Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KIMIA ANALISIS DASAR


TITRASI ASAM BASA

Dosen Pengampu :
Diana Chandra Dewi, M.Si

Disusun Oleh :
Alfi Istiqomah (11630023)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat bahan makanan, makanan maupun minuman
yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung banyak senyawa kimia, senyawa
kimia ini ada yang bermanfaat bagi manusia dan ada pula yang justru berbahaya. Dalam
ilmu kimia terdapat suatu cabang ilmu yang berhubungan dengan teori dan praktek dari
metode-metode yang digunakan untuk menentukan kadar senyawa-senyawa tersebut
yaitu kimia analisis kuantitatif. Salah satu metode yang digunakan adalah metode titrasi
asam basa
Sebagai seorang kimiawan, pengetahuan tentang prinsip dan teori tersebut adalah
hal yang perlu diketahui dan dipelajari sebagai suatu kemampuan untuk dapat berguna
bagi masyarakat.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan tentang titrasi asam basa beserta penerapannya. Selain itu makalah ini
juga dibuat dengan tujuan untuk membuka pola pikir srta memenuhi tugas yang
diberikan.

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi

secara lengkap dengan

sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya).


Prosedur analisis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya
diketahui disebut analisis volumetri.
Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
yaitu:
1. Titrasi asam-basa
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi penetralan
H+ + OH-

H2 O

Yang terdiri dari H+ (asam), OH- (basa) dan menjadi H2O (netral)
2. Titrasi redoks (Oksidimetri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi
O+R

Hasil

Yang terdiri dari O (Oksidator) dan R (Reduktor)


3. Titrasi pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah Proses pengendapan
L+ (aq) + X-(aq)

LX(s)

Yang terdiri dari kation dan Ion sehingga membentuk endapan


4. Titrasi pengompleksan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor-donor pasangan
elektron
Mn+ + :L

[M : L]n+

Yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion kompleks
Dalam makalah ini yang akan di bahas adalah lebih fokus terhadap titrasi asam basa.
Prinsip dari titrasi asam basa ini adalah melibatkan asam maupun basa sebagai

penitran/titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan


larutan basa begitu juga sebaliknya kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan
larutan asam.
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan
di dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satusatunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut:
H+ + Cl-

HCl
Asam klorida
CH3COOH

ion klorida
H+ + CH3COO-

Asam asetat

ion asetat

Basa di definisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif.
Hidroksida-hidroksida yang larut seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida
hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer. Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar secara
kuantitatif senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku
basa. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara donor proton dengan akseptor proton.
2.1 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen yang
artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, dalam hal ini biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik

dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh
karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa
yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurvatitrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik
ekuivalent.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
prosestitrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,
tidakdiperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi
asam basa adalah indicator yangperbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga
tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warnaindicator disebut sebagai titik akhir titrasi
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai. Misalnya pada larutan HCl dan
larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan NaCl yang
terbentuk juga tidak berwarna. Untuk mengetahui bahwa titik ekuivalen pada titrasi
telah dicapai, maka digunakan indikator atau penunjuk. Indikator ini harus berubah
warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator asam basa adalah petunjuk tentang
perubahan pH dari suatu larutan asam atau basa. Indikator bekerja berdasarkan
perubahan warna indikator pada rentang pH tertentu. Kertas lakmus merupakan salah
satu indikator asam basa. Lakmus merah berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke
dalam larutan basa. Lakmus biru berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam

larutan asam. Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna
cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil
merah, fenolftalein, alizarin kuning, dan bromtimol biru
Indikator

asam

basa

umumnya

berupa

molekul

organik

yang

bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu ketika ion
H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna ketika ion H+
dilepaskan dari molekul HIn menjadi In. Salah satu indikator asam basa adalah
fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya murah. Indikator PP
tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna merah jambu dalam bentuk In
(basa). Berikut struktur fenolftalein:

Terdapat berbagai jenis indicator yang dapat digunakan untuk melakukan titrasi
asam basa, diantaranya adalah:
NAMA

pH RANGE

WARNA

TIPE(SIFAT)

Biru timol

1,2-2,8

merah kuning

asam

Kuning metil

2,9-4,0

merah kuning

basa

Jingga metil

3,1 4,4

merah jingga

basa

Hijau bromkresol

3,8-5,4

kuning biru

asam

Merah metil

4,2-6,3

merah kuning

basa

Ungu bromkresol

5,2-6,8

kuning ungu

asam

Biru bromtimol

6,2-7,6

kuning biru

asam

Merah fenol

6,8-8,4

kuning merah

asam

Ungu kresol

7,9-9,2

kuning ungu

asam

Fenolftalein

8,3-10,0

t.b. merah

asam

Timolftalein

9,3-10,5

t.b. biru

asam

Kuning alizarin

10,0-12,0

kuning ungu

basa

Contohnya : titrasi HCl menggunakan NaOH dapat menggunakan indicator yang


mempunyai pH sekitar 7 misalnya fenol merah atau fenolftalein. HCl bereaksi dengan
NaOH akan membentuk NaCl dan H2O yang bersifat netral. Contoh lain titrasi asam
asetat menggunakan larutan NaOH dapat menggunakan indicator dengan pH sesuai
garam Natrium Asetat yaitu pH 9-10 dapat menggunakan indicator pp.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah jika menggunakan sistem
ekuivalen, sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya,
tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan
oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai
satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu
warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan molekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan

N=Normalitas
V = Volume.

Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya
sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq)

NaCl (aq) + H2O(l)

Gambar 2.1 set alat titrasi


2.3 Macam Macam Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam dan basa
yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan mempengaruhi perubahan
pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang dihasilkan dari plot antara pH
dengan asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk karakteristik dari kurva yang

berbeda-beda menggambarkan perbedaan konsentrasi dan sifat kekuatan asam


basanya,berikut ini merupakan jenis titrasi asam basa beserta kurva titrasinya :
1. Asam kuat - Basa kuat
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

NaOH(aq) + HCl(aq)

NaCl (aq) + H2O(l)

Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada
titik ekuvalen PH adalah netral.

Gambar 2.2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat


2. Asam kuat - Basa lemah
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam asam klorida sebagai asam
kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.dalam reaksi ini akan terbentuk
garam yang bersifat asam.
NH4OH (aq) + HCl (aq)

NH4Cl (aq) + H2O

Gambar 2.2.2 Kurva Titrasi Asam kuat Basa Lemah


3. Asam lemah - Basa kuat
Titrasi Asam lemah-basa kuat contohnya adalah titrasi CH3COOH
sebagai asamlemah dengan

NaOH sebagai basa kuat sehingga membentuk

garam yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

Gambar 2.2.3 Kurva Titrasi Asam Lemah Basa Kuat


4. Asam Lemah Basa lemah

Titrasi Asam lemah-basa lemah contohnya adalah titrasi CH3COOH


sebagai asam lemah dengan NH4OH sebagai basa lemah sehingga membentuk
garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Jika Ka > Kb kelarutan
bersifat asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut
CH3COOH + NH4OH

CH3COONH4 + H2O

5. Asam kuat - Garam dari asam lemah


Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi HCl
sebagai asam kuat dengan NH4BO2 yang bersifat sebagai garam dari asam
lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
HCl + NH4BO2 HBO2+ NH4Cl
Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2- HBO2
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari
kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi
NaOH yang bersifat basa kuat dengan CH3COONH4 yang merupakan garam dari
basa lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH
Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4- NH4OH

2.4

Preparasi Larutan
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih

sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua
zat-zat kompleks yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua
atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi
massa yang sama. Unsur dan senyawa yang dianggap sebagai zat murni karena
komposisinya selalu tetap. Sebaliknya, campuran komposisinya dapat berubah-ubah.

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.Pelarut yang
umumnya digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat pelarut dan terlarut
dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara
seperti persen berat (% w/w), persen volume (%v/v), molaritas, molalitas, ppm, fraksi
mol, dan lain-lain.
Persen berat, system ini menunjukan jumlah dari gram zat terlarut per seratus
gram

larutan.

Secara
P=

matematis

hal

ini

dinyatakan

sebagai

berikut

(2.4.1)

100%

dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat terlarut, dan w0
adalah jumlah gram zat pelarut.
Persen volume, didefinisikan sebagai banyaknya ml zat terlarut dalam seratus ml
larutan. Dapat dirumuskan menjadi :
(2.4.2)

%V=

Molaritas, sistem konsentrasi ini berdasarkan pada volume dan dapat


dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium, dimana volume dari larutan
adalah kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan secara sisematis sebagai sebagai
berikut:

:
M=

. ...(2.4.3)

Molalitas, didefinisikan sebagai jumlah mol solut per kg solven. Berarti merupakan
perbandingan

antara

jumlah

molalitas =

mol

solute

dengan

massa

solven

dalam

kg.

.(2.4.4)

Terkadang analis menimbang sejumlah banyak sampel dari standar primer atau
sesuatu yang belum diketahui, melarutkannya dalam satu labu volumetrik, dan
mengambil sebagian larutan dengan menggunakan pipet. Porsi yang diambil dengan
pipet ini dinamakan alikoat. Alikoat adalah seporsi dari keseluruhan yang diketahui,
biasanya berupa beberapa fraksi yang sederhana. Proses pengenceran menjadi volume
yang diketahui dan menghilangkan satu porsi titrasi dinamakan mengambil alikoat.
Prosedur laboraturium dalam kimia analitik sering kali mensyaratkan pengambilan

alikoat dari sebuah larutan standar dan mengencerkannya menjadi volume yang lebih
besar dalam

gelas volumetrik. Teknik ini terutama berguna dalam prosedur

spektrofotometrik untuk menyesuakan konsentrasi zat terlarut sehingga galat


pengukuran absorbansi larutkan dapat diminimalkan. Perhitungan yang melibatkan
pengenceran bersifat langsung dan simpel. Karena tidak ada reaksi kimia terjadi, jumlah
mol larutan dalam larutan asli harus sama dengan mol dalam larutan final

Pembuatan larutan CH3COOH

Menimbang labu takar 100 ml kosong (a gram), mengisi labu takar 100 ml dengan
akuades sampai kira-kira nya. Kemudian menimbang kembali (b gram) dan
mengukur suhunya (t1)

Menimbang gelas ukur kosong (c gram), mengisi gelas ukur

tersebut dengan larutan CH3COOH pekat 4 ml, kemudian menimbangnya kembali (d


gram) dan mengukur suhunya (t2)

Menuangkan CH3COOH pekat dengan perlahan-

lahan dan hati-hati kedalam labu takar, dan menambahkan kembali sejumlah akuades
hingga tanda batas. Mengocok campuran tersebut agar homogen. Menimbang kembali
kembali campuran tersebut (c gram) dan mengukur suhunya kembali (t3)
Menentukan sifat pelarutan asam asetat dan konsentrasinya dalam satuan %(w/w),
%(v/v), molaritas, molalitas, ppm, dan fraksi mol.

Pembuatan larutan NaOH

Menimbang Kristal NaOH 0,4 gram dan melarutkannya dalam beker glass dengan
sedikit air kemudian memindahkan larutan tersebut kedalam labu takar 100 ml dan
mengencerkan sampai tanda batas dengan menambahkan sejumlah akuades, kemudian
mengocoknya supaya homogen. Menentukan konsentrasi NaOH yang dibuat dalam
molaritas dan %(w/v).

Pengenceran larutan CH3COOH

Memipet 10 ml larutan CH3COOH yang telah dibuat pada prosedur 3.3.1. kemudian
memasukkannya kedalam labu takar 100 ml dan mengencerkannya dengan menambah
akuades sampai tanda batas pada labu takar 100 ml, dan mengocoknya supaya
homogen. Menentukan konsentrasi CH3COOH hasil pengenceran.
2.5 Pembakuan Larutan

Larutan baku adalah suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua
macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetric. Nilai konsentrasinya melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut
dan dilarutkan dalam volume tertentu, contoh senyawa yang dapat digunakan
sebagai larutan baku primer adalah Arsen Trioksida (As2O3), Kalium Hydrogen
Phtalat (KHP), Natrium Klorida (NaCl), Natrium Karbonat
Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi
persyaratan berikut:
a. memiliki kemurnian yang tinggi hampir 100%
b. bersifat stabil pada suhu ruang maupun pada suhu pemanasan, tidak
higroskopis
c. memiliki berat molekul yang tinggi, untuk menghindari kesalahan dalam
penimbangan
d. mudah larut sempurna dalam pelarutnya serta memiliki kelarutan tinggi

2. Larutan baku sekunder


Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menitrasi dengan larutan baku primer, sifat larutan baku sekunder
adalah mudah berubah, sehingga larutan baku sekunder harus dibakukan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Beberapa contoh larutan baku sekunder yaitu:
NaOH, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)
Pembuatan/penyediaan pereaksi atau larutan baku berkaitan dengan titrimetri.
Titrimetri diterapkan untuk memperoleh pereaksi atau larutan yang konsentrasinya tidak
dapat dipastikan secara langsung dari zat padatnya atau dengan kata lain konsentrasi
dari pereaksi ini dapat diketahui dengan melalui proses pembakuan terhadap larutan
baku primer.
Contoh proses pembakuan larutan yaitu pembakuan larutan HCl dengan larutan
Natrium Tetraborat Dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Yang bertindak sebagai larutan baku

primer adalah Na2B4O7.10H2O. Sebanyak 1,007 gram kemudian dilarutkan dengan


aquades 100 mL. dipipet 10 mL larutan boraks dipipet dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes indicator metil merah selanjutnya dititrasi
dengan HCl 10,1 mL. Berapa konsentrasi larutan asam klorida (HCl)? Apabila diketahui
Mr Na2B4O7.10H2O=381 gr/mol.
= 2,643x10-3 mol

mol Na2B4O7.10H2O=

= 2,643x10-2 M

M Na2B4O7.10H2O =
Volume larutan boraks = 10 ml
Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl

2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O

mmol Boraks = V lar.boraks x M boraks


= 10 mL x 2,643x10-2 M = 2,643x10-1 mmol
Karena 1 mol Na2B4O7.10H2O
mmol boraks =

2mol HCl maka:

mmol HCl

mmol HCl = 2 x mmol Na2B4O7.10H2O


= 2 x 2,643x10-1 mmol = 5,286 x 10-1 mmol
M HCl =

= 0,0523 M

2.6 Contoh Analisis metode titrasi asam basa


Titrasi asam basa dapat digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat di
dalam sampel. Pada contoh berikut kami akan memberikan sebuah contoh
aplikasi analisis titrasi asam basa yaitu untuk menentukan kadar H2SO4 didalam
sampel Air aki.
Kristal KHP seberat 2,331 gram dengan Mr=204 gram/mol dilarutkan
hingga 250 mL, kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan menggunakan
larutan NaOH sebanyak v = 13,9 mL. larutan NaOH digunakan untuk
menentukan kadar H2SO4 didalam Air Aki. 10 mL air aki di encerkan dengan
100 mL aquades di dalam labu ukur kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi

dengan NaOH volume = 19,3 mL. Berapakah kadar H2SO4 didalam air aki
tersebut?
Langkah 1
Diketahui:

w KHP = 2,331 gram


Mr = 204 gram/mol
V larutan= 250 mL = 0,25 L
V titrasi = 13,9 mL
V pipet = 25 mL

Ditanya: M NaOH?
Dijawab:
Mol KHP=

= 0,011 mol

MKHP =
KH(C8H4O4)+NaOH
Mol KHP

KNa + H2O

mol NaOH

Mmol NaOH = MKHP x Vpipet


=

x 25 mL

= 1,15 mmol
M NaOH =

DAFTAR PUSTAKA
Chang,Raymond.2005.Kimia Dasar Jilid 2.Jakarta:Erlangga
Day dan Underwood.2002.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga
Ibnu,Sodiq.2005.Kimia Analitik I.Malang:UM Press
Keenan,dkk.1989.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga
Mulyono.2006.Teknik Membuat Reagen di Laboratorium.Jakarta:Bumi Aksara
Rocky.2012.Jenis-Jenis

Titrasi.

(http://rockychemistry.blogspot.com/2012/01/jenis-

jenis-titrasi.html) Diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 14.00 wib


Rohman,Abdul.2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Shofyan.2010.Larutan Baku.(http://forum.um.ac.id) diakses pada tanggal 17 Desember
2012 pukul 14.00 wib
Svehla,G.1985.Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima.Jakarta:PT Kalman Media Pustaka
Wiliana,Anggi.2012.Titrasi asam Basa.(http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimiakelas-xi/larutan-asam-basa/titrasi-asam-basa/)
Desember 2012 pukul 14.00 wib

Diakses

pada

tanggal

17

Anda mungkin juga menyukai