2. AC-DC Konverter
Mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC yang dapat
dikendalikan/ diatur. Fungsinya menyearahkan listrik arus bolak-balik
menjadi listrik arus searah. Energi mengalir dari sistem listrik AC satu
arah ke sistem DC.
Penyearah / rectifier adalah pengubah sebuah tegangan arus listrik bolakbalik (AC) menjadi arus listrik searah (DC). Dalam mengubah tegangan AC
menjadi DC ini diperlukan suatu komponen dimana komponen tersebut
hanya memperbolehkan arus listrik mengalir hanya dari satu arah. Dan itu
bisa diperoleh dari rangkaian dioda semikonduktor. Jenis penyearah yang
paling sederhana adalah penyearah setengah gelombang. Hal ini berarti
hanya setengah gelombang AC yang diperoleh oleh beban.
3. AC-AC Konverter
Mengubah tegangan AC tetap menjadi tegangan AC yang dapat
dikendalikan/ diatur.
2 jenis konverter AC, yaitu:
pengatur tegangan AC (tegangan berubah, frekuensi konstan)
cycloconverter (tegangan dan frekuensi dapat diatur).
4. DC-DC Konverter
Mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan DC
yang dapat dikendalikan/diatur. Arus searah diubah menjadi arus
searah juga namun dengan besaran yang berbeda.
5. Konverter DC-AC (Inverter)
Mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan AC
yang dapat dikendalikan/diatur. Fungsinya mengubah listrik arus
searah menjadi listrik arus bolak-balik pada tegangan dan frekuensi
yang dapat diatur.
6. Saklar
Sebagai pemutus dan penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban
listrik pada rangkaian listrik tertutup. Berbagai jenis saklar tersedia sesuai
dengan fungsi, jenis dan cara pemasangannya.
a. Saklar Tunggal
b. Saklar Majemuk
c. Saklar Tukar
a. Saklar tunggal
II.
DIODA
Pada umumnya dioda yang berada dalam kondisi on apabila arus yang keluar
dari sumber tegangan memiliki arah arus yang sesuai dengan arah panah yang
ditunjuk oleh simbol dioda. Selain arah arus yang sesuai, besar tegangan sumber
juga harus lebih besar dari tegangan turn on (V ) dari dioda (0.7 V untuk silikon
dan 0.3 V untuk germanium). Dioda yang memiliki kondisi on diganti dengan
sumber tegangan sebesar 0.7 V untuk dioda silikon dan 0.3 V untuk dioda
germanium. Apabila arah arus dari sumber berlawanan dengan dioda, maka
dioda menjadi off. Dioda yang off ini dapat diganti dengan open circuit.
JENIS JENIS DIODA
5. Diode Zener
Dioda yang memiliki kegunaan sebagai penyelaras tegangan baik yang diterima
maupun yang dikeluarkan, sesuai dengan kapasitas dari diode
3. Diode shchottky
Masalah muatan pn junction dapat diminimalkan bahkan dihilangkan
Diode schottky memiliki tegangan jatuh yang lebih kecil
Arus bocor lebih tinggi daripada diode pn junction, oleh karena itu
tegangan maksimum yang dibatasi sampai 100V
Tingkat arus bervariasi antara 1 A 400A
Ideal digunakan untuk arus tinggi dengan tegangan rendah catu daya dc.
Meskipun demikian diode ini juga diterapkan pada catu daya arus kecil
Arus I yang dihasilkan oleh sumber tegangan ternyata sesuai dengan arah panah
dioda (gambar 2). Karena tegangan sumber E > V , maka dioda pada rangkaian
tersebut berada dalam kondisi on. Lalu rangkaiannya digambar ulang pada
gambar 3. Pada rangkaian gambar 3, dioda diganti dengan sumber tegangan
sebesar VD. Apabila dioda tersebut berbahan silikon, maka nilai V D adalah 0.7 V.
Polaritas dari tegangan VD sesuai dengan polaritas dioda. Kutub positif
VD menempati kaki anoda, dan kutub negatif VD menempati kaki katoda. Maka
hasil persamaannya
VD = VT
persamaan 1
VR = E V
persamaan 2
ID = IR = VR/R
persamaan 3
Jawab:
Vo = E V 1 V 2 = 12 V 0.7 V 0.3 V = 11 V
karena rangkaian seri, maka arus pada tiap-tiap komponen adalah sama, arus
yang mengalir dalam rangkaian dapat dihitung dengan hukum Ohm
Gambar 8 Kedua dioda mengalami bias maju (on) sehingga dapat diganti
dengan sumber tegangan
Soal 2.
