Anda di halaman 1dari 8

a.

Titrasi Netralisasi ( Titrasi Asam-basa)

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam
basa didasarkan pada reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa .Kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam.

Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya
secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya perubahan warna indikator yang
ditambahkan . Untuk pengamatan titik akhir titrasi indikator yang paling tepat digunakan
adalah indikator yang menunjukkan perubahan warna paling dekat dengan harga pH di titik
ekuivalen titrasi.

b. Kurva titrasi asam basa

Pada titrasi asam dengan basa, maka kurva titrasinya merupakan hubungan antara volume
basa sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumby Y) seperti pada. Gambar 4.1a, dimana
dengan bertambahnya basa sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan meningkat.
Sedangkan pada titrasi basa dengan asam, maka kurva titrasinya merupakan. Hubungan
antara volume asam sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumby Y) seperti pada Gambar
4.1b, dimana dengan bertambahnya asam sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi
akan menurun.

 Titrasi antara basa kuat dengan asam kuat


Contoh disini adalah 25 mL NaOH 1 M dititrasi dengan 1 M HCl, reaksi dan grafiknya
adalah sebagai berikut:

NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O


(l)

Dari grafik diatas dapat di ketahui bahwa penurunann nilai pH melambat hingga titrasi
mendekati titik ekuivalen. Jika dihitung pH akan mengalami perubahan yang cukup drastis
pada saat Anda menambahkan 24,9 mL HCl yakni dari pH 11,3 menjadi 2,7 saat Anda
menambahkan 25,1 mL HCl.

Tabel keadaan reagen yang habis dan tersisa sebelum titik ekuivalen, saat titik ekuivalen, dan
setelah titik ekuivalen
Sedangkan untuk grafik jika analitnya adalah HCl maka diperoleh grafik seperti berikut:

Tendensi perubahan pH juga sama dimana dari grafik diatas kenaikan pH melambat hingga
titrasi mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen kedua titrasi diatas terletak pada pH 7. Asam
kuat di reaksikan dengan basa kuat maka hasilnya adalah garam dan air, dimana garamnya
tidak terhidrolisis sehingga pH nya adalah 7.

 Titrasi antara basa lemah dengan asam kuat


Titrasi yang kita contohkan disini adalah larutan 1 M NH3 25 mldengan larutan 1 M HCl
dimana reaksi dan grafiknya adalah sebagai berikut:

NH3 (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq)


Pada saat penambahan HCL dari buret maka penurunan pH berjalan lebih cepat dibandingkan
dengan titrasi asam kuat dengan basa kuat. Namun demikian kurva titrasi sedikit lebih landai
jika dibandingkan dengan titrasi diatas disebabkan pada sebelum titik ekuivalen terjadi yang
terbentuk adalah larutan buffer antara larutan NH 3 dengan garam NH4Cl. Namun begitu
mendekati titik ekivalen kurva mulai mengalami penurunan yang tajam terlebih saat setelah
kelebihan HCl terjadi.

Dari grafik diatas titik ekuivalen terjadi pada pH asam yakni mendekati 5 disebabkan pada
titik ekuvalen dalam larutan hanya terdapat garam NH4Cl, dimana garam ini akan
terhidrolisis sebagian menghasilkan asam yang membuat pHnya kurang dari 7.

Jika asam kuatnya menjadi analit akan diperoleh grafik seperti berikut:

Pada saat awal titrasi maka bentuk grafik yang di dapatkan seperti pada saat mentitrasi asam
kuat dengan basa kuat. Pada keadaan sebelum titik ekuivalen terjadi maka perubahan pH
melambat karena hanya pH yang mempengaruhi hanyalah dari kelebihan HCl.Namun setelah
titik ekuivalen terjadi maka perubahan grafik teramati dimana grafiknya lebih melandai
disebabkan terbentuk larutan buffer antara NH4Cl dan kelebihan larutan NH3.
 Titrasi basa kuat dengan asam lemah

Titrasi yang dilakukan adalah larutan 1 M NaOH 25 mL sebagai analit dengan 1 M asam
asetat yang terdapat dalam buret. Pada saat awal titrasi grafik yang diperoleh adalah sama
seperti saat mentitrasi NaOH dengan HCl. Namun saat asam asetat sudah berlebih maka
kurva akan lebih melandai.

