu diukurnya tegangan pada tahanan Rᴄ (VRC = VAC) dengan
dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik C.
Hal tersebut dilakukan supaya dapat diketahuinya nilai tegangan yang berada
pada tahanan Rᴄ. Setelah itu, langkah keempat yaitu diukurnya tegangan pada
tahanan Rᴇ (VRE = VED) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik E
dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Hal tersebut dilakukan supaya dapat
diketahuinya nilai tegangan yang berada pada tahanan Rᴇ.
Untuk grafik, pada daerah cut off, Ic nya yaitu sebesar 0 A, sedangkan Vcc nya
itu maksimum yaitu 10 V. Pada daerah saturasi, Ic nya itu maksimum sebesar 25,86 mA
dan Vcc nya itu minimum yaitu 0 V. Grafik yang tergambar yaitu menurun.
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah praktikan telah melakukan percobaan serta
telah memahami dan telah mempelajari rangkaian pembagi tegangan pada konfigurasi common
emitor. Dapat diambil kesimpulan juga bahwa rangakaian pembagi tegangan berfungsi untuk
memperkecil sebuah tegangan.
4.2 SARAN
Saran untuk praktikum selanjutnya diharapkan dapat lebih dipersiapkan lagi serta
praktikannya juga memahami terlebih dahulu tentang apa yang akan dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, R.K, dkk. 2007. Solid State Devices and Electronics second edition. Meerut:
Krishna Prakashan Media.
Bakhsi, U.A dan Godse, A.P. 2008. Electronic Circuits – I. Hoboken: Technical Publishing.
Bakhsi, U.A dan Godse, A.P. 2009. Electronic Devices. Hoboken: Technical Publishing.
Surjono, Herman. D. 2011. Elektronika: Teori dan Penerapan. Jember: Cerdas, ulet, kreatif
publisher.
LAMPIRAN
LAMPIRAN DASAR TEORI
(Surjono, 2011).
(Surjono, 2011).
VCC = VIN 10 V R1 = 27 kΩ
IB 104.8 𝐼 = = = .... µA
IC 1951
𝐼 = 𝐼 = .... µA (nilai pendekatan)
𝑉 = 𝑉 − (𝑉 + 𝑉 )
=𝑉 − 𝐼 (𝑅 + 𝑅 ) = .... V
𝐼 ( ) = = .... µA
𝑉 ( ) ≅ 𝑉 ≅ .... V