Anda di halaman 1dari 48

PERCOBAAN III

UJT, SCR, DIAC, TRIAC


3.1 Tujuan Percobaan
1. Mengamati pengaturan daya dengan SCR, DIAC, dan TRIAC.
2. Mengetahui cara kerja SCR, DIAC, dan TRIAC.
3. Menentukan intrinsic standoff ratio UJT dan mengamati osilator relaksasi
dengan UJT.

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 UJT (Uni Juction Transistor)
Uni Junction Transistor (UJT) atau disebut dengan Transistor Sambungan
Tunggal adalah sebuah peranti semikonduktor elektronik yang hanya mempunyai
satu pertemuan.
UJT mempunyai tiga saluran, sebuah emitor (E) dan dua basis (B1 dan B2).
Basis dibentuk oleh batang silikon tipe-n yang terkotori ringan. Dua sambungan
ohmik B1 dan B2 ditambahkan pada kedua ujung batang silikon. Resistansi diantara
B1 dan B2 ketika emitor dalam keadaan rangkaian terbuka dinamakan resistensi
antarbasis (interbase resistance).

Gambar 3.1 Simbol UJT Gambar 3.2 Hubungan PN Junction

Saat Tegangan diantara Emitor (E) dan Basis 1 (B1) adalah Nol, UJT tidak
menghantarkan arus listrik, Semikonduktor batang yang bertipe N akan berfungsi
sebagai penghambat (memiliki resistansi yang tinggi). Namun akan ada sedikit arus
bocor yang mengalir karena bias terbalik (reverse bias). Pada saat tegangan di
Emitor (E) dan Basis 1 (B1) dinaikan secara bertahap, resistansi diantara Emitor dan
Basis 1 akan berkurang dan arus terbalik (reverse current) juga akan berkurang.
Ketika Tegangan Emitor dinaikan hingga ke level bias maju, arus listrik di Emitor
akan mengalir. Hal ini dikarenakan Hole pada Semikonduktor yang di doping berat
bertipe P mulai memasuki daerah semikonduktor tipe N dan bergabung kembali
dengan Elektron yang di Batang Semikonduktor bertipe N (yang di doping ringan).
Dengan demikian Uni Junction Transistor atau UJT ini kemudian mulai
menghantarkan arus listrik dari B2 ke B1.

Rangkaian ekivalen UJT terdiri dari sebuah dioda dan dua buah resistor.
Intrinsic standoff ratio didefenisikan sebagai:

𝑟𝐵1 𝑟𝐵1
𝑚= + 𝑟𝐵2 = ............................................(3.1)
𝑟𝐵2 𝑟𝐵𝐵

Resistansi internal total rBB disebut dengan resistansi antar basis (interbase
resistance). Untuk menyulut UJT, VEB1 harus lebih besar dari Vp, dimana:

𝑟𝐵1 𝑥 𝑉𝐵1 𝑥 𝑉𝐵2


𝑉𝑃 = 𝑉𝐷 + = 0,6 + 𝑚 𝑥 𝑉𝐵1𝐵2 …………….…(3.2)
𝑟𝐵1 + 𝑟𝐵2

3.2.2 TIPE-TIPE UJT


Ada dua tipe dari transistor pertemuan tunggal, yaitu:
a. Transistor Pertemuan Tunggal Dasar (UJT)
Transistor pertemuan tunggal dasar(UJT) adalah sebuah peranti
sederhana yang pada dasarnya adalah sebuah batangan
semikonduktor tipe-n yang ditambahkan difusi bahan tipe-p di suatu
tempat sepanjang batangan, menentukan parameter η dari peranti.
Peranti 2N2646 adalah versi yang paling sering digunakan.

b. Transistor Pertemuan Tunggal Dapat Diprogram (PUT)


Transistor pertemuan tunggal dapat diprogram (PUT) adalah saudara
dekat tiristor. Seperti tiristor, ini terbentuk dari empat lapisan P-N dan
mempunyai sebuah anoda dan sebuah katoda yang tersambung ke
lapisan pertama dan lapisan terakhir, dan sebuah gerbang yang
disambungkan ke salah satu lapisan tengah. Penggunaan PUT tidak
dapat secara langsung dipertukarkan dengan penggunaan UJT, tetapi
menunjukkan fungsi yang mirip. Pada konfigurasi sirkuit konvensional,
digunakan dua resistor pemrogram untuk mengeset parameter η dari
PUT, pada konfigurasi ini, UJT berlaku seperti UJT konvensional.
Peranti 2N6027 adalah contoh dari peranti ini.
.
3.2.3 SCR (Silicon Controlled Rectifier)
SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah diode yang
mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR merupakan thyristor yang paling sering
digunakan. SCR dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar. Disamping
itu, pemicuan gerbang lebih mudah dibandingkan dengan pemicuan breakover.
Karena itu banyak digunakan untuk mengatur motor, pemanas, AC, dan pemanas
induksi. Adapun bagian-bagiannya adalah sebagai berikut, komponen dengan tiga
pemicu yaitu Anoda(A),Katoda(K) dan Gate(G).
Pada dasarnya SCR terdiri dari 4 lapis Semikonduktor yaitu PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN Trioda. Terminal “Gate”
yang berfungsi sebagai pengendali terletak di lapisan bahan tipe-P yang berdekatan
dengan Kaki Terminal “Katoda

(a) (b) (c)

Gambar 3.3 (a)Diagram, (b)Simbol dan (c)Bentuk SCR


Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR
memerlukan tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat
mengaktifkannya. Pada saat kaki Gate diberikan tegangan positif sebagai pemicu
(trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari Anoda (A) ke Katoda (K). Dan
untuk mengembalikan SCR ke kondisi “OFF”, kita hanya perlu menurunkan
tegangan maju Anoda-Katoda ke titik Nol.

Gambar 3.4 (a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d) Lambang
rangkaian

3.2.4 DIAC (Diode Alternating Current)


Diode Alternating Current adalah komponen aktif Elektronika yang memiliki
dua terminal dan dapat menghantarkan arus listrik dari kedua arah jika tegangan
melampui batas breakover-nya. Berbeda dengan Thyristor pada umumnya yang
hanya menghantarkan arus listrik dari satu arah.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 3.5 (a)Bentuk, (b)Struktur, (c)Symbol dan (d)Rangkaian Ekuivalen DIAC
DIAC merupakan komponen yang dapat menghantarkan arus listrik dari dua
arah jika diberikan tegangan yang melebih batas Breakovernya. Pada prinsipnya,
DIAC memiliki cara kerja yang mirip dengan dua Dioda yang dipasang paralel
berlawanan. DIAC dijadikan ke kondisi “ON” dengan menggunakan tegangan positif
ataupun negatif, DIAC akan terus menghantarkan arus listrik sampai tegangannya
dikurangi hingga 0 (Nol) atau hubungan pemberian listrik diputuskan.

3.2.4 TRIAC (Triode for Alternating Current)


TRIAC mempunyai kontruksi sama dengan DIAC, hanya saja pada TRIAC
terdapat terminal pengontrol (terminal gate). Sedangkan untuk terminal lainnya
dinamakan main terminal 1 dan main terminal 2 (disingkat mt1 dan mt2). Seperti
halnya pada DIAC, maka TRIAC pun dapat mengaliri arus bolak-balik, tidak seperti
SCR yang hanya mengalirkan arus searah (dari terminal anoda ke terminal
katoda).
TRIAC adalah salah satu thyristor yang memiliki karakteristik bidirectional.
Karakter bidirectional tersebut karena TRIAC dapat mengalirkan arus dalam 2 arah
dari Anoda ke Katoda atau sebaliknya dari Katoda ke Anoda. TRIAC dapat
mengalirkan arus listrik 2 arah (bidirectional) karena struktur TRIAC seperti 2 buah
SCR yang arahnya bolak-balik kemudian dijadikan satu dengan gate disatukan
seperti ditunjukan pada gambar struktur dan simbol TRIAC berikut. Berikut adalah
ilustrasi struktur TRIAC dan simbol TRIAC yang kita temui pada rangkaian
elektronika.

Gambar 3.6 Struktur dan Simbol TRIAC


TRIAC merupakan komponen yang sangat cocok untuk digunakan sebagai
AC Switching (Saklar AC) karena dapat megendalikan aliran arus listrik pada dua
arah siklus gelombang bolak-balik AC. Kemampuan inilah yang menjadi kelebihan
dari TRIAC jika dibandingkan dengan SCR. Namun TRIAC pada umumnya tidak
digunakan pada rangkaian switching yang melibatkan daya yang sangat tinggi.
Salah satu alasannya adalah karena karakteristik Switching TRIAC yang non-
simetris dan juga gangguan elektromagnetik yang diciptakan oleh listrik yang
berdaya tinggi itu sendiri.

Ada dua jenis TRIAC diantaranya:


a. Low-Current
Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1
ampere dan mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa
ratus volt.

b. Medium-Current.
Medium-Current TRIACS dapat mengontak sampai kuat arus 40
ampere dan mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000 volt .

3.3 Daftar Komponen dan Alat


1. Modul Dasar Elektronika
2. Osoloskop
3. Multimeter
4. Steker T
5. Data Sheet SCR, TRIAC, DIAC
3.4 Cara Kerja
1. Percobaan A dan B menggunakan tegangan tinggi langsung dari jala-jala.
Praktikan harus benar-benar memperhatikan keselamatan dirinya dan
rekan kerjanya.
2. Gunakan probe 1:10 untuk melakukan pengamatan dengan osiloskop.
Hubungkan osiloskop dengan jala-jala tanpa mengunakan ground dengan
cara meggunakan steker T. Dengan demikian bagian logam dari osiloskop
tidak boleh disentuh selama daya untuk modul dihidupkan karena terdapat
tegangan tinggi. Pengaturan osiloskop dilakukan sebelum melakukan
pengamatan.
3. Sebelum melakukan pengamatan, konsultasikan dulu hal-hal yang belum
jelas kepada asisten praktikan.
3.4.1 Silicon Controlled Rectifier (SCR)
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3.7 saklar daya dalam keadaan
OFF (lampu indikator mati). Hubungkan rangkaian ke jala-jala listrik.

Gambar 3.7 Percobaan Dengan SCR


2. Atur osiloskop pada 10 Volt/Div, 5 mS/Div, kopling DC dan Trigger pada
posisi Internal. Gunakan hanya salah satu kanal saja. Amati bentuk
gelombang pada beban. Kemudian amati pula Anoda-Katoda SCR.
Perhatikan : Gunakan Probe 1:10. Selama memindah-mindahkan probe
dari suatu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain, matikan saklar
daya pada modul.
3. Atur lagi osiloskop pada 0.5 Volt/Div (pengaturan lainnya tetap). Amati
bentuk gelombang pada kapasitor dan Gate-Katode SCR.
4. Pengamatan langkah 2 dan 3 dilakukan untuk dua macam firing delay angle
yang berbeda dengan mengubah potensio 500K. Ukur besarnya hambatan
potensio untuk tiap pengamatan.
Tabel 3.1 percobaan SCR
Polaritas FREKUENSI
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda
Katoda

5. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.8 Lakukan pengamatan seperti


sebelumnya

Gambar 3.8 Percobaan SCR Gelombang Full Wave


Tabel 3.2 Percobaan SCR Full wave
Polaritas FREKUENSI
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda
Katoda

3.4.2 TRIAC dan DIAC

Gambar 3.9 Percobaan dengan TRIAC


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3.9 lakukan pengamatan bentuk
gelombang pada beban (10 V/Div), A1 – A2 (10 V/Div), kapasitor (2 V/Div)
dan pada G – A1 (0.05 V/Div). Pengamatan dilakukan untuk dua sudut yang
berbeda. Apakah simetris sudut sulut belahan positif dan belahan negatif?
Tabel 3.3 percobaan TRIAC
FREKUENSI
Polaritas
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda 1 (220V)
Anoda 2
Katoda

2. Ulangi percoban diatas dengan menggantikan resistor 1K dengan DIAC


(gambar 3.10). Bagaimanakah perbedaan dengan sebelumnya ?
Gambar 3.10 Percobaan TRIAC dan DIAC
Tabel 3.4 Percobaan DIAC dan TRIAC
Polaritas FREKUENSI
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Anoda 1 (220V)
TRIAC Anoda 2
Katoda
Anoda 1 (220V)
DIAC Anoda 2
3.5 Data Hasil Percobaan
3.5.1 Memeriksa Keadaan Dioda
Tabel 3.5 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda
Keadaan
Resistansi Dioda
dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter
Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)

Dioda IN 4002 Analog 2,5 ∞  -


1
penyearah Ge IN34 Analog 2 ∞  -

Dioda 5,1 V Analog 5 ∞  -


2
zener 1 W 9V Analog 4,5 ∞  -
Red Analog 170 200 - 
3 LED
Green Analog 65 ∞  -
Dioda MV
4 Analog 2,5 ∞  -
varactor 2209

3.5.2 Karakteristik V – I ( dengan Multimeter )


Tabel 3.6 Pengukuran Dioda pada Karakteristik V–I (Forward) dengan Multimeter
Bias forward Vd
Dioda Penyearah LED Dioda Zener
Vs IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
(V) ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,0 0,032 0,74 0,031 0,74 0,003 0,104 0 1,07 0,026 0,8 0,022 0,83
1,5 0,11 0,79 0,109 0,8 0,043 1,47 0.001 1,40 0,105 0,84 0,1 0,89

2 0.116 0,79 0,113 0,8 0,009 1,89 0,009 1,96 0,112 0,84 0,105 0,9
Tabel 3.7 Pengukuran Diodapada Karakteristik V–I(Reverse)dengan Multimeter
Bias reverse Vd
Dioda Penyearah LED Dioda Zener
Vs IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
(V) ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1
0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2
0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5
1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0
1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5

2 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0

3.5.3 Penyearah Setengah Gelombang Dengan 1 Dioda


Table 3.8 Pengukuran Dioda Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Dioda
Pengukuran Perhitungan
Vp
RL Vs Multimeter
Rm
15 W Rms Digital IRL VRL PRL F
s
(Ω) (V) IRL Vp VRL Vs (A) (V) (W) (Hz)
(V)
(A) (V) (V) (V)

220 10 18 0,649 220 6,48 18 1,73 17,3 29,93 50

Gambar 3.11 Bentuk Gelombang Penyearah dengan 1 Dioda


3.5.4 Penyearah Gelombang Penuh
3.5.4.1 Menggunakan 2 Dioda
Table 3.9 Pengukuran Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Dioda
Pengukuran Perhitungan
Vp RL Vs Multimeter
Rms 15 W Rms Digital IRL VRL PRL F
(V) (Ω) (V) IRL Vp VRL Vs (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)

220 10 18 1,308 220 13,15 18 1,77 17,79 31,64 100

Gambar 3.12 Bentuk Gelombang Penyearah dengan 2 Dioda

3.5.4.2 Menggunakan 4 Dioda


Table 3.10 Pengukuran Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Dioda
Pengukuran Perhitungan
Vp Vs RL Multimeter
Rms Rms 15 W Digital IRL VRL PRL F
(V) (V) (Ω) IRL Vp VRL Vs (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)

220 18 10 0,64 220 6,44 18 1,73 17,3 29,93 49,95


Gambar 3.13 Bentuk Gelombang Penyearah dengan 4 Dioda

3.5.5 Penyearah Dengan Filter RC


Table 3.11 Pengukuran Dioda Penyearah dengan Filter RC
Pengukuran Perhitungan
Vp Vs RL Multimeter
Rms Rms (15 W) Digital IRL VRL PRL F
(V) (V) Ω IRc Vp VRc Vs (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)

220 18 10 0,68 220 6,77 18 1,73 17,3 29,93 50,10

Gambar 3.14 Bentuk Gelombang Penyearah dengan Filter RC


3.6 Analisa Data Hasil Percobaan
3.6.1 Memeriksa Keadaan Dioda
Tabel 1.12 merupakan data hasil pemeriksaan keadaan dioda
Tabel 3.12 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda.
Keadaan
Resistansi Dioda
dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter
Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)

