Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH UJIAN AKHIR PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA I
“Astable Multivibrator”

Dosen Pengampu : Erina Hertanti, M.Si

Disusun Oleh
Kelompok 1
Muhammad Arif Rahman 11190163000014
Bagas Karunia 11190163000026
Nurfirda 11190163000028
Dwi Yulia Wulandari 11190163000034
Resi Febriyanti 11190163000035
Fatimah Nurul Alisya 11190163000036

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
tuntunan –Nya, penulisan makalah mini dengan judul “ MULTIVIBRATOR ASTABIL ” ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk mengetahui
multivibrator monostabil lebih mendalam. Terselesaikannya penulisan makalah ini tidak
lepas dari bimbingan, motivasi dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Sehingga
pada kesempatan ini kami menghaturkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Segala usaha telah kami lakukan demi kesempurnaan makalah ini, namun kami menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasannya. Oleh karena itu, segala kritik
maupun saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi pengembangan pengantar
pendidikan ke depan.
Ciputat, 16 November 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

cover
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
ISI ............................................................................................................................................. 3
A. Dasar Teori .................................................................................................................... 3
B. Alat dan Bahan .............................................................................................................. 4
C. Langkah Kerja ............................................................................................................... 6
D. Rangkaian ...................................................................................................................... 7
E. Tabel Pengamatan ....................................................................................................... 10
F. Pembahasan ................................................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................... 12
PENUTUP .............................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12
B. Kritik dan Saran .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Multivibrator adalah rangkaian elektronik terpadu yang digunakan untuk
menerapkan variasi dari sistem dua keadaan (two state system) yang dapat
menghasilkan suatu sinyal kontinu, yang dapat digunakan sebagai pewaktu (timer)
dari rangkaian-rangkaian sekuensial. Multivibrator beroperasi sebagai osilator,
yaitu sebagai sebuah rangkaian pembangkit sinyal, di mana sinyal yang dihasilkan
pada keluaran akan berbentuk gelombang persegi (square wave). Multivibrator
dalam pengoperasiannya memiliki dua keadaan utama, yaitu keadaan stabil dan
keadaan tak stabil. Keadaan stabil adalah keadaan di mana taraf amplitudo sinyal
keluaran adalah tetap/stagnan pada suatu nilai tertentu. Keadaan tak stabil adalah
keadaan di mana taraf ampiltudo sinyal selalu berubah-ubah mengikuti denyut
tegangan pada komponen aktif. Keadaan tak stabil dipengaruhi oleh waktu laju
pengisian/pengosongan kapasitor yang besarnya ditentukan dari kapasitas
kapasitor.
Multivibrator juga merupakan suatu rangkaian regeneratif dengan dua buah
piranti aktif, yang dirancang sedemikian sehingga salah satu piranti bersifat
Penghantar pada saat piranti lain terpancung. Multivibrator dapat menyimpan
bilangan biner, mencacah pulsa, menyerempakkan operasi-operasi aritmatika, serta
melaksanakan fungsi-fungsi pokok lainnya dalam sistem digital. Multivibrator
merupakan osilator. Sedangkan osilator adalah rangkaian elektronika yang
menghasilkan perubahan keadaan pada sinyal output. Osilator dapat menghasilkan
clock / sinyal pewaktuan untuk sistem digital seperti komputer. Osilator juga bisa
menghasilkan frekuensi dari pemancar dan penerima radio..Rangkaian lain yang
mampu menghasilkan bentuk gelombang kotak yang berasal dari suatu inputan
ialah schmitt trigger. Rangkaian ini banyak dipakai pada saklar elektronik,
pembangkit gelombang asimetris.
Rangkaian multivibrator terdiri dari komponen penguat aktif yang dikopel
silang dengan komponen-komponen pasif (resistor dan kapasitor). Fungsi resistor
pada rangkaian multivibrator adalah sebagai sumber arus bagi pengisian muatan
kapasitor, sedangkan kapasitor berfungsi sebagai kopel yang akan menentukan
besar tegangan dari komponen penguat yang aktif. Rangkaian multivibrator dapat
dibuat dengan transistor bipolar (bipolar junction transistor, BJT), FET dan
penguat operasional (operational ampilfier, op-amp), yang mana bentuk rangkaian
untuk setiap komponen aktif perlu disesuaikan dengan karakteristik dari setiap
komponen aktif tersebut. Karena cara kerja FET lebih rumit dari cara kerja BJT,
rangkaian multivibrator pada umumnya dibuat dengan rangkaian BJT.
Berdasarkan bentuk sinyal keluaran (output), multivibrator dapat dibagi ke dalam
3 jenis, yaitu: Multivibrator astabil (astable multivibrator), Multivibrator
monostabil (monostable multivibrator), dan Multivibrator bistabil (bistable
multivibrator).

1
Multivibrator astabil adalah multivibrator yang bersifat free-running, yaitu
tidak memiliki keadaan stabil yang permanen pada suatu periode tertentu, oleh
sebab itu tidak dibutuhkan suatu masukan (input). Waktu aktif dari setiap
komponen penguat bergantung pada waktu pengisian dan pengosongan kapasitor
pada rangkaian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana susunan rangkaian astable multivibrator
2. Bagaimana prinsip kerja dari rangkaian astable multivibrator?
3. Apa saja sifat-sifat dari astable multivibrator?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu merangkai astable multivibrator
2. Mahasiswa mampu menganalisis prinsip kerja astable multivibrator
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sifat dari astable multivibrator

2
BAB II
ISI
A. Dasar Teori
Multivibrator adalah rangkaian elektronika yang akan berfungsi sebagai penguat
dua tahap yang beroperasi dalam mode stabil dan astabil. Pada multivibrator keluaran dari
tahap pertama diberikan ke tahap kedua dan keluaran tahap kedua kembali diumpankan
kembali ke tahap pertama dengan ini keadaan cutoff akan menjadi jenuh dan jenuh akan
menjadi cutoff. Karena transisi keadaan, multivibrator dapat digunakan sebagai osilator,
pengatur waktu, dan flip-flops. Multivibrator menggunakan umpan balik regeneratif
(positif); perangkat aktif yang ada di dalam rangkaian osilator dioperasikan sebagai
sakelar, terputus dan didorong ke dalam saturasi. Prinsip dasar Multivibrator Astabil
adalah sedikit variasi pada sifat atau karakteristik listrik transistor. Perbedaan ini
menyebabkan satu transistor on atau hidup dengan cepat daripada yang lain ketika daya
diterapkan untuk pertama kali, sehingga memicu osilasi. Multivibrator terbagi menjadi
tiga macam yaitu astable multivibrator, monostable multivibrator, dan bisable
multivibrator. (Arifin,2016)

Gambar. Rangkaian Astable Multivibrator

Astabil Multivibrator merupakan salah satu jenis multivibrator yang berguncang


bebas (free running) dan tersulut (triggering). Disebut sebagai multivibrator astable
apabila kedua tingkat tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator
tersebut adalah quasistable. Rangkaian tersebut hanya mengubah keadaan tingkat
tegangan keluarannya di antara 2 keadaan, tetapi berubah secara terus-menerus dari
keadaan 0 ke keadaan 1 berulang secara bergantian dalam frekuensi tertentu, yang mana
frekuensi ini ditentukan oleh pengosongan dan pengisian kapasitor. Rangkaian
multivibrator tersebut akan bekerja secara bebas dan tidak lagi memerlukan pemicu.
(Syifaul,2016)

3
Multivibrator akan berada pada salah satu keadaan (high) selama sesaat dan
kemudian akan berpindah ke keadaan lain(low). Kondisi high dan low ini dihasilkan dari
prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor. Pada saat diberi tegangan maka kapasitor
mengumpulkan muatan diantara dua elektroda (prinsip pengisian) dan tidak ada arus
mengalir ke komponen R, sehingga output bernilai low. Setelah terisi penuh muatan,
kapasitor segera mengalirkan muatanya (prinsip pengosongan) melalui komponen R
sehingga menghasilkan output high. (Melinda dan suryono, 2018)

Astabil biasa digunakan sebagai osilator yang menghasilkan gelombang kotak


(square). Masalah yang biasa dihadapi adalah menyangkut kestabilan frekuensi keluaran
astabil. Astabil banyak digunakan dalam rangkaian digital untuk membangkitkan rentetan
gelombang kotak untuk keperluan pendetakan. Rangkaian digital seperti pencacah,
register, dan lain-lain mutlak memerlukan gelombang kotak yang dapat diandalkan.
Multivibrator Astabil digunakan dalam banyak aplikasi seperti peralatan radio amatir,
generator kode Morse, rangkaian pengatur waktu, rangkaian analog, dan sistem TV.
(Tabish,2015)

B. Alat dan Bahan


NO ALAT DAN BAHAN NAMA JUMLAH

1 Ground 1

2 Vcc 1

4
3 LED hijau 1

4 LED merah 1

5 Voltmeter 2

6 Resistor 4

5
7 Kapasitor 2

8 Transistor 2

C. Langkah Kerja
NO LANGKAH KERJA GAMBAR

Aplikasi proteus dibuka dan siapkan


1
komponen-komponen yang diperlukan

6
Kemudian, rangkaian dirangkai sesuai
2
acuan buku PUDAK

Rangkaian diamati dan hasil yang


3 tertera pada voltmeter dicatat pada table
pengamatan

D. Rangkaian
NO RANGKAIAN KETERANGAN

Gambar rangkaian
1
pada PUDAK

7
LED hijau mati
2 Dan
LED merah hidup

LED hijau hidup


3 Dan
LED merah mati

8
RB1 nilainya diubah
4 menjadi 10KΩ

RB2 nilainya diubah


5
menjadi 10KΩ

9
E. Tabel Pengamatan
Diketahui:

 Vcc : 5V  R2 : 1KΩ
 R1 : 1KΩ  C1 : 100 uF
 RB1 : 100KΩ  C2 : 100 uF
 RB2 : 100KΩ

NO LED Hijau LED Merah Keadaan Keadaan tegangan


tegangan Vc1 Vc2
1 Mati hidup + 0,79 V + 4,84 V
2 Hidup Mati + 4,83 V + 0,78 V

Diketahui:

 Vcc : 5V  C1 : 100 uF
 R1 : 1KΩ  C2 : 100 uF
 R2 : 1KΩ
NO RB1 RB2 LED Hijau LED Merah Vc1 Vc2
1 10KΩ 100K Hidup Hidup + 4,83 V + 4,88 V
2 100KΩ 10KΩ Hidup Hidup + 4,88 V + 4,83 V

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan pada rangkaian astable
multivibrator. Astabil Multivibrator merupakan salah satu jenis multivibrator yang
berguncang bebas (free running) dan tersulut (triggering). Pada percobaan kali ini
praktikan melakukan dua percobaan, yakni pengamatan terhadap keadaan tegangan ketika
transistor bergantian hidup dan pengamatan terhadap keadaan tegangan ketika RB1 dan
RB2 diubah besarnya secara bergantian.

Pada rangkaian astable multivibrator ini terdapat dua keadaan yang dapat diamati.
Keadaan pertama ketika Q1 hidup dan Q2 mati. Pada keadaan ini tidak ada pengisian
kapasitor pada C1 sementara pada C2 terdapat pengisisan kapasitor. Pengisian kapasitor
C2 diproses melalui R2, dan hal tersebut menyebabkan besar Vc1= 0V dan Vc2=Vcc.
Pada keadaan kedua yaitu sebaliknya, ketika Q1 mati dan Q2 hidup. Pada keadaan ini
terjadi pengisian pada kapasitor C1 sementara pada C2 tidak ada pengisian kapasitor.
Pengisian kapasitor C1 juga diproses melalui R1, dan hal tersebut menyebabkan besar
Vc1=Vcc dan Vc2=0V.

10
Pada percobaan pertama terdapat empat buah kapasitor dengan nilai yang berbeda,
yaitu R1=1KΩ, RB1=100KΩ, RB2=100KΩ, dan R2=1KΩ. pada praktikum ini Vcc yang
digunakan sebesar 5V, dengan besar kapasitor sama yaitu C1=100uf dan C2=100uf.
Ketika LED merah hidup dan LED hijau mati, besar tegangan Vc1adalah 0,00V dan besar
tegangan Vc2 adalah 4,99V. Ketika LED hijau hidup dan LED merah mati, besar
tegangan Vc1 adalah 4,99V dan besar tegangan Vc2 adalah 0,00V. Hal tersebut
menandakan bahwa pada percobaan ini berjalan sesuai dengan teori yaitu ketika Q1 hidup
(yang ditandai dengan nyalanya LED merah) terjadi pengisian kapasitor C2 sampai
nilainya sebesar Vcc, sementara ketika Q2 hidup (yang ditandai dengan nyalanya LED
hijau) terjadi pengisian kapasitor C1 sampai nilainya sebesar Vcc.

Pada percobaan kedua terdapat dua kali pengulangan yang setiap pengulangan besar
RB1 dan RB2 nya berbeda sementara R1 dan R2 nya tetap. Pada pengulangan pertama
RB1 sebesar 10KΩ dan RB2 sebesar 100KΩ. Ketika proteus diplay kedua transistor (Q1
dan Q2) sama sama hidup yang bersamaan dengan terisinya kedua kapasitor (C1 dan C2)
dan kedua nilai kapasitor tersebut sama-sama hampir mendekati besar Vcc. Pada
pengulangan kedua RB1 sebesar 100KΩ dan RB2 sebesar 10KΩ. ketika proteus diplay
kedua transistor juga sama sama hidup dan sama-sama terjadi pengisian pada C1 dan C2
serta kedua kapasitor tersebut sama-sama hamper mendekati besar Vcc. Hal tersebut
menandakan bahwa perubahan nilai RB1 dan RB2 menyebabkan transistor yang nyala
bersamaan serta terisinya kapasitor secara bersamaan.

Setelah diamati kedua percobaan tersebut sama sama sesuai teori namun masih ada
nilai yang kurang tepat seperti pada saat Q1 hidup besar Vc2= 4,99 V, dan pada saat Q2
hidup besar Vc1= 4,99V atau bisa dibilang hampir mendekati nilai Vcc. Hal tersebut
dikarenakan praktikan yang kurang berhati-hati atau kurang teliti dalam memasang
rangkaian tersebut.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum astable multivibrator ini, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Rangkaian multivibrator astabil memiliki dua state dan berosilasi secara kontinu
guna menghasilkan gelombang di outputnya
2. Prinsip kerja multivibrator astabil disebut free running atau tidak memiliki keadaan
stabil yang permanen pada suatu periode tertentu.
3. Sifat dari multivibrator astabil yaitu, bersifat free running dan waktu aktif dari setiap
komponen penguat bergantung pada waktu pengisian dan pengosongan kapasitor.

B. Kritik dan Saran


1. Sebaiknya sebelum memulai praktikum, praktikan lebih mendalami materi tentang
multivibrator astabil ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Bustanul. 2016. Modul Elektronika Digital. fti.unnisula.ac.id. Diakses pada 20

November 2020 pukul 15.25 WIB

Fuada,Syifaul. 2016. Pembuatan Trainer Board Astable Multivibrator (AM) sebagai

Media Pembelajaran Pendidikan.jnte.ft.unand.ac.id. Diakses pada 20 November


2020 pukul 20.30 WIB

Melinda,Nita dan Suryono.2018. Rancang Bangun Sistem Wireless Sensor Salinitas Model

Kapasitif.ejournal3.undip.ac.id. Diakses pada 21 November 2020 pukul 09.15 WIB

Tabish. 2015. Teori Astable Multivibrator. www.fitk.usm.ac.id. Diakses pada 21 November

2020 pukul 14.13 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai