Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I

RANGKAIAN AC

Nama : Kautsar Putra Pratama

NIM : 225090707111018

Kelompok : 06

Tgl. Praktikum : 18 Mei 2023

Nama Asisten : Nicholas Try Reliant

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN
ELEKTRONIKA DASAR I
RANGKAIAN AC
Tanggal Masuk Laporan :
Pukul :

Korektor Asisten

............................... Nicholas Try Reliant


CO Asisten

Elsa Hedya Kusumaningtyas

Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________

Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________


Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Praktikum Elektronika Dasar I dengan judul percobaan Rangkaian AC ini dilakukan agar,
dapat dipahami karakteristik ac rangkaian RLC dengan konfigurasi seri dan paralel. Lalu
Memahami karakteristik ac rangkaian RC dan RL dengan konfigurasi seri dan paralel oleh
praktikan.

1.2 DASAR TEORI


Sumber AC menggunakan komponen pasif (L dan C). sebuah rangkaian seri yang
terdiri dari resistansi (R) dan reaktansi kapasitif (𝑋𝐶) yang dihubungkan dengan sumber
tegangan AC sebesar V disebut rangkaian seri RC. Ketika kapasitif C dihubungkan dengan
tegangan bolak-balik V, maka pada kapasitor tersebut akan menjadi bermuatan, sehingga pada
plat-plat nya memiliki beda potensial. Apabila 𝑉𝑅 menyatakan beda potensial antara ujung
ujung R, dan 𝑉𝐶 menyatakan beda potensial antara ujung ujung 𝑋𝐶, maka dalam rangkaian ini
nilai 𝑉𝑅 sefase dengan arus listrik, sedangkan 𝑉𝐶 tertinggal 𝑉𝑅 terhadap arus sebesar 90⁰.
Sehingga besarnya tegangan V dapat ditulis sebagai berikut:

𝑉 = √ (VR)2 +(VC )2 (1.1)

Dapat diketahui bahwa: 𝑽=𝑰.𝑹 dan 𝑽𝑪=𝑰.𝑿𝑪 .Dengan 𝑿𝑪=𝟏𝝎𝑪=𝟏𝟐𝝅𝒇𝑪, maka berdasarkan
diagram fasor yang mana 𝑋𝐶 tertinggal -90⁰ terhadap R akan didapatkan hambatan total atau
impedansi yang dijumlahkan secara vektor, yaitu:

Z = √ (R)2 +( Xc)2 (1.2)

(Floyd, et al., 2014).

Selain dirangkai seri, rangkaian RC juga disusun secara paralel. Berdasarkan hukum
kirchoff ketika rangkaian disusun paralel tegangan yang mengalir pada resistor dan kapasitor
sama dengan tegangan sumber. Dengan demikian berdasarkan diagam fasor arus total sebesar
90⁰ yang mengalir pada resistor dan kapasitor serta impedansinya dapat dinyatakan sebagai
berikut:
𝑍=𝑅.𝑋c/√(𝑅)2+(𝑋c)2 (1.3)

𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=√(𝐼𝑅)2+(𝐼𝐶)2 (1.4)
(a) (b)
Gambar 1.1 (a) Rangkaian Paralel RC (b) Diagram fasor rangkaian paralel RC pada arus
(Floyd, et al., 2014).
Kemudian rangkaian AC yang melibatkan resistansi, reaktansi induktif dan reaktansi
kapasitif yang disusun seri disebut rangkaian RLC.

(a) (b) (c)

Gambar 1.2 (a) Rangkaian seri RLC (b) Diagram fasor ketika 𝑋𝐿>𝑋𝑐 (c) Diagram fasor
ketika 𝑋𝐿<𝑋𝑐 (Young, et al., 2012).
Sumber AC merupakan sumber bolak-balik dalam waktu tertentu pada suatu
rangkaian atau memiliki karakteristrik gelombang yang berulang dengan selang waktu
tertentu yang disebut dengan periode. Berikut macam-macam gelombang AC yang mana pada
gelombang AC memiliki dua polaritas yang berubah-ubah, dari polaritas yang lebih tinggi ke
polaritas yang lebih rendah atau naik turun dalam satuan waktu tergantung pada besar
frekuensinya

Gambar 1.3 Macam-macam bentuk gelombang AC (Palpialy, dkk., 2021).


BAB II
METODOLOGI
2.1 PERALATAN PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam praktikum elektronika dasar I kali ini diantaranya yaitu
voltmeter AC, ampermeter AC, signal generator, oscilloscope, dan rangkaian uji. Lalu untuk
komponen yang digunakan pada rangkaian uji yaitu tahanan 1 k𝛺; 2 watt, tahanan 10 k𝛺; 2
watt, kapasitor 1 𝜇𝐹, dan induktor 2,2 mH.

2.2 TATA LAKSANA PERCOBAAN

2.2.1 Rangkaian RLC Seri dan Paralel

yang pertama rangkaian uji, voltmeter, amperemeter, dan signal generator


dihidupkan. Lalu keadaan saklar pada rangkaian uji diatur sehingga akan didapatkan
rangkaian RLC seri pada gambar 2.1.a. Selanjutnya voltmeter dan amperemeter diatur
pada mode AC. Pada channel 1 (CH1) oscilloscope , coupling GND dipilih, vertical
position diatur agar sinyal berada di tengah layar, kemudian coupling AC dipilih.
Pengaturan volt/div = 2 volt/div dan time/div = 500 uS dipilih. Kemudian CH1
oscilloscope dihubungkan ke titik A. Signal generator diatur agar dapat dihasilkan sinyal
keluaran denan bentuk gelombang sinus. Amplitudo sebesar 5 𝑉𝑝𝑒𝑎𝑘 (sama dengan 10 V
peak-to-peak), frekuensi 1 kHz, dan offset DC-nya 0 V diatur. Bentuk sinyal tegangan
𝑉𝐴𝐷 yang dilihatkan pada oscilloscope disimpan. Lalu dengan digunakannya voltmeter,
nilai RMS diukur dan tegangan pada 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵,𝑉𝐵𝐶, dan 𝑉𝐶𝐷dicatat. Arus 𝐼1 diukur
dengan digunakannya amperemeter yang diposisikan di 𝐼1. Lalu keadaan saklar pada
rangkaian uji diatur kembali sehingga didapatkan rangkaian RLC paralel pada gambar
2.1.b. Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 dan 𝑉𝐵𝐷yang dilihatkan pada oscilloscope disimpan.
Lalu dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur dan tegangan pada 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵,
dan 𝑉𝐵𝐷dicatat. Arus 𝐼1,𝐼2,𝐼3, dan 𝐼4diukur dengan digunakannya amperemeter yang
diposisikan di titik-titik yang sesuai.

(a) (b)
Gambar 2.1 Rangkaian RLC (a) seri (b) paralel

2.2.2 Rangakaian RC Seri dan Paralel

Yang pertama keadaan signal generator dan oscilloscope dipastikan tidak


diubah. Lalu keadaan saklar pada rangkaian uji diatur sehingga didapatkan rangkaian
RC seri seperti pada gambar 2.2.a. Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 yang dilihatkan pada
oscilloscope disimpan. Kemudian dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur dan
tegangan pada 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan 𝑉𝐵𝐷dicatat. Arus 𝐼1 diukur dengan digunakannya
amperemeter yang diposisikan di 𝐼1. Selanjutnya keadaan saklar pada rangkaian uji diatur
kembali sehingga didapat rangkaian RC paralel seperti pada gambar 2.2.b. Bentuk
sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 dan 𝑉𝐵𝐷 yang dilihatkan pada oscilloscope disimpan. Lalu dengan
digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur dan tegangan pada 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan
𝑉𝐵𝐷dicatat. Arus 𝐼1,𝐼2, dan 𝐼3 diukur dengan digunakannya amperemeter yang
diposisikan di titik-titik
yang sesuai.

(a) (b)
Gambar 2.2 Rangkaian RC (a) seri (b) paralel
2.2.3 Rangkaian Rl Seri dan Paralel
Yang pertama keadaan signal generator dan oscilloscope dipastikan tidak
diubah. Lalu keadaan saklar pada rangkaian uji diatur sehingga didapatkan rangkaian
RL seri seperti pada gambar 2.3.a. Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 yang dilihatkan pada
oscilloscope disimpan. Kemudian dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur dan
tegangan pada 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵,𝑉𝐵𝐶, dan 𝑉𝐵𝐷dicatat. Arus 𝐼1 diukur dengan digunakannya
amperemeter yang diposisikan di 𝐼1. Selanjutnya keadaan saklar pada rangkaian uji diatur
kembali sehingga didapat rangkaian RL paralel seperti pada gambar 2.3.b. Bentuk
sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 dan 𝑉𝐵𝐷 yang dilihatkan pada oscilloscope disimpan. Lalu dengan
digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur dan tegangan pada 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan
𝑉𝐵𝐷dicatat. Arus 𝐼1,𝐼2, dan 𝐼3 diukur dengan digunakannya amperemeter yang
diposisikan di titik-titik yang sesuai. Yang terakhir semua alat dimatikan.
(a) (b)

Gambar 2.3 Rangkaian RL (a) seri (b) paralel

2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN


2.3.1 Gambar Alat

Gambar 2.4 Voltmeter

Gambar 2.5 Amperemeter


Gambar 2.6 Digital oscilloscope

Gambar 2.7 Signal generator

2.3.2 Gambar Rangkaian

Gambar 2.8 Skema Rangkaian Uji


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA HASIL PERCOBAAN
3.1.1 Rangkaian RLC Seri
Bentuk sinyal tegangan Vad pada oscilloscope:
volt /¿=2 Volt /¿
time/¿=500uS
A=5V peak

f =1 kHz
Tegangan Nilai RMS
V AD 3,558
V AB 0,060
V BC 3,532
V CD 0,027

Arus Nilai Arus


I1 3.49 mA

3.1.2 Rangkaian RLC Paralel

Bentuk sinyal tegangan V AD di oscilloscope:


Bentuk sinyal tegangan V BD di oscilloscope:

Tegangan Nilai RMS


V AD 3.548 v
V AB 0.06 v
V BD 3.55 v

Arus Nilai Arus


I1 0.358 mA
I2 0.003 mA
I3 0.241 mA
I4 0.461 mA

3.1.3 Rangkaian RC Seri


Bentuk sinyal tegangan V AD di oscilloscope:

Tegangan Nilai RMS


V AD 3.548 v
V AB 3.54 v
V BD 0.06 v

Arus Nilai Arus


I1 0.359 mA

3.1.4 Rangkaian RC Paralel

Bentuk sinyal tegangan V AD di oscilloscope:


Bentuk sinyal tegangan V BD di oscilloscope:

Tegangan Nilai RMS


V AD 3.54 v
V AB 3.54 v
V BD 1,98

Arus Nilai Arus


I1 0.36 mA
I2 0.005 mA
I3 0.37 mA

3.1.5 Rangkaian RL Seri

Bentuk sinyal tegangan V AD di oscilloscope:


Tegangan Nilai RMS
V AD 3.54 v
V AB 0.06 v
V BC 3.52 v
V CD 0.027 v

Arus Nilai Arus


I1 0.35 mA

3.1.6 Rangkaian RL Paralel

Bentuk sinyal tegangan V AD di oscilloscope:

Bentuk sinyal tegangan V BD di oscilloscope:


