Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAn Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Ia sebagai instrumen yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Caswell menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan proses siklus yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat. Kajian-kajian pada pengembangan yang bersifat filosofis, psikologis, situasi sosial politis, dan perkembangan iptek menjadi sangat penting ketika dikehendaki perubahan perubahan dan pengembangan pendidikan masa depan.pertinbangan-pertimbangan tentang pentingnya relevansi, fleksibilitas, dan kontinuitas merupakan prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.[1] II. RUMUSAN MASALAH 1. Apa Pengertian dan Bentuk Organisasi Kurikulum? 2. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum?

PEMBAHASAN 1. Pengertian dan bentuk organisasi kurikulum a. Pengertian organisasi kurikulum Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan di sampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada muridmurid.[2] b. Bentuk organisasi kurikulum Pada garis besarnya, ada lima pengorganisasian pokok, yaitu: 1. Separate Subject Curriculum ( kurikulum mata pelajaran) Organisasi kurikulum ini digolongkan sebagai bentuk kurikulum yang masih tradisional. Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Ciri-ciri organisasi kurikulum ini dilihat dari berbagai segi sebagai berikut: a) Dilihat dari segi tujuan Keuntungannya: Dapat mencapai pengetahuan secara mendalam. Dapat menstandarkan pengetahuan peserta didik yang tersebar di banyak tempat. Dapat menyeragamkan fasilitas yang disediakan. Kekurangannya: Pengetahuan yang didapat kurang luas Sarana pendidikan jadi kaku Kurikulum kurang fleksibel b) Dilihat dari segi bahan Keuntungannya: Disediakan dari pusat Luas bahan terbatas

III.

Bahan mudah diatur secara sistematis Kekurangannya: Buku acuan kurang diperhatikan Bahan disusun urutannya oleh penulis buku c) Dilihat dari sudut metode mengajar Keuntungannya: Bentuk pengajaran secara progresif linier Tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi Kekurangannya: Metode yang digunakan bersifat teacher centered Banyak metode yang dilakukan bersifat tradisional Metode ceramah dan hafalan kurang dapat membentuk perkembangan pribadi Kegiatan belajar bersifat ekspositorik d) Dilihat dari segi guru Keuntunggannya: Persiapan bahan relatif mudah Bahan sudah siap dipakai Tidak perlu mengadakan bahan banding Kekurangannya: Kurang kreatif Kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat mengajar Dibatasi waktu penyampainnya e) Dilihat dari segi peserta didik Keuntungannya: Beban tugas tidak terlalu banyak Dapat belajar secara sistematis Kekurangannya: Tidak membedakan perbedaan individual Tidak berinisiatif[3] 2. Broadfield Curriculum (kurikulum bidang studi) Sebagian ahli berpandangan bahwa kurikulum bidang studi (broadfield curriculum) ini termasuk ke dalam jenis kurikulum berkolerasi. Ciri-ciri umum kurikulum bidang studi adalah sebagai berikut: a. kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang didalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis. b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan. c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang telah digariskan. d. Sistem penyampaiannya bersifat terpadu. e. Guru berperan selaku guru bidang studi f. Dikenal berbagai jenis bidang studi seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, bahasa, pendidikan moral Pancasila, pendidikan keterampilan, ilmu keguruan dsb. 3. Core Curriculum (kurikulum inti)

1.

2.

3.

4.

Berbagai pengertian tentang kurikulum inti (core curriculum) sebagai berikut: Menurut Spears, mengatakan bahwa: the provision of a Common body of growth experiences, usually spoken of as the core curriculum Leonard menyatakan bahwa: ..that part of the curriculum, which takes as its major job, is the Development of personal social responsibility and competency needed by all youth to serve the needs of a democratic society Alberty menyatakan bahwa: the core may be regard as that aspect of the total curriculum which is basic for all student, and which consists of learning Activities that are organised whitout reference to conventional subject or lines Romine menyatakan bahwa: The core curriculum, core program, or core course may be defined as the part of the total curriculum objectivies, which is scheduled for proportionally longer blocks of time Ciri-ciri core curriculum sebagai berikut: Perencanaan oleh guru-guru secara kooperatif Penggunaan teknik problem solving dalam core program Guru dan murid saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Penilaian dilakukan dengan bermacam bentuk

4. Correlated Curriculum (kurikulum dengan mata pelajaran berkolerasi) Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri kurikulum ini diantaranya sebagai berikut: Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para siswa. Metode penyampaiannya menggunakan metode korelasi. Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa mulai dikembangkan.[4] Meskipun demikian, correlated curriculum mempunyai kelemahan yang ditinjau dari berbagai sudut sebagai berikut:[5]
1. Tujuan pengajaran 2. Bahan Kadang-kadang kabur karena kompleks bahan tidak sistematis, luas bahan tidak ditentukan batasannya Kadang-kadang tidak tersedia dan mahal Ujian dilakukan secara lokal, dalam rapor tidak menggambarkan peserta didik itu pandai atau tidak, hanya dapat dilakukan secara konsekuen oleh sekolah swasta.

3. Sarana/prasarana 4. Evaluasi

5. Guru

6. Peserta didik

Pembagian tugas pada team teaching perlu penyesuaian, tidak semua guru sanggup melaksanakan Kurang mempunyai pengetahuan yang dalam, kurang mempunyai pengetahuan yang seimbang antar bidang studi untuk setiap bidang studi pengetahuan.

5. Integrated Curriculum Integrated curriculum adalah kurikulum yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi sebagai berikut: Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Berdasarkan psikologi belajar gestalt atau organismik Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultural Berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa Bentuk kurikulum initidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran tetapi lebih luas.[6] 2. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Secara umum ada beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: 1. Prinsip relevansi Dalam Oxford Advanced Dictionary of Curent English, kata relevansi atau relevan mempunyai arti connected with what is happening, yakni kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, berarti perlunya kesesuaian antara pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Jadi pengembangan kurikulum yang relevan adalah pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang terlibat dalam proses produksi dengan menggunakan teknologi tertentu. Soetopo dan Soemanto dan Subandijah mengungkapkan relevansi sebagai berikut: relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. relevansi pendidikan dengan dunia kerja. relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. 2. Prinsip fleksibilitas Fleksibilitas berarti tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. 3. Prinsip efektivitas Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan . 4. Prinsip efisiensi Prinsip efisiensi sering kali di konotasikan dengan prinsip ekonomi, yang berbunyi: dengan modal atau biaya, tenaga, dan waktu yang sekecil-kecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan. Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang

digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa optimal. 5. Prinsip berorientasi tujuan Prinsip berorientasi tujuan berarti bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. 6. Prinsip dan model pengembangan kurikulum Prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki, memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.[7] 7. Prinsip kontinuitas Prinsip kontinuitas dalam konteks ini bisa kontinuitas yang bersifat vertikal dan kontinuitas yang bersifat horizontal. Kontinuitas vertikal adalah kontinuitas antar level pendidikan yang satu dengan yang lainnya. Kontinuitas horizontal dapat dipahami sebagai ada sambungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.[8] IV. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan di sampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada muridmurid. Pada garis besarnya, ada lima pengorganisasian pokok, yaitu: 1. Separate Subject Curriculum ( kurikulum mata pelajaran) 2. Broadfield Curriculum (kurikulum bidang studi) 3. Core Curriculum (kurikulum inti) 4. Correlated Curriculum (kurikulum dengan mata pelajaran berkolerasi) 5. Integrated Curriculum Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Secara umum ada beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: Prinsip relevansi Prinsip fleksibilitas Prinsip efektivitas Prinsip efisiensi Prinsip berorientasi tujuan Prinsip dan model pengembangan kurikulum Prinsip kontinuitas

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

V.

PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan sampaikan, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pelafalannya kami mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi Kita