Dioda IN 4002 Analog 2,5 ∞ 


1
penyearah Ge IN34 Analog 2 ∞ 

Dioda 5,1 V Analog 5 ∞ 


2
zener 1 W 9V Analog 4,5 ∞ 
Red Analog 170 200 
3 LED
Green Analog 65 ∞ 
Dioda MV
4 Analog 2,5 ∞ 
varaktor 2209

Pada pemeriksaan kondisi dari dioda digunakan alat ukur multimeter analog.
Pada pengukuran resistansi dioda diberikan kondisi biasforward dengan switch
range bernilai 0,1 Ω sedangkan pada kondisi reverse bias switch range bernilai 10K
Ω. Setelah melakukan pengukuran barulah bisa diketahui kondisi baik buruknya
suatu dioda.
Dioda merupakan komponen elektronika yang hanya dapat mengalirkan arus
satu arah yaitu dari anoda ke katoda, dioda dikatakan berkondisi baik bila tahanan
bernilai tidak terhingga pada kondisi reverse bias, dioda memiliki nilai tahanan
berbeda-beda saat berkondisi forward bias tergantung spesifikasi dioda itu sendiri.
Nilai tahanan tidak terhingga pada kondisi reverse bias diakibatkan oleh kaoda
mendapatkan arus bernilai positif dan anoda mendapatkan arus bernilai negatif,
sehingga tidak terjadi gaya tarik-menarik.
A. Dioda Penyearah
Berikut merupakan hasil percobaan praktikum pemeriksaan kondisi dioda
penyearah dapat dilihat pada tabel 3.13
Tabel 1.16 Data Hasil Pemeriksaan Kondisi Dioda Penyearah
Keadaan
Resistansi Dioda
diode
No Jenis dan tipe diode Multimeter
Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
IN 4002 Analog 2,5 ∞ 
Dioda
1 Ge
penyearah Analog 2 ∞ 
IN34

Dari data pada tabel diatas diketahui bahwa dioda penyearah IN 4002 dan
GE IN 34 berada pada kondisi baik. Karena pada kondisi bias forward dioda memiliki
nilai tahanan sebesar 2,5Ω untuk IN 4002 dan 2Ω untuk GE IN 34, sehingga arus
listrik dapat mengalir dari anoda menuju katoda. Sedangkan pada kondisi reverse
bias menunjukan tahanan bernilai tidak terhingga, sehingga arus listrik tidak dapat
mengalir dan tertahan pada dioda.

B. Dioda Zener
Berikut merupakan hasil percobaan praktikum pemeriksaan kondisi dioda
zener dapat dilihat pada tabel 1.17.
Tabel 1.17 Data Hasil Pemerikasaan Kondisi Dioda Zener
Keadaan
Resistansi Dioda
Jenis dan tipe diode
No Multimeter
diode Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
Dioda 5,1 V Analog 5 ∞ 
1 zener 1
9V Analog 4,5 ∞ 
W
Dari data pada tabel diatas diketahui bahwa dioda zener 5,1 V dan 9 V
berada pada kondisi baik. Karena pada kondisi bias forwarddioda zener memiliki
nilai tahanan sebesar 5Ω untuk dioda zener 5,1V dan 4,5Ω pada dioda zener 9V
sehingga arus listrik dapat dialirkan dari anoda menuju katoda. Sedangkan pada
kondisi reverse biasdioda zener menunjukan tahanan bernilai tidak terhingga,
dengan nilai tahanan tidak terhingga ini arus listrik tidak dapat dialirkan.

C. Light Emiting Diode(LED)


Berikut merupakan hasil percobaan praktikum pemeriksaan kondisi dioda
zener dapat dilihat pada tabel 1.18.
Tabel 1.18 Data Hasil Pemerikasaan Kondisi Light Emiting Diode
Keadaan
Resistansi Dioda
dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter
Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
Red Analog 170 200 
1 LED
Green Analog 65 ∞ 

Dari data pada tabel diatas diketahui pemeriksaan kondisi LED redpada
kondisi bias forward menunjukan nilai tahanan sebesar 170 Ωdan reverse
biasmenunjukan nilai tahanan sebesar 200Ω, kondisi tersebut tidak sesuai dengan
karakteristik dari dioda yaitu hanya memiliki nilai tahanan tertentu pada kondisi bias
forwarddan tahanan bernilai tidak terhingga pada kondisi reverse bias. Sehingga
LED reddapat dikatakan berkondisi tidak layak.
Pada pemeriksaan kondisi LED green, bias forward LED green menunjukan
tahanan sebesar 56 Ωdan pada kondisi reverse biastahanan bernilai tidak terhingga.
Sehingga LED green dapat dikatakan berkondisi baik.
D. Dioda Varaktor
Berikut merupakan hasil percobaan praktikum pemeriksaan kondisi dioda
varaktor dapat dilihat pada tabel 1.19.
Tabel 1.19 Data Hasil Pemerikasaan Kondisi Dioda Varaktor
Keadaan
Resistansi Dioda
dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter
Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
Dioda
1 MV 2209 Analog 2,5 ∞ 
varaktor

Dari data pada tabel diatas diketahui bahwa dioda varaktor berada pada
kondisi baik. Karena pada kondisi bias forward dioda varactor memiliki nilai tahanan
sebesar 2,5Ω dengan tahanan yang tidak cukup besar maka arus listrik dapat
mengalir dari anoda menuju katoda. Sedangkan pada kondisi reverse bias
menunjukan tahanan bernilai tidak terhingga, sehingga arus listrik tidak dapat
mengalir dan tertahan pada dioda.
1.6.1. Analisa Karakteristik V-I (dengan Multimeter)
Tabel 1.20 dan 1.21 adalah hasil pengukuran arus dan tegangan pada dioda
dengan kondisi bias forward dan reverse bias :
Tabel 1.20 Pengukuran Dioda pada Karakteristik V–I (Forward) dengan Multimeter
Bias forward Vd
Dioda Penyearah LED Dioda Zener
Vs IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
(V) ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,0 0,032 0,74 0,031 0,74 0,003 0,104 0 1,07 0,026 0,8 0,022 0,83
1,5 0,11 0,79 0,109 0,8 0,043 1,47 0.001 1,40 0,105 0,84 0,1 0,89

2 0.116 0,79 0,113 0,8 0,009 1,89 0,009 1,96 0,112 0,84 0,105 0,9

Tabel 1.21 Pengukuran Dioda pada Karakteristik V–I (Reverse) dengan Multimeter
Bias reverse Vd
Dioda Penyearah LED Dioda Zener
Vs IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
(V) ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1
0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2
0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5
1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0
1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5

2 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0


1.6.2.1 Perhitungan Persentase Kesalahan pada IN 4002

Karakteristik Dioda Penyearah IN


4002 Forward Bias dan Reserve Bias
0.15
perubahan Arus

0.116
0.1 0.111

0.05
0.032
0 0 0 0 0 00 0 0 0 0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1
-0.05

Perubahan Tegangan
Forward bias Reserve Bias

Gambar 3.15 Grafik Karakteristik Dioda Penyearah IN 4002 dan GE IN 34

Dari gambar 3.15 arus listrik nilainya meningkat saat diberikan tegangan
0,5 Volt dalam kondisi bias forward, arus listrik semakin meningkat setelah
mendapatkan tegangan lebih dari 0,7 Volt, karena tegangan kerja dari dioda ini
adalah 0,7 Volt. Pada kondisi reverse bias arus tidak dapat mengalir sehingga arus
listrik sama dengan 0 A.
Berdasarkan pada persamaan 1.2 dapat diperoleh nilai VD untuk dioda jenis
silikon adalah 0.7 Volt, sehingga dapat dihitung secara matematis nilai arus pada
dioda jenis IN 4002 sebagai berikut :
1,0 − 0,7
Vs = 1,0 Volt maka I = = 0,03 A
10
1,5 − 0,7
Vs = 1,5 Volt maka I = = 0,08 A
10
2,0 − 0,7
Vs = 2,0 Volt maka I = = 0,13 A
10
Dari data yang didapatkan melalui hasil percobaan dan hasil perhitungn
persamaan maka dapat diketahui persentase kesalahan pada ID dengan
menggunakan persamaan 1.3 sebagai berikut :
0,03 − 0,032
% Kesalahan = | | × 100 % = 6,67 %
0,03
0,08 − 0.11
% Kesalahan = | | × 100 % = 37,5 %
0,08
0,13 − 0,116
% Kesalahan = | | × 100 % = 10,7 %
0,13