Tentukan ID, VD2, dan Vo dari rangkaian pada gambar 9
Jawab :
Vo = 12 V 0.3 V = 11.7 V
2. THYRISTOR
PENDAHULUAN
Pengertian Thyristor
Thyristor merupakan devais semikonduktor 4 lapisan berstruktur pnpn dengan
tiga pn-junction. Devais ini memiliki tiga terminal yaitu : anode, katode, dan
gerbang. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar/bistabil, beroperasi antara
keadaan non konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi thyristor dapat
diasumsi sebagai saklar ideal, akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki
batasan dan karakteristik tertentu.
Konsep thyristor
Apabila 2 (dua) buah transistor NPN dan PNP mempunyai karakteristik yang sama,
maka kedua transistor tersebut dikatakan complementary (komplemen). Misalnya,
transistor-transistor 2N3904 (NPN) dan 2N3096 (PNP). Kedua transistor ini memiliki
nilai-nilai , tegangan breakdown, arus nominal dan lain-lain yang sama. Karena itu,
keduanya dikatakan komplemen.
Gambar berikut menunjukkan suatu complementary latch, yaitu cara khusus untuk
menghubungkan transistor-transistor yang komplemen. Suatu complementary latch
dapat berada dalam keadaan menghantar atau tidak menghantar. Dalam keadaan
menghantar dia akan berfungsi sebagai saklar tertutup dan akan tetap tertutup
sampai ada suatu kekuatan dari luar untuk membukanya. Dalam keadaan tidak
menghantar dia akan berfungsi sebagai suatu saklar terbuka dan akan tetap terbuka
sampai ada kekuatan dari luar menutupnya.
Untuk menjelaskan konsep suatu complementary latch, marilah kita ikuti uraian
berikut ini! Pada gambar di bawah ditunjukkan suatu susunan (gambar a dan b) dan
simbol (gambar c) dioda empat lapis (four layer diode). Komponen ini
diklasifikasikan sebagai dioda karena memiliki dua terminal, yaitu anoda dan katoda.
Karena dioda ini memiliki empat daerah, maka sering disebut dioda PNPN.
Jika diperhatikan pada gambar b, tampak bahwa sebelah kiri merupakan susunan
transistor PNP dan sebelah kanan susunan transistor NPN. Karena itu dioda empat
lapis adalah sama dengan complementary latch.
Dioda empat lapis ini sering disebut dengan Thyristor.
Ciri utama thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor
silikon. Walaupun bahannya sama, namun struktur P-N junction yang dimilikinya
lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih
digunakan sebagai saklar (switch) daripada sebagai penguat arus atau tegangan
seperti halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada
gambar (a) di atas. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua struktur
junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah seperti pada gambar (b) di atas.
Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang tersambung pada
masing-masing kolektor dan base. Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan
Q2, maka struktur thyristor ini dapat diperlihatkan seperti pada gambar berikut.
akan ada arus IB yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus
base IB pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada arus kolektor
transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak lain adalah arus base bagi transistor
Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di
bagian tengah akan mengecil dan hilang yang tertinggal hanyalah lapisan P dan N di
bagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur ini merupakan struktur dioda PN (anodakatoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, thyristor disebut dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya
sebuah dioda.
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi suplai
tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar di bawah? Apa
yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol? Ya, betul. Tentu saja
lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada di tengah akan mendapatkan
reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini thyristor disebut dalam keadaan OFF karena
tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir
sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan
NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown. Pada saat itu
arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya.
Tegangan ini disebut tegangan breakover (Vbo).
Garis putus-putus menunjukkan peralihan antara daerah cutt-off dan jenuh. Dibuat
putus-putus untuk menujukkan bahwa thyristor berubah secara cepat antara
keadaan ON dan OFF.
Pada saat dalam kondisi OFF, arus sama dengan nol. Apabila tegangan dioda
melebihi Vbo, maka breakover beralih sepanjang garis putus-putus menuju ke
daerah jenuh. Dioda akan beroperasi pada garis sebelah atas. Selama arus yang
melalui lebih besar dari arus genggam (holding current) Ih, dioda akan terkunci
pada kondisi ON. Sebaliknya bila arus yang melewati dioda lebih kecil dari Ih, maka
dioda akan putus (OFF).
