Anda di halaman 1dari 47

 

BAB II
RANGKAIAN DIODE DAN PENYEARAH

2-1 Pendahuluan
Diode adalah merupakan saklar elektronik yang lidak dapat dikendalikan
(tidak terdapat sinyal kendali untuk menyalakan ataupun memadamkan).
Komponen tersebut dapat bereaksi tergantung pada tegangan dan arus dari
rangkaian yang menghubungkannya. Diode semikonduktor banyak
ditemukan dalam berbagai aplikasi bidang rekayasa elektronika dan elektrik,
disamping itu diode secara luas juga dipakai dalam rangkaian elektronika
daya untuk mengkonversi daya elektrik. Dalam bab ini beberapa rangkaian
diode yang sering digunakan dalam rangkaian elektronika daya untuk
pemrosesan daya  (power processing).  Deperkenalkan juga aplikasi diode
untuk konversi ac ke dc ( ac to dc convertion) atau yang dikenal dengan nama
penyearah   (rectifiers),  yaitu penyearah yang dapat meghasilkan tegangan
keluaran dc yang tetap. Dalam mempermudah analisisnya, diode selalu
dianggap ideal yang berarti waktu  reverse recovery (t rrr r ) dan drop tegangan
maju (VD) diabaikan atau t rrr r  = 0 dan VD = 0.

2.1 Diode Dengan Beban RC dan RL


Gambar 2.1a menunjukkan sebuah rangkaian diode dengan beban RC.
Ketika sakalar S1 ditutup pada t = 0, muatan arus i yang mengalir melalui
kapasitor dapat ditentukan oleh

(2-1)
U  R = Ri (2-2) 
Dengan kondisi awal V CC   (t  =
 = 0) = 0, solusi persamaan (2.1) (yang diturunkan
pada lampiran D. 1) menghasilkan arus muatan i adalah
(2-3)

Tegangan kapasitor Vc adalah


(2-4)
 

dimana π  =  RC   adalah konstanta waktu beban RC. Kecepatan perubahan


tegangan kapasitor adalah
(2-5)

Gambar 2.1 Rangkaian Diode dengan beban RC

laju awal perubahan tegangan (pada t = 0) diperoleh dari persamaan (2.5)


(2-6)

Sebuah rangkaian diode dengan beban RL ditunjukkan pada gambar 2.2a.


Ketika saklar Si ditutup pada t = 0, arus i yang mengalir melalui induktor
meningkat dan dapat dijelaskan melaui persamaan berikut
(2-7)
Dengan kondisi awal  i (t  =
  = 0), solusi persamaan (2-7) (seperti diturunkan
pada Lampiran D.2) menghasilkan
(2-8)
Laju perubahan arus ini dapat diperoleh melalui persamaan (2-8) sebagai
berikut
(2-9)
dan laju awal dari kenaikan arus (pada t = 0) diperoleh melalui persamaan
(2-9)
(2-10)
 

Gambar 2-2 Rangkaian Diode dengan beban RL

Tegangan vt yang melalui induktor adalah


(2-11)
dimana L/R = π adalah konstanta waktu beban RL.
Bentuk gelombang tegangan vt dan arus ditunjukkan pada gambar 2-2b. Bila
t >> L/R, tegangan pada induktor menuju nol dan arus mencapai nilai

keadaan tunak (steady-state)  I s  = V s /R.  Jika saklar S1  dibuka, energi yang
2
tersimpan dalam induktor (=0,5Li ) akan ditransformasikan
ditr ansformasikan menjadi sebuah
tegangan balik yang tinggi melalui saklar dan diode. Energi tersebut akan
didisipasikan dalam bentuk percikan api melaui saklar, dan diode D 1  akan
rusak selama proses tersebut. Untuk mengatasi kondisi yang demikian pada
beban dipasangkan paralel sebuah diode yang dikenal sebagai  freewhelling
diode seperti pada gambar 2-10a.

Catalan : Bila arus i pada gambar 2-1 a dan 2-2a menuju satu arah dan tidak
mengalami perubahan polaritas, diode tidak mempunyai pengaruh pada
operasi rangkaian.

Contoh 2-1
Sebuah rangkaian diode seperti ditunjukkan pada gambar 2-3a dengan  R  =
44Ω  dan C = 0,1 µF . Kapasitor memiiiki tegangan awal, V0 = 220 V. Jika
saklar S1 ditutup pada t = 0, hitunglah (a) arus puncak diode, (b) energi yang
didisipasikan pada resistor R, dan (c) tegangan
t egangan kapasitor pada t = 2µs.
Solusi: Bentuk gelombang ditunjukkan pada gambar 2-3b.
 

(a)  Persamaan (2-3) dapat digunakan dengan Vs  = V0  dan arus
puncak diode Ip adalah

(b)  Energi W yang didisipasikan adalah


2 -6 2
W  =
 = 0,5CK0  = 0.5 x 0,1 x 10  x 220  = 0,00242 J  =
 = 2,42 mJ  
(c)  Untuk  RC 
 RC  =
 = 44 x 0,1 = 4,4 µs dan t = t 1= 2 µs , tegangan kapasitor
-1/RC -2/4,4
vc (t = 2 ps)=V oe = 220 x e = 139,64 V  
Catalan  : Bila arus mempunyai satu arah, diode tidak mempengaruhi
operasi rangkaian

Gambar 2-3 Rangkaian diode dengan beban RC


Gambar 2-3 Rangkaian diode dengan beban RC

2-3 Diode dengan beban LC dan RLC


Sebuah rangkaian diode dengan beban LC ditunjukkan pada gambar 2-4a.
Ketika saklar S1 ditutup pada t = 0, arus muatan kapasitor i dapat ditunjukkan
pada persamaan
(2-12)

Dengan kondisi awal i (t = 0) = 0 dan Vc = (t = 0) = 0, persamaan (2-12) dapat


diselesaikan untuk arus kapasitor 1 (dalam lampiran D.3)
(2-13)
(2-14)
 

Dimana ω  =
 = 1 / dan arus puncak lp adalah
(2-15)
Laju peningkatan arus diperoleh dari persamaan (2-13) sebagai berikut
(2-16)

dan persamaan (2-16) laju peningkatan arus awal (pada t = 0) sebagai berikut
(2-17)
tegangan yang melalui kapasitor dapat diturunkan
dit urunkan sebagai berikut
(2-18)

Pada saat t   =
= t 1 = π  , arus diode i turun menjadi nol dan kapasitor terisi
menjadi 2VS. Bentuk gelombang tegangan vL dan arus I ditunjukkan pada
gambar 2-4b. 

