Anda di halaman 1dari 42

LABORATORIUM

ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS UDAYANA

PERCOBAAN IV
UJT, SCR, DIAC, TRIAC

NAMA ASISTEN
NIM ASISTEN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
PERCOBAAN IV
UJT, SCR, DIAC, TRIAC

4.1 Tujuan Percobaan


1. Mengamati pengaturan daya dengan SCR, DIAC, dan TRIAC.
2. Mengetahui cara kerja SCR, DIAC, dan TRIAC.
3. Menentukan intrinsikstand off ratio UJT dan mengamati relaksasi
dengan UJT.
4.2 Tinjauan Pustaka
Thyristor termasuk jenis semikonduktor. Kata thyristor diambil dari
bahasa yunani yang berarti pintu. Fungsi utama thyristor adalah sebagai saklar.
Thyristor yang sering dipakai ada tiga, yaitu UJT, SCR, DIAC, dan TRIAC.Ciri-ciri
utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semikonduktor silikon.

Gambar 4.1 Simbol Thyristor

Gambar 4.2 Bentuk Fisik Thyristor


4.2.1 Unijunction Transistor (UJT)
UJT adalah suatu komponen aktif yang banyak digunakan untuk
menghasilkan isyarat pulsa. Pulsa ini digunakan untuk kontrol pada
instrumentasi. Susunan UJT ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 4.3 (a) Struktur UJT, (b) Rangkaian Setara, (c) Lambang UJT

Pada gambar 4.1 (b), hambatan Rb1 dan Rb2 adalah hambatan setara di
dalam UJT. Hambatan Rb1 dinyatakan variabel oleh karena nilainya berubah
dengan arus emitor (IE). Karakteristik UJT dapat diuji dengan menggunakan
rangakaian pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 (a) Rangkaian untuk Menguji UJT, (b) Rangkaian Setara

Jika dioda D ada dalam keadaan tegangan mundur, arus IE≅ 0 dan
hambatan Rb1 mempunyai nilai maksimum. Hambaran Rb1 menyatakan nilai
maksimum ini. Hambatan basis adalah Rb1 + Rb2 dan dinyatakan sebagai RBB”.
Parameter UJT yang sering digunakan orang adalah yang disebut nisbah
hambatan basis intrinsik (intrinsic stand –off ratio), yaitu :
Rb 1 R
η= = b 1 .........................................................(4.1)
R b 1+ R b 2 R bb
Jika arus emitor IE = 0, maka :
V B } = {{R} rsub {b2}} over {{R} rsub {b1} + {R} rsub {b2}} . {V} rsub {BB} = η. {V} rsub {BB¿ ............................

.............(4.2)
V EO ≅ V B +0,6 V =η. V BB+ 0,6 V .............................(4.3)
'

Dengan mengatur posisi pengusap pada potensiometer Rv tegangan


VE dapat diubah. Jika VE> VEO, dioda D mendapat tegangan maju. Akibatnya
emitor akan memancarkan lubang ke dalam basis. Lubang ini ditolak oleh basis
B2 yang mempunyai potensial positif, dan lubang akan terdorong masuk ke basis
B1. Jumlah muatan bebas dalam basis B1 bertambah maka konduktivitas akan
naik, atau hambatan Rb1 akan turun. Daerah nilai IE ini yang tegangannya VE
turun jika arus IE naik disebut daerah hambatan negatif. Selanjutnya kenaikan
arus emitor IE dengan VE akan bertambah sedikit. Daerah nilai arus ini disebut
daerah penjenuhan. Ciri UJT biasanya dinyatakan oleh grafik antara V BE dan IE
seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Ciri UJT Dilukiskan dengan Sumbu Tegak Menyatakan Arus IE

Jika sumbu IE dipasang vertikal lengkung, ciri UJT ini tampak mirip
dengan lengkung ciri dioda dengan keadaan tegangan maju. Arus IP disebut arus
puncak dan menyatakan arus emitor yang diperlukan untuk membuat agar UJT
berkonduksi.Arus IV disebut arus lembah, yang menyatakan akhir daripada
daerah hambatan negatif. Hambatan Rb1 untuk daerah saturasi sekitar 50 ohm.

4.2.2 Silicon Control Rectifier (SCR)


SCR adalah diode yang dirancang agar dapat mengendalikan daya
arus bolak-balik (AC) hingga 10 MW dengan rating arus sebesar 2000A pada
tegangan 1800V dengan frekuensi sampai dengan 50 kHz. SCR dapat
melakukan penyaklaran untuk arus yang besar. SCR terbuat dari bahan
semikonduktor jenis silikon dengan pertimbangan kemampuan terhadap
temperatur dan daya yang tinggi.
Dalam mengatur arus yang cukup besar yang melalui anoda-katoda,
hanya diperlukan arus yang kecil dari gate. Selama arus anoda-katoda tetap
mengalir, arus gate dapat dihilangkan setelah satu kali melakukan penyulutan.
Bila SCR digunakan pada arus AC, maka hanya akan mengalir arus ke satu arah
saja seperti halnya pada dioda. Pada pengaturan daya AC dengan SCR dikenal
istilah sudut tunda penyulutan yaitu periode yang hilang sebelum SCR tersulut.
Tangkaian penyulit pada gate dapat berupa R maupun RC.
Tahanan dalam dinamis suatu SCR adalah sekitar 0,01 sampai 0,1
ohm. Sedangkan tahanan reverse sekitar 100.000 ohm. SCR memiliki tiga buah
kaki, yaitu A = anoda, G = gate, K = katoda. Fungsi SCR adalah sebagai
pengatur daya dan sebagai saklar arus yang otomatis.
SCR terbuat dari bahan campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan
yang terdiri dari PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) dan sering disebut PNPN
Trioda.

Gambar 4.6 Arah Arus

Keterangan :
IB = Arus basis
IC = Arus collector
IA = Arus anoda
IK =Arus katoda
Ig = Arus gate
SCR dapat mengalirkan arus hanya pada satu arah yakni jika
VA>VKdan bisa diatur sudut penyelaannya dengan mengatur tegangan gatenya.
Gambar 4.7 Karakteristik V-I SCR

Pada daerah pemblokiran maju, bila tegangan maju ditambah maka


arus bocor hampir tidak berubah hingga pelipat gandaan pembawa muatan oleh
adanya breakdown avalance setelah keadaan dilampaui arus di dalam SCR yang
mempunyai nilai cukup bessar hingga loop gain = 1, pada keadaan ini SCR
berkonduksi jika VA berada pada nilai tertentu, yang disebut arus bertahan
(holding current). Bila arus anoda turun di bawah nilai arus bertahan SCR akan
kembali pada pemblokiran maju.
Pada keadaan pemblokiran mundur, SCR berperilaku seperti dua
dioda dipasang seri. Pada keadaan VA> VK penambahan harga IG akan
memperkecil daerah pemblokiran, untuk IG yang cukup besar bisa
mengakibatkan SCR berperilaku seperti dioda dipasang seri. Perhatikan contoh
berikut ini:

Gambar 4.8 Rangkaian untuk Melindungi Alat dari Tegangan Lebih


4.2.3 Triode for Alternating Current (TRIAC)
TRIAC merupakan komponen semikonduktor yang tersusun atas diode
empat lapis berstuktur p-n-p-n dengan tiga p-n junction. TRIAC memiliki tiga
buah elektrode, yaitu : gate, MT1, dan MT2. TRIAC biasanya digunakan sebagai
pengedali dua arah (bi-directional). Apabila mau menggunakan TRIAC dalam
pembuatan perangkat atau sistem kontrol elektronik, ada beberapa hal yang
harus diketahui dalam memilih TRIAC sebagai berikut dibawah ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih TRIAC:
- Tegangan breakover maju dan mundur.
- Arus maksimum ( IT maks)
- Arus genggam minimum (lh min)
- Tegangan dan arus picu gate yang diperlukan
- Kecepatan pensaklaran
- Tegangan maksimum dV/dt
Simbol dan bentuk TRIAC adalah sebagai berikut :

Gambar 4.9 Simbol dan bentuk TRIAC.

4.2.4 DIAC (Dioda AC)

DIAC mempunyai dua buah terminal dan dapat menghantar dari kedua
arah jika tegangan breakover-nya (VBB) terlampaui. DIAC tersusun dari tiga lapis
bahan semikonduktor atau piranti lapis-empat, namun demikian pembuatnya
menyatakan bahwa DIAC dibuat dari tiga lapis bahan semikonduktor. DIAC
memiliki tingkatan doping sekitar junctionnya yang sebanding.
Gambar 4.10(a) Ekivalen DIAC, (b) DIAC sebagai Susunan
Pengancingan (Latch), (c) Simbol DIAC.

DIAC mempunyai impedansi yang tinggi bagi arus dalam dua arah, hingga
bias DIAC melewati breakover arah mundurnya. Biasanya bias untuk DIAC agar
mencapai breakover ini adalah 28 sampai 36 volt, namun tergantung daripada tipenya.
Jika tegangan yang diberikan pada DIAC menyamai atau melebihi tegangan breakover
maka salah satu Latch akan menutup juga.
DIAC adalah suatu komponen yang berkelakuan seperti dua buah thystor
yang dihubungkan saling bertolak belakang. Oleh karena itu, DIAC mempunyai dua buah
tegangan penyalaan. Tegangan penyalaan pertama berada pada teganan maju (+V bo)
sedangkan yang kedua ada pada tegangan baliknya (-V bo). Karakteristik tegangan
terhadap arus dapat dilihat pada gambar 4.11 .