Thyristor memiliki kemampuan untuk mensaklar arus searah (DC) yaitu jenis
SCR, maupun arus bolak-balik (AC), jenis TRIAC.
JENIS-JENIS THYRISTOR
1.
Jika arus anoda ke katoda turun dibawah nilai minimum (Holding Current = IHO),
maka SCR akan segera mati (Off). Untuk SCR yang berkemampuan daya sedang,
besar IHO sekitar 10 mA. Tegangan maksimum arah maju (UBRF) akan terjadi
jika gate dalam keadaan terbuka atau IGO = 0. Jika arus gate diperbesar dari
IGO, misal IG1, maka tegangan majunya akan lebih rendah lagi.
Gambar dibawah ini memperlihatkan salah satu cara penyulutan SCR dengan
sumber searah (dc), dimana SCR akan bekerja dengan indikasi menyalanya
lampu dengan syarat saklar PB1 dan PB2 di ONkan terlebih dahulu.
Triggering untuk penyulutan SCR dengan sumber dc ini tidak perlu dilakukan
secara terus menerus, jika saklar PB1 dibuka, maka lampu akan tetap menyala
atau dengan perkataan lain SCR tetap bekerja. Dibawah ini Memperlihatkan cara
penyulutan SCR dengan sumber bolak-balik (ac).
Dengan mengatur nilai R2 (potensiometer), maka kita seolah mengatur sudut
penyalaan (firing delay) SCR. Untuk penyulutan SCR dengan sumber arus bolakbalik, harus dilakukan secara terus menerus, jadi saklar S jika dilepas, maka SCR
akan kembali tidak bekerja.
Gambar dibawah ini memperlihatkan bentuk tegangan dan pada terminal SCR
dan beban. Pengendalian sumber daya dengan SCR terbatas hanya dari 0 0
sampai 900.
Sedangkan
jika
penunjukkan
jarum
menunjuk
pada
nilai
resistansi yang tinggi, maka dikatakan kondisi SCR menyumbat atau rusak.
SCR (Silicon Controlled Rectifier)
Telah dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON kita harus memberi arus
trigger lapisan P yang dekat dengan katoda. Caranya dengan membuat kaki gate
pada thyristor PNPN seperti pada gambar di bawah. Karena letaknya yang dekat
dengan katoda, pin gate ini bisa juga disebut pin gate katoda (cathode gate).
Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR digambarkan seperti ilustrasi di bawah. SCR
dalam banyak literatur disebut Thyristor saja.
Susunan SCR hampir sama dengan susunan dioda empat lapis, hanya saja pada SCR
terdapat tambahan satu terminal keluar pada basis transistor PNP yang disebut
Gate.
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR
mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat
menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan
beberapa arus Ig dan hubungannya dengan tegangan breakover. Pada datasheet
SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current).
Pada gambar ditunjukkan juga arus Ih, yaitu arus holding yang mempertahankan
SCR tetap ON. Jadi, agar SCR tetap ON, arus forward dari anoda menuju katoda
harus berada di atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk
membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda
turun di bawah arus Ih (holding current). Pada gambar kurva SCR, jika arus
forward berada di bawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa
besar arus holding ini? Umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF dengan menurunkan tegangan anodakatoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak cocok
digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi
tegangan AC, karena SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik
nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah tegangan
trigger pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari model thyristor
pada gambar, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti
halnya Vsub>be, besarnya kira-kira 0.7 volt (bahan silikon). Seperti contoh
rangkaian gambar berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT
= 0.7 volt. Maka dapat dihitung tegangan VIN yang diperlukan agar SCR ini ON,
yaitu sebesar:
Pada rangkaian tersebut, variabel resistor R1 dan kapasitor C menggeser sudut fasa
sinyal gate. Saat R1 = 0 , tegangan gate (VGT) memiliki fase yang sama dengan
tegangan catu dan SCR hanya berfungsi sebagai penyearah setengah gelombang, R2
membatasi arus (IGT) pada batas yang aman.
Pada saat R1 naik, tegangan gate akan tertinggal dibanding tegangan catu dengan
sudut antara 0 sampai 90 derajat.
Sebelum tegangan gate mencapai titik pemicuan, SCR tidak aktif dan arus beban
sama dengan nol. Pada titik pemicuan, tegangan kapasitor cukup besar untuk
memicu SCR. Saat ini terjadi hampir seluruh tegangan catu diberikan pada beban
dan arus beban menjadi tinggi. Secara ideal, SCR akan tetap ON atau terkunci
sampai polaritas tegangan catu terbalik.
Bagian yang diarsir menunjukkan sudut penghantaran atau saat SCR sedang ON.
Karena R1 tidak tetap, sudut fase tegangan dapat diubah. Hal ini akan
memungkinkan kita untuk mengatur bagian yang diarsir pada tegangan catu.
Artinya, kita dapat mengatur arus rata-rata yang melalui beban dan sangat berguna
untuk, misalnya, mengubah kecepatan motor, terangnya lampu, atau temperatur
pemanas.
Pada rangkaian pengendali fase RC seperti rangkaian di atas, jangkauan arus yang
dapat dibatasi karena sudut fase hanya bervariasi dari 00 sampai 900, yang berarti
sudut penghantaran berubah dari 1800 ke 900. Tetapi beberapa rangkaian, kita
dapat mengubah sudut fase dari 00 sampai 1800, yang memungkinkan kita untuk
mengubah arus rata-rata dari nol sampai maksimum.
2.
Fast-Switching Thyristor
Thyristor yang memiliki waktu turn off yang cepat, umunya dalam daerah 5
sampai 50 s bergantung pada daerah tegangannya. Tegangan jatuh forward
pada keadaan on berfariasi kira-kira seperti fungsi invers dari turn off time t q.
Biasanya digunakan pada penerapan teknologi pensaklaran kecepatan tinggi
dengan forced-commutation.
Thyristor ini memiliki dv/dt yang tinggi, biasanya 1000V/s dan di/dt sebesar
1000 A/ s. Turn-off yang cepat dan di/dt yang tinggi akan sangat penting untuk
mengurangi ukuran dan berat dari komponen rangkaian reaktif dan/atau
commutating. Tegangan keadaan on dari thyristor 2200 A, 1800 V, dan waktu
turn off sangat cepat, sekitar 3 sampai 5 s, biasa dikenal sebagai asymmetrical
thyristor (ASCRT).
3.
4.
Struktur TRIAC sebenarnya sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik
dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar di bawah.
TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional (dua arah).
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC seperti tampak pada
gambar berikut ini.
Pada data sheet akan lebih rinci diberikan besar parameter-parameter seperti Vbo
dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar
parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. Dalam perhitungan desain,
bisa dianggap parameter ini simetris sehingga lebih mudah dihitung.
Sudut Penyulutan (Firing Angle) TRIAC
Rangkaian di bawah menunjukkan rangkaian RC yang memberikan variasi sudut fase
penyulutan gerbang TRIAC. Rangkaian ini dapat mengatur arus melalui sebuah
beban yang besar.
Ilustrasi berikut menunjukkan tegangan catu dan tegangan gate yang tertinggal.
Saat tegangan kapasitor cukup besar untuk mencatu arus trigger, TRIAC akan
menghantar. Sekali menghantar, TRIAC akan terus menghantar sampai tegangan
catu kembali ke nol.
5.
6.
SITH memiliki kecepatan switching yang tinggi dengan kemampuan dv/dt dan di/dt yang tinggi. Waktu
switchingnya berada pada orde 1 sampai dengan 6 s. Rating tegangan dapat mencapai 2500 V dan rating arus
dibatasi 500 A. Devais ini sangat sensitive terhadap proses produksi, gangguan kecil pada proses produsi akan
menghasilkan perubahan yang besar pada karakteristik devais.
7.
8.
9.
DIAC
Kalau dilihat strukturnya seperti gambar di bawah, DIAC bukanlah termasuk
keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada
transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang
menembus lapisan ini. Pada DIAC, lapisan N dibuat cukup tebal sehingga elektron
cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga
dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur
DIAC digolongkan sebagai dioda.
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini.
Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan
arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda
dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya
perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.
Simbol DIAC seperti tampak pada gambar. DIAC umumnya dipakai sebagai pemicu
TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. Contohnya adalah
aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar di bawah.
Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7 volt.
Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo = 20 V, maka
dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan:
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V
Pada rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian seri resistor
dan potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R digunakan untuk
menggeser phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur menyala redup dan terang,
tergantung pada saat kapan TRIAC di picu.
Ketika berada pada kondisi on, thyristor bertindak sebagai diode yang tidak
terkontrol. Devais ini terus berada pada kondisi on karena tidak adanya lapisan
deplesi pada sambungan J2 karena pembawa-pembawa muatan yang bergerak
bebas. Akan tetapi, jika arus maju anode berada dibawah suatu tingkatan yang
disebut holding current IH, daerah deplesi akan terbentuk disekitar J 2 karena
adanya pengurangan banyak pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada
pada keadaan blocking. Holding current terjadi pada orde miliampere dan lebih
kecil dari latching current IL, IH>IL. Holding current IH adalah arus anode minimum
untuk mempertahankan thyristor pada kondisi on. Ketika tegangan katode lebih
positif dibanding dengan anode, sambungan J 2 terforward bias, akan tetapi
sambungan J1 dan J3 akan ter-reverse bias. Hal ini seperti diode-diode yang
terhubung secara seri dengan tegangan balik bagi keduanya. Thyrstor akan
berada pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse dikenal
sebagai reverse current IR.Thyristor akan dapat dihidupkan dengan
meningkatkan tegangan maju VAK diatas VBO, tetapi kondisi ini bersifat merusak.
dalam prakteknya, tegangan maju harus dipertahankan dibawah V BO dan
thyristor dihidupkan dengan memberikan tegangan positf antara gerbang
katode. Begitu thyristor dihidupkan dengan sinyal penggerbangan itu dan arus
anodenya lebih besar dari arus holding, thyristor akan berada pada kondisi
tersambung secara positif balikan, bahkan bila sinyal penggerbangan
dihilangkan . Thyristor dapat dikategorikan sebagai latching devais.
3. Persyaratan apa yang menyebabkan thyristor mengalirkan arus
(turned on)?
Jawab:
Thyristor mempunyai 3 terminal yaitu anoda, katoda don gerbang (gate). Arus
yangmengalir dan anoda ke katoda disebut arahnya positif. Seperti diode,
thyristor tidak dapat mengalirkanrus dengan arah negatif, thyristor mengalirkan
rus dan anoda ke katoda hanya bila thyristor afungsikan.Thyristor akan berfungsi
apabila sejumjah, Tegangan tertentu mengalir pada gerbangnya gate.
Sekalithyristor berfungsi tidak diperlukan untuk menambah tegangan pada
gerbangnya, dan karakteristiknyamenjadi identik dengan diode biasa. Pada
prinsipnya thyristor atau disebut juga dengan istilah SCR (Silicon Controlled
Rectifier) adalah suatu dioda yang dapat menghantar bila diberikan arus
gerbang(arus kemudi).Arus gerbang ini hanya diberikan sekejap saja sudah
cukup dan thyristor akan terusmenghantar walaupun arus gerbang sudah tidak
ada.
4. Bagaimana thyristor dapat turned off?
Jawab:
Sebelum saya menjelaskan tentang bagaimana Thyristor dapat turn off, saya
akan menjelaskan beberapa karakteristik dari Thyristor itu sendiri,
Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar. Karaktristik tegangan versus
arus ini diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
1.
2.
3.
Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak ada
arus yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada daerah
II terlihat bahwa arus tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas
tegangan penyalaan (Vbo). Apabila tegangan mencapai tegangan penyalaan,
maka tiba tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil dan ada arus mengalir. Pada
saat ini thyristor mulai konduksi dan ini adalah merupakan daerah III. Arus yang
terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat disebut sebagai arus genggam (IH =
Holding Current). Arus IH ini cukup kecil yaitu dalam orde miliampere.
Untuk membuat thyristor kembali off, dapat dilakukan dengan menurunkan arus
thyristor tersebut dibawah arus genggamnya (IH) dan selanjutnya diberikan
tegangan penyalaan.
5. Apa yang dimaksud dengan komutasi sendiri (line commutated)?
Jawab:
Aplikasi Thyristor
4. TRANSISTOR
Berasal dari dua kata, yaitu transfer yang artinya pemindahan dan
resistor yang artinya penghambat. Dengan demikian dapat diartikan
sebagai suatu pemindahan atau peralihan bahan setengah penghantar
menjadi penghantar pada suhu atau keadaan tertentu.
Transistor terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai 3 elektroda
(terminal) yaitu dasar (basis), pengumpul (kolektor) dan pemancar (emitor).
Dengan ketiga elektroda (terminal) tersebut, tegangan atau arus yang
dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2
terminal lainnya. Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat
dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar dari pada arus
input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Simbol
dari masing-masing elektroda yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C).
FUNGSI TRANSISTOR
1) Sebagai penguat yang diaplikasikan dalam pengeras suara, sumber listrik
stabil dan penguat sinyal radio
2) Sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching)
3) Stabilisasi tegangan
4) Modulasi sinyal
5) Sebagai saklar dengan kecepatan tinggi.
TRANSISTOR NPN
Transistor NPN merupakan transistor positive yang dapat bekerja
mengalirkan arus listrik apabila basis dialiri tegangan arus positif
Transistor mempunyai dua junction, antara emiter dan basis, dan yang lain
antara basis dan kolektor. Karenanya, transistor seperti dua dioda yang
berlawanan untuk npn.
TRANSISTOR PNP
Merupakan Transistor negatif yang dapat bekerja mengalirkan arus apabila
basis dialiri tegangan negatif.
transistor PNP seperti dua buah dioda yang saling berhadapan. Transistor PNP
adalah komplemen dari transistor NPN, ini berarti transistor pnp diperlukan arus
dan tegangan yang berlawanan.
APLIKASI TRANSISTOR
Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio,
Tinggi, dan lain-lain
Tegangan
JENIS TRANSISTOR
1. TRANSISTOR BIPOLAR
Transistor Bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi
utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan
lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus
melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan
ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan
untuk mengatur aliran arus utama tersebut.
Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua diode yang terminal
positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal.
Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis
(B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal
basis dapat menghasilkan
perubahan arus listrik dalam jumlah
besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang
mendasari
penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. Rasio antara
arus pada
koletor dengan arus pada basis biasanya
dilambangkan dengan atau . biasanya berkisar sekitar 100 untuk
transistor-transisor BJT.
2. FET
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan depletion
mode. Mode menandakan polaritas dari tegangan gate dibandingkan dengan
source saat FET menghantarkan listrik. Jika kita ambil N-channel FET sebagai
contoh: dalam depletion mode, gate adalah negatif dibandingkan dengan
source, sedangkan dalam enhancement mode, gate adalah positif. Untuk
kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif, aliran arus di antara
source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritas-polaritas
semua dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan
hampir semua JFET adalah tipe depletion mode
3. IGBT
IGBTs piranti semikonduktor yang setara dengan gabungan sebuah
BJT dan sebuah MOSFET. Jenis peranti baru yang berfungsi sebagai
komponen saklar untuk aplikasi daya ini muncul sejak tahun 1980an.
IGBT mempunyai sifat kerja yang menggabungkan keunggulan sifatsifat kedua jenis transistor tersebut. Saluran gerbang dari IGBT,
sebagai saluran kendali juga mempunyai struktur bahan penyekat
(isolator) sebagaimana pada MOSFET.
Terminal masukan IGBT mempunyai nilai impedansi yang sangat tinggi,
sehingga tidak membebani rangkaian pengendalinya yang umumnya
terdiri dari rangkaian logika. Ini akan menyederhanakan rancangan
rangkaian pengendali dan penggerak dari IGBT.
Masukan dari IGBT adalah terminal Gerbang dari MOSFET, sedang terminal
Sumber dari MOSFET terhubung ke terminal Basis dari BJT.
Dengan demikian, arus cerat keluar dan dari MOSFET akan menjadi arus
basis dari BJT. Karena besarnya resistansi masukan dari MOSFET, maka terminal
masukan IGBT hanya akan menarik arus yang kecil dari sumber. Di pihak lain,
arus cerat sebagai arus keluaran dari MOSFET akan cukup besar untuk membuat
BJT mencapai keadaan jenuh.
Dengan gabungan sifat kedua unsur tersebut, IGBT mempunyai perilaku
yang cukup ideal sebagai sebuah saklar elektronik. Di satu pihak IGBT tidak
terlalu membebani sumber, di pihak lain mampu menghasilkan arus yang besar
bagi beban listrik yang dikendalikannya.