Tegangan Nilai RMS
V AD 3.547 v
V AB 3.547 v
V BD 0.027 v

Arus Nilai Arus


I1 0.36 mA
I2 0.006 mA
I4 0.358 mA

3.2 PERHITUNGAN

3.2.1 RANGKAIAN RLC SERI


Volt /div = 2 volt / div
Time / div= 500uS
A = 5 VPeak
f = 1 kHz
XC = 1 / 2πfC
= 1 / (2 . 3,14 . 1000 . 0,000001)
= 159,24 Ω
XL = 2πfL
= 2 . 3,14 . 1000 . 0,0022
= 13,816 Ω
VR =IR
= 0,00349 x 10000
=5V
VL = I XL
= 0,00349 x 13,816
= 0,0482 V
VC = I XC
= 0,00349 x 159,24
= 0,555 V

Z = √(R^2+ 〖(XL-XC)〗^2 )
= √(R^2+ 〖(XL-XC)〗^2 )
3.2.2 RANGKAIAN RLC PARALEL
XC = 1 / 2πfC
= 1 / (2 . 3,14 . 1000 . 0,000001)
= 159,24 Ω
XL = 2πfL
= 2 . 3,14 . 1000 . 0,0022
= 13,816 Ω
IR = V/R
= 3,548/10000
= 0,0003548 A
IL = V/XL
= 3,548/13,816
= 0,2568037058 A
IC = V/XC
= 3,548/159,24
= 0,022280834 A
VR = IR x R
= 0,0003548 x 10000
= 3,548
VL = IL x XL
= 0,2568037058 x 13,816
= 3,5483 V
VC = IC x XC
= 0,022280834 x 159,24
= 3,5480000062 V
3.2.3 RANGKAIAN RC SERI
XC = 1 / 2πfC

= ½ . 3,14 . 1000 Hz . 0,000001 F

=0.00157 ohm

Z = √ R2 + XC 2

= √ 100002 +0,001572

= 10000 ohm

V
IR =
R

= 3,59/10000

= 0,000359 A

V
IC =
XC

V
I= = IR=IC
Z

= 3,59/10000

= 0,000359 A

= 3,59 v

3.2.4 RANGKAIAN RC PARALEL


XC = 1 / 2πfC

= ½ . 3,14 . 1000 Hz . 0,000001 F

=0.00157 ohm

V=VR=VC = 3,54 V

VR = IR R

= 0,000354 . 10000

= 3,54 V

VC = IC XC

= 3,54 V

V
IR =
R

= 3,54/10000

= 0,000354 A

V
IC =
XC

= 3,54/ 0.00157

=2254,77707 A

I=IR+IC

= 2254.777424 A

Z=

= 1,59.2154847

3.2.5 RANGKAIAN RL SERI


V
IL = IR = I =
Z
3,547
¿
10190,881856
= 0,0003480562 A
V(t) = VR + VL
= 3,52 + 0,027
= 3,547 V

Z = √ R2 + XL2

¿ √ 10000 +13,816
2 2

¿ 10190,881856 Ω

3.2.6 RANGKAIAN RL PARALEL


V=VR=VL

VR = IR x R

= 0,0003547 x 10000

= 3,547 V

VL = IL x Xl

= 0,256731326 x 13,816

= 3,547 V

V
IR=
R
3,547
=
10000
= 0,0003547 A
V
IL =
XL
3,547
¿
13,816
= 0,256731326 A
I=IR+IL

= 0,0003547 + 0,256731326
= 0,257086026 A
3.3 PEMBAHASAN
3.3.1 Analisa Prosedur
3.3.1.1 Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan yaitu voltmeter AC, ampermeter AC, signal
generator, oscilloscope, dan rangkaian uji. Lalu untuk komponen yang digunakan
pada rangkaian uji yaitu tahanan 1 k𝛺; 2 watt, tahanan 10 k𝛺; 2 watt, kapasitor 1
𝜇𝐹, dan induktor 2,2 mH. Voltmeter AC digunakan untuk pengukuran tegangan
listtik AC. Amperemeter AC digunakan untuk pengukuran arus bolak-balik. Signal
generator berfungsi untuk penghasil sinyal elektronik dengan bentuk gelombang
yang dihasilkan umumya berupa sinus, kotak, gigi gergaji, dan segitiga.
Oscilloscope digunakan agar sinyal listrik dalam bentuk gelombang dapat
ditampilkan. Rangkaian uji digunakan sebagai tempat komponen-komponen listrik
diuji. Lalu, komponen yang digunakan pada rangkaian uji fungsinya juga berbeda-
beda. Tahanan digunakan sebagai penghambat dan pengatur aliran listrik pada
rangkaian. Kapasitor untuk arus AC berfungsi sebagai konduktor dan agar arus
listrik dapat dilewatkan. Induktor berfungsi untuk penahan arus bolak-balik dan
agar frekuensi tertentu dapat difilter.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Rangkaian RLC Seri dan Paralel

Langkah yang pertama agar didapatkan rangkaian RLC seri maka caranya
saklar diatur sesuai pada rangkaian uji pada gambar 2.1.a, jangan lupa voltmeter dan
amperemeter diatur pada mode AC. Selanjutnya, agar bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷
dapat ditampilkan di oscilloscope maka caranya pada channel 1 (CH1) oscilloscope ,
coupling GND dipilih, vertical position diatur agar sinyal berada di tengah layar,
kemudian coupling AC dan pengaturan volt/div = 2 volt/div dan time/div = 500 uS
dipilih. Kemudian CH1 oscilloscope dihubungkan ke titik A. Signal generator diatur
agar dapat dihasilkan sinyal keluaran dengan bentuk gelombang sinus dengan cara
Amplitudonya sebesar 5 𝑉𝑝𝑒𝑎𝑘, frekuensinya 1 kHz, dan offset DC-nya 0 V.
Sedangkan agar tegangan 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵,𝑉𝐵𝐶, dan 𝑉𝐶𝐷dapat diukur (nilai RMS) dan
dicatat maka caranya yaitu voltmeter diatur sedemikian rupa. Lalu agar arus 𝐼1 dapat
dihasilkan maka caranya amperemeter diatur dengan diposisikan di 𝐼1. Setelah itu,
agar didapatkan rangkaian RLC paralel maka caranya saklar diatur kembali seperti
pada gambar 2.1.b, dan pengaturan yang ada di oscillocope dan signal generator tadi
tidak diubah agar bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 dan 𝑉𝐵𝐷 dapat dihasilkan dan
ditampilkan di oscilloscope. Sedangkan agar tegangan 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan 𝑉𝐵𝐷dapat
diukur (nilai RMS) dan dicatat maka caranya yaitu voltmeter diatur sedemikian rupa.
Yang terakhir, Agar didapatkan arus 𝐼1, 𝐼2, 𝐼3, dan 𝐼4 maka caranya amperemeter
diatur dengan diposisikan di titik-titik yang sesuai.

Rangkaian RC Seri dan Paralel


Langkah yang pertama yaitu agar didapatkan rangkaian RC seri maka caranya
saklar diatur sesuai pada rangkaian uji pada gambar 2.2.a. Dan dipastikan terlebih
dahulu bahwa keaadaan oscillocope dan signal generator tidak berubah dari
rangkaian RLC tadi agar bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 dapat dihasilkan dan
ditampilkan di oscilloscope. Sedangkan agar tegangan 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan 𝑉𝐵𝐷dapat
diukur (nilai RMS) dan dicatat maka caranya yaitu voltmeter diatur sedemikian
rupa. Lalu agar arus 𝐼1 dapat dihasilkan maka caranya amperemeter diatur dengan
diposisikan di 𝐼1. Setelah itu, agar didapatkan rangkaian RC paralel maka caranya
saklar diatur kembali seperti pada gambar 2.2.b, dan pengaturan yang ada di
oscillocope dan signal generator tadi tidak diubah agar bentuk sinyal tegangan
𝑉𝐴𝐷 dan 𝑉𝐵𝐷 dapat dihasilkan dan ditampilkan di oscilloscope. agar tegangan
𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan 𝑉𝐵𝐷dapat diukur (nilai RMS) dan dicatat maka caranya yaitu
voltmeter diatur sedemikian rupa. Yang terakhir, Agar didapatkan arus 𝐼1, 𝐼2, dan
𝐼3 maka caranya amperemeter diatur dengan diposisikan di titik-titik yang sesuai.

Rangkaian RL Seri dan Paralel


Langkah yang pertama yaitu agar didapatkan rangkaian RL seri maka caranya
saklar diatur sesuai pada rangkaian uji pada gambar 2.3.a. Dan dipastikan terlebih
dahulu bahwa keaadaan oscillocope dan signal generator tidak berubah dari
rangkaian RLC tadi agar bentuk sinyal tegangan 𝑉𝐴𝐷 dapat dihasilkan dan
ditampilkan di oscilloscope. Sedangkan agar tegangan 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵,𝑉𝐵𝐶, dan 𝑉𝐶𝐷
dapat diukur (nilai RMS) dan dicatat maka caranya yaitu voltmeter diatur
sedemikian rupa. Lalu agar arus 𝐼1 dapat dihasilkan maka caranya amperemeter
diatur dengan diposisikan di 𝐼1. Setelah itu, agar didapatkan rangkaian RL paralel
maka caranya saklar diatur kembali seperti pada gambar 2.3.b, dan pengaturan yang
ada di oscillocope dan signal generator tadi tidak diubah agar bentuk sinyal
tegangan 𝑉𝐴𝐷 dan 𝑉𝐵𝐷 dapat dihasilkan dan ditampilkan di oscilloscope. agar
tegangan 𝑉𝐴𝐷,𝑉𝐴𝐵, dan 𝑉𝐵𝐷dapat diukur (nilai RMS) dan dicatat maka caranya
yaitu voltmeter diatur sedemikian rupa. Yang terakhir, Agar didapatkan arus 𝐼1, 𝐼2,
dan 𝐼4 maka caranya amperemeter diatur dengan diposisikan di titik-titik yang
sesuai.

3.3.2 Analisa Hasil


Setelah dilakukannya praktikum didapatkan data hasil percobaan berupa gelombang
sinus dari oscilloscope, dan tegangan AC dari voltmeter serta arus dari amperemeter.
Data hasil percobaan tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan. Untuk
rangkaian seri, arus 𝐼1 yang ada di data hasil percobaan akan dibandingkan dengan hasil
perhitungan 𝐼 atau 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙dengan rumusan umumnya yaitu 𝐼=𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑍. Sedangkan untuk
rangkaian paralel, tegangan 𝑉𝐵𝐷 yang ada di data hasil percobaan akan dibandingkan
dengan hasil perhitungan 𝑉 dengan rumusan umumnya yaitu 𝑉=𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙.𝑍. Memakai
tegangan 𝑉𝐵𝐷 dari voltmeter AC sebagai perbandingan bukan tegangan yang lain, karena
pada rangkaian paralel ketika memasukkan nilai frekuensi dan tegangan yang dari
amplitudo maka nilainya memakai data 𝑉𝐵𝐷 yang ada di osiloskop. Berdasarkan data
hasil percobaan dan hasil perhitungan, untuk rangkaian RLC seri nilai XC sebesar
159,24 Ω dan nilai XL 13,816 Ω, lalu didapatkan juga nilai Vtotal sebesar 5,59 V.
Semenatara itu pada RLC paralel nilai 𝑉Total yang ada di hasil perhitungan sebesar
10,644 V. Selanjutnya, untuk rangkaian RC seri nilai 𝐼R yang ada di hasil perhitungan
sebesar 0,000359 A, yang mana nilai tersebut sesuai dengan nilai 𝐼C yang ada di data
hasil percobaan yaitu sebesar 0,000359 A. Sedangkan untuk rangkaian RC paralel nilai
𝑉 yang ada di hasil perhitungan sebesar 3,54 V. Lalu didapatkan juga nilai I sebesar
. Yang terakhir, untuk rangkaian untuk rangkaian RL seri nilai 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 yang ada
2254.777424 A

di hasil perhitungan sebesar 0,0003480562 A, dengan nilai Z sebesar 10190,881856 Ω .


Sedangkan untuk rangkaian RL paralel nilai 𝑉 yang ada di hasil perhitungan sebesar
3,547 V pada VR dan 3,547 V juga pada VL, dan didapatkan nilai Itotal sebesar
0,257086026 A. Ada beberapa hasil yang tidak tepat pada perhitungan ini, nilai tersebut
bisa disebabkan karena kurang terampilnya praktikan dalam menggunakan remlab,
jaringan internet yang kurang memadai yang akhirnya bisa menyebabkan kurang jelasnya
data hasil percobaan, dan kurang telitinya praktikan dalam pembacaan data hasil
percobaan yang ada di voltmeter, amperemeter, dan nilai frekuensi yang ada di osiloskop.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukannya praktikum, dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian RLC seri,
sebuah resistor, kapasitor, dan induktor yang dihubungkan dengan sumber tegangan AC
adalah terjadinya pembagian tegangan di 𝑉𝑅, 𝑉𝐿, dan 𝑉𝐶 secara vekoris dan arus yang
mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Sedangkan untuk rangkaian RLC paralel
terjadi percabangan arus dari sumber 𝐼 menjadi tiga, yaitu arus yang menuju resistor 𝐼𝑅 ,
induktor 𝐼𝐿 dan kapasitor 𝐼𝐶 , dan tegangan jatuh pada kapasitor 𝑉𝐶 , induktor 𝑉𝐿, dan
resistor 𝑉𝑅, sama besar dengan sumber tegangan 𝑉. Selanjutnya, untuk rangkaian RC
seri, sebuah resistor dan kapasitor yang dihubungkan dengan sumber tegangan AC adalah
terjadinya pembagian tegangan secara vektoris, dan arus yang mengalir pada hubungan
seri sama besar. Sedangkan untuk rangkaian RC paralel terjadi percabangan arus dari
sumber arus 𝐼 menjadi dua, yaitu arus yang menuju resistor 𝐼𝑅 dan kapasitor 𝐼𝐶 , dan
tegangan jatuh pada kapasitor 𝑉𝐶 dan resistor 𝑉𝑅, sama besar dengan sumber tegangan 𝑉.
Yang terakhir, untuk rangkaian RL seri, sebuah resistor dan induktor yang dihubungkan
dengan sumber tegangan AC adalah terjadinya pembagian tegangan secara vektoris, dan
arus yang mengalir pada hubungan seri sama besar. Sedangkan untuk rangkaian RL
paralel terjadi percabangan arus darri sumber 𝐼 menjadi dua, yaitu arus yang menuju
resistor 𝐼𝑅 dan induktor 𝐼𝐿 , dan tegangan jatuh pada induktor 𝑉𝐿 dan resistor 𝑉𝑅, sama
besar dengan sumber tegangan 𝑉.

4.2 SARAN

saran untuk praktikum elektronika dasar 1 dengan Materi Rangkaian AC. mungkin
untuk alat-alat yang akan digunakan bisa di cek kembali sebelum digunakan praktikum
sehingga alat dapat berfungsi dengan baik dan praktikum dapar berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Floyd, Thomas L., & David Buchla. 2014. Electronics Fundamentals Circuits, Devices, and
Applications. London, UK: Pearson Education, Inc.
Palpialy, Jemi V., Benny Suherman, Faizal Zaini. 2021. Rangkaian Listrik. Medan, Indonesia:
Yayasan Kita Menulis.
Young, Hugh D., & Roger A. Freedman. 2012. University Physics with Modern Physics. San
Fransisco, USA: Pearson Education, Inc.
LAMPIRAN
LAMPIRAN DASAR TEORI
(Young, et al., 2012).

(Palpialy, dkk., 2021).


(Floyd, et al., 2014).
FOTO RANGKAIAN PERCOBAAN
DHP
POSTTEST

Anda mungkin juga menyukai