Tabel 1.22 Persentase Kesalahan ID BiasForwardVoltage (V) pada IN 4002

ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan (%)
(Pengukuran) (Teori)

1 1,0 0,032 0,03 6,67%

2 1,5 0,11 0,08 37,5 %

3 2,0 0,116 0,13 10,7 %

Dari data yang telah ada dioda merupakan komponen elektronika yang
dapat digunakan sebagai penghambat arus pada kondisi reverse bias dengan nilai
tahanan mencapai tidak terhingga, sedangkan pada kondisi bias forward memiliki
nilai tahanan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dioda IN 4002 berada
dalam kondisi baik, karena tidak menghantarkan arus pada kondisi reverse bias.
Pada tabel 1.22 dapat ditarik analisis terdapat kesalahan pengukuran yang
disebabkan oleh perbedaan antara nilai arus listrik hasil pengukuran dengan nilai
arus listrik hasil dari persamaan atau teori, kesalahan pengukuran menggunakan
faktor persentase karena dapat dengan mudah dipahami seberapa besar nilai
perbedaannya. Faktor penyebab munculnya kesalahan pengukuran ini berupa faktor
internal berupa alat ukur yang tidak dikaibrasi, daya pada baterai tidak mencukupi,
serta usia dari alat dan komponen. Faktor eksternal berupa kesalahan praktikan
menggunakan alat ukur dan kesalahan merangkai rangkaian.
1.6.2.2 Perhitungan Persentase Kesalahan pada GE IN 34

Karakteristik Dioda Penyearah GE IN 34


Forward Bias dan Reserve Bias
0.14
0.113
0.12
perubahan Arus

0.109
0.1
0.08
0.06
0.04
0.031
0.02
0 0 0 0 0 00 0 0 0 0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.02 0 0.5 1

Perubahan Tegangan
Forward bias Reserve Bias

Gambar 3.16 Grafik Karaakteristik Dioda Penyearah GE IN 34

Grafik diatas merupakan grafik hasil percobaan pengukuran menggunakan


multimeter, dapat dilihat bahwa dioda akan mengalirkan arus semakin banyak jika
mendapatkan tegangan diatas 0,7 Volt kondisi bias forward, dan pada kondisi
reverse bias dioda tidak mengalirkan arus listrik. Untuk perhitungan dioda GE IN 34.
Nilai dari VD dari dioda jenis germanium adalah 0.3 Volt.
Dengan persamaan 1.2 maka dapat dihitung nilai arus pada dioda
penyearah GE IN 34 sebagai berikut:

1,0 − 0,3
Vs = 1,0 Volt maka I = = 0,07 A
10
1,5 − 0,3
Vs = 1,5 Volt maka I = = 0,12 A
10
2 − 0,3
Vs = 2 Volt maka I = = 0,17 A
10

Dari data hasil perhitungan teori di atas dan hasil percobaan maka dapat
diketahui kesalahan pengukuran ID dengan menggunakan persamaan 1.3 sebagai
berikut:
0.07 − 0,031
% Kesalahan = | | × 100 % = 55,7%
0.07
0.12 − 0,109
% Kesalahan = | | × 100 % = 9,1%
0.12
0.17 − 0.113
% Kesalahan = | | × 100 % = 33,5%
0.17
Tabel 1.23 Persentase Kesalahan pada Dioda Penyearah Bias Forward
ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan (%)
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,031 0,7 55,7 %
2 1,5 0,109 0,12 9,1 %
3 2,0 0,113 0,17 33,5 %

Dioda merupakan komponen yang hanya mengalirkan arus pada kondisi bias
forward, dan akan menghambat arus pada kondisireverse biasdengan nilai tahanan
tidak terhingga. Dari tabel 1.23 dapat dilihat antra arus yang diukur secara langsung
dengan hasil perhitungan (teori) menggunakan persamaan terdapat perbedaan nilai
ini menimbulkan persentase kesalahan pengukuran. Perbedaan nilai ini diakibatkan
oleh faktor internal dan eksternal sebagai contoh alat yang digunakan sudah lama
tidak dikalibrasi, kesalahan penempatan posisi alat ukur saat dipergunakan,
tegangan baterai alat ukur tidak mencukupi serta usia dari komponen yang diukur,
untuk faktor eksternal merupakan kesalahan dari praktikan saat mempergunakan
alat ukur dan merangkai rangkaian.
Hasil analisis dari dioda GE IN 4002 dioda dalam kondisi baik walaupun
terdapat perbedaan nilai antara teori dengan pengukuran, namun pada kondisi
reverse bias dioda ini memiliki nilai tahanan tidak terhingga sehingga dioda ini
masihdapat digunakan sebagai dioda penyearah.
1.6.2.3 Perhitungan Persentase Kesalahan pada LED Green

Karakteristik LED GREEN Forward Bias


dan Reverse Bias
0.0035
perubahan Arus

0.003 0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001 0.001
0.0005
0 0 0 0 000 0 0 0 0 0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5
-0.0005 0 0.5 1 1.5 2 2.5

Perubahan Tegangan
Forward bias Reserve Bias

Gambar 3.17 Grafik Karakteristik dari LED Green

Pada grafik diatas LED greenmulai mengalirkan aris listrik pada tegangan
diatas 1 Volt, namun arus yang dialirkan bernilai sangat kecil, karena tegangan kerja
dari LED green ialah 1,9 Volt, pada kondisi reverse biasLED greenmasih dapat
bekerja dengan baik sebagai penakan arus listrik. Karena untuk LED green memiliki
VD(tegangan kerja) sebesar 1,9 Volt. Dengan persamaan 1.2 maka didapatkan
IDsecara teori yaitu :

2,0 − 1,9
Vs = 2,0 Volt maka I = = 0,01 A
10

Untuk persentase kesalahan pengukuran IDdari LED green dapat


digunakan persamaan 1.3 sebagai berikut:
0,01 − 0.003
% Kesalahan = | | × 100 % = 70 %
0,01
Tabel 1.24 Persentase Kesalahan ID Bias ForwardVoltage (V) pada LED Green
ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan (%)
(Pengukuran) (Teori)
1 2,0 0,003 0,01 70 %

Dioda memiliki karakteristik akan menghantarkan arus pada kondisi bias


forward, dan menghambat arus pada kondisi bias reverse. Dari hasil grafik
diperlihatkan bahwa LED green masih bekerja dengan normal, namun sepantasnya
pada tegangan 1,5 Volt LED green tidak mengalirkan arus, tetapi pada saat
pengukuran LED green mengalirkan arus dengan nilai yang sangat kecil yaitu 0,001
Volt nilai tersebut dapat diabaikan karena pada tegangan tersebut LED belum
menghasilkan cahaya. Kesalahan pengukuran ini diakibatkan oleh faktor internal
berupa kondisi alat ukur yang belum dikalibrasi dan umur komponen sehingga
tahanan jenisnya meningkat maupun berkurang, serta faktor eksternal berupa
kesalah praktikan menggunakan alat ukur.
Dari perbandingan antar teori dengan percobaan, yang dimana tegangan
kerja dari LED green 1,9 Volt dengan percobaan menunjukan hasil yang
berkesesuaian. Dimana arus listrik pada saat tegangan input bernilai 2 Volt barulah
muncul arus listrik sebesar 0.003 A dan cahaya redup pada LED green. Sehingga
hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada.
1.6.2.4 Perhitungan Persentase Kesalahan pada LED Red

Karakteristik LED RED Forward Bias dan


Reverse
0.05
Bias
0.043
0.04
perubahan Arus

0.03
0.02
0.01
0.003 0.009
0 0 0 0 000000 0
-3 -2 -1 0 1 2 3
-0.01
Perubahan Tegangan
Forward bias Reserve Bias

Gambar 3.18 Grafik Karakteristik LED red

Dari grafik dapat dilihat nilai dari arus listrik pada kondisi bias forward
berubah sangat signifikan. Pada teori LED red akan mengalirkan arus saat
mendapat tegangan kerja sebesar 1,9 Volt. Namun pada grafik LED sudah
mengalirkan arus 0,003 A saat mendapat tegangan sebesar 1 Volt dan pada
tegangan 1,47 Volt LED red sudah mengalirkan arus listrik yang nilainya lebih besar
dari arus pada tegangan 1,89 Volt. Dari bentuk grafik diatas dapat diketahui bahwa
LED red telah mengalami kerusakan. Secara standar VD dari LED red adalah 1,9
Volt, dengan perhitungan matematis arus pada dioda jenis LED red dapat dihitung
dengan persamaan 1.2 sebagai berikut:
2,0 − 1,9
Vs = 2,0 Volt maka I = = 0,01 A
10

Untuk persentase kesalahan akibat dari selisih antara perhitungan dengan


percobaan digunakan persamaan 1.3 sebagai berikut:

0.01 − 0.009
% Kesalahan = | | × 100 % = 10 %
0,01
Tabel 1.25 Persentase Kesalahan ID Bias Forward Voltage (V) pada LED Red
ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan (%)
(Pengukuran) (Teori)
1 2,0 0,009 0,01 10 %

Dari data diatas menunjukan adanya penyimpangan pada saat pengukuran


arus listrik yang mengalir pada LED red. Penyimpangan ini bisa disebabkan oleh
faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal berupa kerusakan dari alat ukur,
kerusakan dari komponen yang diukur dan faktor eksternal berupa kesalahan
praktikan menggunakan alat ukur ataupun kesalahan pembacaan hasil pengukuran.
Prinsip kerja dari dioda LED red dan green semain besar tegangan yang
masuk semakin besar pula arus listrik yang dapat dialirkan dan semakin terang
cahaya yang dipancarkan oleh LED itu sendiri.
Dengan data yang diperoleh dari percobaan dengan teori pada tegangan
input sebesar 2 Volt perdapat kesalahan pengukuran sebesar 10% ini menunjukan
pada tegangan ini LED red bekerja sesuai dengan teori. Namun pada tegangan
dibawah 2 Volt hasil pengukuran menunjukan penyimpangan yang sangat signifikan.
Dengan begitu LED red ini dapat dikatakan sudah tidak layak dipergunakan.

1.6.2.5 Perhitungan Persentase Kesalahan pada Dioda Zener 5,1

0.12
0.112
0.1 0.105

0.08
0.06
perubahan Arus

0.04
0.02 0.026

0 0 0 0 0 00 0 0 0 0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.02 0 0.5 1

Perubahan Tegangan
Forward bias Reserve Bias

Gambar 3.19Grafik Karekteristik Dioda Zener 5,1 Volt


Dari grafik diatas diketahui dioda Zener 5,1 mengalami peningkatan arus
listrik setelah mendapat tegangan lebih dari 0,7 Volt pada kondisi bias forward
sedangkan pada kondisi reverse bias dioda menghambat arus listrik. Dioda zener
merupakan dioda dengan tegangan breakdown yang sangat kecil, untuk tegangan
VD dari dioda zener sebesar 0.7 Volt. Hasil perhitungan arus ID pada dioda zener
tipe 5,1 Volt dengan persamaan 1.2 sebagai berikut:
1,0 − 0,7
Vs = 1,0 Volt maka I = = 0,03 A
10
1,5 − 0,7
Vs = 1,5 Volt maka I = = 0,08 A
10
2,0 − 0,7
Vs = 2,0 Volt maka I = = 0,13 A
10
Persentase kesalahan dari dioda zener tipe 5,1 yang merupakan
persentase akibat perbedaan dari hasil teori dengan percobaan, dapat dihitung
dengan persamaan 1.3 sebagai berikut:
0,03 − 0,026
% Kesalahan = | | × 100 % = 13,33 %
0,03
0.08 − 0,105
% Kesalahan = | | × 100 % = 31,25 %
0,08
0,13 − 0,112
% Kesalahan = | | × 100 % = 13,8%
0,13
Tabel 1.26 Presentase Kesalahan ID Bias Forward Voltage (V) pada Dioda Zener 5,1 Volt
ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan (%)
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,026 0,03 13,33%
2 1,5 0,105 0,8 31,25 %
3 2,0 0,112 0,13 13,8 %

Dari data diatas diketahui bahwa dioda zener masih bekerja dengan
normal, ini dilihat dari arus listrik yang dialirkan sebanding dengan besarnya
tegangan input pada bias forward, dan pada kondisi reverse biastidak mengalirkan
arus listrik,
Pada hasil pengukuran terdapat persentase kesalaha dengan nilai 31,25
%. Namun persentase kesalahan ini tidak dapat dijadikan acuan apakan dioda zener
ini dalam kondisi baik atau buruk. Kondisi baik dioda dapat diketahui saat
nilairesistansi mencapai nilai tidak terhingga pada kondisi reverse bias, dioda
berkondisi buruk saat nilai resistansi pada kondisi reverse bias menunjukan nilai
tertentu. Dari data-data diatas maka didapat hasil analisis bahwa dioda zener 5,1 V
masih bekerja dengan kondisi baik.
Tingginya persentase kesalahan dari data diatas diakibatkan faktor internal
yaitu kerusakan pada alat ukur, nilai resistansi tahan yang berkurang ataupun
bertambah, belum terkalibrasinya alat ukur dan faktor eksternal berupa kesalahan
yang dilakukan praktikan.

1.6.2.6 Perhitungan Persentase Kesalahan pada Dioda Zener 9 Volt

Karakteristik Dioda Zener 9 V Forward Bias


dan
Reverse Bias
0.12 0.105
perubahan Arus

0.1 0.1
0.08
0.06
0.04
0.02 0.022
0 0 0 0 000 0 0 0 0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5-0.02 0 0.5 1 1.5

Perubahan Tegangan
Forward bias Reserve Bias

Gambar 3.20 Grafik Karakteristik Dioda Zener 9 Volt

Pada grafik diatas diketahui arus listrik yang dialirkan meningkat sebanding
dengan besarnya tegangan yang diberikan pada kondisi bias forward, sebaliknya
pada kondisi reverse bias arus listrik ditahan, sesuai dengan prinsip dasar dari
dioda. Untuk dioda zener tipe 9 Volt memiliki tegangan VD sebesar 0,7 Volt sama
dengan dioda tipe 5,1 Volt.
Untuk pengukuran arus listrik yang mengalir pada dioda zener tipe 9 Volt
digunakan persamaan 1.2 sebagai berikut:
1,0 − 0,7
Vs = 1,0 Volt maka I = = 0,03 A
10
1,5 − 0,7
Vs = 1,5 Volt maka I = = 0,08 A
10
2,0 − 0,7
Vs = 2,0 Volt maka I = = 0,13 A
10

Dari data hasil percobaan dengan hasil perhitungan maka dapat ditemukan
persentase kesalahannya menggunakan persamaan 1,3 sebagai berikut:
0,03 − 0,022
% Kesalahan = | | × 100 % = 26,6 %
0,03
0,08 − 0,1
% Kesalahan = | | × 100 % = 25 %
0,08
0,13 − 0,105
% Kesalahan = | | × 100 % = 19,23 %
0,13

Tabel 1.27 Persentase Kesalahan ID Bias Forward Voltage pada Dioda Zener 9 Volt
ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan (%)
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,022 0,03 26,6%
2 1,5 0,1 0,8 25 %
3 2,0 0,105 0,13 19,23 %

Dari data diatas dioda zener 9 V masih bekerja dengan baik.Karena masih
memenuhi syarat dioda penyearah yaitu menghambat arus listrik pada kondisi
reverse bias dan mengalirkan arus listrik dengan jumlah tertentu pada kondisi bias
forward(teori). Pada hasil percobaan menunjukan dioda zener bekerja sebagai
penghambat arus listrik pada kondisi reverse bias, dengan demikian hasil percobaan
memiliki kesamaan dengan dasar teori.
Pada tabeldata diatas dapat diketahui juga perbedaan antara hasil
perhitungan menggunakan persamaan dengan hasil percobaan. Faktor
penyebabnya berupa faktor internal dari alat ukur itu sendiri dan faktor eksternal
dari kesalahan praktikan dalam mengunakan alat ukur.

1.6.2. Analisis Penyearah Setengah Gelombang dengan Satu Dioda


Pada sistem penyearah setengah gelombang denga satu dioda. Dioda hanya
bekerja melawatkan arus listrik AC dengan nilai posistif (kondisi bias forward) dan
saat menerima arus AC bernilai negatif maka dioda akan berkondisi reverse bias,
sehingga dioda akan bekerja menahan arus listrik. Berikut merupakan bentuk
gelombang penyearah dengan satu dioda:

Gambar 3.21 Bentuk Gelombang Penyearah dengan Satu Dioda


1. Perhitungan Secara Teori
Berikut merupakan hasil percobaan praktikum untuk analisis penyearah
setengah gelombang dengan satu dioda, dapat dilihat pada tabel 1.21 sebagai
berikut:
Tabel 1.28 Pengukuran Dioda Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Dioda
Pengukuran Perhitungan

Vp Vs Multimeter
RL
Rms Rms Digital IRL VRL PRL F
(15 W)
(V) (V) IRL Vp VRL Vs (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)

220 10 Ω 18 0,649 220 6,48 18 1,73 17,3 29,93 50


Berikut merupakan persamaan (secara teori) yang dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai dari IRL, VRL dan PRL:
VRL = Vs - VD ..............................................................(1.4)
𝑉𝑅𝐿
IRL = ....................................................................(1.5)
𝑅

PRL = (𝑉𝑅𝐿 ) (𝐼.𝑅𝐿. ) ......................................................(1.6)

Dari data pada tabel 1.28 maka dapat diketahui nilai dari IRL, VRL dan
PRL yang merupakan hasil perhitungan, sebagai berikut:
VRL = V s - VD
= 18 – 0.7 = 17,3 V
𝑉𝑅𝐿 17.3
IRL = = = 1,73 𝐴
𝑅 10

PRL = 𝑉𝑅𝐿 . 𝐼𝑅𝐿 = (17.3) × (1.73) = 29.93 𝑊

Keterangan :
VD (tegangan kerja dioda silikon) = 0,7 Volt

2. Persentase kesalahan
Dari tabel 1.28 dapat dicari persentase kesalahan (|%E|) dengan
menggunakan persamaan 1.3 sebagai berikut.
Persentase kesalahan IRL :
1.73 − 0.649
|%𝐸| = | × 100%| = 62,50%
1.73

Persentase Kesalahan VRL:


17.3 − 6,48
|%𝐸| = | × 100%| = 62,54%
17.3
Tabel 1.29 Persentase Kesalahan
Pengukuran Multimeter
Perhitungan Persentase Kesalahan
Digital

IRL VRL IRL VRL IRL VRL

0,649 A 6,48 V 1,73 A 17,3 V 62,50% 62,54%

Nilai arus dan tegangan yang diperoleh dari percobaan dengan hasil
perhitungan menggunakan persamaan memiliki nilai yang berbeda. Hal ini
diakibatkan oleh faktor internal dari alat ukur serta kondisi dari komponen dan faktor
eksternal berupa kesalahan praktikan menggunakan alat ukur dan kesalahan
merangkai komponen.

3. Gambar hasil percobaan

Gambar 3.22 Gelombang Hasil Percobaan Dioda Penyearah


Setengah Gelombang dengan Satu Dioda

Pada penyearah setengah gelombang hanya dengan menggunakan satu


buah dioda untuk menyearahkan tegangan AC. Cara kerjanya yaitu hanya akan
meneruskan sinyal sisi positif dari tegangan AC dari transformator, saat output
transformator memberikan sisi positif sinyal AC maka dioda dalam kondisi
biasforward arus listrik kemudian dilewatkan begitu saja, namun saat output
transformator memberikan sinyal negatif AC maka dioda akan berkondisi
reversebiassehingga arus negatif tidak akan dilewatkan, pada gambar 3.22
gelombang berwarna kuning merupakan bentuk gelombang AC yang belum
disearahkan. Gelombang berwarna biru merupakan bentuk gelombang AC yang
sudah disearahkan.
Berdasarkan gambar 3.22 dapat dianalisis bahwa hasil praktikum sama
dengan teori yang ada yaitu dioda hanya akan mengambil arus bernilai positif dari
gelombang AC. Pada saat arus bernilai positif maka dioda akan berkondisi bias
forwardmaka sisi positif dari arus AC akan dilewatkan dan pada saat dioda
mendapatkan arus negatif dioda akan berkondisi reverse bias.

1.6.3. Analisis Penyearah Gelombang Penuh


A. Analisis penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda.
Sistem penyearah gelombang penuh dengan dua dioda, cara kerjanya
ialah membuat kedua buah dioda ini bekerja bergantian. Saat dioda 1 berkondisi
bias forward maka dioda 2 akan berkondisi reverse bias begitu pula sebaliknya, saat
arus AC memberikan sisi negatif maka trafo CT akan bekerja membalik fase dari
gelombang AC tersebut, sehingga menghasilkan bentuk gelombang sebagai berikut:

Gambar 3.23 Bentuk Gelombanga Penyearah dengan 2 Dioda


Pada sistem penyearah ini menggunakan dioda silikon yang akan mulai
bekerja menghantarkan arus setelah mendapatkan tegangan 0,7 Volt. Pada
penyearah gelombang dengan dua dioda ini D1 dan D2 dipararel sehingga besar nilai
VD pada penyearah gelombang penuh dengan dua dioda ini dapat ditemukan
dengan persamaan sebagai berikut:
D1 x D2
VD = .........................................................(1.7)
D1 + D2

Sehingga pada perhitungan penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda


didapatkan VD berdasarkan persamaan 1.7 sebagai berikut:

0,7 X 0,7
VD = = 0,35 V
0,7 + 0,7

1. Perhitungan secara teori


Berikut merupakan hasil percobaan praktikum untuk analisis penyearah
gelombang penuh dengan dua dioda, dapat dilihat pada tabel 1.30 sebagai berikut:
Tabel 1.30 Pengukuran Dioda Dengan Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Dioda
Pengukuran Perhitungan
Vp RL Vs Multimeter
Rms (15 W) Rms Digital IRL VRL PRL F
(V) Ω (V) IRL Vp VRL Vs (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)

220 10 18 1,308 220 13,15 18 1,76 17,62 31,04 100


Dengan data dari hasil pengukuran yang diketahui dapat dihitung berapa
nilai dari IRL, VRL, PRL. Dengan mengunakan persamaan 1.4, 1.5 dan 1.6,untuknilai
dari frekuensi dapat dilihat pada osiloskop. Berikut merupakan hasil perhitungan
menggunakan persamaan:
VD = 0,35 V
VRL = Vs - VD
= 18 – (0,35)= 17,62 V
𝑉𝑅𝐿 17,62
IRL = 𝑅
= 10
= 1,762 𝐴

PRL = 𝑉𝑅𝐿 . 𝐼𝑅𝐿 = (17,62) × (1,762) = 31,04 𝑊

2. Persentase kesalahan
Dengan data dari tabel di atas dapat dicari persentase kesalahan
pengukuran dengan persamaan 1.3. Persentase kesalahan IRL :
1,762 − 1,308
|%𝐸| = | × 100%| = 25.76%
1.762
Persentase Kesalahan VRL
17.62 – 13,15
|%𝐸| = | × 100%| = 25.36%
17.62

Tabel 1.31 Persentase kesalahan


Pengukuran Multimeter
Perhitungan Persentase Kesalahan
Digital

IRL VRL IRL VRL IRL VRL

1,308 A 13,15 V 1,762 A 17,62 V 25,76% 25,36%


3. Gambar hasil percobaan

Gambar 3.24 Gelompang Hasil Percobaan Dioda Penyearah dengan 2 Dioda

Prinsip kerja dari penyearah dengan dua dioda berdasarkan teori, dioda
akan bekerja bergantian, saat D1 mendapat sinyal positif AC kondisi biasforward
maka arus akan diteruskan dan D2 dalam kondisi reversebias. Saat D2 dalam kondisi
biasforward maka D1 akan berkondisi reversebias. Dari gambar 3.24 gelombang
berwarna kuning merupakan tegangan jala-jala yang masih memiliki sisi negatif
pada gelombangnya. Gelombang berwarna biru merupakan hasil penyearah
gelombang penuh dengan 2 dioda dan transformator CT, pada gelombang ini tidak
terdapat gelombang negatif.
Dari data diatas di dapat analisis bahwa bentuk gelombanng pada teori
sama dengan bentuk gelombang hasil praktikum, sehingga teori dan hasil praktikum
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

B. Analisi Penyearah Gelombang Penuh Dengan 4 Dioda


Sistem penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda, pada sistem ini dua
dioda akan bekerja pada kondisi yang sama (bias forward) dan dua dioda lainya
bekerja pada kondisi reverse bias. Sehingga akan didapatkan hasil gelombang
sebagai berikut:
Gambar 3.25 Bentuk Gelombang Penyearah dengan 4 Dioda

Pada sistem penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda menggunakan


dioda jenis(Si) dengan tegangan kerja 0,7 Volt. Sistem perangkaiannya D1 pararel
dengan D3 dan D2 pararel dengan D4, sehingga membuat besaran nilai dari VD
berubah, perhitungan perubahan nilai ini dapat digunakan persamaan 1.7 sebagai
berikut:
0,7 X 0,7 0,7 X 0,7
VD = + = 0,7 Volt
0,7 + 0,7 0,7 + 0,7

1. Perhitungan secara teori


Berikut merupakan hasil percobaan praktikum untuk analisis penyearah
gelombang penuh dengan empat dioda, dapat dilihat pada tabel 1.32 sebagai
berikut:

Tabel 1.32 Pengukuran Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Dioda


Pengukuran Perhitungan
Vp Vs RL Multimeter
Rms Rms (15 W) Digital IRL VRL PRL F
(V) (V) (Ω) IRL Vp VRL Vs (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)

220 18 10 0,64 220 6,44 18 1,73 17,3 29,93 49,95


Cara mendapatkan nilai dari VRL, IRL, PRL menggunakan persamaan 1.4, 1.5 dan 1.6
sehingga didapat hasil sebagai berikut:
VD = 0.35 + 0.35 = 0.7 V
VRL = Vs - VD
= 18 – (0,7)= 17.3 V
𝑉𝑅𝐿 17.3
IRL = 𝑅
= 10
= 1.73 𝐴

PRL = 𝑉𝑅𝐿 . 𝐼𝑅𝐿 = (17.3) × (1.73) = 29.93 𝑊

2. Persentase Kesalahan
Dari tabel diatas didapat nilai hasil teori dari persamaan dan nilai dari
percobaan, kedua nilai tersebut sedikit berbeda. Sehingga untuk menentukan
persentase kesalahan dapat digunakan persamaan 1.3 sebagai berikut :
Persentase Kesalahan IRL:
1,73 − 0,64
|%𝐸| = | 𝑥 100%| = 63%
1,73
Persentase Kesalahan VRL:
17,3 − 6,44
|%𝐸| = | 𝑥 100%| = 62%
17,3

Tabel 1.33 Persentase Kesalahan


Pengukuran Multimeter
Perhitungan Persentase Kesalahan
Digital

IRL VRL IRL VRL IRL VRL

0,64 A 6.44 V 1,73A 17,3 V 63% 62%

Dari data pada tabel di atas terdapat besar sekali perbedaan nilai
antara atus dengan tegangan pada hasil persamaan dengan hasil percobaan. Faktor
yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain kondisi dari komponen yang diuji,
kurangnya pengkalibrasian alat ukur atau daya baterai pada alat ukur yang tidak
cukup, serta kesalahan dari praktikan menggunakan alat ukur atau kesalahan
praktikan merangkai komponen.

3. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 3.26 Gelombang Hasil Penyearah 4 Dioda

Pada gambar di atas diperlihatkan bentuk gelombang dari penyearah


dengan 4 dioda, gelombang berwarna kuning merupakan tegangan jala-jala dari
PLN dan gelombang berwarna biru berupakan hasil penyearah 4 dioda. Pada
rangkaian ini dua buah dioda bekerja bersamaan dalam kondisi bias forward dan 2
dioda lainnya berkondisi reverse bias. Siklus tersebut kemudian saling bergantian
akibat dari nilai dari tegangan AC yang berubah dari sisi pofitif ke sisi negatif.
Analisis dari hasil percobaan ini pada gambar 3.26 memperlihatkan
masih terbentuknya lembah, namun secara teori menyatakan bahwa bentuk
gelombang merupakan gelombang penuh sama dengan gambar 3.25, bentuk
gelombang pada gambar 3.26 menghasilkan lembah diakibatkan kerusakan pada
dioda.Sehingga pada saat kondisi reverse bias dioda yang sepantasnya
menghambat arus listrik, mengalirkan arus tersebut karena telah terjadi avalance
(longsoran) akibat tidak kuatnya dioda menahan muatan listrik saat dioda pada
kondisi reverse bias

C. Analisis Penyearah dengan Filter RC


Pada penyearah gelombang penuh dengan filter RC. Filter RC pada sistem
penyearah ini berfungsi untuk mendapatkan tegangan output searah yang rata dari
rangkaian rectifieratau dapat dikatakan agar nilai ripple mengecil sehingga bentuk
gelombang hasil penyearahan dengan filter RC ini menyerupai bentuk gelombang
pada arus DC. Berikut merupakan bentuk gelombang penyearah dengan flter RC:

Gambar 3.27 Bentuk Gelombang dengan Filter RC

Menurunnya nilai ripple pada bentuk gelombang gambar 3.27 di sebabkan


pemasangan kapasitor secara pararel dengan resistor, pada saat mendapat
tegangan listrik maka kapasitor akan mengisi muatannya (menyerap energi) hingga
tegangan maksimum. Pada saat tegangan menurun maka kapasitor akan
melepaskan energi yang disimpannya melalui beban. Begitu tegangan listrik naik
kapasitor akan mengisi energi kembali, begitu seterusnya.
Pada sistem penyearah ini menggunakan dioda silikon dengan tegangan
kerja 0,7 Volt, sejumlah 4 buah dioda, sama dengan sebelumnya karena
menggunakan empat dioda maka VD dari dioda ini akan berubah dengan persamaan
1.7 sebagai berikut:

0,7 X 0,7 0,7 X 0,7


VD = + = 0,7 Volt
0,7 + 0,7 0,7 + 0,7
1. Perhitungan Secara Teori.
Berikut merupakan hasil percobaan praktikum untuk analisis penyearah
gelombang penuh dengan filter RC, dapat dilihat pada tabel 1.34 sebagai berikut:
Tabel 1.34 Pengukuran Dioda Penyearah dengan Filter RC
Pengukuran Perhitungan
Vp
Vs RL Multimeter
Rms
Rms (15 W) Digital IRL VRL PRL F
(V) Ω IRc Vp VRc Vs (A) (V) (W) (Hz)
(V)
(A( (V) (V) (V)
220 18 10 0,68 220 6,77 18 1,73 17,3 29,93 50,10