CH3COOH (aq) + NaOH → CH3COONa (aq) + H2O (l)

Setelah titik ekuivalen terlewati maka dalam larutan terbentuk larutan buffer dari natrium
asetat dan kelebihan asam asetat. Seperti yang Anda ketahui bahwa larutan buffer mengalami
sedikit perubahan pH dengan penambahan asam.

Jika analitnya adalah asam lemah yakni CH3COOH maka terbentuk grafik seperti berikut ini:
c. Menentukan Massa Ekivalen
Bobot ekuivalen suatu zat disebut suatu ekuivalen, tepat sama seperti bobot molekul disebut
mol. Bobot ekuivalen dan bobot molekul dihubungkan dengan persamaan:

EW =

Dengan n adalah jumlah mol ion hidrogen, elektron atau kation univalen yang diberikan atau
diikat oleh zat yang bereaksi itu. Alasan untuk memperkenalkan istilah ekuivalen adalah
masalah kenyamanan: 1 Ekuivalen asam apa saja bereaksi dengan 1 ekuivalen basa apa saja,
1 ekuivalen zat pengoksidasi apa saja bereaksi dengan ekuivalen pereduksi apa saja dan
seterusnya. Tetapi hendaknya diperhatikan, senyawa yang mengalami lebih dari satu kali
reaksi tunggal dan karenanya mempunyai lebih dari satu bobot ekuivalen. Misalnya ion
permanganat dapat mengalami reaksi berikut :

MnO4- + e- → MnO42-

MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2 + 2H2O

MnO4- + 8H+ + 4e- → Mn3+ + 4H2O

MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O

Bobot ekuivalen garam permanganat, seperti KMnO4 bergantung pada reaksi tersebut diatas
yang terjadi.

Reaksi asam fosfat dengan dengan suatu basa dapat dihentikan bila telah terjadi reaksi berikut
ini :
H3PO4 + OH- → H2O + H2PO4-

Bobot ekuivalen asam akan sama dengan bobot molekulnya, tetapi reaksi ini dapat
dilanjutkan :

H3PO4 + 2OH- → 2H2O + HPO4-2

Disini bobot ekuivalen adalah separuh bobot molekulnya. Dalam larutan air tidaklah mungkin
mentitrasi hidrogen yang ketiga. Seandainya reaksi dapat dilakukan,bobot ekuivalen asam itu
tentunya adakan menjadi sepertiga bobot molekul

Perhitungan stoikiometrik dapat dilakukan baik dengan menggunakan mol ataupun ekuivalen
dan manapun yang digunakan hasilnya haruslah sama . baiklah diperhatikan beda prosedur
itu dengan menghitung berapa gram H3PO4 (BM = 98,0) yang diperlukan untuk bereaksi
dengan 60 g NaOH (BM=40,0) dengan persamaan :

H3PO4 + 2NaOH → 2Na+ + HPO4-2 + 2H2O

Dengan menggunakan mol, mula-mula dapat dicatat bahwa diperlukan2 mol NaOH untuk
tiap mol H3PO4, maka:

2 x mol H3PO4 = mol NaOH = = 1,50

Mol H3PO4 = 0,750

Dengan menggunakan ekuivalen, mula-mula dicatat bahwa bobot ekuivalen H 3PO4 adalah
separuhh bobot molekul NaOH , karena asam itu memberikan 2 mol H+. Kemudian ditulis :

Ekuivalen H3PO4 = ekuivalen NaOH = 60 g/ 40 g/eg = 1,50

Tampak bahwa banyaknya ekuivalen H3PO4 yang diperlukan adalah dua kali banyaknya
mol,tetapi bobot satu mol dua kali bobot satu ekuivalen,sehingga :

Gram H3PO4 = 0,750 mol x 98,0 g/mol = 73,5 gram

Anda mungkin juga menyukai