PENDAHULUAN
Modul ini akan menjadi sumber belajar tentang 2 hal yang berkaitan dengan
Pengembangan Kurikulum, dan silabus Mata Pelajaran Fisika SMA. Pengembangan kurikulum
menjadi sangat krusial, ketika paradigma sentralisasi pendidikan berubah menjadi desentralisasi.
Penerapan paradigma pendidikan itu, terutama dalam pengembangan kurikulum menjadi sangat
penting bagi para master, yaitu kurikulum yang ketika itu telah tersedia dari pusat kurikulum
berupa Kurikulum Nasional, kini menempatkan master menjadi center dalam pengembangan
kurikulum untuk masing-masing sekolahnya seperti yang dicontohkan dalam Kurikulum 2013
Revisi.
Setelah mempelajari Modul ini, secara umum mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
Pengembangan kurikulum dan silabus mata pelajaran fisika SMA. Adapun Secara khusus,
mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan :
Definisi kurikulum memiliki beban bagi banyak pendidik. Beban yang terdapat dalam
kurikulum diibaratkan oleh Oliva (1992) dalam ungkapannya, bahwa “Curriculum seems at
times analogous to the blind man’s elephant.” Ungkapan Oliva tersebut menggambarkan betapa
banyak yang dapat diceritakan tentang kurikulum yang dianalogikan dengan gajah dan orang
buta. Ketika orang buta tersebut memegang telinga gajah maka gajah didefinisikan berbeda
dengan ketika orang itu memegang ekor, belalai, atau kaki Gajah. Demikian halnya dengan
kurikulum, bagi setiap orang dapat didefinisikan berbeda.
Curriculum atau dalam bentuk jamak disebut curricula or curriculums, dengan demikian
harus dibedakan penggunaannya dalam bahasa kita, yaitu untuk menyebutkannya sebagai kata
tunggal adalah kurikulum dan jamaknya adalah kurikula (tentu bukan kurikulums). Kurikulum
dibangun, direncanakan, didesain, dan disusun. Kurikulum dikembangkan, dievaluasi dan
direvisi. Kurikulum juga diorganisasi, dibentuk dan disusun kembali. Setiap orang dapat
membentuk kurikulum bulat, persegi, dan melingkar- lingkar.
Mengacu pada uraian dalam pengantar tersebut, uraian berikut ini akan menyajikan 1)
Pengertian Pengembangan Kurikulum 2) Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum 3)
Strategi dan model Pengembangan Kurikulum.
Kurikulum adalah inti dari seluruh kegiatan pendidikan. Kurikulum merupakan rencana
yang terorganisir mengenai tujuan, isi, dan pengalaman belajar untuk pencapaian tujuan yang
diinginkan. Dalam perspektif yang lebih luas, kurikulum merupakan cara mempersiapkan
individu untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berguna bagi masyarakat dimana
mereka berasal.
Dalam bidang studi kurikulum, beberapa penulis menggunakan beberapa istilah untuk
merujuk pada aktifitas pembuatan kurikulum tersebut. Misalnya, Saylor dan Alexander (1973)
lebih suka menggunakan istilah ‘curriculum development” untuk mendiskripsikan aktifitas
tersebut. Tapi, Albert Oliver (1977) menyatakan bahwa 'curriculum improvement” adalah kata
yang lebih tepat digunakan untuk merujuk pada aktifitas pembuatan kurikulum. Namun
demikian, istilah curriculum development akan dipilih dan digunakan sebagai istilah dalam
aktiftas pembuatan kurikulum dalam paket ini.
Menurut Saylor dan Alexander, istilah pengembangan kurikulum adalah istilah yang
tepat untuk mendiskripsikan proses pembuatan kurikulum. Menurut mereka, istilah konstruksi
kurikulum dan revisi kurikulum merupakan istilah yang merujuk pada aktifitas menulis dan
merevisi program. Sedangkan istilah perbaikan kurikulum lebih merujuk sebagai tujuan bukan
sebagai proses perencanaan kurikulum.
Di sisi lain. Albert Oliver (1977) mengemukakan pandangan yang berbeda bahwa istilah
pengembangan kurikulum merupakan sebuah konsep parsial karena hanya mengacu pada re-
education guru, dan mengabaikan kelompok lain yang terlibat dalam pendidikan. Dia
mengatakan bahwa istilah perbaikan kurikulum melibatkan re-education semua kelompok, dan
karena itu istilah perbaikan kurikulum lebih tepat dan merupakan konsep yang komprehensif
pada proses pembuatan kurikulum. Perbaikan kurikulum mencakup pembuatan rencana untuk
digunakan siswa tertentu. Kata kunci dalam perbaikan kurikulum, menurut dia, adalah perhatian
pada individu siswa, dalam upaya menghindari kekakuan dan kultus kesesuaian. Proses
perbaikan kurikulum mencakup kegiatan yang mengakibatkan rumusan tujuan kurikulum
mencakup pengalaman menyeluruh siswa. Sehingga lebih menitik beratkan pada proses
pembudayaan (cultivation) bukan pada proses pembentukan (construction).
Ketika asumsi dasar tentang pembaharuan kurikulum telah dikaji dengan seksama, maka
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi langkah-langkah kerja dalam melakukan
pengembangan kurikulum.
Adapun langkah-langkah dalam pengembangn kurikulum (pada tahap perencanaan)
menurut Tyler adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah
pertama dan utama, sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tyler
menegaskan bahwa kejelasan tujuan yang akan dicapai lembaga pendidikan merupakan
aspek yang sangat penting dalam memberi arah seluruh aktifitas pengembangan kurikulum
selanjutnya dan menjadi pijakan dalam memilih isi kurikulum, aktifitas belajar, dan prosedur
pembelajaran. Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan ini perlu dilakukan analisis
kebutuhan dan disaring dengan mempertimbanngkan berbagai aspek, yaitu aspek filosofis,
sosiologis, psikologis, perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Menentukan pengalaman belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungan belajar dalam proses pembelajaran. Ada beberapa
prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
- Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
- Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
- Setiap rancangan pengalaman belajar siswa sebaiknya melibatkan siswa.
- Satu jenis pengalaman belajar dapat saja mencapai tujuan yang beragam.
3. Pengorganisasian pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
a) Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu
kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Contoh: Pengorganisasian pengalaman
belajar yang menghubungkan antara matapelajaran bahasa di kelas lima dan bahasa di
kelas enam.
b) Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam
bidang bahasa dan sejarah dalam tingkat yang sama.
4. Menentukan penilaian ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi dibutuhkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan
benar-benar tercapai dan bagaimana kualitas pencapaiannya. Tujuan yang telah rumuskan di
samping memberi arah dalam merencanakan pengalaman belajar dan isi, juga memberi arah
dalam menentukan bentuk evaluasi. Ini berarti dalam ketiga wilayah tersebut, seharusnya
terdapat sebuah keselarasan dan kecocokan antara satu denngan yang lain. Rumusan tujuan
merupakan kompas dan pengarah pengalaman belajar. Untuk menentukan apakah
pengalaman belajar siswa sudah sampai pada arah yang dirumuskan dalam tujuan maka
dilakukan evalusi.
Beragam perilaku yang ingin dikembangkan dalam formulasi tujuan
(pengetahuan, ketrampilan, sikap) tentunya tidak dapat diukur hanya dengan satu jenis
evaluasi saja tetapi membutuhkan berbagai alt evaluasi yang lainnya.