Gambar 4.11 Karakteristik DIAC

Dari kurva pada gambar 4.11 dapat dilihat bahwa DIAC selalu
mempunyai karakteristik tahanan negatif yang secara terus menerus pada saat
arus lebih besar daripada arus breakovernya. DIAC banyak digunakan sebagai
pemicu rangkaian pengendali daya yang menggunakan TRIAC.
4.3 Daftar Komponen dan Alat
1. Modul dasar 5. DataSheet SCR, TRIAC, DIAC
elektronika 6. Disket / flashdisk
2. Osiloskop 7. Milimeterblok
3. Multimeter 8. Penggaris / mistar
4. Steker T 9. Pulpen / pensil
4.4 Cara Kerja
PERHATIAN:
1. Percobaan A dan B menggunakan tegangan tinggi langsung dari
jala-jala. Praktikan harus benar-benar memperhatikan keselamatan
dirinya dan rekan kerjanya.
2. Gunakan probe 1:10 untuk melakukan pengamatan dengan
osiloskop. Hubungkan osiloskop dengan jala-jala tanpa
menggunakan ground dengan cara menggunakan steker T.
Dengan demikian bagian logam dari osiloskop tidak boleh disentuh
selama daya untuk modul dihidupkan karena terdapat tegangan
tinggi. Pengaturan osiloskop dilakukan sebelum melakukan
pengamatan.
3. Sebelum melakukan pengamatan, konsultasikan dulu hal-hal yang
belum jelas kepada asisten praktikan.
A. Silicon Controlled Rectifier (SCR)
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.12 saklar daya dalam
keadaan OFF (lampu indikator mati). Hubungkan rangkaian ke jala-
jala listrik.

4K7

1k Ω

Gambar 4.12 Percobaan dengan SCR


2. Atur osiloskop pada 10 Volt/Div, 5 ms/Div, kopling DC dan Trigger
pada posisi internal. Gunakan hanya salah satu saja. Amati bentuk
gelombang pada beban. Kemudian amati pula Anoda-Katoda SCR.
Perhatikan : Gunakan Probe 1:10. Selama memindah-
memindahkan probe dari suatu titik pengamatan ke titik
pengamatan yang lain, matikan saklar daya pada modul.
3. Atur lagi osiloskop pada 0,5 Volt/Div (pengaturan lainnya tetap).
Amati bentuk gelombang pada kapasitor dan Gate-Katoda SCR.
4. Pengamatan langkah 2 dan 3 dilakukan untuk dua macam firing
delay angle yang berbeda dengan mengubah potensio 500K. Ukur
besarnya hambatan potensio untuk tiap pengamatan.
Tabel 4.1 Percobaan SCR
FREKUENSI
Polaritas
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda
Katoda

5. Buatlah rangakaian seperti gambar 4.13. lakukan pengamatan


seperti sebulumnya.

Gambar 4.13Percobaan SCR Gelombang Full Wave


Tabel 4.2 Percobaan SCR Full Wave
FREKUENSI
Polaritas
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda
Katoda
B. TRIAC dan DIAC

Gambar 4.14 Percobaan dengan TRIAC


1. Buatlah rangkaian seperti pada gamabr 4.14 lakukan pengamatan
bentuk gelombang pada beban (10 V/Div), A1 – A2 (10 V/Div),
kapasitor (2 V/Div), dan pada G – A1 (0,05 V/Div). Pengamatan
dilakukan untuk dua sudut yang berbeda. Apakah simetris sudut-
sudut belahan positif dan belahan negative?
Tabel 4.3 Percobaan TRIAC
FREKUENSI
Polaritas
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda 1 (220V)
Anoda 2
Katoda

2. Ulangi percobaan diatas dengan menggantian resistor 1K dengan


DIAC (gambar 4.15). bagaimanakan perbedaan dengan
sebelumnya?
Gambar 4.15Percobaan TRIAC dan DIAC

Tabel 4.4 Percobaan DIAC dan TRIAC


FREKUENSI
Polaritas Lampu
Lampu Mati Lampu Redup
Terang
Anoda 1 (220V)
TRIAC Anoda 2
Katoda
Anoda 1 (220 V)
DIAC
Anoda 1 & 2
4.5 Data Hail Percobaan
Tabel 4.5Percobaan SCR
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Polaritas
Frekuensi PP Frekuensi PP Frekuensi PP
Anoda 50.10 Hz 318 V 50.00 Hz 196 V 50.00 Hz 166 V
Katoda 49.95 Hz 824 mV 50.00 Hz 3.32 V 50.00 Hz 8.48 V

Tabel 4.6 Percobaan TRIAC


Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Polaritas
Frekuensi PP Frekuensi PP Frekuensi PP
Anoda 50.10 Hz 318 V 50.10 Hz 152 V 49.90 Hz 64 V
Katoda 50.20 Hz 1V 49.94 Hz 1.6 V 49.90 Hz 1.58 V

Tabel 4.7 Percobaan DIAC dan TRIAC


Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Polaritas
Frekuensi PP Frekuensi PP Frekuensi PP
Anoda 50.20 Hz 316 V 50.15 Hz 284 V 50.20 Hz 156 V
TRIAC
Katoda 10.00 Hz 120 mV 50.03 Hz 2.32 V 49.89 Hz 3.04 V
Anoda
DIAC 49.90 Hz 25.2 V 50.00 Hz 64.4 V 49.95 Hz 64.4 V
1&2
4.6 Analisa Data Hasil Percobaan
Pada percobaan ini terdapat beberapa bentuk gelombang, besar
frekuensi, dan peak to peak. Hal-hal yan diujikan ialah anoda dan katoda pada
saat kondisi lampu mati, lampu redup, dan lampu terang. Hal tersebut dilakukan
untuk setiap percobaan yaitu percobaan SCR, TRIAC, dan DIAC.

4.6.1 Analisa Data Percobaan SCR


Pada percobaan ini, praktikan merangkai seperti gambar 4.5. dengan
hasil percobaan seperti pada tabel 4.5 percobaan SCR. Dalam percobaan ini
dilakukan pengukuran frekuensi dan peak to peak di anoda dan katoda suatu
gelombang dalam tiga kondisi, yaitu pada saat lampu mati, lampu redup, dan
lampu terang.
a. Anoda
1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.9 Gelombang SCR pada Anoda saat Lampu Mati

Pada saat lampu mati didapatkan gelombang seperti gambar 4.9,


didapatkan frekuensi 50.10 Hz dan peak to peak 318 V.Melalui frekuensi dan
peak to peakyang diperoleh saat praktikum maka dihasilkan keadaan lampu mati.
2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.10Gelombang SCR pada Anoda saat Lampu Redup

Pada saat lampu redup didapatkan gelombang seperti gambar 4.10


didapatkan frekuensi 50.00 Hz dan peak to peak 196 V. Melalui frekuensi dan
peak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan
adalah redup.

3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.11 Gelombang SCR pada Anoda saat Lampu terang

Pada saat lampu terang didapatkan gelombang seperti gambar 4.11


didapatkan frekuensi 50.00 Hz dan peak to peak 166 V.Melalui frekuensi dan
peak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan
adalah sama terang dengan percobaan nyala lampu redup.
b. Katoda
1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.12Gelombang SCR pada Katoda saat Lampu Mati

Pada saat lampu mati didapatkan gelombang seperti gambar 4.12


didapatkan frekuensi 49.95 Hz dan peak to peak 824 mV. Melalui frekuensi dan
peak to peakyang diperoleh saat praktikum maka dihasilkan keadaan lampu mati.

2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.13Gelombang SCR pada Katoda saat Lampu Redup

Pada saat lampu redup didapatkan gelombang seperti gambar 4.13


didapatkan frekuensi 50.00 Hz dan peak to peak 3.32 V.Melalui frekuensi dan
peak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan
adalah redup.
3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.14Gelombang SCR pada Katoda saat Lampu Terang

Pada saat lampu terang didapatkan gelombang seperti gambar 4.14


didapatkan frekuensi 50.00 Hz dan peak to peak 8.48 V.Melalui frekuensi dan
peak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan
adalah sama terang dengan percobaan nyala lampu redup.
4.6.2 Analisa Data Percobaan TRIAC
Pada percobaan ini, praktikan merangkai seperti gambar 4.7. dengan
hasil percobaan seperti pada tabel 4.6 percobaan TRIAC. Dalam percobaan ini
dilakukan pengukuran frekuensi dan peak to peak di anoda dan katoda suatu
gelombang dalam tiga kondisi, yaitu pada saat lampu mati, lampu redup, dan
lampu terang.
a. Anoda
1. Pada Saat Lampu Mati

Gelombang 4.15 Gelombang TRIAC pada Anoda saat Lampu Mati

Pada saat lampu mati didapatkan gelombang seperti gambar 4.15,


didapatkan frekuensi 50.10 Hz dan peak to peak 318 V.Melalui frekuensi dan
peak to peakyang diperoleh saat praktikum maka dihasilkan keadaan lampu mati.
2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.16 Gelombang TRIAC pada Anoda saat Lampu Redup

Pada saat lampu redup didapatkan gelombang seperti gambar 4.16,


didapatkan frekuensi 50.10 Hz dan peak to peak 152 V. Melalui frekuensi
danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang
dihasilkan adalah redup.
3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.17GelombangTRIAC pada Anoda saat Lampu Terang

Pada saat lampu terang didapatkan gelombang seperti gambar


4.17, didapatkan frekuensi 49.90 Hz dan peak to peak 64 VMelalui frekuensi
danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang
dihasilkan adalah lebih terang dibandingkan dengan percobaan nyala lampu
redup.

b. Katoda
1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.18Gelombang TRIAC pada Katoda saat Lampu Mati

Pada saat lampu mati didapatkan gelombang seperti gambar 4.18,


didapatkan frekuensi 50.20 Hz dan peak to peak 1 V.Melalui frekuensi dan peak
to peakyang diperoleh saat praktikum maka dihasilkan keadaan lampu mati.
2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.19Gelombang TRIAC pada Katoda saat Lampu Redup

Pada saat lampu redup didapatkan gelombang seperti gambar 4.19,


didapatkan frekuensi 49.94 Hz dan peak to peak 1.6 V.Melalui frekuensi danpeak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.20Gelombang TRIAC pada Katoda saat Lampu terang

Pada saat lampu terang didapatkan gelombang seperti gambar


4.20, didapatkan frekuensi 49.90 Hz dan peak to peak 1.58 V.Melalui frekuensi
danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang
dihasilkan adalah lebih terang dibandingkan dengan percobaan nyala lampu
redup.
4.6.3 Analisa Data Percobaan DIAC dan TRIAC
Pada percobaan ini, praktikan merangkai seperti gambar 4.8 dengan hasil
percobaan seperti pada tabel 4.7 percobaan TRIAC dan DIAC. Dalam percobaan
ini dilakukan pengukuran frekuensi dan peak to peak di anoda dan katoda pada
TRIAC dan anoda pada DIAC suatu gelombang dalam tiga kondisi, yaitu pada
saat lampu mati, lampu redup, dan lampu terang.
a. Anoda
1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.21 Gelombang TRIAC saat Lampu Mati

Pada rangkaian TRIAC saat lampu mati didapatkan gelombang


seperti gambar 4.21, didapatkan frekuensi 50.20 Hz dan peak to peak 316
V.Melalui frekuensi dan peak to peakyang diperoleh saat praktikum maka
dihasilkan keadaan lampu mati.
2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.22Gelombang TRIAC saat Lampu Redup

Pada rangkaian TRIAC saat lampu redup didapatkan gelombang


seperti gambar 4.22, didapatkan frekuensi 50.15 Hz dan peak to peak 284 V.
Melalui frekuensi danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala
lampu yang dihasilkan adalah redup.

3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.23Gelombang TRIAC saat Lampu Terang

Pada rangkaian TRIAC saat lampu terang didapatkan gelombang


seperti gambar 4.23, didapatkan frekuensi 50.20 Hz dan peak to peak 156
V.Melalui frekuensi danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala
lampu yang dihasilkan adalah lebih terang dibandingkan dengan percobaan
nyala lampu redup.
b. Katoda
1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.24Gelombang TRIAC saat Lampu Mati

Pada rangkaian TRIAC saat lampu mati didapatkan gelombang


seperti gambar 4.24, didapatkan frekuensi 10.00 Hz dan peak to peak
120mV.Melalui frekuensi dan peak to peakyang diperoleh saat praktikum maka
dihasilkan keadaan lampu mati.

2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.25Gelombang TRIAC saat Lampu Redup

Pada rangkaian TRIAC saat lampu redup didapatkan gelombang


seperti gambar 4.25, didapatkan frekuensi 50.03 Hz dan peak to peak 2.32 V.
Melalui frekuensi danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala
lampu yang dihasilkan adalah redup.
3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.26Gelombang TRIAC saat Lampu Terang

Pada rangkaian TRIAC saat lampu terang didapatkan gelombang


seperti gambar 4.26, didapatkan frekuensi 49.89 Hz dan peak to peak 3.04
V.Melalui frekuensi danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala
lampu yang dihasilkan adalah lebih terang dibandingkan dengan percobaan
nyala lampu redup.
c. Anoda 1 & 2 Gate
1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.27Gelombang DIAC saat Lampu Mati

Pada rangkaian DIAC saat lampu mati didapatkan gelombang


seperti gambar 4.27, didapatkan frekuensi 49.90 Hz dan peak to peak 25.2
V.Melalui frekuensi dan peak to peakyang diperoleh saat praktikum maka
dihasilkan keadaan lampu mati.

2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar 4.28Gelombang DIAC saat Lampu Redup

Pada rangkaian DIAC saat lampu redup didapatkan gelombang


seperti gambar 4.28, didapatkan frekuensi 50.00 Hz dan peak to peak 64.4
V.Melalui frekuensi danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala
lampu yang dihasilkan adalah redup.
3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar 4.29Gelombang DIAC saat Lampu Terang

Pada rangkaian DIAC saat lampu terang didapatkan gelombang


seperti gambar 4.29, didapatkan frekuensi 49.95 Hz dan peak to peak 64.4 V.
Melalui frekuensi danpeak to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala
lampu yang dihasilkan adalah lebih terang dibandingkan dengan percobaan
nyala lampu redup.
IV.7 Pertanyaan dan Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC!
2. Jelaskan perbedaan-perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC!
3. Berikan penjelasan tentang fungsi dan kearakteristik dari SCR,
TRIAC, dan DIAC!
4. Terangkan cara kerja osilator relaksasi dengan SCR!
5. Apakah keuntung-keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada
pengaturan daya?
6. Buatlah contoh aplikasi-aplikasi yang menggunakan SCR, TRIAC,
dan DIAC!
7. Menurut data dan analisa yang anda buat, apakah yang akan
terjadi jika hambatan pada masing-masing rangkaian diatas
dikurangi, jelaskan dengan analisa matematis!
8. Mengapa pada rangkaian R diganti dengan DIAC nyala lampu
pada saat potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup,
jelaskan dengan analisa matematis!
9. Bagaimanakan hubungan antara konstata waktu jaringan RC pada
Gate dan besarnya sudut tunda penyalaan?
10. Berikan kesimpulan anda pada masing-masing percobaan diatas!

Jawaban :
1. Maksud dari SCR, TRIAC dan DIAC adalah sebagai berikut :
a. SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah diode yang dirancang
agar dapat mengendalikan daya arus bolak-balik (AC) hingga
10 MW dengan rating arus sebesar 2000 A pada tegangan
1800 V dengan frekuensi sampai dengan 50 kHz. SCR memiliki
tiga buah kaki, yaitu A = anoda, G = gate, K = Katoda. Fungsi
SCR adalah sebagai pengatur daya dan sebagai saklar arus
yang otomatis. SCR terbuat dari bahan campuran P dan N.
SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif Negatif
Positif Negatif) dan sering disebut PNPN Trioda.
Ga
mbar 4.34 Arah Arus
b. TRIAC (Triode For Alternating Current) merupakan komponen
semikonduktor yang tersusun atas siose empat lapis berstruktur
p-n-p-n dengan tiga p-n junction. TRIAC memiliki tiga buah
elektrode, yaitu : gate, MT1, dan MT2. TRIAC biasanya
digunakan sebagai pengendalian dua arah (bi-directional).
Simbol dan bentuk TRIAC adalah sebagai berikut :

Gambar 4.35 Simbol dan bentuk TRIAC


c. DIAC (Diode of Alternating Current) mempunyai dua buah
terminal dan dapat menghantar dari kedua arah jika tegangan
breakover-nya terlampaui. DIAC tersusun dari tiga lapis bahan
semikonduktor atau piranti lapis empat. DIAC adalah suatu
komponen yang berkelakuan seperti dua buah thystor yang
dihubungkan saling bertolak belakang. Oleh karena itu, DIAC
mempunyai dua buah tegangan penyalaan. Tegangan
penyalaan pertama berada pada teganan maju (+Vbo)
sedangkan yang kedua ada pada tegangan baliknya (-Vbo).
2. Perbedaan-perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC adalah sebagai
berikut:
a. SCR
Struktur : Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda,
katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya.
SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. Adapun gambar dari
struktur SCR sebagai berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan


dengan kurva I-V SCR berikut ini :

Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika


tegangan forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON.
Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan
tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan
beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan breakover.
Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan
notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga
arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON.
Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju
katoda harus berada di atas parameter ini.
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR
adalah dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan
(IH). SCR adalah thyristor yang uni directional, karena ketika
terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari
anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi
polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan
ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses
penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
Cara Kerja : Pada prinsipnya SCR dapat menghantarkan arus bila
diberikan arus gerbang (arus kemudi). Arus gerbang ini hanya
diberikan sekejap saja sudah cukup dan thyristor akan terus
menghantar walaupun arus gerbang sudah tidak ada. SCR tidak
akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju
sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai
(VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi
pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR
akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari
arus yang penahan (IH).
b. TRIAC
Struktur : TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang
banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga
disebut thyristor bidirectional. TRIAC merupakan dua buah SCR
yang dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal
gate bersama. Adapun gambar dari struktur TRIAC sebagai
berikut.
Karateristik : Adapun karateristik dari TRIAC yaitu dapat dijelaskan
dengan gambar berikut ini:

Terdapat parameter-parameter seperti  Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -


IGT, Ihdan-Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini
simetris antara yang plus dan yang minus. TRIAC hanya akan aktif
ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya
dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya.
Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama
arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan
(IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk
membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus
IT di bawah arus IH.
Cara Kerja : TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-
balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah. Berbeda dengan
SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif
saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif
dan negatif, dan dapat dihidupkan dengan menggunakan
tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada
rangkaian pengedali dan pensaklaran.
c. DIAC
Struktur :DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor.
Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron
dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini.
Sedangkan pada DIAC, lapisan N dibuat cukup tebal sehingga
elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang
demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan
NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai
dioda. Adapun gambar dari struktur DIAC sebagai berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan


dengan gambar berikut ini (pada lembar berikutnya):

Untuk mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu


diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya. Hanya dengan
tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan
arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda
menuju katoda dan sebaliknya. Karena DIAC sendiri termasuk
sukar dilewati oleh arus dua arah.
Cara Kerja : Pada prinsipnya diac akan menahan arus kearah dua
belah pihak, tetapi setelah tegangan melampaui suatu harga
tertentu, ia akan menghantar secara penuh.
3. Fungsi dan karakteristik dari SCR, TRIAC, dan DIAC adalah
sebagai berikut:
a. SCR
Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan
gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat
dari empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu
sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan komponen
lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada
tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0
sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR
tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan
tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR
tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal
gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip
dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih
besar dari arus yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah
dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH).
SCR adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika
terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari
anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi
polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan
ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses
penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.

b. TRIAC
Fungsi dan karateristik dari TRIAC yaitu TRIAC tersusun dari lima
buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada
pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor
bidirectional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan
secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama.
Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan
polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan
polaritas positif dan negatif, dan dapat dihidupkan dengan
menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak
digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran. TRIAC
hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif,
begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan
tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih
besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan.
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah
dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.

c. DIAC
Fungsi dan karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan
gambar berikut ini:

Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB, diac break-
over dan berperan sebagai diode penghubung. Peranan ini sama
pada kedua arah. Menambahkan diac pada gerbang triac
meningkatkan substansi tegangan penghidupan dari triac dan
dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih dalam
pengontrolan dalam tegangan tinggi.

4. Cara kerja osilator relaksasi dengan SCR adalah sebagai berikut:


Osilator ralaksasi utamanya digunakan sebagai pembangkit
gelombang sinusosidal. Gelombang gigi gergaji, gelombang kotak dan
variasi bentuk gelombang tak beraturan termasuk dalam kelas ini.
Pada dasarnya pada osilator ini tergantung pada proses pengosongan-
pengisian jaringan kapasitor-resistor. Perubahan tegangan pada
jaringan digunakan untuk mengubah-ubah konduksi piranti elektronik.
Untuk pengontrol, pada osilator dapat digunakan transistor, UJT (uni
junction transistors) atau IC (integrated circuit).

5. Keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada pengaturan daya


adalah sebagai berikut:

Keuntungan penggunaan SCR pada pengaturan dayaadalah SCR


dapat mengontrol tegangan tinggi sehingga SCR dapat
melewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada
spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar
atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan
breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa
arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus
yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
Keuntungan penggunaan TRIAC pada pengaturan daya adalah
TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif,
dan dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik
pada Gate sehingga TRIAC banyak digunakan pada rangkaian
pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika
polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan
gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah
terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang
mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH)
walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk
membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus
IT di bawah arus IH.

6. Contoh aplikasi menggunakan SCR, TRIAC, dan DIAC adalah


sebagai berikut:
Aplikasi SCR :
 Sebagai rangkaian saklar (switch control)
 Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
 SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya
pada tegangan tinggi
Aplikasi TRIAC :
 Sebagai rangkaian pengaturan daya (power control)
Aplikasi DIAC :
 Sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input
tertentu yang relatif tinggi
 Aplikasi dimmer lampu

7. Jika hambatan pada masing-masing rangkaian diatas dikurangi,


maka nilai tegangan untuk meng-on-kan thyristor juga akan
semakin kecil, contohnya pada percobaan TRIAC dengan DIAC
jika R yang digunakan 10 KΩ, IGT dari TRIAC pada rangkaian 10
mA, VGT = 0.75 volt dan digunakan adalah sebuah DIAC dengan
Vbo = 20 V sesuai dengan persamaan berikut :

V =I GT (R )+V BO +V GT

V = (10 x 10-3).(10 x 103)+20V+0.75V

=120.75 V
Jadi, jika nilai hambatan diperkecil maka tegangan untuk meng-
ON-kan TRIAC juga akan semakin kecil.
8. Pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat
potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup, Hal tersebut
tejadi karena pada rangkaian triac dengan diac berlaku persamaan:

V =I GT (R )+V BO +V GT , misalkan diketahui DIAC yang digunakan

memiliki
V BO = 20 V, R = 2.2 KΩ, IGT dari TRIAC pada rangkaian 15
mA, VGT = 0.75 voltmaka TRIAC akan On pada tegangan

V = 33+20+0.75 = 53.75 V,

Sehingga jika rangkaian dialiri tegangan yang lebih besar dari


53.75 V maka TRIAC akan On dan besar arus yang mengalir :
V 220
I=
R = 2200 = 0.1 A

Sehingga Nyala Lampu menjadi lebih Terang, sedangkan jika R


digunakan maka TRIAC akan On pada tegangan :

V =I GT (R )+V GT

V = 33 + 0.75 =33.75 V

Sehingga Nyala Lampu tidak terlalu terang.

9. Hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan


besarnya sudut tunda penyalaan adalah sebagai berikut:
a) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dapat
disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR memiliki
persentase kesalahan relatif yang cukup besar pada
Katoda/Gate (Tegangan Katoda/Gate tegangannya mendekati
0 dikarenakan pada saat itu SCR dikatakan dalam keadaan
OFF, di mana sebelumnya SCR telah ON dengan besar
tegangan di Anoda/Katoda dan Anoda/Gate) dan Resistor. Hal
ini dikarenakan.
b) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dengan
diode dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR
dengan diode memiliki persentase kesalahan relatif yang lebih
besar dibandingkan dengan SCR tanpa diode, yaitu pada
Katoda/Gate dan Resistor.
c) Pada percobaan TRIAC dapat disimpulkan bahwa hasil
pengukuran pada TRIAC memiliki persentase kesalahan relatif
yang lebih besar dibandingkan dengan SCR dan SCR dengan
diode, yaitu pada Katoda/Gate, Anode/Gate dan Resistor.
d) Pada percobaan TRIAC dan DIAC dapat disimpulkan bahwa
hasil pengukuran memiliki persentase kesalahan relatif kecil
dibandingkan dengan SCR, SCR dengan diode, dan TRIAC.
10. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
adalah SCR merupakan singkatan dari Silicon Control Rectifier.
SCR adalah diode yang mempunyai fungsi sebagai pengendali
arus yang melalui suatu beban.TRIAC merupakan piranti tiga
terminal yang digunakan untuk pengaturan daya. TRIAC adalah
komponen 3 elektroda dari keluarga thyristor yang dapat
menyakelarkan AC atau DC.DIAC memiliki dua terminal
(elektroda). Komponen ini dapat bekerja pada tegangan AC
maupun DC dan dapat konduksi dari dua arah, seperti thyristor
lainnya DIAC mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
IV.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. UJT (Unijunction Transistor) adalah suatu komponen aktif yang
digunakan untuk menghasilkan isyarat pulsa, dan pulsa ini
digunakan untuk kontrol pada instrumentasi.
2. SCR (Silicon Control Rectifier) adalah diode yang dirancang agar
dapat mengendalikan daya arus bolak-balik (AC) hingga 10 MW
dengan rating arus sebesar 2000 A pada tegangan 1800 V dengan
frekuensi sampai dengan 50 kHz. Bila SCR digunakan pada arus
AC, maka hanya akan mengalir arus ke satu arah saja seperti
halnya pada dioda.
3. TRIAC (Triode for Alternating Current) merupakan komponen
semikonduktor yang tersusun atas diode empat lapis berstruktur p-
n-p-n dengan tiga p-n junction. TRIAC biasanya digunakan sebagai
pengendali dua arah (bi-directional).
4. DIAC (Diode AC)mempunyai dua buah terminal dan dapat
menghantar dari kedua arah jika tegangan breakover-nya (VBB)
terlampaui.
5. Pada rangkaian DIAC TRIAC frekuensi yang ditampilkan oleh
osiloskop berupa tanda (?). Hal ini dikarenakan periode gelombang
tidak diketahui, sehingga sesuai dengan persamaan untuk
menentukan frekuensi yaitu F = 1/T dengan T adalah periode maka
frekuensi gelombang tidak dapat ditampilkan pada osiloskop atau
ditampilkan dengan berupa tanda (?). Namun frekuensi gelombang
dapat ditentukan secara manual dengan menggunakan persamaan
F = Time/DIV x jumlah DIV.
6. Berdasarkan data sheet SCR tipe BT151, thyristor mempunyai
gelombang sinusoidal dengan f=50 Hz, dan frekuensi yang
diperoleh pasa saat praktikum yaitu 50,00 Hz untuk lampu terang
dan 49,90 Hz untuk lampu redup, sehingga dapat dikatakan bahwa
pada percobaan SCR cahaya pada lampu terang dan redup adalah
sama. Adapun prinsip kerja dari SCR yatu SCR dapat
menghantarkan arus bila diberikan arus gerbang (arus kemudi).
Thyristor akan terus menghantar walaupun arus gerbang sudah
tidak ada.
7. Pada percobaan DIAC dan TRIAC, dalam percobaan katoda
kondisi lampu mati hanya didapatkan gelombang dalam bentuk
garis, dikarenakan peak to peak pada percobaan didapat sebesar
100mV, dimana ini mempengaruhi tinggi puncak gelombang,
sehingga gelombang hanya berbentuk garis.

Anda mungkin juga menyukai