Judul Percobaan
B. Tujuan
C. Kajian Teori
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat kan terurai
dengan sempurna. Oleh karena itu ion hydrogen dan ion hidroksida selama titrasi
dapat dihitung dari jumlah aam atau basa yang ditambahkan. Pada titik eqivalen dari
titrasi asam kuat da basa kuat, pH larutan pada temperature 200oC sama dengan pH
air, yaitu sama dengan 7.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik
ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa
keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi,
suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask
bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya
(misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama
ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik
ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi
dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997 : 636).
Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak
diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui
suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu
basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita
menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan
tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam
larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan
NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan
ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika
penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir
netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan
konsentrasi asam (Timberlake, 2004 : 354-355).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (
artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau
titik dimana jumLah basa yang ditambahkan sama dengan jumLah asam yang
dinetralkan : [H+] = [OH-]. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati
titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena
itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh
titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH)
dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq)
NaOH(aq) + H2SO4(aq)
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat
dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan
pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika
menggunakan indikator fenolftalein.
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumLah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)
Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri
dari lakmus merah dan lakmus biru, indikator universal, fenolptalin, metal jingga, dll.
PHenolpHtalein (PP)
Indikator PHenolpHtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein
(asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 10,0 dengan warna asam yang tidak
berwarna
dan
berwarna
merah
muda
dalam
larutan
basa.
1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik
ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini
disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada
pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8.
2. Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. boleh digunakan karena pada pH + 9. untuk
konsentrasi 0,1 M.
3. Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, tidak dapat dipakai,
4. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek
pH tidak sesuai dengan titik ekivalen.
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.
Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
8.212.0
>12.0
Basa
Sangat basa
Warna
pink keunguan
Tidak berwarna
pH
08.2
<0
Jingga
Tidak berwarna
Indikator Alami
Indikator alami merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam
pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bungabungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.
Indikator alam
Warna Asli
Kubis Merah
merah muda
hijau
Bunga Sepatu
merah tua
Merah
hijau
Bunga Mawar
merah
Merah
hijau
Bayam Merah
merah keunguan
merah muda
kuning
Geranium
merah
kuning
Kunyit
jingga
Jingga
Coklat
Bunga Pacar
Merah
kuning
D. Rancangan Percobaan
1) Gambar rangkaian
Bahan :
1. HCl 0,1 M
2. Buret
2. C2H2O4 0,1 M
3. NaOH 0,1 M
4. Corong
4. Aquades
5. Pipet gondok 25 ml
6. Pipet tetes
6. Phenolptalein (PP)
7. Botol semprot
8. Gels kimia 100 ml
9. Gelas ukur
3) Langkah percobaan
Perc 1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Larutan C2H2O4
NaOH
E. Hasil Pengamatan
No. Perc. Prosedur Percobaan
1.
Hasil Pengamatan
Dugaan / reaksi
NaOH(aq) + C2H2PO4(aq)
NaOH tidak
Na2C2O4(aq) + H2O(l)
berwarna.
Asam Oksalat
Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol
Sebelum
ditetesi
sebelum dan
sesudah ditetesi PP
Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
indikator
PP
dan
tidak berwarna.
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi Asam Oksalat
dititrasi
larutan
sebelum titrasi
asam oksalat
C2H2PO4
tidak
tidak berwarna.
Asam oksalat - Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer Sesudah titrasi
berwarna
berwarna merah
- Ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein
Setelah
ditetesi
muda.
indikator PP warna
Volume NaOH 1 =
10,6 ml
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
larutan asam oksalat
Volume NaOH 2 =
- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih antara
tetap tidak berwarna,
10 ml
keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera pada buret Volume NaOH 3 =
namun setelah dititrasi
10,2 ml
- Ulangi percobaan minimal 3 kali
larutan asam oksalat
Normalitas NaOH:
yang
ditetesi
PP
1 = 0,094 N
2 = 0,1 N
3 = 0,098 N
merah muda
N ratarata= 0,097 N
Trayek pH indikator Pp
= 8,3 10
Kesimpulan
Normalitas NaOH
= 0,097 N
Setelah
dititrasi
C2H2PO4
terjadi
perubahan
warna
menjadi
merah
muda
2.
NaOH(aq) + HCl(aq)
NaOH tidak
NaCl(aq) + H2O(l)
berwarna.
HCl sebelum dan
Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol
ditetesi
sesudah ditetesi PP Sebelum
Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
tidak berwarna.
indikator
PP
dan
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi HCl sebelum titrasi
dititrasi warna larutan
tidak berwarna.
HCl
Sesudah titrasi
HCl tidak berwarna.
berwarna merah
HCl
Setelah
ditetesi
muda.
- Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer
Volume NaOH 1 =
indikator PP larutan
- Ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein
10,2 ml
HCl
tetap
tidak
Volume NaOH 2 =
10 ml
berwarna,
namun
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
Volume NaOH 3 =
setelah dititrasi larutan
10 ml
- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih antara
Normalitas HCl:
HCl yang ditetesi PP
keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera pada buret
1 = 0,09894 N
berubah menjadi merah
- Ulangi percobaan minimal 3 kali
2 = 0,097 N
muda.
3 = 0,097 N
N ratarata= 0,098 N
Trayek pH indikator Pp
= 8,3 10
Normalitas
HCl
setelah`dititrasi
dengan
0,097
NaOH
N
adalah
0,098 N
Setelah
dititrasi
HCl
terjadi
perubahan
warna
menjadi
merah
muda
3.
NaOH
NaOH(aq) + HCl(aq)
NaOH tidak
NaCl(aq) + H2O(l)
berwarna.
Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol
HCl sebelum dan
Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
ditetesi
sesudah ditetesi PP Sebelum
tidak berwarna.
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
indikator alami kunyit
HCl sebelum titrasi
HCl
dan dititrasi, larutan
tidak berwarna.
Sesudah titrasi
HCl tidak berwarna.
HCl
berwarna merah
- Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer
Setelah
ditetesi
muda.
- Ditambahkan 4 tetes indikator ekstrak tumbuhan Volume NaOH 1 =
indikator alami (kunyit)
10,1 ml
(kunyit)
larutan HCl menjadi
Volume NaOH 2 =
10,2 ml
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
berwarna
kuning,
Volume NaOH 3 =
- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih
namun setelah dititrasi
10,2 ml
antara keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera
Normalitas HCl:
larutan
HCl
yang
-
pada buret
1 = 0,09797 N
ditetesi
2 = 0,09894 N
3 = 0,09894 N
coklat.
N ratarata =
0,0986 N
indikator
Trayek pH indikator
alami (kunyit) 8 - 9
Asam = jingga
Basa = coklat
Normalitas
HCl
setelah`dititrasi
dengan
0,097
NaOH
N
adalah
0,0986 N
Setelah
dititrasi
HCl
terjadi
perubahan
warna
menjadi coklat
F. Analisis Data
1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Dari percobaan yang telah dilakukan pada awalnya larutan C2H2O4 tidak
berwarna. Setelah penambahan 2 tetes indikator phenoptalein tidak terjadi
perubahan warna pada larutan tersebut. Kemudian larutan C2H2O4 dan 2 tetes
indikator phenoptalein dititrasi dengan larutan NaOH dan diperoleh hasil titrasi
yang berupa perubahan warna menjadi berwarna merah muda pada larutan
tersebut.
Percobaan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, volume C2H2O4 10 mL dan
normalitas (N) C2H2O4 0,1 N, sedangkan volume NaOH yang diperlukan dalam
titrasi pada percobaan 1, 2,3 sebanyak 10,6 mL , 10 mL, 10,2 mL . Oleh karena itu
dapat diperoleh Normalitas NaOH dengan perhitungan :
1.
2.
3.
= N NaOH x 10,6
N NaOH
= 0,094 N
= N NaOH x 10
N NaOH
= 0,1 N
= N NaOH x 10,2
N NaOH
= 0,098 N
2 tetes
indikator phenoptalein dititrasi dengan NaOH dan diperoleh hasil titrasi berupa
perubahan warna dari larutan HCl menjadi merah muda.
Percobaan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, volume HCl 10 mL dan
normalitas (N) NaOH 0,097 N, sedangkan volume NaOH yang diperlukan dalam
titrasi pada percobaan 1, 2,3 sebanyak 10,2 mL , 10 mL, 10 mL . Oleh karena itu
dapat diperoleh Normalitas HCl dengan perhitungan :
1.
2.
3.
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10,2
N HCl
= 0,09894 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10
N HCl
= 0,097 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10
N HCl
= 0,097 N
2.
3.
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10,1
N HCl
= 0,09797 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10,2
N HCl
= 0,09894 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10,2
N HCl
= 0,09894 N
G. Diskusi
1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Dari percobaan yang telah dilakukan pada awalnya larutan C2H2O4 tidak
berwarna. Setelah penambahan 2 tetes indikator phenoptalein yang memiliki
trayek pH 8,3 - 10 tidak terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Larutan
C2H2O4 merupakan larutan asam lemah sehingga indikator phenoptalein tidak
akan bekerja pada larutan tersebut. Kemudian larutan C2H2O4 dan dua tetes
indikator phenoptalein dititrasi dengan larutan NaOH dan diperoleh hasil titrasi
yang berupa perubahan warna menjadi berwarna merah muda pada larutan
tersebut. Idikator phenoptalein merupakan indikator basa, sehingga pada titik
akhir titrasi indikator akan bekerja yang ditandai dengan adanya perubahan warna
pada hasil titrasi.
merupakan indikator basa suatu larutan sehingga pada akhir titrasi diperoleh
perubahan warna pada larutan menjadi warna coklat.
H. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang kami lakukan adalah sebagai
berikut:
Kunyit dapat digunakan sebagai indikator alami yang fungsinya sama dengan
phenolptalein yaitu mengidentifikasi larutan yang bersifat basa.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator
phenoptalein?
Pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator
Phenolptalein, sebab indikator Phenolptalein merupakan indikator basa yang
mempunyai trayek pH
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku
skunder, dan larutan baku tersier?
Yang berfungsi sebagai larutan baku primer adalah larutan C2H2O4 karena
konsentrasi C2H2O4 sudah diketahui sebelum melakukan proses titrasi.
Yang berfungsi sebagai larutan baku sekunder adalah larutan NaOH karena
proses titrasi bertujuan untuk menentukan konsentrasi NaOH.
Yang berfungsi sebagai larutan baku tersier adalah larutan HCl karena
konsentrasi HCl ditentukan dari konsentrasi NaOH pada larutan baku
sekunder.
J. Daftar Pustaka
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa Aksara.
Petrucci, R. H., 1997. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Bandung: Penerbit ITB.
Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and Biological Chemistry Structure Of
Life. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.
Tim Kimia Dasar. 2010. KIMIA DASAR II. Surabaya: Unipress.
Tim Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum KIMIA DASAR LANJUT.
Surabaya:Unipress.
Anonim. 2009. Asidimetri & Alkalimetri.
http://tinz08.wordpress.com/2009/05/02/asidimetri-alkalimetri/. Diambil 10
April 2013
Dzali. 2011. Pengertian Titrasi. http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/.
Diambil 07 April 2013.
Esdipangganti. 2012. INDIKATOR ALAMI ASAM BASA.
http://esdikimia.wordpress.com/2012/04/23/indikator-alami-asam-basa/.
Diambil 10 April 2013
Nursajadiaufar. 2012. Titrasi Asam Basa.
http://nursajadidotcom.wordpress.com/2012/04/11/titrasi-asam-basa-nanu/.
Diambil 07 April 2013.
LAMPIRAN
Larutan dititrasi