Mampukah kurikulum 2013 memperbaiki pendidika Indonesia?. Menghadapi perubahan yang sangat cepat pada Kurikulum 2013 ini menyebabkan banyak para pihak pelaku dunia pendidikan mengeluh. Keluhan itu disampaikan oleh Ibu Turheni selaku Wakasek SMAN 5 Bekasi mengatakan, "Kebijakan kurikulum 2013 harus cermat dan pandai agar mampu menghasilkan siswa yang memiliki integritas pada kebangsaan, keilmuan, dan global. Bila hal ini diabaikan maka penggunaan kurikulum lama (KTSP -red) masih menjadi jalan alternatif bagi sekolah sebagai dasar pijak kurikulum." Hal senada juga disampaikan oleh Bpk Christian Atanila selaku Kepala Cabang LP3I Course Center Jatiwaringin di sela-sela kegiatan Dream School (Kunjungan Sekolah Impian) di SMAN 5 Bekasi, "Kurikulum 2013 terkesan kejar target, tidak terlihat sisi kualitas dari sebuah paket kurikulum. Dikhawatirkan ini hanya menjadi proyek bagi pihak-pihak tertentu di dunia pendidikan. Sekolah-sekolah juga banyak yang belum siap untuk menerapkan kurikulum ini di tahun ajaran nanti. Perlu ada masa transisi dan uji coba penerapan agar masyarakat mengetahui jelas perbedaan signifikan antara kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013 yang baru ini." Memang tidak banyak yang bisa diperbuat oleh masyarakat. Tetapi, masyarakat mampu memberikan usulan dan masukan yang bermanfaat kepada kementerian atau pihak terkait (misal, DPR) untuk penyempurnaan kurikulum 2013. Kami yakin banyak ahli yang dilibatkan dalam penyusunannya, namun berapa banyak pelaku dunia pendidikan di tingkat grassroot yang diikutsertakan untuk memberikan masukan. Ujung tombak pendidikan ada di guru. Bila guru tidak paham atas penerapan dari kurikulum 2013 maka ini akan membawa dampak buruk bagi dunia pendidikan. Tidak hanya pada kualitas pendidikan atas sekolah, juga kualitas pendidikan atas lulusannya. Pengguna jasa SDM adalah dunia kerja alias dunia industri. Tentu mereka menginginkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing di global. Bila guru sebagai pelaksana kurikulum telah melakukan kesalahan dalam penerapan maka sudah bisa dipastikan, capaian-capaian yang diinginkan kurikulum tidak terlaksana dengan baik. Sudah tentu dunia industri dengan kenaikan UMP atau UMK dimana-mana akan memberikan tanggapan negatif. Ini akan berdampak pada perekonomian karena mereka akan lari dari Indonesia ke negara tetangga yang lebih memiliki SDM mumpuni dan tentu saja lebih murah dari Indonesia. Oleh karena itu, berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menyempurnakan kurikulum 2013 dan memberikan pelatihan atas penerapannya. Bukan sekedar sosialisasi kepada para pendidik (guru), juga kepada pengampu kebijakan di tingkat sekolah, kecamatan, kota/kab, dan provinsi agar kebijakan ini dapat terimplementasi secara utuh. Memang bukan tidak mungkin dengan kurikulum 2013 ini pendidikan Indonesia dapat terangkat lebih baik lagi. Itu semua tergantung pada pelaksananya. Lantas dimana peranan LP3I Course Center sebagai lembaga nonformal dunia pendidikan???

KESIAPAN GURU MENYONGSONG KURIKULUM 2013 H. Sholeh Hidayat Pengajar FKIP/Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Sejak wacana pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, muncul tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan pakar dan praktisi pendidikan serta masyarakat lainnya. Wacana pro dan kontra menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan memiliki kepedulian dan begitu pentingnya pembangunan sistem pendidikan di negeri ini dalam menyiapkan generasi emas memasuki perkembangan global yang semakin kompetitif dan berorientasi pada keunggulan. Semakin banyak kritik dan saran terhadap kurikulum 2013 ini diharapkan lebih mematangkan kurikulum yang sedang dikembangkan. Kurikulum mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian untuk beradapati serta bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dalam berbagai kesempatan menegaskan peurbahan dan pengembangan kurikulum 2013 merupakan persoalan yang penting dan genting. Alasan perubahan kurikulum, kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Karena zaman berubah, maka kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan penalaran, bukan lagi hafalan semata. Perubahan ini diputuskan dengan merujuk hasil survei internasional tentang kemampuan siswa Indonesia. Salah satunya adalah survei "Trends in International Math and Science" oleh Global Institute pada tahun 2007. Menurut survei ini, hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea yang sanggup mengerjakannya mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen siswa Indonesia dapat mengerjakan soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan. Sementara itu, siswa Korea yang bisa mengerjakan soal semacam itu hanya 10 persen. Indikator lain datang dari Programme for International Student Assessment(PISA) yang di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Dan hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6. Kesimpulan dari dua survei itu adalah: prestasi siswa Indonesia

terkebelakang. Periubahan kurikulum meliputi empat elemen yaitu : pertama; standar kompetensi kelulusan, kedua standar isi, ketiga, standar proses dan keempat, standar penilaian. Pengembangan kurikulum 2013 menitikberatkan pada penyederhanaan, pendekatan tematikintegratif dilatarbelakangi oleh masih terdapat beberapa permasalahan pada Kurikulum 2006 (KTSP) antara lain ; (1) konten kurikulum yang masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (2) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (3) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir (Draft Kurikulum 2013). Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara bertahap mulai tahun pembelajaran baru bulan Juli 2013. Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan Kurikulum pada Kurikulum 2013 dilakukan seiring dengan tuntutan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan melaksanakan amanah Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang SIstem Pendidikan Nasional serta Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Mencermati draft bahan sosialisasi Kurikulum 2013, pengembangan kurikulum 2013 untuk meningkatkan capaian pendidikan dilakukan dengan dua strategi utama yaitu peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektivitas pembelajaran dicapai melalui tiga tahapan yaitu efektivitas interaksi, efektivitas pemahaman, dan efektivitas penyerapan. (1) Efektivitas Interaksi akan terwujud dengan adanya harmonisasi iklim atau atmosfir akademik dan budaya sekolah . Iklim atau atmosfir akademik dan budaya sekolah sangat kental dipengaruhi oleh manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah beserta jajarannya. Efektivitas Interaksi dapat terjaga apabila kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada satuan pendidikan. Tantangan saat ini adalah sering dijumpai pergantian manajemen dan kepemimpinan sekolah secara cepat sebagai efek adanya otonomi pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh politik daerah. (2) Efektivitas pemahaman menjadi bagian penting dalam pencapaian efektivitas pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat tercapai apabila pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal siswa melalui observasi (menyimak, mengamati, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan dan mengomunikasikan. Oleh karena itu penilaian berdasarkan proses dan hasil pekerjaan serta kemampuan menilai sendiri. (3) Efektivitas penyerapan dapat tercipta ketika adanya kesinambungan pembelajaran secara horisontal dan vertikal. Kesinambungan

pembelajaran secara horizontal bermakna adanya kesinambungan mata pelajaran dari kelas I sampai dengan kelas VI pada tingkat satuan pendidikan SD, kelas VII sampai dengan IX pada tingkat satuan pendidikan SMP dan kelas X sampai dengan kelas XII tingkat SMA/SMK. Selanjutnya kesinambungan pembelajaran vertikal bermakna adanya kesinambungan antara mata pelajaran pada tingkat saatuan pendidikan SD, SMP, sampai dengan satuan pendidikan SMA/SMK. Sinergitas dari ketiga efektivitas pembelajaran tersebut akan menghasilkan sebuah transfomasi nilai yang bersifat universal, nasional dengan tetap menghayati kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang berkarakter mulia. Penambahan Jam Pelajaran Salah satu ciri kurikulum 2013 yaitu adanya penambahan jam pelajaran. Penambahan jam pelajaran sebagai konsekuensi dari adanya perubahan proses pembelajaran yang semula dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu. Selain itu, akan merubah pula proses penilaian yang semula dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output. Penambahan jam pelajaran dalam kurikulum 2013, karena kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran seperti KIPP dan MELT di AS dan Korea Selatan. Jika dibandingan dengan negaranegara lain jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial. Pada saat ini dalam pengembangan kurikulum 2013 telah melewati tahap ketiga yaitu uji publik dan sosialisasi untuk memperoleh masukan dari berbagai stakeholders guna penyempurnaan draft kurikulum 2013. Uji publik draft kurikulum 2013 dari bulan November hingga Desember 2012 dan desain kurikulum 2013 sudah final. Pada bulan Januari-februari atau awal Maret ini tengah dilakukan penyusunan buku pelajaran dengan pendekatan tematik integratif kelas I sampai dengan kelas V Sekolah Dasar dan pendekatan berbasis mata pelajaran untuk SMP dan SMA/SMK. Selanjutnya dalam rangka persiapan penerapan kurikulum baru pada pertengahan Juli 2013 yang akan datang, pelatihan guru inti dan instruktur nasional akan segera dilakukan pada bulan Mei mendatang bertepatan dengan libur tahun ajaran. Setelah pelatihan guru inti, pemerintah akan melanjutkan dengan pelatihan massal yang menyasar pada 712.947 guru. Guru inti yang akan dijadikan sebagai pelatih guru massal ditargetkan berjumlah 46.213 guru. Guru inti dipilih dari prestasi guru dan skor UKG yang sudah dilakukan, Pelatihan untuk guru inti dan guru massal yang terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran dilakukan masingmasing 52 jam pertemuan atau setara dengan lima hari. Selanjutnya, saat kurikulum diterapkan satu guru akan didampingi setidaknya dua guru inti di dalam kelas. Kurikulum 2013 sebagai Inovasi Pengembangan kurikulum merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan. Terhadap suatu inovasi apapun tidak serta merta sasaran penerima inovasi dalam hal ini pendidik dan tenaga kependidikan begitu saja menerima atau mengadopsi inovasi tersebut merupakan suatu hal yang wajar. Dalam teori inovasi, kefektivan inovasi akan terwujud jika memenuhi karakteristik Inovasi. Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi: 1) keunggulan relatif (relative advantage), kompatibilitas (compatibility), 3) kerumitan (complexity), 4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan 5) kemampuan diamati (observability).

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi. Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Kemampuan untuk diujicobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di ujicobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya. Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi. Kesiapan Guru Dalam mengimplementasikan kurikulum, yang jauh lebih penting adalah guru sebagai ujung tombak bahkan bisa menjadi ujung tombok serta garda terdepan dalam pelaksanakan kurikulum. Oleh karena itu betapa pentingnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum itu selain kompetensi, komitmen dan tanggung jawabnya serta kesejahteraannya yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan (content) tapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, merefleksi sebagaimana dinyatakan filosof Betrand Russel More important than the curriculum is the question of the methods of teaching and the spirit in which the teaching is given. Kurikulum penting, tetapi yang tak kalah pentingnya juga adalah bagaimana strategi membelajarkan dan spiritnya. Dengan strategi pembelajaran yang tepat dalam mengimplementasikan kurikulum disertai dengan spirit pendidikan yang selalu menggelora pada setiap guru atau pendidik dan peserta didik, maka proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari rohnya. Sebuah kata bijak mengatakan bahwa At-Thariqatu Afdalu Minal Mad (Metodologi tidak kalah pentingnya dibanding substansi). Betapapun baiknya kurikulum yang telah dikembangkan, buku pelajaran dan media pembelajaran disediakan serta dilaksanakan Diklat baik Kepala Sekolah, Pengawas, Guru Inti, Guru Pelatih maupun Diklat guru secara massal pada akhirnya berpulang kepada ada tidaknya kemauan untuk berubah (willingness to change) dari para pemangku kepentingan utama pendidikan tersebut. Semoga siap untuk berubah.

Dampak Perubahan Kurikulum 2013


Pada tahun 2013 ini, Kemendikbud selain merencanakan wajib belajar 12 tahun, juga mengaplikasikan kurikulum baru yang sekarang sedang diuji ke publik. Dan Kurikulum 2013 tersebut adalah memperkuat sisi sikap dan sisi pengetahuan. Kurikulum ini menggunakan scientific approach, yaitu dengan mengutamakan kemampuan bertanya dan nalar menjadi proses penting. Sedangkan untuk obyek pengamatannya adalah fenomena alam dan fenomena sosial. Sumber : analisadaily.com Dampak Positif pihak yan mendukung adalah kurikulum baru 2013 ini memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, siswa lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Sedangkan Dampak negatifnya adalah kurikulum 2013 ini justru kurang fokus karena menggabungkan mata pelajaran IPA dengan Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan kemampuan guru serta tidak dilakukan uji coba dulu di sejumlah sekolah sebelum diterapkan. Selain itu dalam perubahan kurikulum dengan langkah pemerintah yg tergesa-gesa ini , harusnya tidak memberatkan dan meresahkan masyarakat terkait implementasi di lapangan nanti. Sumber : kompas.com Kurikulum 2013 yang baru ini masih dapat berjalan dan hanya sesuai untuk anak-anak yang berasal dari golongan menengah ke atas saja, karena sebenarnya juga sudah diterapkan di sekolah internasional yang ada di indonesia. Tapi tidak sebaliknya, karena kurikulum baru nanti akan sulit dikembangkan pada sekolah yang ada di seluruh indonesia. Di pelosok-pelosok misalnya. Opini dari sudut pandang pelajar : Menurut saya.. memang kurikulum yg baru itu ada sisi positifnya yaitu ingin memajukan dunia pendidikan, tetapi untuk itu lebih baik pemerintah membenahi atau lebih mengembangkan KTSP atau kurikulum yang lama untuk mencapai target yang diinginkan dan bukan malah menggantinya.. Karena belum tentu kurikulum yang baru ini akan meningkatkan mutu pendidikan yang ada di indonesia

Anda mungkin juga menyukai