Untuk mendapatkan nilai dari dari VRL, IRL, PRLdapat digunakan


persamaan 1.4, 1.5, dan 1.6 sehingga didapat hasil di bawah ini :
VD = 0,7 Volt
VRL = Vs - VD
= 18 – (0.7)= 17.3 Volt
𝑉𝑅𝐿 17.3
IRL = = = 1.73 𝐴
𝑅 10

PRL = 𝑉𝑅𝐿 . 𝐼𝑅𝐿 = (17.3)(1.73) = 29.93 𝑊


Untuk mendapatkan faktor Ripple dapat menggunakan persamaan:
Vrms
Ripple= Vdc
x 100%......................................(1.8)

Untuk mencari tegangan regulsi dapat menggunakan persamaan:


Vnl−Vfl
Vreg = x 100%......................................(1.9)
Vfl
2. Persentase Kesalahan.
Dari data tabel diatas dapat dicari persentase kesalahan yang
merupakan kesalahan antara perhitungan dengan percobaan dengan menggunakan
persamaan 1.3 sebagai berikut:
Persentase Kesalahan IRC:
1,73 − 0.68
|%𝐸| = | 𝑥 100%| = 60,69%
1,73
Persentase Kesalahan VRC:
17,3 − 6,77
|%𝐸| = | 𝑥 100%| = 60,87%
17,3

Tabel 1.35 Persentase Kesalahan Filter RC


Pengukuran Multimeter
Perhitungan Persentase Kesalahan
Digital

IRC VRC IRC VRC IRC VRC

0,68 A 6.77 V 1,73A 17,3 V 60,69% 60,87%

Nilai persentase kesalahan melebihi 50%, hal ini disebabkan faktor


internal dan faktor eksternal, faktor internal berupa umur dari komponen yang sudah
tua, kerusakan pada komponen, kerusakan pada alat ukur dan kurang dikalibrasinya
alat ukur. Faktor eksternal dapat berupa kesalahan praktikan menempatkan posisi
alat ukur, kesalahanpraktikan merangkai rangkaian.
3. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 3.28 Bentuk Gelombang Dari Penyearah dengan Filter RC

Dari gambar diatas dapat dilihat bentuk gelombang tegangan jala-jala


PLN berwarna kuning dan bentuk gelombang dari rangkaian penyearah filter RC
berwarna biru. Pada gelombang berwarna biru terdapat beberapa riak kecil saat
tegangan naik, ini disebabkan oleh rangkaian kapasitor yang pada saat itu mengisi
muatan kemudian melepaskan muatannya.
Dilihat dari data hasil praktikum dengan teori terdapat perbedaan yang
sangat besar. Dimana bentuk gelombang hasil praktikum terdapat lembah yang
cukup dalam, namun secara teori sepantasnya sudah tidak ada lagi lembah yang
terbentuk. Sehingga hasil analisis yang didapat berupa terdapat kerusakan pada
komponen baikitu berupa dioda maupun kapasitor yang digunakan. Sehingga
menghasilkan bentuk gelombang yang menyimpang dari teori. Yang dimana
kapasitor berfungsi sebagai penyimpan energi sehingga pada saat tegangan turun
maka energi tersebut akan dilepaskan dan membuat bentuk gelombang yang
menyerupai bentuk gelombang pada arus DC. Namun dari hasil praktikum
menunjukan perbedaan, ini terjadi karena pada dioda bridge telah mengalami
avalance (longsoran) sehingga pada saat dioda berkondisi reverse bias dioda yang
sepantasnya manghambat arus listrik malah mengalirkan arus listrik. Dari data yang
telah didapatkan menunjukan ketidak sesuaian antara teori dengan praktikum.
3.8 Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Thyristor adalah komponen aktif elektronika yang dapat digunakan
seperti halnya pintu yaitu untuk menahan arus AC atau melewatkan arus
AC menggunakan sumber input yang kecil.
2. Uni Junction Transistor (UJT) atau disebut dengan Transistor Sambungan
Tunggal adalah sebuah peranti semikonduktor elektronik yang hanya
mempunyai satu pertemuan.
3. SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah piranti tiga terminal, yakni
Anoda (A), Katoda (K), dan Gate (G) yang berfungsi untuk mengatur
arus yang melalui suatu beban.
4. TRIAC mempunyai kontruksi sama dengan DIAC, hanya saja pada
TRIAC terdapat terminal pengontrol (terminal gate).
5. DIAC merupakan sebuah komponen yang mempunyai dua buah terminal
dan dapat menghantar dari kedua arah jika tegangan breakover-nya
terlampaui.
6. Hasil percobaan SCR, TRIAC, DIAC dan TRIAC mempunyai frekuensi dan
tegangan peak to peak yang berbeda-beda, tergantaung dari rangkaian
dan kondisi lampu pada saat di uji coba. Dari hasil percobaan juga dapat
di ketahui bahwa, ketiga percobaan memiliki nilai frekuensi dan tegangan
peak to peak yang hampir sama dan yang membedakannya hanyalah
frekuensi di katoda di percoabaan DIAC dan TRIAC pada saat lampu mati
dan tegangan pick topick pada percobaan TRIAC dan DIAC yang lebih
besar dari Percobaan SCR dan TRIAC.
7. Pada rangkaian DIAC TRIAC, frekuensi yang ditampilkan oleh osiloskop
berupa tanda tanaya (?). Hal ini di sebabkan oleh periode gelombang tidak
diketahui, sehingga sesuai dengan persamaan untuk menentukan
frekuensi yaitu F = 1/T dengan T adalah periode maka frekuensi
gelombang tidak dapat ditampilkan oleh osiloskop atau di tampilkan tetapi
dalam bentuk tanda Tanya (?). Namun frekuensi gelombang dapat di
tentukan secara manual dengan menggunakan persamaan F = Time/DIV
x jumlah DIV.
8. Berdasarkan data sheet SCR tipe BT151, thyristor mempunyai
gelombang sinusoidal dengan f=50 Hz, dan frekuensi yang diperoleh
pada saat praktikum yaitu 49,90 Hz untuk lampu terang dan 50,00
untuk lampu redup, sehingga dapat dikatakan bahwa percobaan SCR
cahaya pada lampu terang dan redup adalah sama. Adapun prinsip
kerja dari SCR yaitu SCR dapat menghantakan arus gerbang (arus
kemudi). Thyristor akan terus menghantar arus walaupun arus gerbang
sudah tiadak ada.
9. Pada percobaan DIAC dan TRIAC, dalam percobaan katoda kondisi
lampu mati hanya didapatkan gelombang dalam bentuk garis, hal ini
disebabkan karena peak to peak pada percobaan didapat sebesar
0,16 V, dimana ini mempengaruhi tinggi puncak gelombang, sehingga
gelombang hanya bebentuk garis.
Daftar Pustaka

1. Anonim. 2015. Thyristor: Konstruksi dan Jenis Thyristor [online]. Tersedia


:http://zonaelektro.net/thyristor/ (diakses pada 12 Maret 2017)
2. Putra Nugroho. 2015. Transistor Pertemuan Tunggal. [online].
Tersedia:http://putra1998.blogspot.co.id/2015/02/transistor-pertemuan-
tunggal-ujt.html (diakses pada 12 Maret 2017)
3. Anonim. 2015. Pengertian SCR (Silicon Controlled Rectifier) dan Prinsip
Kerja SCR- Teknik Elektronika [online]. Tersedia :
http://www.teknikelektronika.com/pengertian-scr-silicon-controllled-rectifier-
prinsip-kerja-scr/ (diakses pada 12 Maret 2017)
4. Anonim. 2015. Pengertian TRIAC dan Aplikasi Penggunaan TRIAC- Teknik
Elektronika [online]. Tersedia :
http://www.teknikelektronika.com/pengertian-triac-dan-aplikasi-triac-thyristor/
(diakses pada tanggal 12 Maret 2017)
5. Anonim. 2015. Pengertian DIAC dan Prinsip Kerja DIAC- Teknik Elektronika
[online]. Tersedia :
http://www.teknikelektronika.com/pengertian-diac-dan-cara-kerjanya/
(diakses pada 12 Maret 2017)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai