Anda di halaman 1dari 5

JURNAL ELEKTRONIKA DASAR II (2016) NRP: 1114-056 (1-5) 1

Analisa Tegangan AC Bipolar Junction


Transistor (E11)
Ibrahim Naufal Mustofa, Alif Mursyidan, Suyatno
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail:
Abstract—Transistor merupakan alat komponen aktif yang Berdasarkan transistor BJT (Bipolar Junction Transistor),
tersusun dari bahan semikonduktor dengan tipe NPN ataupun transistor dibedakan menjadi dua tipe, yakni transistor PNP
PNP yang memiliki 3 buah elektroda dan memiliki fungsi sebagai dan transistor NPN. Dimana pada transistor tipe NPN terdapat
sebuah saklar, penstabil tegangan, penguat arus dan tegangan. dua daerah negative yang dipisahkan dengan satu daerah
Pada percobaan ini digunakan dua buah variasi yaitu common
emitor dan common base. Tujuan dari percobaan ini adalah
positif, sedangkan pada transistor tipe PNP terdapat dua
untuk mengamati sinyal keluaran dari common base dan daerah positif yang dipisahkan dengan satu daerah negatif.
common emitor yang digunakan. Hasil dari percobaan yang
dilakukan menunjukkan bahwa pada common emitor
memperkuat tegangan dan juga memperkuat arus dari input
yang diberikan. Sedangkan pada common base terjadi penguatan
tegangan.
Keyword— Alternating Current, Bipolar Junction Transistor,
Current gaint, Voltage gaint.

I. PENDAHULUAN (a) (b)


H Gambar 1. Struktur Transistor (a) tipe PNP, (b) tipe NPN
ampir semua peralatan yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari merupakan peralatan yang memanfaatkan listrik Dimana pada transistor tipe PNP, elektron bergarak masuk.
sebagai sumber energinya, dimana di dalam peralatan tersebut Sedangkan pada transistor tipe NPN, electron bergerak keluar
terdapat suatu rangkaian elektronik yang pada dasarnya seperti yang ditunjukkan gambar 2 berikut.
tersusun dari dua komponen dasar, yakni komponen aktif dan
komponen pasif. Komponem aktif adalah komponen
elektronik yang dapat mengarahkan aliran arus listrik dan
hanya dapat beroperasi jika mendapatkan aliran arus maupun
tegangan listrik, sebagai contoh adalah transistor. Transistor
merupakan komponen elektronik aktif yang tersusun dari
bahan semikonduktor PNP dan NPN yang memiliki tiga buah
(a) (b)
elektroda, yakni common base, common emitor, dan common Gambar 2. Simbol Transistor (a) tipe PNP, (b) tipe NPN
collector. Transistor dapat berfungsi sebagai saklar adalah
transistor yang memiliki dua kutub yang biasa disebut Bipolar
Pada transistor tipe NPN terjadi aliran arus dari kolektor ke
Junction Transistor (BJT). Dan untuk memahami lebih jauh
mengenai transistor dan karakteristik konfigurasi dasar emitor. Dan untuk mengalirkan arus tersebut dibutuhkan
tersebut, maka percobaan ini dilakukan. sambungan kesumber positif (+) pada kaki basis. Cara kerja
Transistor merupakan komponen elektronik aktif yang NPN adalah ketika tegangan yang mengenai kaki basis hingga
tersusun dari bahan dasar semikonduktor seperti, silicon atau dititik saturasi, maka akan menginduksi arus dari kaki kolektor
germanium, sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri ke emitor. Dan transistor akan berlogika 1 (aktif). Dan apabila
biasanya terbuat dari plastik, tetal, surface mount, dan ada arus yang melalui basis berkurang, maka arus yang mengalir
juga beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang
pada kolektor ke emitor akan berkurang, hingga titik cut off.
disebut IC (Intregeted Circuit). Bahan-bahan tersebut
merupakan bahan semikonduktor. Oleh karena itu, transistor Penurunan ini sangatlah cepat karena perbandingan penguatan
juga dapat didefinisikan sebagai suatu monokristal yang terjadi antara basis dan kolektor melebihi 200 kali.
semikonduktor dimana terjadi dua pertemuan P-N, dari sini Sedangkan pada transistor tipe PNP, ketika arus mengalir pada
dapat dibuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N. kaki basis, maka transistor berlogika 0 (off). Arus akan
Transistor dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan arus mengalir apabila kaki basis diberi sambungan ke ground (-)
inputnya BJT (Bipolar Junction Transistor) atau berdasarkan hal ini akan menginduksi arus pada kaki emitor ke kolektor..
tegangan inputnya FET (Field Effect Transistor). Transistor
Dibanding dengan NPN, transistor jenis PNP mulai sulit
adalah satu-satunya komponen yang memiliki 3 kaki utama
(elektroda), yakni Base, Collector, dan Emitter[1]. ditemukan di pasaran[2].
JURNAL ELEKTRONIKA DASAR II (2016) NRP: 1114-056 (1-5) 2

BJT (Bipolar Junction Transistor) digunakan untuk 3 2. Common-Base (C-B), penguat tegangan. Pada rangkaian
penggunaan berbeda yaitu mode cut off, mode linear amplifier, ini emitor merupakan input dan collector adalah output
dan mode saturasi. Penggunaan fungsi transistor bisa sedangkan basis di groundkan
menggunakan karakteristik dari masing-masing daerah kerja
ini. Selain untuk membuat fungsi daripada transistor,
karakteristik transistor juga dapat digunakan untuk
menganalisa arus dan tegangan transistor. Berikut ini
merupakan karakteristik daerah kerja transistor.

Gambar 5. Rangkaian Common-Base

3. Common-Collector (C-C), sebagai penguat arus.


Rangkaian ini hampir sama dengan common emitor. Input
dihubungkan ke basis dan output di hubungkan ke emitor

Gambar 3. Karakteristik Daerah Kerja Transistor

Pada daerah (cut off), dioda emiter diberi prategangan mundur.


Akibatnya, tidak terjadi pergerakan elektron, sehingga arus
basis (IB = 0) dan juga arus kolektor (IC = 0). Sedangkan pada
daerah saturasi, dioda emiter dan dioda kolektor diberi
prategangan maju. Akibatnya, arus kolektor, (IC) akan Gambar 6. Rangkaian Common-Collector
mencapai harga maksimum, tanpa bergantung kepada arus
basis (IB) dan βdc. Hal ini, menyebabkan Transistor menjadi Arus emitor merupakan penjumlahan dari arus kolektor dan
komponen yang tidak dapat dikendalikan. Untuk menghindari arus basis. Dimana apabila kuat arus masuk IB dan kuat arus
daerah ini, dioda kolektor harus diberi prateganan mundur, keluaran IC maka diperoleh hasil bahwa IC jauh lebih besar
dengan tegangan melebihi VCE (sat), yaitu tegangan yang daripada IB dan kuat arus keluaran IC. Penguatan arus searah
menyebabkan dioda kolektor saturasi. Pada daerah aktif, dioda (diberi lambang hfe) didefinisikan sebagai nilai perbandingan
emiter diberi prategangan maju. Dioda kolektor diberi antara kuat arus kolektor IC sebagai keluaran dan kuat arus
prategangan mundur[3]. basis IB sebagai masukan. Sebagaimana yang telah dijelaskan
Salah satu fungsi transistor yang paling banyak digunakan sebelumnya, transistor merupakan komponen yang dapat
adalah sebagai penguat, yakni penguat arus, penguat tegangan, dikendalikan. Adapun pada daerah breakdown, dioda kolektor
dan penguat daya. Prinsisp kerja transistor pada rangkaian juga diberi prategangan mundur seperti pada daerah cutt off
adalah arus kecil pada basis IB yang merupakan input tetapi tegangan mundur yang diberikan melebihi tegangan
dikuatkan beberapa kali setelah melalui transistor. Sedangkan breakdown-nya. Sehingga arus kolektor (IC) melebihi
arus yang telah dikuatkan tersebut diambil oleh terminal spesifikasi yang dibolehkan dan transistor dapat mengalami
collector sehingga menjadi arus IC. Signal yang diperkuat kerusakan[4].
dapat berupa arus DC (Direct Current) atau arus AC
(Alternating Current), namun maksimal tegangan output tidak II. METODE
akan lebih dari tegangan sumber Transistor (VCC). Berikut ini
adalah jenis penguatan pada transitor BJT serta Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan ini
konfigurasinya, adalah osiloscope, kabel probe, kapasitor, ac generator,
1. Common-Emitor (C-E), digunakan sebagai penguat transistor, resistor.
tegangan. Pada rangkaian ini emitor di groundkan, input Dibawah ini adalah rangkaian dari common base dan
adalah basis dan output adalah kolektor common emitor yang digunakan.

Gambar 4. Rangkaian Common-Emitor


JURNAL ELEKTRONIKA DASAR II (2016) NRP: 1114-056 (1-5) 3

Mulai

Peralatan disiapkan dan dirangkai seperti gambar 7

Transistor NPN BC107 dipasang

Sumber tegangan AC dinyalakan, diatur dan diukur


besarnya

Rangkaian dihubungkan ke osiloskop

Gambar 7. Rangkaian percobaan common emitter Sinyal pada osiloskop diamati

Apakah sudah dilakukan dengan variasi jenis rangkaian


Tidak

Iya

Selesai

Gambar 8. Rangkaian percobaan common base Gambar 10. Flowchart percobaan BJT AC Analisis

Percobaan analisa tegangan AC Bipolar Junction III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Transistor (BJT) ini dilakukan dengan beberapa langka
berikut, yakni yang pertama disiapkannya semua peralatan A. Analisa Data
yang akan digunakan dalam percobaan ini, kemudian Berdasarkan percobaan BJT sumber AC yang telah
digunakan transistor NPN BC107, setelah itu semua peralatan dilakukan, maka diperoleh data berupa bentuk sinyal pada
dirangkai seperti gambar 7. Selanjutnya power supply layar osiloskop sebagai berikut:
dinyalakan. Kemudian tegangan pada power supply diatur.
Pada osiloskop, diatur time/divnya sebesar 10ms/div.
Selanjutnya sinyal yang terbentuk pada osiloskop diamati.
Dan langkah yang terakhir adalah percobaan diulangi dengan
rangkaian seperti gambar 8 dan 9, yang selanjutnya akan
diamati sinyal-sinyal yang dihasilkan pada layar osiloskop.
Dan perluh diperhatikan bahwa pada setiap percobaan, bagian
transisitor yang dihubungkan ke osiloskop adalah berbeda
karena setiap percobaan menggunakan jenis common yang
berbeda, yakni disesuaikan bagaimana konfigurasi dasar BJT.

Gambar 11. Sinyal dari Percobaan Rangkaian Common Collector

Gambar 12. Sinyal dari Percobaan Rangkaian Common Emmitor


JURNAL ELEKTRONIKA DASAR II (2016) NRP: 1114-056 (1-5) 4

kesalahan dalam rangkaian saat dihubungkan dengan


osiloskop.
Sedangkan pada percobaan rangkaian commond base,
diketahui bahwa karakteristik konfigurasi dasarnya adalah
digroundkan danberhubungan dengan input dan outputnya.
Untuk sinyal inputnya didapatkan antara terminal base dan
emitter. Sedangkan sinyal outputnya berada diantara terminal
base dan collector. Bentuk sinyal pada percobaan ini dapat
dilihat pada gambar 13, dimana baik sinyal input maupun
outputnya menghasilkan sinyal berbentuk gelombang
sinusoidal. Hal tersebut dapat terjadi karena sumber tegangan
Gambar 13. Sinyal dari Percobaan Rangkaian Common Base yang digunakan berupa sumber AC. Dimana dari gambar
tersebut diperoleh bahwa sinyal input memiliki amplitudo
B. Pembahasan yang jauh lebih kecil daripada sinyal output, namun fasenya
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sama. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat rangkaian
konfigurasi dasar Bipolar Junction Transistor common Base, dihubungkan pada sumber tegangan, maka fungsi BJT
common Emitor dan common Collector, serta menganalisa common base sebagai penguat tegangan akan berlaku. Hal
sinyal input dan output. Dari percobaan yang telah dilakukan, tersebut menyebabkan amplitude sinyal output lebih besar
diperoleh bentuk sinyal yang berbeda-beda pada setiap dibandingkan dengan sinyal outputnya. Dan dari hasil
rangkaian. Hal ini dikarenakan setiap rangkaian tersebut percobaan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa
memiliki karakteristik konfigurasi dasar BJT yang berbeda- penggunaan transistor dan cara merangkainya mempengaruhi
beda. Dan dari gambar-gambar sinyal tersebut, sinyal dengan bentuk sinyal yang dihasilkan.
warna kuning merupakan sinyal input, sedangkan sinyal Berdasarkan percobaan yang dilakukan, digunakan
dengan warna biru merupakan sinyal output. kapasitor pada setiap rangkaian. Dimana kapasitor digunakan
Pada rangkaian BJT common collector, diketahui bahwa untuk meratakan tegangan. Tegangan dapat menjadi rata
karakteristik konfigurasi dasarnya ialah collector digroundkan, karena pada kapasitor terjadi pengisisan dan pengosongan.
sinyal input berada pada terminal base, dan sinyal output Saat pengisian tegangan naik dengan cepat namun saat
berada di terminal emitter. Sehingga diperoleh bentuk sinyal pengosongan, kapasitor memerlukan waktu untuk
seperti pada gambar 11, dimana gambar tersebut menunjukkan mengosongkan muatannya sehingga muatan turun secara
bahwa sinyal sinusoidal output memiliki amplitudo yang lebih landai, semakin besar nilai kapasitornya, kelandaian atau
besar daripada sinyal input, serta fase antara sinyal input dan kerataanya semakin besar, bahkan terkadang hanya terlihat
output yang sedikit berbeda, dimana sinyal input mendahului seperti garis lurus. Konsep dari transistor sebagai penguat
sinyal output. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat adalah arus keluaran dipengaruhi oleh sedikit banyaknya arus
rangkaian common collector dihubungkan pada osiloskop, yang masuk pada bagian base. Hal tersebut terjadi karena ada
fungsi common collector sebagai penguat arus akan berlaku, daerah kerja pada transistor. Secara teori, karakteristik
yakni untuk memperbesar arus pada kolektor maka diperlukan transistor akan mempengaruhi besar kemampuan dalam
arus yang kecil pada basis, karena hal ini merupakan prinsip memperkuat arus dan tegangan. Terdiri dari tiga karakteristik
kerja dari transistor. Penguat arus terjadi karena pada common transistor, yaitu Common Emitter, Common Base, dan
collector ini penguat tegangannya kurang dari satu serta Common Colector. Transistor yang memiliki karakteristik
impedansi input lebih besar daripada impedansi output. Dan Common Emitter memiliki besar kemampuan arus yang sangat
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa sinyal input tinggi. Hal ini disebabkan karena emitor di dalam transistor
berada pada basis sedangkan sinyal output berada pada tersebut ditahan. Pada struktur transistor ini, kaki emitor
emmitor, dimana arus emmitor merupakan penjumlahan dari terdiri dari gerbang input dan output. Dimana gerbang input
arus basis dan arus kolektor. merupakan gerbang basis-emitor sedangkan gerbang output
Dan untuk rangkaian BJT common emitter, diketahui merupakan gerbang kolektor-emitor. Apabila transistor ini
bahwa karakteristik konfigurasi dasarnya adalah emitter diberikan suatu tegangan pada gerbang basis-emitor, maka
digroundkan. Sinyal masukannya berada di antara terminal pada basis akan mengalir arus yang dinamakan sebagai arus
emitter dan base, sedangkan sinyal keluarannya didapatkan basis.
pada posisi antara terminal collector dan emitter. Berdasarkan Pada percobaan ini, digunakan transistor BC107. Dimana
gambar sinyal yang diperoleh yakni pada gambar 12, dapat transistor BC107 ini termasuk tipe NPN sehingga mempunyai
dilihat bahwa sinyal input dan output yang dihasilkan karakteristik common emitter. Oleh karena itu, kemampuan
memiliki bentuk sinyal sinusoidal dengan amplitude yang penguat tegangan yang dimiliki transistor ini sangat besar dan
sama, namun fasenya berbeda, dimana sinyal output mudah digunakan untuk percobaan. Selain itu, BC107 terbuat
mendahului sinyal input. Dengan demikian dapat dikatakan dari bahan silikon yang bersifat semikonduktor.
BJT common emitter memiliki kemampuan sebagai penguat Selain itu, sinyal yang dihasilkan pada setiap rangkaian
tegangan dan penguat arus. Namun percobaan ini tidak sesuai yaitu sinyal input berbentuk gelombang sinus yang halus dan
dengan teori, sebab berdasarkan teori, seharusnya beda fase sinyal outputnya berbentuk gelombang sinus yang kasar
yang dihasilkan sebesar 180°, namun pada percobaan ini beda (kritis). Berbentuk sinus yang kasar karena fungsi transistor
fasenya hanya 45°. Ketidaksesuaian ini terjadi karena adanya sebagai penguat, dimana dengan adanya penguatan tersebut,
bentuk gelombang sinus (kasar) akan terbentuk. Selain itu, hal
JURNAL ELEKTRONIKA DASAR II (2016) NRP: 1114-056 (1-5) 5

ini juga dikarenakan pada sinyal output merupakan rangkaian


AC sehingga kapasitor berpengaruh pada rangkaian.

IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakuakan, diperoleh
kesimpulan bahwa karakteristik common collector adalah
sebagai penguat arus, common emmitor adalah sebagai
penguat tegangan dan penguat arus, serta common base adalah
sebagai penguat tegangan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis K.N mengucapkan terima kasih kepada Asissten
Laboratorium yang telah membimbing dan memberi
pemahaman kepada saya dalam melakukan percobaan ini,
serta kepada Dosen Elektronika Dasar II yang telah
memberikan pemahaman tentang materi Analisa Tegangan
AC Bipolar Junction Transistor. Dan juga tidak lupa kepada
teman-teman kelompok praktikum 3B yang telah bekerjasama
dengan baik dan kompak dalam menyelesaikan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sutrisno. 1968. “Elektronika Teori Dasar dan Penerapannya”. Bandung:
ITB.
[2] Sadiku, Matthew N. 2009 “Fundamentals of Electric Circuits”. New
York: The McGraw-Hill Companies Inc.
[3] Robertson, Christopher R. 2008. “Fundamental Electrical and Electronic
Principles third edition”. USA: Elsevier.
[4] Eggleston, Dennis L. 2011. “Basic Electronics for Scientists and
Engineers”. New York: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai