0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
186 tayangan19 halaman
Dokumen tersebut membahas karakteristik dan tahapan pelaksanaan Manajemen Prestasi dan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menekankan pada output prestasi siswa, proses pembelajaran yang efektif, dan input sumber daya yang mendukung. Dokumen tersebut menjelaskan 15 karakteristik utama MPMBS dan 4 tahapan pelaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas karakteristik dan tahapan pelaksanaan Manajemen Prestasi dan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menekankan pada output prestasi siswa, proses pembelajaran yang efektif, dan input sumber daya yang mendukung. Dokumen tersebut menjelaskan 15 karakteristik utama MPMBS dan 4 tahapan pelaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas karakteristik dan tahapan pelaksanaan Manajemen Prestasi dan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menekankan pada output prestasi siswa, proses pembelajaran yang efektif, dan input sumber daya yang mendukung. Dokumen tersebut menjelaskan 15 karakteristik utama MPMBS dan 4 tahapan pelaksanaannya.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah karakteristik MPMBS? 2. Apa sajakah tahap-tahap pelaksanaan MPMBS? 3. Bagaimana monitoring dan evaluasi dalam MPMBS? 4. Bagaimanakah penyusunan program dan pelaporan MPMBS?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui karakteristik MPMBS 2. Mengetahui tahap-tahap pelaksanaan MPMBS 3. Mengetahui monitoring dan evaluasi dalam MPMBS 4. Mengetahui penyusunan program dan pelaporan MPMBS BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik MPMBS
MPMBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MPMBS, maka sejumlah karakteristik MPMBS berikut perlu dimiliki. Berbicara karakteristik MPMBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MPMBS merupakan wadah/kerangka, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik MPMBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output. Dalam menguraikan karakteristik MPMBS, pendekatan sistem yaitu input, proses, output digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik MPMBS (yang juga karakteristik sekolah efektif) mendasarkan kepada input, proses, dan output. Selanjutnya, uraian berikut dimulai dari output dan diakhiri input, mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedang proses memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki tingkat lebih rendah dari output. 1. Output: Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic, achivement) dan output berupa prestasi non-akademik (non- academic achievment). Output prestasi akademi misalnya, meningkatkan NUA (Nilai Ujian Akhir) dari rata-rata 4 menjadi 5,NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), cara-cara berpikir (kritis, kreatif/divergan, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah). Output non-akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri kejujuran, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olah raga contohnya prestasi olahraga dari juara 2 kota menjadi juara 1, dan kesenian. 2. Proses: Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut: 1) Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. PBM yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belejar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
2) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpian Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah tangguh memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya sekolah, terutama sumber daya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah.
3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini, peranan kepala sekolah sangat penting.
4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan wadah. Sekolah yang menerapkan MPMBS menyadari tentang hal ini. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah. Intinya, tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menyukseskan MPMBS adalah tenaga kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi, selalu mampu dan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.
5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah sehingga setiap prilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut: a) Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili/mengontrol orang: b) Kewenangan harus sebatas tanggung jawab; c) Hasil harus diikuti penghargaan (reward) atau sanksi (punishment); d) Kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan basis untuk kerja sama; e) Warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya; f) Atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; g) Imbal jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaan; dan h) Warga sekolah merasa memiliki sekolah.
6) Sekolah Memiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh MPMBS karena output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Karena itu, budaya kerja sama antarfungsi dalam sekolah, antarindividu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari warga sekolah.
7) Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehinggga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan. Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan tugasnya.
8) Partisipasi yang Tinggi dari Warga dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini di landasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat prestasi, makin besar rasa memiliki, makin besar rasa tanggung jawab, dan makin besar pula tingkat dedikasinya.
9) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MPMBS, keterbukaan/transparansi ini ditunjukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagai alat kontrol.
10) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Pisik)
Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah. Sebaliknya, kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang dimaksud perubahan adalah peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis. Artinya, setiap dilakukan perubahan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada peningkatan) terutama mutu peserta didik.
11) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Evaluasi hasil belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.
12) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu. Karena itu, sekolah selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat. Bahkan, sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan/tuntunan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal terjadi. Menjemput bola adalah padanan kata yang tepat bagi istilah antisipatif.
13) Memiliki Komunikasi yang Baik
Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang baik terutama antarwarga sekolah, dan juga sekolah masyarakat sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap warga sekolah dapat diketahui.
14) Sekolah Memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapaikan dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat.
15) Sekolah Memiliki Kemampuan Manajemen Sustainabilitas
Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya (sustainbilitasnya), baik dalam program maupun pendanaannya. Sustainbilitas program dapat dilihat dari keberlanjutan program-program yang telah dirintis sebelumnya dan bahkan berkembang menjadi program-program yang telah dirintis sebelumnya dan bahkan berkembang menjadi program-program baru yang belum perada ada sebelumnya.
3. Input pendidikan
a. Memiliki Kebijakan, Tujuan dan Sasaran Mutu yang Jelas
Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah. b. Sumber Daya Tersedia dan Siap Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara memadai, dan pada gilirannya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumber daya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (uang peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa sumber daya selebihnya tidak mempunyai arti apa pun bagi perwujudan sasaran sekolah, tanpa campur tangan sumber daya manusia. c. Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu (kompeten) dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas, yaitu bagi sekolah yang ingin efektivitasnya tinggi maka kepemilikian staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan keharusan. d. Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi Sekolah yang menerapkan MPMBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. e. Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa) Pelanggan, terutama siswa harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang kerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. f. Input Manajemen Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manjamen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif.
2.2 Tahap-tahap Pelaksanaan MPMBS
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2001: 29) tahap-tahap pelaksanaan MPMBS meliputi: 1) Melakukan sosialisasi Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat dikatakan sebagai kebijakan baru yang harus diterapkan oleh sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut Dalam kegiatan pendidikan, setiap unsur atau elemen sekolah diharapkan turut mendukung dalam usaha peningkatan mutu tersebut. Oleh karena itu maka setiap elemen atau unsur-unsur sekolah harus mengetahui ”apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” MPMBS itu dilaksanakan. Sehingga langkah pertama yang harus ditempuh oleh sekolah ketika hendak menerapkan MPMBS adalah melakukan sosialisasi terhadap seluruh unsur-unsur sekolah yang terdiri dan guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, termasuk pula pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota, pejabat Dinas Pendidikan Propinsi. 2) Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah Tahap kedua setelah dilakukan sosialisasi terhadap seluruh unsur-unsur sekolah adalah dengan mengidentifikasikan tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Pada tahap ini sekolah melakukan analisis terhadap output sekolah yang hasilnya merupakan tantangan nyata sekolah tersebut. Keberadaan sekolah tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Tantangan yang harus dihadapai oleh sekolah dapat dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu tantangan kualitas, tantangan efektivitas, tantangan produktivitas, dan tantangan efisiensi. Terhadap berbagai tantangan tersebut sekolah harus mampu mengidentifikasinya. Output sekolah dapat dengan mudah diidentifikasi karena datanya telah tersedia. Sedangkan untuk mengidentifikasi output sekolah yang diharapkan seperti nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) yang akan dicapai pada tahun yang akan datang dapat dilakukan dengan melakukan analisis perkiraan dilengkapi dengan berbagai asumsi untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan di masa depan. 3) Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah (tujuan situasional sekolah) Setiap sekolah harus memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dengan jelas. Visi merupakan gambaran masa depan mengenai sekolah yang bersangkutan. Misi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut. Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dalam waktu tertentu. Sedangkan sasaran merupakan sesuatu yang akan dihasilkan atau dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan tujuan sekolah. Dalam merumuskan visi, harus berpedoman pada landasan yuridis yaitu Undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai dengan jenjang dan jenis sekolahnya serta sesuai dengan profil sekolah yang bersangkutan. Visi yang dibuat harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah. Sedangkan dalam merumuskan misi harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kepentingan yang terkait dengan sekolah. Hal ini dikarenakan misi merupakan bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. 4) Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Setelah visi, misi, tujuan dan sasaran dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Fungsi-fungsi yang perlu diidentifikasi adalah proses belajar mengajar, seperti ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, perencanaan instruksional, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat. Di samping itu fungsi lain yang perlu diidentifikasi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar di antaranya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim akademik sekolah. Yang perlu mendapat perhatian bahwa dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran diperlukan kecermatan dan kehatihatian. 5) Melakukan analisis SWOT Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran telah diidentifikasi maka langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi beserta faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and Treath). Maksud dilakukan analisis SWOT adalah untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dan keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Analisis ini dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor internal maupun faktor eksternal karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi. Tingkat kesiapan dikatakan memadai manakala ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran dapat terpenuhi. Bagi faktor internal ukuran kesiapan dinyatakan sebagai kekuatan sedangkan bagi faktor eksternal ukuran kesiapan dinyatakan sebagai peluang. Tingkat kesiapan dinyatakan kurang memadai apabila tidak memenuhi kesiapan, dimana bagi faktor internal dinyatakan sebagai kelemahan sedangkan bagi faktor eksternal dinyatakan sebagai ancaman. 6) Alternatif langkah pemecahan persoalan Langkah pemecahan persoalan merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap setelah diketahui tingkat kesiapan melalui analisis SWOT. Selama persoalan atau ketidaksiapan fungsi masih dijumpai maka sasaran yang telah ditetapkan sulit dicapai. Agar sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan maksimal, maka diperlukan tindakantindakan yang dapat mengubah fungsi tidak siap menjadi fungsi yang siap. Tindakan tersebut adalah langkah pemecahan persoalan yang pada hakekatnya merupakan tindakan untuk mengatasi kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang dengan cara memanfaatkan adanya satu atau lebih faktor yang bermakna kekuatan atau peluang. Dalam memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain tidak sama, disesuaikan dengan kesiapan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Sehingga terhadap persoalan yang dihadapi oleh setiap sekolah harus menggunakan langkah pemecahan yang sekiranya dianggap sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. 7) Menyusun rencana dan program peningkatan mutu Rencana merupakan deskripsi hasil yang diharapkan serta digunakan untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan sekolah sedangkan program merupakan alokasi sumber daya ke dalam kegiatan-kegiatan menurut jadwal waktu yang telah ditentukan. Rencana yang disusun hendaklah memperhatikan prinsip keterbukaan, artinya sekolah harus bersikap terbuka kepada semua pihak yang menjadi stakeholder pendidikan khususnya orang tua dan masyarakat (BP3/Komite Sekolah) pada umumnya. Dalam menyusun rencana beserta program peningkatan mutu semua unsur-unsur sekolah harus dilibatkan. Di samping itu, dalam menyusun rencana perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang, mengingat sekolah tidak selalu sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan dalam melaksanakan MPMBS. 