Menurut Hilda Taba, ada lima langkah pengembangan kurikulum. Langkah
Pertama, mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Di dalam unit eksperimen
ini diadakan studi saksama tentang hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan
didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan
data-data yang menguji landasan teori yang digunakan. Ada delapan langkah dalam kegiatan
unit eksperimen ini :
a) Mendiagnosis kebutuhan
b) Merumuskan tujuan
c) Memilih isi
d) Mengorganisasikan isi
e) Memilih pengalaman belajar
f) Mengorganisasikan pengalaman belajar`
g) Mengevaluasi, melihat sekuens dan keseimbangan
Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini telah diuji
dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain
untuk mengetahuhi validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian diperoleh
beberapa data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Selain
perbaikan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan
tentang hal-hal yang bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu
dilakukan, sebab meskipun suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada sesuatu
sekolah belum tentu demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya
pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.
Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Apabila dalam
kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau
berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan para profesional
kurikululm lainnya. Kegiatan itu dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau
landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk akal dan sesuai.
Langkah kelima, implementasi dan dideminasi, yaitu menerapkan kurikulum baru ini
pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Di dalam langkah ini masalah dan kesulitan-
kesulitan pelaksanaan tetapi dihadapi, baik berkenaan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas, alat
dan bahan juga biaya.
Adapun menurut Wiles dan Bondi, Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
pembaharuan kurikulum adalah meliputi:
a. Mengidentifikasi jenis kebutuhan/masalah-masalah pokok dalam kurikulum
b. Mengidentifikasi persoalan-persoalan dan kebutuhan yang ada di masyarakat (social
demand),
c. Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik, siapa hakekat anak, apa
kebutuhan-kebutuhannya, bagaimana memprogram pembelajaran yang mampu
menggali dan mengembangkan potensi mereka
d. Merumuskan formulasi tujuan pendidikan dimulai dari tujuan pendidikan nasional,
tujuan kelembagaan sampai pada tujuan masing-masing keilmuan
e. Menetapkan aktifitas belajar dan mata pelajaran
f. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran
g. Menguji coba kurikulum yang sudah diperbaharui (tryout)
h. Mengimplementasikan kurikulum baru, dan
i. Mengevaluasi dan merevisi berdasar fakta di lapangan.
Setiap kurikulum yang dikembangkan perlu disesuaikan dengan kondisi atau atau konteks
dimana kurikulum itu akan diimplementasikan. Jika seorang guru mengembangkan sebagian
kecil dari sebuah pembelajaran atau program, maka harus disesuaiakan (dalam hal pendekatan,
tingkat dan isi) dengan keseluruhan program. Jika program baru sedang dirancang dan
dikembangkan maka ada beberapa pendekatan yang dapat diambil dan isu- isu yang perlu
ditangani untuk memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan yang terlibat.
Salah satu isu strategis yang perlu dipertimbangkan adalah apakah desain pembelajaran,
pelaksanaan dan manajemennya menggunakan sentralisasi atau desentralisasi. Sentralisasi dapat
dilihat pada tataran di tingkat nasional maupun organisasi. Kurikulum terpusat cenderung lebih
terstruktur dan teratur, lebih mudah untuk memastikan keseragaman dan kesamaan standar
pembelajaran, tetapi kurang sensitif terhadap kebutuhan lokal.
Kurikulum Desentralisasi cenderung lebih sesuai dengan kebutuhan lokal dan sering
menjamin rasa kepemilikan yang lebih baik bagi para guru. Desentralisasi dapat memungkinkan
untuk menggunakan berbagai pendekatan dalam merancang, mengimplementasikan, dan
memungkinkan untuk melakukan perbandingan kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Strategi pengembangan kurikulum tersebut akan berguna dalam melihat dua kelompok
aliran pemikiran tentang model pengembangan kurikulum, yaitu: model tujuan dan model
proses. Meskipun kedua model tersebut tidak saling eksklusif, mereka mewakili dua pendekatan
filosofis yang berbeda.
1. Model Tujuan
Model Tujuan menggunakan premis utama bahwa semua pembelajaran harus
didefinisikan dan ditentukan apa yang dapat diketahui dan dilakukan siswa setelah
mempelajari sebuah program pembelajaran. Pernyataan tentang apa yang dapat diketahui
dan dilakukan siswa setelah memplejari program pembelajaran tersebut dituangkan dalam
sebuah rumusan hasil belajar atau tujuan pembelajaran.
Desain kurikulum menurut model ini mengikuti empat langkah :
a) Penyesuaian tujuan yang lebih luas dengan tujuan khusus
b) Membentuk program pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut
c) Menentukan kurikulum dalam prakteknya dengan melakukan pengujian
d) Mengkomunikasikan kurikulum kepada para guru
Hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah agar tidak fokus
pada tujuan yang kurang bermakna (sepele) atau spesifikasi yang sempit karena hal ini akan
membatasi guru dan pengalaman belajar yang berharga mungkin akan hilang. Dengan
menggunakan model tujuan ini memungkinkan untuk merancang sebuah konstruk penilaian
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Model Tujuan ini merupakan sebuah pendekatan sistematis dalam perencanaan
pembelajaran. Ini merupakan bagian dari Pendidikan Berbasis tujuan/Hasil (Outcomes
Based Education) yang menyatakan bahwa pendidik harus berpikir tentang hasil yang
diinginkan dari program mereka dan harus dinyatakan dalam istilah yang jelas dan tepat.
Dalam jargon OBE, mereka harus bekerja secara backwards design atau 'downwards
design', untuk menentukan pengalaman belajar yang sesuai yang akan mengarah pada hasil
atau tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. Dengan menggunakan Model Tujuan ini,
pendidik harus memberikan keunggulan pada apa-apa yang dapat diketahui dan dilakukan
peserta didik setelah menyelesaikan program pembelajaran dengan mengatur dan
mengorganisir kurikulum mereka.
2. Model Proses
Model proses mengasumsikan bahwa isi dan kegiatan pembelajaran memiliki
nilai intrinsik dan tidak hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dinyatakan dalam rumusan perilaku yang remeh. Stenhouse (1975) berpendapat bahwa ada
empat proses dasar pendidikan, yaitu:
a) training (akuisisi keterampilan)
b) Instruction (perolehan informasi)
c) Initiation (sosialisasi dan pengenalan dengan norma-norma dan nilai- nilai sosial)
d) Induction (berpikir dan pemecahan masalah).
Ia mengklaim bahwa perilaku yang diinginkan dalam rumusan tujuan
pembelajaran hanya penting dalam dua proses pertama. Akan tetapi dalam dua proses kedua
yakni inisiasi dan induksi, tidak akan mungkin untuk menggunakan rumusan tujuan
pembelajaran. Dari ini disarankan bahwa penggunaaan rumusan tujuan pembelajarn tidak
tepat untuk pembelajran berbasis masalah (PBL), profesional development atau pemecahan
masalah klinis. Pendekatan desain program dengan Model Proses ini termasuk " pendekatan
intelektual, yang menguji mata pelajaran dalam hal asumsi digunakan berkaitan dengan
body of information, knowledge and skills. Model ini mempertanyakan, apakah
pembelajaran seharusnya diajarkan pada analisis konseptual tingkat mikro atau makro?,
Pendekatan kreatif atau eksperensial melibatkan pembelajaran melalui pengalaman dan
umumnya melalui dinamika proses kelompok. Hasil belajar ditentukan atau didefinisikan
pada saat kegiatan pembelajaran terjadi.
Pendekatan Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat diwadahi dan sesuai
untuk kedua model, tujuan dan proses. Meskipun PBL 'murni' memungkinkan pelajar untuk
menentukan tujuan belajar mereka sendiri dan menempatkan penekanan pada proses
memahami masalah.
Model proses sangat tergantung pada kualitas guru dan lebih sulit untuk mengatur
standar penilaian, validitas dan reliabelitasnya karena kinerja tidak diukur berdasarkan
tujuan yang sudah tetapkan tetapi berdasarkan proses dan isi pembelajaran.
Pendekatan terbaik untuk desain kurikulum adalah untuk menggabungkan yang
terbaik dari kedua pendekatan sesuai dengan kebutuhan siswa, pengalaman guru, struktur
organisasi dan sumber daya. Sebagai contoh, dapat diamati karakter dari kurikulum yang
diberlakukan di negara kita, yakni kurikulum KTSP dan kurikulum 2013
Saat ini kita berada pada abad 21 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang
pesat, sehingga sains dan teknologi merupakan salah satu landasan penting dalam pembangunan
bangsa. Pembelajaran sains diharapkan dapat menghantarkan peserta didik memenuhi
kemampuan abad 21. Berikut kemampuan yang diperlukan pada abad 21, yaitu: 1) keterampilan
belajar dan berinovasi yang meliputi berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah, kreatif
dan inovatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi; 2) terampil untuk menggunakan
media, teknologi, informasi dan komunikasi (TIK); 3) kemampuan untuk menjalani kehidupan
dan karir, meliputi kemampuan beradaptasi, luwes, berinisiatif, mampu mengembangkan diri,
memiliki kemampuan sosial dan budaya, produktif, dapat dipercaya, memiliki jiwa
kepemimpinan, dan tanggung jawab.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga
mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar
penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak
berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.
Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan
kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik
(learnable); terukur pencapainnya (measurable); bermakna (meaningfull); dan bermanfaat untuk
dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta
didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-
keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar,
materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam
silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktifitas. Pembelajaran tersebut
merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru
diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan
metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta
tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.
Mengacu pada uraian dalam pengantar tersebut, uraian berikut ini akan menyajikan 1)
Pengertian Silabus 2) Prinsip Pengembangan Silabus 3) Komponen-Komponen Silabus 4)
Langkah-langkah Pengembangan Silabus.
A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian.
a. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran
b. kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan / membentuk kompetensi tersebut
c. upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki
peserta didik
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam pengembangan pembelajaran
lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
dan pengembangan sistem penilaian.
C. Komponen-Komponen Silabus
Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdiri dari beberapa komponen,
sebagai berikut.
Standar kompetensi mata pelajaran adalah batas dan arah kemampuan yang harus
dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu
mata pelajaran tertentu, kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa untuk suatu
mat pelajaran, kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa, kemampuan
yang harus dimiliki oleh lulusan dalam dalam suatu mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi
terdapat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus
dicapai siswa. Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai
target yang harus dicapai dalam pembelajaran.Misalnya, mampu menyelesaikan diri dengan
lingkungan dan sebagainya.Kompetensi Dasar terdapat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar.Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai
petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan
belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.Hasil
belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan,maupun sikap.
Indikator hasil belajar adalah ciri penanda ketercapain kompetensi dasar.Indikator dalam
silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pda diri
siswa.Tanda-tanda ini lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri siswa, target kompetensi
dasar tersebut sudah terpenuhi atau tercapai.
5. Materi Pokok
Materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana
pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian
yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.Secara umum materi pokok dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis,yaitu fakta,konsep,prisip,dan prosedur.
6. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.Strategi pembelajaran meliputi kegiatan tatap muka dan non tatap muka
(pengalaman belajar).
7. Alokasi Waktu
8. Adanya Penilaian
Penilaian adalah jenis, bentuk, dan instrumen yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur keberhasilan belajar siswa.
Sarana dan sumber belajar adalah sarana dan sumber belajar yang digunakan dalam
proses belajar mengajar.
Kurikulum dan silabus merupakan aspek penting dalam terjadinya proses kegiatan belajar
mengajar, setiap kurikulum dan silabus harus didasarkan atas prinsip prinsip yang baik sehingga
hasil dari pembelajaran nantinya akan menciptakan siswa yang terbaik. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum tertera dalam UU No.20/2003 (Pasal 36), yaitu bahwa :
Ruang lingkup materi tersebut sebagai sarana mencapai tujuan mata pelajaran fisika.
Mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam
serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memupuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama
dengan orang lain.
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis.
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
5. Menguasai konsep dan prinsip fisika, serta mempunyai keterampilan mengembangkan
pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai guru fisika kalian harus memahami bahwa kurikulum adalah sebagai pedoman
bukan sebagai suatu hukum yang ketat. Hal ini diartikan bahwa guru fisika mempunyai
wewenang untuk mengembangkan standar minimal yang diberikan, hal ini mengingat dalam
KTSP hanya dituliskan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang memuat standar
minimal. Kelemahan banyak guru yang menganggap bahwa kurikulum tidak boleh
dikembangkan perlu diluruskan. Hal ini untuk menghindari keluhan guru mengenai banyaknya
bahan dalam kurikulum. Dengan wacana yang baru mengenai kurikulum ini, diharapkan para
guru akan lebih mudah dan fleksibel dalam melaksanakan amanat dalam isi kurikulum sehingga
memunculkan semangat dan kreativitas dalam melakukan pembelajaran.
Kurikulum fisika dideskripsikan sebagai apa yang diajarkan di kelas (fisika) dan apa yang
diharapkan dari peserta didik dalam belajar fisika. Kurikulum menjadi pusat lingkungan belajar
fisika. Guru yang baik memahami fakta ini dan menggunakan pengetahuannya tentang peserta
didik dan kultur mereka untuk meyakini bahwa apa yang diajarkan “pas = cocok, tepat” dengan
perhatian dan kemampuan mereka. Apabila kurikulum sangat sulit ataupun terlalu mudah,
menyebabkan peserta didik bosan atau tidak pas, putus asa dalam belajar dan menemukan
sesuatu berbeda dengan yang dipelajarinya di kelas. Sering kali “sesuatu berbeda” dianggap oleh
guru menjadi perilaku yang tidak tepat.
Mengubah kurikulum sering kali bukanlah hal yang mudah. Saat ini, Kemendiknas
melalui Dirjen Dikdasmen dan Puskur memfasilitasi berbagai macam hal yang harus diajarkan di
kelas fisika, sebagai sesuatu yang dikembangkan sendiri oleh guru disesuaikan dengan perhatian
dan kemampuan peserta didik di kelas dalam format KTSP. Dengan kata lain, guru harus percaya
keterkaitan antara bahan yang diajarkan dan perilaku peserta didik sehingga kurikulum harus
dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan keadaan nyata lingkungan peserta didik di kelas.
Berkaitan dengan hal tersebut, lebih lanjut Kohn (Chiappetta, 2010) mengemukakan bahwa
“How students act in class is so intertwined with curricular content that it may be folly even to
talk about classroom management or discipline as a field unto itself.”
A. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum dan Silabus Mata
Pelajaran Fisika SMA
Pengembangan kurikulum dan silabus mata pelajaran fisika SMA tentunya disertai oleh
factor factor, diantara ke empat factor itu adalah:
1. Karena adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan;
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga subjek materi yang harus
disampaikan kepada peserta didik semakin beragam;
3. Karena adanya perubahan masyarakat, baik pada tingkat local maupun global; dan
4. Keinginan untul menyamaratakan standar mutu pendidikan secara internasional.
RANGKUMAN
Untuk itu maka pengembangan kurikulum harus dilakukan dalam rangka menjawab
mengenai kualitas kemampuan yang perlu dimiliki peserta didik sebagai pewaris dan
pengembang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. dalam membangun suatu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang sehat dan bermartabat.Pengembangan kurikulum
berdasarkan kontrol dan kewenangan dilakukan dalam dua cara, yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Adapun model pengembanganya dapat dikelompokkan dalam dua model besar
yaitu model tujuan dan model proses.
EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman kamu mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1) Silakan kalian perhatikan dan amati kurikulum mata pelajaran fisika, kemudian kalian
identifikasi komponen dalam kurikulum fisika tersebut?
2) Coba Anda rancang pembelajaran fisika yang kreatif, menyenangkan, dan menantang?
Untuk pertanyaan di atas, kalian dapat mendiskusikan dengan mahasiswa lain menggunakan
buku modul ini dan buku panduan lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menjawab pertanyaan di atas yaitu sebagai berikut.
1) Untuk menjawab soal ini, Kalian harus mencermati kurikulum mata pelajaran fisika
SMA. Coba kalian perhatikan, dalam kurikulum tersebut terkandung ruang lingkup
materi, tujuan, proses, dan evaluasi. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran fisika
sudah diuraikan pada bagian sebelumnya. Silakan kalian lihat kembali. Tujuan yang
tertera dalam kurikulum fisika ditunjukkan dengan SK-KD. Selain itu juga tujuan
kurikuler mata pelajaran fisika. Tujuan kurikuler mata pelajaran fisika sudah diuraikan di
bagian sebelumnya. Silakan kalian diskusikan dengan teman kalian.
2) Pembelajaran fisika yang kreatif, menyenangkan dan menantang dapat dirancang
menggunakan pendekatan tertentu. Selain itu juga menggunakan metode dan media yang
sesuai. Dalam hal ini, misalnya menggunakan pendekatan inkuiri. Pendekatan ini
berbasis penyelidikan. Misalnya, siswa dapat mengamati susunan dan komponen suatu
robot. Setelah itu, siswa diberikan tugas untuk merancang salah satu robot yang
bermanfaat bagi manusia.
TES FORMATIF
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Stenhouse (1975) berpendapat bahwa ada empat proses dasar pendidikan, kecuali....
a. training
b. Instruction
c. Initiation
d. Problem Solving
2. Pernyataan yang paling tepat menggambarkan hakikat pembelajaran adalah ….
a. pembelajaran merupakan proses pengalaman yang berkelanjutan
b. pembelajaran terjadi sepanjang hayat (long life education)
c. pembelajaran merupakan interaksi berbagai komponen pendukung pembelajaran
d. pembelajaran merupakan proses perubahan sebagai hasil interaksi antara pendidik
dan peserta didik, peserta didik dan sumber belajar, antarpeserta didik untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Standar Isi dalam kurikulum diatur dalam ….
e. Permen No. 41 Tahun 2007
f. Permen No. 22 Tahun 2006
g. Permen No. 23 Tahun 2005
h. Permen No. 20 Tahun 2007
4. Standar yang memuat kompetensi lulusan peserta didik adalah ….
a. standar isi
b. standar kompetensi lulusan
c. standar proses
d. standar pengelolaan
5. Ada berapa langkah-langkah pengembangan kurikulum menurut Tayler
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
6. Kurikulum yang bersisi komponen tujuan, konten, proses, dan penilaian merupakan
kurikulum dalam dimensi ….
a. Dokumen
b. Ide
c. Proses
d. Hasil
7. Dimensi kurikulum yang berkaitan dengan apa yang dimiliki peserta didik adalah
dimensi ….
a. Ide
b. Proses
c. Dokumen
d. Hasil
8. Kurikulum dapat mewariskan nilai sosial kepada peserta didik. Hal ini merupakan salah
satu peranan kurikulum, yaitu ….
a. Konservatif
b. Kritis
c. Kreatif
d. Integratif
9. Kurikulum memberikan fungsi agar tiap peserta didik mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. Ini merupakan fungsi ….
a. Integrasi
b. Penyesuaian
c. Diferensiasi
d. Persiapan
10. Berikut peranan pembelajaran terhadap kurikulum pembelajaran,kecuali….
a. sebagai pedoman dalam penyusunan kurikulum
b. sebagai refleksi terhadap kurikulum
c. sebagai kendali atau kontrol terhadap kurikulum
d. sebagai evaluasi terhadap kurikulum
11. Proses pengembangan kurikulum meliputi....
a. perencanaan , implementasi dan evaluasi kurikulum
b. Perencanaan, Pelaksanan, dan Evaluasi kurikulum
c. Pembuatan, Pengesahan, Pelaksanaan kurikulum
d. Evaluasi, Pengesahan dan Pelaksaan kurikulum
12. Berikut kedudukan kurikulum dalam pendidikan, kecuali ….
a. kurikulum sebagai pedoman pembelajaran yang sifatnya spesifik
b. kurikulum berisi konten materi yang akan diajarkan
c. kurikulum memuat komponen pengalaman belajar peserta didik
d. kurikulum memuat pedoman evaluasi
13. Berikut ini tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, kecuali ….
a. tahap konsolidasi
b. tahap konstruksi
c. tahap implementasi
d. tahap evaluasi
14. Berikut ini merupakan pernyataan yang berkaitan dengan pengertian pengembangan
kurikulum. Pernyataan yang tepat adalah ….
a. pengembangan kurikulum merupakan penyusunan kurikulum di tingkat pusat
b. pengembangan kurikulum merupakan penyusunan kurikulum di tingkat satuan
pendidikan
c. pengembangan kurikulum dilakukan baik di tingkat pusat maupun di tiap satuan
pendidikan
pengembangan kurikulum merupakan proses penyusunan isi dan bahan serta cara
mempelajarinya
15. Prinsip pengembangan silabus di mana cakupan, kedalaman materi harus memperhatikan
perkembangan peserta didik adalah ….
a. .ilmiah
b. Relevan
c. Sistematis
d. Konsisten
16. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi termasuk kedalam dari prinsip pengembangan silabus yaitu...
a. Konsisten
b. Sistematis
c. Relavan
d. Ilmiah
17. Salah satu prinsip pengembangan silabus yaitu adanya unsur relevan. Apa yang dimaksud
unsur relevan?
a. Harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
b. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
psikomotorik, dan afektif).
c. Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spiritual peserta didik.
18. Berikut langkah-langkah dalam pengembangan silabus, kecuali
a. memilih dan menentukan tujuan pembelajaran
b. memilih dan menentukan jenis metode dan pendekatan yang sesuai
c. menentukan pengalaman belajar peserta didik
d. menentukan alokasi waktu pembelajaran
19. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum dan Silabus yang menempatkan rumusan
atau tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral adalah...
a. Pendekatan Bidang Studi/Pendekatan Subyek/Disiplin Ilmu
b. Pendekatan rekonstruksionalisme
c. Pendekatan berorientasi pada tujuan
d. Pendekatan humanistik kurikulum
20. Berikut ini yang termasuk faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum dan
silabus adalah...
a. Nilai peserta didik jelek
b. Keinginan guru mata pelajaran fisika
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
d. Dorongan dari kepala sekolah
Cocokkanlah jawaban kalian dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan kalian terhadap materi Kegiatan Belajar.
1. D
2. D
3. D Lihat PP Nomor 19 Tahun 2006.
4. B
5. C.
6. A
7. D
8. A Peran konservatif bertujuan untuk mewariskan nilai sosial kepada peserta didik.
9. B. Jelas, fungsi kurikulum yang dinyatakan dalam soal ini berkaitan dengan fungsi
penyesuaian.
10. A. 8)Pembelajaran bukan sebagai pedoman penyusunan kurikulum, tetapi kurikulum sebagai
pedoman dalam pembelajaran, dan pembelajaran sebagai kontrol dan evaluasi terhadap
perbaikan kurikulum selanjutnya.
11. A
12. A. Kurikulum sebagai pedoman pembelajaran yang masih bersifat umum sehingga perlu
dijabarkan lebih spesifik oleh guru di tiap satuan pendidikan.
13. A
14. D
15. B. Pengembangan silabus harus memperhatikan perkembangan peserta didik.
16. B
17. D
18. D
19. C
20. C
DAFTAR PUSTAKA
Chiappetta, Eugene L & Thomas R. Koblla, Jr. 2010. Science Instruction in the Middle and
Secondary Schools: Developing Fundamental Knowledge and Skills. 7th Edition. Boston, USA:
Allyn & Bacon.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Hasan, Said Hamid. 2005. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tyler, Ralph. 1991. Prinsip Asas Kurikulum dan Pengajaran. Johor: Pesta Sdn.