Gambar 2-4 Rangkaian diode dengan beban LC

Contoh 2-2
Sebuah rangkaian diode dengan beban LC seperti ditunjukkan pada gambar
2- 5a dengan tegangan awal kapasitor V 0 = 220 V, kapasitansi C   =
= 20µF. Dan
 L  = 80µ H  .
induktansi  L    . Jika saklar S 1 ditutup pada t = 0, hitunglah (a) arus
puncak yang melaui diode, (b) waktu konduksi dari diode, dan (c) tegangan
kapasitor pada kondisi stedy slate. 
Solusi: (a) Dengan menggunakan
menggunakan hukum Kirchhoff tegangan, kita dapat

menuliskan persamaan arus i adalah


 

 
dan arus i dengan kondisi awalnya i (t=0) = 0 dan v c (t=0) = -V0 
diselesaikan menjadi

6
dimana  ω  = 1 / = 10  / = 25.000 rad / s  Arus
puncak Ip adalah

Gambar 2-5 Rangkaian diode dengan beban LC

(b) Pada t   =
= t 1, = π  , arus diode menjadi nol dan waktu
konduksi ti diode adalah

(c) Tegangan kapasitor dapat ditunjukkan


dit unjukkan dengan mudah menjadi

Untuk t   =  =7,) = -220 ccs ωt = 220 V  


= t 1 = 125,66 µs, V c (t  =7,)
 

Sebuah rangkaian diode dengan beban RLC ditunjukkan pada gambar 2-6.
Ketika S1  ditutup pada t = 0, kila dapat menggunakan KVL untuk
menuliskan persamaan arus beban i sebagai berikut
(2-19)

dengan kondisi awal i (t=0) dan Vc (t=0)=V0. Dengan menurunkan


persamaan (2-19) dan membagi kedua sisi dengan L akan menghasilkan
(2-20)

Pada keadaan tunak, kapasitor terisi oleh tegangan sumber V s dan arus
dalam keadaan tunak adalah nol. Arus komponen paksa pada persamaan
(2-20) nol pula. Arus yang ada disebabkan komponen natural.

Gambar 2-6 Rangkaian diode dengan beban RLC

Persamaan karakteristik dalam domain Laplace dari s adalah


(2-21)
dan kuadrat dari persamaan (2-21) diberikan oleh

(2-22)

Mari kita definisikan persamaan rangkaian orde dua

(2-23) 

2-24  
 

Dengan mensubstitusikan persamaan tersebut kedalam persamaan (2-22)


menghasilkan

(2-25) 

Solusi untuk arus, yang tergantung pada nilai α dan ω0, akan mengikuti salah
satu dari ketiga kemungkinan kasus dibawah ini.
Kasus 1. Jika a = α  = ω0, maka akar-akarnya sama S1=S2, dan rangkaian
tersebut disebut critically damped   Penyelesaiannya akan berbentuk

2-26  
Kasus 2. Jika a > ω 0 , maka akar-akarnya riil dan rangkaian tersebut disebut 
over- damped  Penyelesaiannya
 Penyelesaiannya akan berbentuk

2-27  
Kasus 3. Jika a < ω 0, akar-akarnya kompleks dan rangkaian tersebut disebut
under damped. Akar-akarnya adalah

2-28  
dengan ωr disebut ringing frequency (frekuensi resonansi teredam) dan

Solusi akan berbentuk

(2-29) 
Yaitu sinyal sinusoidal yang teredam dan terpotong.
Catatan: konstanta A1 dan A2 dapat ditentukan dari kondisi awal rangkaian.
Perbandingan , biasanya disebut damping rasio,δ. Rangkaian
elektronika daya biasanya underdamped sehingga arus rangkaian mendekati
sinusiodal yang menyebabkan keluaran ac sinussoidal dan/atau dapat
memadamkan komponen semikonduktor daya.

Contoh 2-3
Sebuah rangkaian orde dua RLC seperti pada gambar 2-6 meniiliki sumber
tegangan Vs = 220 V, induktansi L = 2 mH, kapasitansi C = 0,05   µ F 
F,  dan
 

resistansi R = 160 Ω. Nilai awal tegangan kapasitor V 0 = 0, Jika saklar S1 
ditutup pada t = 0, tentukan (a) persamaan arus i (t), (b) waktu konduksi
diode, (c) gambarkan sketsa arus i (t), (d) gunakan Pspice untuk memplot
arus I untuk R = 50 Ω, 160 Ω, dan 320 Ω.
3
Solusi: (a) dari persamaan (2-23), α  = R/2L = 160X 10 (2X2) = 40.000
5
radd/s, dan dari persamaan (2-24), ω0 = 1 / = 10  rad/s

Karena α  < ω0, hal ini merupaan rangkaian underdamped dan


penyelesaiannya
penyelesaiannya dalam bentuk
αt
 I (t) = e   (A1 cos ωrt + A2 sin ωrt)
Pada t = 0, i (t = 0) = 0 dan ini memberikan A1 = 0. Penyelesaiannya
Penyelesaiannya menjadi

Penurunan i (t) menjadi

Bila saklar ditutup pada t=0, kapasitor memberikan impedansi yang rendah
dan induktor memberikan impedansi yang tinggi. Laju awal kenaikan arus
dibatasi hanya oleh induktor L. maka pada t=0, di/dt rangkaian adalah V  /L.
s /L.

Maka

yang memberikan konstanta sebagai berikut


-40.000i
i (t) = 1,2 sin (91.652t) e  A
(b) Waktu konduksi ti diode diperoleh pada saat t=0, yaitu

(c) Sketsa bentuk gelombang arus ditunjukkan pada gambar 2-7.


 

(d)  Rangkaian untuk simulasi Pspice [3] ditunjukkan pada gambar 2-8.
Daftar file rangkaian sebagai berikut:
 

2-4 Diode Freewheeling 


 

Jika saklar S1  pada gambar 2-2a ditutup pada saat t 1, arus mengalir pada
beban, dan bila saklar dibuka, diperlukan lintasan untuk arus pada beban
induktif. Hal ini biasanya dilakukan dengan memasangkan diode D m seperti
ditunjukkan pada gambar 2-1 0a, dan diode ini biasanya disebut diode 
 freewheeling.  Operasi rangkaian dapat dibagi menjadi dua mode. Mode 1
dimulai ketika saklar ditutup pada t = 0, dan mode 2 dimulai ketika saklar
dibuka. Rangkaian ekivalen untuk mode-mode tersebut ditunjukkan pada
gambar 2-10b. i1 dan i2 didefinisikan berturut-turut sebagai arus sesaat untuk
mode 1 dan mode 2, t 1  dan t2  adalah waktu yang bersesuaian dengan
mode-mode tersebut.

Mode 1. Selama mode ini, arus diode ij yang serupa dengan


dengan persamaan (2-8)

adalah
-tRL
 I 1 (t) = (1 – e )  (2-30) 

Ketika saklar dibuka pada t = t1 (akhir dari mode ini), arus pada saat tersebut
menjadi
-tRL
 I 1 (t) = i1 (t = t1) =  (1 – e )  (2-31)
 

Bila waktu t1 cukup lama, arus mencapai pada keadaan tunak dan arus
keadaan tunak dari ls= Vs /R mengalir melalui beban.
beban.
Mode 2. Mode ini dimulai ketika saklar dibuka dan arus beban mengalir
melalui diode freewhweeling Dm. Dengan mendifinisikan ulang waktu mulai
awal pada permulaan mode, arus yang mengalir melalui diode freewhweeling

dengan kondisi awal i2 (t = 0) = I1. Solusi persamaan (2-32) memberikan arus


freewhweeling if = i2 sebagai berikut

dan arus ini menurun secara eksponensial menuju nol pada t = t 2 menytakan
bahwa 󰁴󰀲 󰀾󰀾 L/R. Bentuk gelombang arus ditunjukkan pada gambar 2-10c.

Contoh 2-4 
Pada gambar 2-10a, resitansi diabaikan (R = 0), sumber tegangan adalah
Vs=220 V, dan induktansi beban L=220 µ  H.  (a) Gambarlah bentuk

gelombang arus beban dengan saklar ditutup selama waktu = 100 µs dan
kemudian dibuka. (b) Tentukan energi yang tersimpan dalam beban induktor.
󰁓󰁯󰁬󰁵󰁳󰁩 : (a) Diagram rangkaian ditunjukkan pada gambar 3-11a dengan arus
awal nol. Bila saklar ditutup
dit utup pada t=0, arus beban meningkat secara linier dan
dituliskan sebagai berikut

Dan pada t = t 1,

(b) Bila saklar S1 dibuka pada saat t = t1, arus beban mulai mengalir melalui
Dm. Bila tidak ada elemen disipasi (resistansi) pada rangkaian, arus
beban akan tetap konstan pada I0=100 A dan energi yang tersimpang
 

2
pada induktor adalah 0,5 Li =l,l J. Bentuk gelombang arus ditunjukkan
pada gambar 2-11b.

2-5 Pengembalian Energi Bertingkat dengan Diode 


Rangkaian ideal tanpa rugi-rugi pada gambar 2-11a, energi yang tersimpan
dalam induktor terperangkap karena tidak ada resistansi dalam rangkaian.
Dalam prakteknya sebuah rangkaian diperlukan untuk meningkatkan
efisiensi dengan cara mengembalikan energi yang tersimpang ke sumber. Hal
ini dapat dilakukan dengan menambahkan kumparan kedua pada induktor
dan menghubungkan
menghubungkan diode Di seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-12a.
Induktor berlaku seperti Iransformator. Transformator bagian sekunder
dihubungkan
dihubungkan sedemikian hingga bila
bil a V1 positif, V2 negatif terhadap V1, dan
sebaliknya. Kumparan sekunder yang digunakan untuk mengembalikan
energi yang tersimpan ke sumbermelalui D| disebut kumparan-balikan 
(feedback winding).  Dengan mengasumsikan sebuah trafo dengan sebuah
induktansi magnet Lm, rangkaian ekivalennya ditunjukkan pada gambar

Jika diode dan tegangan sekunder (tegangan sumber) disetarakan ke bagian


primer trafo, rangkaian ekivalennya ditunjukkan pada gambar 3-12c. h dan i2 
berturut-turut menyatakan arus primer dan arus sekunder trafo. Perbandingan
belitan (turn ratio) dari trafo ideal didefinisikan
 

󰁇󰁡󰁭󰁢󰁡󰁲 󰀲󰀭󰀱󰀲 Rangkaian dengan pengembalian energi diode

Operasi rangkaian dapat dibagi menjadi 2 mode. Mode 1 dimulai ketika


saklar S1  ditutup pada t = 0 dan mode 2 dimulai pada saat saklar dibuka.
Rangkaian ekivalen untuk mode-mode tersebut ditunjukkan pada gambar
2-13a. t1 dan t2 berturut-turut adalah durasi mode 1 dan mode 2.

Mode 1. Untuk mode ini saklar Si ditutup pada t = 0. Diode Dj terbias balik
(reverse biased) dan arus yang melui diode (arus
( arus sekunder) adalah ai1 = 0 dan
i2=0. Dengan menggunakan KVL pada gambar 2-13a untuk mode 1,
Vs=(VD-Vs)/a, dan ini memberikan tegangan balik pada diode
 

VD=VS{ 1-fl) (2-35)


Dengan mengasumsikan
mengasumsikan bahwa dalam rangkaian tidak memilki kondisi awal,
arus primer sama dengan arus saklar i s, dan dinyatakan sebagai berikut

Mode ini berlaku untuk 0 ≤ / ≤ t1, dan berakhir ketika saklar dibuka pada t =
t1. Diakhir mode ini, arus primer menjadi

Mode 2. Selama mode ini saklar terbuka, tegangan pada induktor membalik,

sehingga diode D1 mengalami bias maju. Arus yang mengalir pada sekunder
trafo dan energi yang tersimpan pada induktor dikembalikan ke sumber.
Dengan menggunakan KVL dan dengan mendefinisikan waktu awal pada
permulaan mode ini, arus primer dinyatakan
din yatakan sebagai

Waktu konduksi dari diode D1  ditentukan dari kondisi i1 (t = t2) dari
persamaan (2- 40) yaitu

Mode 2 ini berlaku untuk 0  ≤ t ≤ t 2 .  Pada akhir mode ini yaitu t = t 2, semua
energi yang tersimpan pada induktor Lm  dikembalikan ke sumber.
Bermacam-macam bentuk gelombang arus dan tegangan ditunjukkan pada
gambar 2-13b untuk a = 10/6
 

Contoh 2-5
Untuk rangkaian pengembalian energi pada gambar 2-12a, induktansi
magnetik trafo Lm = 250 µH. N1=10, dan N2=100. Induktansi bocor dan
resistansi trafo diabaikan. Tegangansumber Vs=220 V dan tidak ada arus
awal pada rangkaian.
 

Bila saklar S1 ditutup pada waktu t1 = 50  µ s dan kemudian dibuka kembali.


(a) tentukan tegangan balik D1, (b) tentukan nilai puncak arus primer, (c)
tentukan pula nilai arus puncak
p uncak sekunder, (d) tentukan waktu konduksi diode
D1, dan (e) tentukan energi yang dikeluarkan oleh sumber. Solusi:
Perbandingan belitan a = N 2 /N1 = 100/10 = 10.
(a)  Dari persamaan (2-35) tegangan balik diode
V  D = V s (i + a) = 220 x (1 +10) = 2420 V  
(b)  Dari persamaan (2-38) nilai puncak arus primer

(c)  Nilai puncak arus sekunder I 0 = I 0 / a = 44/10 = 4,4 A


(d)  Dari persamaan (2-41) waktu konduksi diode

(e)  Energi dari sumber

Dengan menggunakan persamaan (2-38) menghasilkan

2-6 Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa 


Sebuah penyearah adalah merupakan rangkaian yang mengkonversikan
sinyal ac (bolak-balik) menjadi sinyal dc (searah). Diode banyak digunakan
pada penyearah. Penyearah setengah gelombang satu fasa adalah merupakan
rangkaian penyearah yang paling sederhana sehingga jarang sekali digunakan
pada aplikasi industri. Namun demikian, penyearah ini berguna untuk
memahami prinsip dari opersi penyearah. Diagram rangkaian dengan beban
resislif ditunjukkan pada gambar 2-14a. Selama tegangan masukan memiliki

setengah siklus positif, diode Di konduksi dan tegangan masukan muncul


 

pada beban. Selama tegangan masukan memilki setengah siklus negatif,


diode pada kondisi tertahan ( blocking condition) dan tegangan keluaran disisi
beban nol. Bentuk gelombang tegangan masukan dan keluaran ditunjukkan
pada gambar 2-14b.

2-7 Parameter Unjuk Kerja  


Meskipun tegangan masukan seperti pada gambar 2-14b adalah dc, bentuknya
tidak kontinyu dan mengandung harmonisa. Penyearah merupakan prosesor
daya yang memberikan tegangan keluaran dc dengan jumlah kandungan
harmonisa yang minimum. Pada saat yang sama, terkadang penyerah ini
memiliki masukan sinusoidal yang sefasa dengan tegangan masukan sehingga

faktor dayanya mendekati satu. Kualitas pemrosesan daya   (power-processing


(power-processing)
penyearah memerlukan arus masukan, tegangan keluaran, dan arus keluaran
dengan kandungan harmonisa yang pasti. Kita dapat menggunkan ekspansi deret
Fourier untuk menentukan besarnya harmonisa yang ada pada arus dan tegangan.
Ada beberapa jenis rangkaian penyearah dan kinerja biasanya dihitung dengan
eter sebagai berikut: 
parameter-parameter
parameter-param
Nilai rata-rata tegangan keluaran (beban), Vdc
Nilai rata-rata arus keluaran (beban), Idc
Keluaran daya dc, 
Pdc = VdcIdc  (2-42) 
 

Nilai rms tegangan keluaran, Vrms 


Nilai rms arus keluaran, irms
Keluaran daya ac,
Pac = VrmsIrms  (2-43)

Efisiensi (rectification ratio) sebuah penyearah, yang merupakan contoh


untuk membandingkan efisiensi, yang didefinisikan sebagai

Tegangan keluaran dapat dikatakan merupakan gabungan dua buah


komponen : (1) nilai dc, dan (2.) komponen ac atau ripple. 
Nilai efektif (rms) komponen ac tegangan keluaran adalah

Faktor bentuk ( form


 form factor ),
), yang mengukur bentuk tegangan keluaran adalah

Faktor ripple (ripple factor ),


), yang mengukur kandungan ripple adalah

Dengan mensubstitusikan persamaan (2-45) ke dalam persamaan (2-47)


maka faktor ripple dapat dinyatakan sebagai

Faktor guna trafo (transformer utilization factor ) didefinisikan

Dengan Vs dan Is adalah nilai rms tegangan dan arus sekunder trafo. Sekarang
dengan memperhatikan bentuk gelombang pada gambar 2-15, dengan v s 
adalah tegangan masukan sinusiodal, ls  arus masukan sesaat, dan i si  adalah
komponen fundamentalnya.
 

Jika φ adalah sudut yang dibentuk antara komponen fundamental arus dan

tegangan masukan, dan sudut φ  disebut sudut pergeseran (displacement


angle), maka faktor pergeseran (displacement factor) didefinisikan

Crest Factor   CF, yang mesngukur arus masukan puncak I s  (puncak) yang
dibandingkan
dibandingkan dengan nilai rms-nya 1s digunakan untuk menspesifikasi rating

arus puncak komponen dan divais. CF untuk arus masukan didefinisikan oleh

Catatan: 
(a)  Faktor harmonisa HF adalah ukuran distorsi bentuk gelombang dan biasanya
disebut Total Harmonic Dislorsion (THD).
(b)  Bila arus masukan Is berupa sinusoidal murni, Is1 = Is dan faktor daya PF sama

dengan faktor pergeseran DF. Sudut pergeseran φ menjadi sudut impedansi


i mpedansi φ =

ta (ωL/R) untuk beban RL

(c)  Faktor pergeseran DF sering disebut juga  Displacement Power Factor  (DPF).


 (DPF).
 

Penyeraha ideal memiliki η = 100%, Vac = 0, RF = 0, TUF=M, HF = THD=0,


dan PF = DPF =1.
Contoh 2-6
Penyearah seperti pada gambar 2-14a memiliki beban resistif murni R.
Tentukan (a) efisiensi, (b) faktor bentuk, (c) faktor ripple, (d) faktor guna
trafo, (e) tegangan balik puncak (P1V) diode Di, dan (f) CF untuk arus
masukan.
Solusi : Tegangan
Tegangan keluaran rata-rata Vdc didefinisikan

Untuk tegangan sinusoidal


sinusoidal VL (t) = Vm sin t untuk 0 ≤ t ≤ T/2, nilai rms
tegangan keluaran

Dari persamaan (2-42)., Pdc = (0,318Vm)2/R, dan dari persamaan (2-43), Pac
= (0,5Vm)2/R.

(a) Dari persamaan (2-44), efisiensi  = (0,31.8Vm)2/(0,5 Vm)2 = 40,5%

(b) Dari persamaan (2-46), faktor bentuk FF = 0,5Vm/0,318Vm = 1,57


(157%)
(c) Dari persamaan
persamaan (2-48),faktor ripple RF = -1 = 1,21 (121%)

(d) Tegangan rms sekunder trafo adalah


 

Nilai rms arus sekunder trafo sama dengan nilai rms arus beban

Rating Volt-ampere (VA) trafo, VA = VsIS = 0,707 Vm x 0,5 Vm /R.


2
Dari persamaan (2-49) TUF = Pac /VsIs = 0,3 1 8  /(0
 /(0,70
,707
7 x 0,5)
0,5) = 0,286
0,286
(e) Tegangan balik puncak PIV = Vm 
(f) Is(puncak)  = Vm /R da
dan
n Is = 0,5Vm /R. Crest
Crest factor
factor arus
arus masu
masukan
kan adala
adalah
h CF = Ispuncak  / Is 
=
 1/0,5 = 2.
Catalan : 1/TUF = 1/0,826 =3,496 menyatakan bahawa trafo harus 3,496 kali lebih besar

pada saat digunakan mengirim daya dari tegangan ac murni. Penyearah ini mempunyai
faktor ripple yang tinggi, 121%, efisiensi yang rendah, 40,5%, dan TUF yang buruk, 0,286.
Sebagai tambahan, bahwa pada trafo akan menglir arus dc sehingga menghasilkan masalah

kejenuhan pada
pada inti trafo.

Sekarang kita perhatikan rangkaian seperti pada gambar 2-14a dan dengan beban RL seperti
pada gambar 2-16a. Adanya beban induktif menyebabkan periode konduksi diode D1 

bertambah hingga melebihi 180° sampai arus nya menjadi nol pada ω1  = µ  + σ.  Bentuk

gelombang arus dan tegangan ditunjukkan pada gambar 16b. Perlu di catat bahwa
teganganrata-rata
teganganrata-rata vi, induktor nol dan tegangan keluaran rat-rata adalah

(2-57)

Arus beban rata-rata adalah Idc = Vdc /R.


Dapat diketahui dari persamaan (2-57) bahwa tegangan (dan arus) rata-rata dapat ditingkat
dengan membuat a = 0. Hal ini dimungkinkan dengan menambahkan diode freewheeling D m 
seperti terlihat pada gambar 2-16a. yang ditunjukkan dengan garis putus-putus. Adanya
diode ini akan mencegah munculnya tegangan negatif pada beban, sehingga energi magnetik

akan meningkat. Pada t = t1  = µ / ω, arus diode Dj dipindahkan ke Dm . Proses ini disebut 

komutasi pada diode. Bentuk gelombangnya ditunjukkan pada gambar 2-16c. Tergantung
pada konstante waktu beban, arus beban dapat tidak kontinyu. Arus beban I L menjadi tidak
 

kontinyu bila ada beban resistif dan akan kontinyu dengan beban induktif. Kekontinyuan

arus beban akan tergantung pada konstanta waktunya yaitu µ = ωL/R.

Bila keluaran dihubungkan dengan baterai, penyearah dapat digunakan sebagai pengisi
baterai (charger). Ini ditunjukkan pada gambar 2-17a. Untuk vs > E, diode D1 akan konduksi.
Sudut pada saat diode mulai konduksi dapat ditentukan melalui kondisi  

Gambar 2-16 Penyearah setengah geloinbang dengan bebaii RL

Vmsinα = E

Yang menghasilkan  

α = sin—1 ,(E/Vm) (2-58)  

Diode D1 akan padam pada saat vs<E pada


 

β = π - α
 

Arus pengisian iL seperti yang diperlihatkan pada gambar 2-17b, dapat ditentukan
 
 

Contob 2-7
Tegangan baterai pada gambar 2-17a adalah E = 12 V dan kapasitasnya adalah 100 Wh. Arus
pengisian rata-rata Idc = 5 A. Tegangan masukan primer Vp = 120 V, 60 Hz dan trafo memilki
perbandingan belitan n = 2 : 1. Hitungalah (a) sudut konduksi diode 8, (b) resistansi pembatas
arus, (c) rating daya resiatansi R PR> (d) waktu pengisian h dalam jam, (e) efisiensi penyearah
dan (f) tegangan balik puncak (PIV) diode.  

Solusi: E = 12 V, Vp = 120 V, Vs = Vp/n = 120/2 = 60 V, dan V m = 1,414 x Vs  1,414 x 60 =
 =

-1
84,85 V (a) Dari persamaan (2-58), a = sin ( 12/84,85) = 8,13° = 0,1419 rad. β = 180 - 8,13 =

171,87°. Maka sudut konduksi 6 = p - a - 171,87° - 8,13° = 163,74°

2
atau I mt  = V67,4 = 8,2 . Rating daya R adalah  PK  - 8,2  x 4,26 = 286,4 W.
mt 

(d)  Daya yang diberikan ke batcrai Pdc adalah


Pdc = Eldc - 12 x 5 = 60
HPdc = 100 atau h = 100/Pdc = 100/60 = 1,667 jam
(e)  efisiensi penyearah ri adalah

(f) Tegangan balik puncak (P1V) diode adalah


PIV = Vm + E = 84,85 +12 = 96,85 V
 

Contoh 2-8
Penyearah setengah gelombang satu fasa seperti pada gambar 2-14a dihubungkan dengan sumber V5 
= 120 V, 60 Hz. Nyatakan tegangan keluaran sesaat viXt) dalam deret Fourier.
Solusi: Tegangan keluaran penyearah vL dapat dinyatakan dalam deret Fourier adalah sebagai berikut

2-8 Penyearah Gelombang Penuh Satu Fasa


Rangkaian penyearah gelombang
gelombang penuh dengan trafo tap
t ap tengah (centre-tap) ditunjukkan pada

gambar 2-18a. Tiap bagian setengah trafo terhubung dengan diode membentuk penyearah
setengah gelombang. Keluaran penyearah gelombang penuh ditunjukkan pada gambar 2-18b.
Karena tidak ada arus dc yang mengalir melaui trafo maka tidak ada masalah saturasi dc pada
inti trafo. Tegangan keluaran rat-rata adalah

Selain menggunakan trafo tap tengah, kita dapat menggunakan empat buah diode seperti pada
gambar 2-19a. Selama tegangan masukan mengalami
mengalami setengah siklus positif, daya disuplai ke
beban melaui D1 dan D2. Pada saat siklus negatif, diode D3 dan D4 yang akan konduksi. Bentuk
 

gelombang tegangan keluaran ditunjukkan pada gambar 2-19b yang serupa dengan gambar
2-18b. Tegangan balik puncak diode hanya Vm. Rangkaian ini dikenal sebagai penyearah
 jembat
 jembatan
an (bridge
(bridge rectifi
rectifier)
er),, da
dan
n umum
umumnya
nya banyak
banyak diguna
digunaka
kan
n dala
dalam
m apli
aplikas
kasii indus
industri.
tri.
 
 

Contoh 2-9

Bila penyearah pada gambar 2-18a memiliki beban resistif murni R, (a) tentukan et'isiensi, (b)
faktor bentuk, (c) faktcr ripple, fd) faktor guna trafo, (e) tegangan puncak balik (PIV) diode D u 
 

CF arus masukan. Solusi: Dari persamaan (2-62), tegangan keluaran rata-rata adalah

2 2
Dari persamaan (2-42) Pdc = (0,6366Vm)  /R, dan dari
dari p
persa
ersama
maan
an (2-43)
(2-43) Pac =(0,707Vm)  /R
 /R..  

(a)  Dari persamaan (2-44), efisiensi η = (0,6366Vm)  /(0


2 2
 /(0,70
,707V
7VIP)  = 81%  

(b)  Dari persamaan (2-46), faktor bentuk FF = 0,707Vm /0,6


 /0,6366
366V
Vm =1,11  

(c)  Dari persamaan (2-48), faktor ripple RF = V1,11  -1 = 0,482 (48,2%)
2
 

(d)  Tegangan rms sekunder trafo Vs = Vm ,414 = 0,707Vm.  

Nilai rms arus sekunder trafo Is = 0,5Vra /R


 /R.. R
Rati
ating
ng vol
volt-am
t-amper
peree (VA)
(VA) tra
trafo,
fo, VA = 2V
2VSIS = 2 x
0,707Vm x 0,5Vni/R. Dari persamaan (2-49)  

(e)  Tegangan balik puncak, PIV = 2Vm  

(f)  Is(puncak) = Vra /R dan


dan Is = 0,707Vm /R. Crest
Crest factor
factor (CF)
(CF) aarus
rus masuk
masukan
an adalah
adalah,, CF
CF
= Is(puncuk) /Is = 1/0,707 =
 

Catatan : Unjuk kerja penyearah gelombang penuh lebih baik bila dibandingkan dengan penyearah

setengah gelombang.  

Contoh 2-10

Penyearah seperti pada gambar 2-18a memiliki beban RL. Gunakan metode deret Fourier
untuk mendapatkan tegangan keluaran vL,(t). Solusi : Tegangan keluaran penyearah dapat
dinyatakan dengan deret Fourier (diulang pada lampiran E) sebagai brikut

Dengan mensubstitusi an dan b„, tegangan keluaran dapat dinyatakan

Catatan : Keluaran penyearah gelombangpenuh hanya memiliki harmonisa genap dan harmonisa
kedua merupakan yang paling dominan yang memilki frekuensi 2f(=120 Hz). Tegangan
keluaran pada persamaan (2-63) dapat diturunkan dengan perkalian spektrum fungsi
saklaring (switching function), lihat lampiran C.

Contoh 2-11
Penyearah jembatan satu fasa yang mensuplai beban induktif yang sangat tinggi seperti
motor dc ditunjukkan pada gambar 2-20a. Perbandingan belitan trafo adalah 1. Beban
 

adalah motor sedemikian rupa hingga keluaran arus jangkar I a  seperti ditunjukkan pada
gambar 2-20b. Tentukan (a) faktor harmonisa, HF arus masukan, dan (b) faktor daya
masukan, PF penyearah.  

Solusi : Biasanya motor dc mengandung beban induktif yang tinggi dan berlaku sebagai
filter untuk mengurangi arus ripple beban.

Gambar 2-20 Penyearah gelombang penuh jembatan dengan beban motor dc 


 

(a) Bentuk gelombang arus dan tegangan masukan penyearah ditunjukkan pada gambar 2-20b.
 

Arus masukan dapat dinyatakan dalam deret Fourier sebagai berikut


 

Dengan mensubstitusikan nilai an dan bn, arus masukan dapat dinytakan

(b) Sudut pergeseran φ  = 0 dan faktor pergeseran DF = cos φ  = 1. Dari persamaan (2-52),

diperoleh faktor daya PF = (Isl /Is) cosφ = 0,90 (tertinggal).

2-9 Penyearah Gelombang Penuh Satu Fasa Dengan Beban RL


Dengan sebuah beban resistif, arus beban memiliki bentuk yang sama dengan tegangan keluaran.
Pada prapteknya hampir semua bebannya induktif dan arus beban tergantung pada nilai resistansi
beban R dan induktansi beban L. Ini ditunjukkan pada gambar 2-2la. Tegangan baterai E

ditambahkan untuk membentuk persamaan yang umum. Bila tegangan masukan Vs = VmSinωt =

sin ωt , arus beban iL dapat ditentukan melalui


 , sin
 

-1
dengan impedansi beban Z = dan sudut impedansi beban φ = tan  (ωL/R)

Kasus 1 : Arus beban kontinyu. Konstanta A| pada persamaan (2-35) dapat ditentukan melaltii

kondisi cot = 7i, it = Ij.


 

Dengan kondisi keadaan tunak, il.(ωt = 0)= il.( ωt = π), yaitu il .( ωt = 0 )= 1l, maka diperoleh nilai

I1 sebagai berikut

dan arus keluaran rms dapat ditentukan dengan menggabungkan arus rms tiap- tiap diode

Pada saat ωt = β, arus turun menjadi nol, dan iL(ωt = β) = 0, maka


 

β dapat ditentukan dari persamaan transendeltal ini melalui metode penyelesaian iterasi (cara
coba-coba) yang dibahas pada bab berikutnya. Dimulai saat β  = 0, dan nilainya
nilai nya meningkat

perlahan-lahan
perlahan-lahan sampai bagian scbelah kiri persamaan
persamaan ini menjadi nol.
Arus rms diode dapat ditentukan dari persamaan (2-68) yaitu

2-10 Penyearah Hubungan Bintang Fasa


Fasa Banyak
Kita melihat pada gambar (2-62) bahwa tegangan keluaran rata-rata yang dapat
diperoleh melalui penyearah gelombang penuh satu fasa adalah 0,6366Vm  dan
penyearah-penyearah ini digunakan pada aplikasi dengan daya diatas 15 kW. Untuk
keluaran daya yang lebih besar, banyak digunakan penyearah tiga fasa dan fasa
banyak. Deret Fourier tegangan keluaran yang dinyatakan oleh persamaan (2-63)
menunjukkan bahwa keluaran tersebut mengandung harmonisa dan frekuensi
fundamentalnya adalah dua kali frekunsi sumber (2f). Dalam prakteknya, filter
digunakan untuk mengurangi tingkat harmonisa pada beban, dan ukuran filter
berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi harmonisa. Selain itu penyearah
fasa banyak yang memilki keluaran daya lebih besar, frekuensi fundamental
hrmonisanya juga meningkat sebesar q kali frekuensi sumbemya (qf). Penyearah ini
disebut juga penyearah hubungan bintang.
Rangkaian penyearah pada gambar 2-18a dapat diperluas menjadi fasa banyak
dengan menambahkan kumparan fasa banyak pada sisi sekunder trafo yang
ditunjukkan pada gambar 2-22a. Rangkaian ini dapat dikatakan sebagai  q penyearah
setengah gelobang
gelobang satu fasa, dan dapat digolongkan sebagai
sebagai penyearah tipe satu fasa.
Diode ke-k  akan
  akan konduksi selama periode pada saat tegangan fasa ke- k  lebih
  lebih besar
dibandingkan dengan fasa yang lain. Bentuk gelombang arus dan tegangan

ditunjukkan pada gambar 2-22b. Waktu konduksi tiap diode adalah 2π /q


 

Dapat diperliatikan dari gambar 2-22b bahwa arus yang mengalir pada belitan sekunder trafo
adalah searang dan mengandung komponen dc. Maka untuk menghilangkan komponen dc
pada bagian masukan trafo bagian kumparan primer harus dihubungkan secara delta. Hal ini
untuk mengurangi kandungan harmonisa pada jala-jala.
 

Dengan mengasumsikan bentuk gelombang kosinus dari  π /q ke 2π /q, tegan


teganga
gan
n kelua
keluaran
ran

penyearah ke q diberikan

Bila beban adalah resistif mumi, arus puncak yang melalui


melalui diode adalah Im = Vm /R dan
dan kita
dapat menentukan arus rms diode (atau arus sekunder trafo) yaitu

Contoh 2-13
Penyearah hubungan bintang fasa banyak memiliki beban resistif mumi yaitu R ohm.
Tentukan (a) efisiensi, (b) faktor daya, (c) faktor ripple, (d) faktor guna trafo, (e)
tegangan balik puncak (P1V) masing-masing diode, dan (f) arus puncak yang
mengalir pada diode bila penyearah menyalurkan arus Idc  = 30 A pada tegangan
keluaran Vac = 140 V.
Solusi : Untuk penyearah tiga fasa q = 3 pada persamaan (2-69), (2-70) dan (2-71)

(a) Dari persamaan (2-69), Vdc = 0,827Vm dan = 0,827Vra /R. Dari


Dari persa
persama
maan
an(2-
(2-70
70),
),

Vm  = 0,84068Vm  dan arus W = 0,84068Vm /R. Dari


Dari persam
persamaan
aan (2-42
(2-42),
), Pdc
Pdc =
2 :
(0,827Vm)  /R, da
dari
ri pe
persa
rsama
maan
an 2-43)
2-43) Pac =(0,84068Vm) /R, dan dari
dari persa
persama
maan
an
(2-44) efisiensi adalah

1.  Dari persamaan (2-46), faktor bentuk FF = 0,84068/0,827 = 1,0165 atau 101,65%
2.  Dari persamaan (2-48), faktor rippie RF = VU065  -1 = 0,1824 atau 81,245%
2

3.  Dari persamaan (2 -56), tegangan rms sekunder trafo, V3  = 0,707Vm. Dari

persamaan (2-71), arus rms sekunder trafo,


 

Dari persamaan (2-49)

4.  Tegangan balik puncak tiap diode sama dengan nilai tegangan puncak sekunder
antar fasa. Tegangan antar fasa adalah V3 kali tegangan fasa
sehingga PIV = V3 Vra 

5.  Arus rata-rata yang melalui tiap diode adalah


(2-72)

Untuk q = 3, Id = 0,2757Im, arus rata-rata yang melalui tiap diode adalah Id = 30/3 = 10
A dan ini memberikan arus puncak lm = 36,27 A.

Contoh 2-14
5.  Nyatakan tegangan keluaran penyearah q-fasa gambar 2-24a dan deret Fourier.
5.  Bila q = 6. Vm = 170 V, dan frekuensi sumber f = 60 Hz, tentukan nilai rms dari
harmonisa yang dominan dan frekuensinya
Solusi:
(a) Bentuk gelombang untuk q-pulsa ditunjukkan pada gambar 2-24b dan frekuensi
keluaran adalah q kali komponen fundamental (qf). Untuk menentukan konstanta

Fourier, kita integrasikan dari -π /q ke π /q dan kons


konstan
tantan
tanya
ya adala
adalah
h
 

Setelah penyederhanaan dan menggunakan hubungan trigonometri, kita dapatkan

SIN(A +  B)
 B) = SIN  A
 A COS   B
 COS B + COS   A
 COS A SIN   B

dan

SIN(A -  B)
 B) - SIN  A
 A CO S  B
 COS  B  —
 — COS   A
 COS A SIN   B
B KITA DAPATKAN 

Untuk penyearah dengan q pulsa per siklus, harmonisa tegangan keluarannya adalah yang

ke-q, 2q, 3q, 4q dan persamaan (2-73) berleku untuk n = 0, lq, 2a. 3a. Berlaku untuk n = 0,
1q, 2q, 3q. Bagian sin (nπ /q) = = sin π = 0 dan persamaan (2-73) meniadi

yang temyata sama dengan persamaan (2-69). Deret Fourier tegangan keluaran v L dinyatakan
sebagai

Harmonisa keenam merupakan harmonisa yang dominan. Nilai rms tegangan sinusoidal
adalah 1/ kali besar puncaknya dan rms harminisa keenam adalah V 6 
6 =
  0,9549Km x

2(35 x = 6,56A frekuensinya adalah f 6 = 6f = 360Hz


 

2-11 Penyearah Jembatan Tiga Fasa


Fasa
Penyearah jembatan tiga fasa biasa digunakan pada aplikasi yang menggunakan daya tinggi
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-25. Ini adalah penyearah gelombang penuh, yang
dapat dioperasikan dengan atau tanpa trafo dan memberikan ripple enam pulsa pada
tegangan keluarannya. Diode-diode dinomori berdasarkan urutan konduksi dan konduksi
tiap diode adalah 120°. Urutan konduksi diode adalah 12, 23, 34, 45, 56, dan 61. Pasangan
diode yang terhubung antar fasa dari tegangan sumber mcmiliki nilai sesaat yang paling
tinggi sehingga diode konduksi. Tegangan saluran (line to line) adalah dari tegangan
fasa dari sumber tifasa yang terhubung bintang. Bentuk gelombang dan waktu konduksi
diode ditunjukkan pada gambar 2-24.
 

Contoh 2-14  i
Sebuah penyearah
penyearah jembatan tiga fasa memiliki beban resistif R. Tentukan (a) efisiensi,
(b) faktor bentuk, (c) faktor ripple, ((d) faktor guna trafo, (e) tegangan balik puncak
(PIV) tiap diode, dan (f) arus puncak yan melalui diode bila penyearah mengirim = 60 A
pada tegangan keluaran Vdc = 280,7 V dan frekuensi sumber adalah 60 Hz. Solusi:
(a) Dari persamaan (2-77), Vdc = l,654Vm dan Idc = l,654Vra /R. Dari
Dari pers
persam
amaa
aan
n (2-78
(2-78),
),
2
Vrms = l,6554Vm dan Ims = l,6554V
l, 6554Vm /R. Dari
Dari persa
persama
maan
an (2-
(2-42
42),
), Pdc = (l,654Vm)  /R,
2
dan darai persamaan (2-43), Pac  = (l,6554Vm)  /R dan
dan dari
dari persa
persama
maan
an (2-44
(2-44))
diperoleh efisiensi
 

(b)  Dari persamaan (2-46), faktor bentuk FF = 1,6554/1,654 = 1,0008 =100,08%


(c)  Dari persamaan (2-48), faktor ripple RF = Vl,0008  -1 = 0,04 = 4%
2

(d)  Dari persamaan (2-57), tegangan rms sekunder trafo, Vs = 0,707 Vm Dari
persamaan (2-80), arus rms sekunder trafo,

(e) Dari persamaan (2-77), tegangan fasa (line to read ) puncak adalah Vm = 280,7/1,654 =
169,7 V. Tegangan balik puncak tiap diode sama dengan nilai tegangan puncak saluran 
(line to line) sekunder, PIV = Vm = x 169,7 = 293,9 V.

(f) Arus rat-rata yang melalui tiap diode

Arus rata-rata yang melalui tiap diode adalah Id = 60/3 = 20 A, maka arus puncak adalah
Im = 20/0,3183 = 62,83 A.
Catatan  :Penyearah ini mempunyai kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan

penyearah fasa banyak yang ditunjukkan pada gambar 2-24 dengan enam pulsa.
2-12 Penyearah Jembatan Tiga Fasa Dengan Beban RL
 

Persamaan yang diturunkan pada bagian 2-9 dapat digunkan untuk menentukan arus
beban
Dan arus keluaran rms dapat ditentukan dengan menggabungkan arus rms tiap-tiap
diode

Arus diode rata-rata dapat juga ditentukan dari persamaan


persamaan (2-84) yaitu

dengan impedansi beban Z   =



-1
dan sudut impedansi beban 9 = tan  (ω L). Konstanta A1 pada persamaan (2-81)

dapat ditentukan dari kondisi cot = π /3, yaitu iL = I. 


yaitu

2-13 Pengaruh Induktansi Sumber Dan Beban

2-13 Pengaruh Induktansi


Induktansi Sumber
Sumber Dan Beban

Pada penurunan tegangan keluaran dan kriteria kinerja penyearah, diasumsikan| bahwa
sumber tidak memiliki
memiliki induktansi dan resistansi. Akan tetapi pada trafo dan sumbernya
sumbernya

selalu ada dan kineija penyearah berubah secara langsung. Akibat adanya induktansi

Rangkaian Diode dan Penyearah 2-10  


 

pada sumber,
sumber, yang lebih penting dibandingkan
dibandingkan dengan resistansi, dapat dijelaskan
berdasarkan gambar 2-26.
Diode dengan tegangan positif akan konduksi. Bila kita perhatikan pada titik cot = n
dengan Vac dan Vbc  sama seperti ditunjukkan pada gambar 2-26. Arus 1dc & masih

mengalir melalui diode D1. Karena induktansi L1, arus tidak dapat turun menjadi nol
secara tiba-tiba dan transfer arus tidak dapat beijalan sesaat. Arus iai berkurang,
menghasilkan tegangan terinduksi pada L1 yaitu Vli dan tegangan keluaran menjadi v1 
= Vac + Vu- Pada saat yang sama arus yang melalui diode D1, D3 meningkat dari nol,
menginduksikan tegangan yang sama melaui L2  yaitu l1  dan tegangan keluaran
menjadi Vl = VbC - VL2. Hasilnya adalah tegangan anoda diode D1 dan D3  menjadi

sama. Dan kedua diode konduksi uniuk periode tertentu yang disebut dengan sudut

komutasi (atau overlap) π Pemindahan arus dari satu diode ke diode yang lain disebut

komutasi (commutation). Reaktansi yang berhubungan dengan induktansi disebut

reaktansi komutasi (commutating reactance). 

Rangkaian Diode dan Penyearah 2-10  


 

Pengaruh overlap ini mengurangi tegangan keluaran rata-rata dari konverter. Tegangan
pada L2 adalah

Dengan mengasumsikan kenaikan arus i meningkat secara linier dari 0 ke Idc  (atau

konstanta di/dt =∆i/ ∆t) kita dapat tuliskan persamaan (2-85) sebagai

dan ini diulang sebanyak enam kali untuk penyearah jembatan tiga fasa. Dengan
menggunakan persamaan (2-86) pengurangan tegangan rata-rata karena induktansi
komutasi adalah

Jika semua induktansi bernilai sama dan Lc = Li = L2 = L:„ Persamaan (2-87)J menjadi

dimana f adalah frekuensi sumber dalam Hz.

Contoh 2-16
Sebuah penyearah jembatan tiga fasa disuplai dari sumber 208 V, 60 Hz yang;
terhubung bintang. Arus beban rata-rata adalah 60 A dan tidak memilikij ripple.
Hitung presentasi reduksi tegangan keluaran karena komutasi bila induktansi saluran
tiap fasanya adalah 0,5 mH.
Solusi: Lc = 0,5 mH, Vs = 208/3 = 120 V, f = 60 Hz, l dc = 60 A, dan Vm= V2 x 120 =

169,7 V. Dari persamaan (2-77), Vdc = 1,654 x 169,7 = 280,7 Vdc Persamaan (2-89)
memberikan reduksi tegangan keluaran,
s
V x = 6x60x0,5 x 10 -  x 60 = 10,%V  atau 10,8 x 100/280.7 = 3,85%
dan tegangan keluaran efektif adalah (280,7 - 10,8) = 266,9 V

Rangkaian Diode dan Penyearah 2-10  


 

Contoh 2-17
Diode pada penyearah gelombang penuh satu fasa pada gambar 2-19a memilki waktu

pemulihan balik (reverse recovery time) trr = 50 µs dan tegangan masukan rms Vs =

120 V. Tentukan pengaruh reverse recovery time pada tegangan keluaran rata-rata

bila frekuensi sumber (a) f s = 2 kHz, dan (b) f, = 60 Hz.

 Rever
 Reverse
se recove
recovery time akan mempengaruhi tegangan keluaran penyearah. Pada penyearah
ry time

gelombang penuh pada garnbar 2-19a, diode D1 tidak padam pada ωt = π , dan akan terus
 / ω + tn. Hasil dari reverse recovery time, tegangan keluaran rata-rata
konduksi hingga t = π  

akan berkurang dan bentuk gelombang tegangan keluaran seperti pada gambar 2-27.

Jika tegangan masukan v = Vm sin ωt = 2 Vs sinωt, reduksi tegangan keluaran rata-rata

adalah

Tanpa reverse recovery time. Persamaan (2-62) memberikan tegangan keluaran rata-rata


Vdc = 0,6366Vm = 108,03 V.

(a) Untuk trr = 50 µs dan f s = 2000 Hz, reduksi tegangan keluaran
keluaran rata-rata

Rangkaian Diode dan Penyearah 2-10  


 

Catalan : trr memilki pengaruh yang sangat penting untuk sumber frekuensi tinggi dan untuk

kasus dengan frekuensi normal, 60 Hz pengaruhnya dapat diabaikan. 

Rangkaian Diode dan Penyearah 2-10  

Anda mungkin juga menyukai