8) Melaksanakan peningkatan mutu Setelah rencana peningkatan mutu disetujui dan disepakati bersama antara sekolah, orang tua siswa dan masyarakat maka dalam merealisasikannya diperlukan langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam mendayagunakan sumber daya yang tersedia agar program- program yang telah direncanakan dapat mencapai sasaran. Agar tidak terjadi pengimpangan terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang dilaksanakan, maka kepala sekolah perlu melakukan supervisi dan monitoring terhadap berbagai kegiatan tersebut. Sebagai manajer di sekolah, kepala sekolah perlu memberikan arahan, bimbingan, dukungan, serta teguran kepada guru dan tenaga yang lain bilamana kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan jalur yang ditetapkan. 9) Melakukan evaluasi pelaksanaan Evaluasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan. Setiap unsuryang terlibat dalam suatu program hendaknya diikutsertakan dalam kegiatan evalusi, sehingga mereka dapat memahami penilaian yang dilakukan serta memberikan alternatif pemecahan terhadap persoalan yang dihadapi. Orang tua siswa serta masyarakat sebagai pihak ekstemal sebaiknya juga dilibatkan sehingga dapat diketahui sudut pandang pihak luar dibandingkan dengan penilaian pihak internal. Agar tidak terjadi ketimpangan dalam penilaian maka perlu dilakukan kesepakatan terhadap indikator yang akan digunakan dalam penilaian. Hasil dan evaluasi pelaksanaan MPMBS perlu dibuat laporan yang terdiri dari laporan keuangan dan laporan teknis. Laporan keuangan menyangkut penggunaan uang serta pertanggungjawabannya sedangkan laporan teknis menyangkut program pelaksanaan dan hasil MPMBS. Laporan dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) yang harus dikirim kepada pengawas, Dinas Pendidikan Kabupaten, Komite Sekolah, Orang tua siswa, dan Yayasan (bagi sekolah swasta). 10) Merumuskan sasaran mutu baru Sasaran mutu yang baru perlu dirumuskan setelah evaluasi terhadap pelaksanaan program peningkatan mutu dilaksanakan. Hasil dan evaluasi dapat digunakan sebagai alat bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Di samping itu hasil evaluasi juga merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua siswa untuk merumuskan sasaran mutu baru pada tahun yang akan datang. Apabila program yang telah dilaksanakan dianggap berhasil maka sasaran mutu perlu ditingkatkan, namun apabila program tersebut dianggap kurang berhasil maka perlu dilakukan perbaikan terhadap strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan. Selain itu sasaran mutu dapat diturunkan apabila dirasa terlalu berat dan tidak sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Setelah ditetapkan sasaran baru, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT untuk mengetahui tingkat kesiapan masingmasing fungsi dalam sekolah tersebut sehingga dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Sehingga dari informasi yang telah diperoleh melalui analisis SWOT maka langkah-langkah pemecahan persoalan dapat segera dipilih untuk mengatasi faktor-faktor yang mengandung persoalan. Selanjutnya rencana peningkatan mutu yang baru dapat dilakukan. (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001).
2.3 Monitoring dan Evaluasi dalam MPMBS
Pengertian monitoring dan evaluasi Monitoring lebih menekankan pada proses pelaksanaan MPMBS: pembuatan keputusan, pengelolaan kelembagaan , pengelolaan program, pengelolaan PBM, dan evaluasi. Evaluasi lebih menekankan pada tagihan terhadap hasil MPMBS: pembandingan sasaran yang telah ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Tujuan dan manfaat Tujuan monitoring dan evaluasi adalah memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk pembuatan keputusan. Hasil monitoring untuk memberikan balikan bagi perbaikan pelaksanaan MPMBS. Hasil evaluasi memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan terhadap keseluruhan komponen program MPMBS. Monitoring sama dengan evaluasi proses dalam totalitas sistem MPMBS. 1. Komponen MPMBS yang dievaluasi. a. Konteks : melihat kebutuhan. b. Input : harapan, sumber daya, manajemen. c. Proses : pembuatan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, PBM, dan evaluasi program. d. Output : hasil nyata pelaksanaan MPMBS: academic achievement dan non-academic achievement. e. Outcome: hasil MPMBS jangka panjang. 2. Rancangan evaluasi dan monitoring a. Susunan indikator. b. Susunan instrumen. c. Susunan petunjuk penilaian. d. Tentukan sumber data. e. Metode pengumpulan data. f. Metode analisis data. g. Prosedur dan jadwal evaluasi dan monitoring. h. Penentuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi. 3. Pelaksanaan monitor dan evaluasi 4. Laporan hasil monitor dan evaluasi.
2.4 Penyusunan Program dan Pelaporan MPMBS
Panduan penyusunan program dan pelaporan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun program dan pelaporan kepada pihak-pihak terkait. Pihak terkait yang dimaksud adalah pihak-pihak yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam pelaksanaan pengembangan MPMBS. 1. Tujuan penyusunan program dan pelaporan a. Menggali partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan dalam meningjatkan mutu sekolah. b. Sosialisasi adanya program MPMBS kepada masyarakat pada umumnya c. Menumbuhkan kesadaran warga sekolah unuk peduli dan partisipasi aktif mendukung program peningkatan mutu pendidikan. d. Menggali masukan penyempurnaan MPMBS sesuai kondisi dan situasi setempat e. Memberikan rambu-rambu pelaksanaan MPMBS. f. Memberikan rambu pelaporan MPMBS. 2. Komponen program a. Profil sekolah b. Visi, misi, tujuan, dan sasaran c. Evaluasi diri: kekuatan dan kelemahan sekolah terkait dengan sasaran d. Program sekolah untuk mencapai sasaran e. Rencana anggaran 3. Profil sekolah Profil sekolah (PS) adalah gambaran kondisi sekolah pada saat ini. PS sebagai pertimbangan langkah ke depan. Profil sekolah mencakup: a) Input 1) Jumlah siswa 2) Jumlah guru 3) Jumlah sarana prasarana 4) Data siswa 5) Karakteristik orang tua 6) Potensi lingkungan sekolah b) Output 1) Proporsi siswa mengulang kelas, drop out, lulusan. 2) Proporsi lulusan yang diterima di bidang pendidikan berikutnya. 3) Prestasi sekolah lain di bidang akademik dan non akademik. Berdasarkan profil, dapat dianalisis potensi sekolah, harapan masa depan, tantangan, kelemahan, dan usaha pemecahan. 4. Visi, misi, tujuan, dan sasaran Visi adalah gambaran sekolah yang diharapkan/diimpikan di masa depan. Dasarnya tujuan penidikan nasional dan tujuan nasional per jenjang pendidikan. tiap sekolah memiliki visi yang tidak selalu sama, tetap dalam koridor tujuan pendidikan nasional. Jika visi merupakan harapan ideal yang diinginkan sekolah, misi merupakan indikator jangka penjang, misalnya delapan sampai sepuluh tahun mendatang. Untuk itu perlu dirumuskan tujuan sekolah. Tujuan sekolah dirumuskan dalam jangka waktu menengah misalnya empat tahun. Setelah tujuan dirumuskan, langkah selanjutnya adalah menetapkan target atau sasara. Sasaran dirumuskan dalam jangka pendek, misalnya 1 tahun. Sasaran merupakan tahapan untuk mencapai tujuan 4 tahun. 5. Evaluasi diri Setelah sasaran ditentukan, sekolah melakukan evaluasi diri dengan menginventarisasi kekuatan dan kelemahan dalam rangka mencapai sasaran. Evaluasi dilakukan oleh team, bukan oleh individu, sehingga hasilnya obyektif. Sekolah bias minta bantuan pada pakar dari karangan orang tua, tenaga perguruan tinggi, pengawas, maupun masyarakat di sekitar sekolah. 6. Program kerja Program kerja merupakan upaya mencapai target yang didasarkan pada kekuatan yang mendukung dan upaya mengatasi kelemahan. Oleh sebab itu, analisis SWOT diperlukan untuk situasi dan kondisi sekolah masing- masing sangat diperlukan sebelum menyusun program kerja. Program kerja sekolah disusun berdaasarkan target yan telah dirumuskan sebelumnya. Program kerja sekolah yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, bergantung pada visi, misi, dan sasaran. Program kegiatan yang disusun hendaknya tidak terlalu ambisius, tetapi juga tidak terlalu sederhana atau samadengan sebelumnya. Target yang dijadikan dasar dalam menyusun program kerja hendaknya dapat diukur, sementara programnya dapat dilaksanakan. 7. Anggaran Setiap kegiatan disusun anggarannya, mencakup penerimaan dan pengeluaran secara lengkap. Anggaran bersifat luwes, artinya jika dalam perencanaan perlu penyesuaian akibat kegiatan yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Anggaran disusun berangkat dari rencana kegiatan kemudian diperhitungkan biayanya, bukan dari jumlah dana yang tersedia kemudian dialokasikan habis. Realisasi anggaran yan lebih dan/atau kurang dianalisis sebab-sebabnya. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 1. 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Hendyat. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kurikulum Berbasis