Anda di halaman 1dari 53

Reaksi Redoks dan

elektrokimia
Siti Rachmawati, S.Si.,Apt
Konsep Reaksi REDOKS
Pengertian Reaksi Redoks
1. Pengertian Reaksi Redoks Berdasarkan
Konsep Pengikatan dan Pelepasan Oksigen.
Menurut konsep Pengikatan dan Pelepasan
oksigen, suatu zat dikatakan mengalami
oksidasi jika dalam reaksinya zat ini mengikat
oksigen. Sementara itu, suatu zat dikatakan
mengalami reduksi jika dalam reaksinya zat ini
melepaskan oksigen.
Oksidasi = penambahan atom oksigen
Reduksi = pengurangan atom oksigen
Berikut contoh2 dari reaksi redoks berdasarkan
konsep pengikatan dan pelepasan oksigen.
a. Reaksi oksidasi
1) Oksidasi senyawa logam yang menghasilkan
oksida logam:
4Fe + 3O2 → 2Fe2 O3
2Mn + O2 → 2MnO2
2) Oksidasi senyawa sulfida menghasilkan
oksida logam penyusunnya.
4FeS + 11O2 → 2Fe2 O3 + 8SO2
3) Pembakaran senyawa karbon menghasilkan
gas karbon dioksida dan uap air.
C3 H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2 O
C12 H22 O11 + 12O2 → 12CO2 + 11H2 O
b. Reaksi Reduksi
1) Pemanasan oksida logam, misalnya oksida raksa
2HgO → 2 Hg + O2
2) Pemanasan Kalium perklorat.
2KClO3 → 2KCl + 3O2
3) Fotosintesis pada tanaman dengan bantuan sinar
ultraviolet
6CO2 + 6H2 O → C6 H12 O6 + 6O2
2. Pengertian Reaksi Redoks Berdasarkan Konsep Perpindahan
Elektron.
Perkembangan ilmu kimia memperlihatkan banyak reaksi yang
terjadi tanpa melibatkan gas oksigen, misalnya tembaga (Cu)
tidak hanya dapat bereaksi dengan O2 , tetapi juga dapat
bereaksi dengan Cl2 .

2𝐶𝑢 𝑠 + 𝑂2 (𝑔) → 2𝐶𝑢𝑂(𝑠)


𝐶𝑢 𝑠 + 𝐶𝑙2 (𝑔) → 𝐶𝑢𝐶𝑙2 (𝑠)

Reaksi antara Cu dan 𝑂2 serta reaksi antara Cu dan 𝐶𝑙2


memiliki persamaan yaitu molekul 𝑂2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑙2 menerima
elektron yang berasal dari atom Cu. Dalam pengertian lain,
atom Cu melepaskan elektron nya pada molekul 𝑂2 𝑑𝑎𝑛 𝐶𝑙2 .
Berdasarkan konsep perpindahan elektron,
reduksi adalah reaksi penerimaan elektron,
sebaliknya oksidasi merupakan reaksi pelepasan
elektron.

2𝐶𝑢 → 2𝐶𝑢2+ + 4 𝑒 − 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑢 → 𝐶𝑢2+ + 2𝑒 − (𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖)


𝑂2 + 4𝑒 − → 2𝑂2− 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐶𝑙2 + 2𝑒 − → 2𝐶𝑙 − (𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖)
2𝐶𝑢 + 𝑂2 → 2𝐶𝑢𝑂 𝑟𝑒𝑑𝑜𝑘𝑠 𝐶𝑢 + 𝐶𝑙2 → 𝐶𝑢𝐶𝑙2 (𝑟𝑒𝑑𝑜𝑘𝑠)

Dari reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa


reaksi redoks adalah reaksi penerimaan dan
pelepasan elektron atau reaksi serah terima
elektron.
3. Pengertian reaksi Redoks berdasarkan
Konsep Perubahan bilangan Oksidasi

• Berdasarkan konsep perubahan biloks, suatu


zat dikatakan mengalami oksidasi jika dalam
reaksinya mengalami kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan suatu zat dikatakan
mengalami reduksi jika dalam reaksinya
mengalami penurunan bilangan oksidasi.

Oksidasi = penambahan bilangan oksidasi


Reduksi = pengurangan bilangan oksidasi
a. Pengertian bilangan oksidasi.
Setiap atom memiliki muatan yang disebut juga bilangan
oksidasi, yaitu bilangan yang menyatakan banyaknya
elektron yang telah dilepaskan atau diterima oleh suatu
atom dalam suatu senyawa. Bilangan oksidasi diberi
tanda positif jika atom itu melepaskan elektron dan
diberi tanda negatif jika atom itu menerima elektron.
Deret unsur berdasarkan keelektronegatifannya
Logam < H < P < C < S < I < Br < Cl < N < O < F

Jika unsur-unsur di atas bereaksi membentuk senyawa,


maka unsur yang posisinya lebih kiri akan mempunyai
biloks positif. Sementara itu, unsur yang posisinya lebih
kanan akan mempunyai biloks negatif.
b. Menentukan Bilangan oksidasi
Aturan Contoh
1. Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 1 Bilangan oksidasi atom-atom pada
nol Ne, H2 , O2 , Cl2 , P, S, C, Cu, Fe dan Na
adalah nol
2 Bilangan oksidasi ion monoatom 2 Bilangan oksidasi Na+ =+1, bilangan
sama dengan muatan ionnya oksidasi Mg 2+ =+2 dan bilangan
𝑆 2− =-2
3 Jumlah bilangan oksidasi untuk 3 Jumlah bilangan oksidasi atom Cu
semua atom dalam senyawa adalah dan atom O dalam CuO adalah nol
nol
4 Jumlah bilangan oksidasi atom-atom 4 Jumlah bilangan oksidasi atom O dan
pembentuk ion poliatom sama atom H dalam OH − adalah -1
dengan muatan ion poliatom tsb
5 Bilangan oksidasi unsur-unsur 5 Biloks K dalam KCl,
golongan 1A dalam senyawanya KNO3 dan K 2 SO4 adalah +1. Biloks
adalah +1, sedangkan biloks unsur- Mg dalam MgSO4 dan Ca dalam
unsur gol II dalam senyawa adalah +2 CaSO4 adalah +2
6 Bilangan oksidasi unsur-unsur 6 Bilangan oksiddasi Cl dalam NaCl,
golongan VIIA dalam senyawa biner 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 , 𝒅𝒂𝒏 𝑭𝒆𝑪𝒍𝟐 adalah -1
logam adalah -1
7 Bilangan oksidasi hidrogen dalam 7 Bilangan oksidasi H dalam 𝐻2 𝑂, 𝑁𝐻3 ,
senyawanya adalah +1, kecuali dalam dan HCl adalah +1. Bilangan oksidasi
hidrida, logam hidrogen mempunyai H dalam NaH dan 𝐶𝑎𝐻2 adalah -1.
bilangan oksidasi -1
8 Bilangan oksidasi oksigen dalam 8 Bilangan oksidasi O dalam 𝐻2 𝑂
senyawanya adalah -2, kecuali adalah -2
peroksida (biloks oksigen =+1) dan Bilangan oksidasi O dalam OF, adalah
senyawa biner dengan fluor (biloks +2.
oksigen = +2) Bilangan oksidasi O dalam peroksida,
seperti 𝐻2 𝑂2 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑂2 adalah -1.
• Contoh reaksi redoks berdasarkan konsep
perubahan bilangan oksidasi adalah reaksi
antara logam seng (Zn) dengan larutan CuSO4 .
Jika logam seng (Zn) dicelupkan kedalam
larutan CuSO4 yang berwarna biru, larutan
biru akan berubah menjadi bening dan akan
dihasilkan endapan hitam. Hal ini disebabkan
oleh perubahan Zn menjadi Zn+ (biru menjadi
bening) dan Cu2+ menjadi Cu (timbul
endapan hitam). Reaksi ini dapat ditulis sbb:
𝐶𝑈 2+ + 𝑍𝑛 → 𝐶𝑢 + 𝑍𝑛2+
• Pada reaksi tersebut, baik Zn maupun Cu
mengalami perubahan biloks. Atom Zn
mengalami penambahan biloks dari 0 menjadi +2,
sedangkan atom Cu mengalami penurunan biloks
dari +2 menjadi 0.
• Pada reaksi antara Zn dan larutan 𝐶𝑢𝑆𝑂4 , Zn
mengalami oksidasi (mengalami penambahan
biloks dari 0 menjadi +2). Sementara itu, Cu
mengalami reduksi (mengalami penurunan biloks
+2 menjadi 0).
• Pada reaksi di atas, Zn berfungsi sebagai reduktor
karena menyebabkan zat lain (Cu) mengalami
reduksi, sedangkan Cu berfungsi sebagai
oksidator karena menyebabkan zat lain (Zn)
mengalami oksidasi.
Oksidator = zat yang mengalami reduksi
Reduktor = zat yang mengalami oksidasi
B. Penggunaan Konsep Bilangan
Oksidasi
1. Membedakan reaksi Redoks dan bukan
redoks. Yi dengan melihat perubahan biloks
pada unsur-unsur yang menyusun senyawa
yang bereaksi.
a. Reaksi redoks:
𝐻2 + 𝐶𝑙2 → 2𝐻𝐶𝑙 Unsur H mengalami kenaikan biloks
dari 0 menjadi +1(beroksidasi). Unsur
0 0 +1 -1 Cl mengalami penurunan biloks dari
0 menjadi -1 (bereduksi). Artinya,
oksidasi rreaksi yang terjadi adalah reaksi
redoks.
reduksi
• b. Reaksi bukan redoks:
𝐶𝑢𝑂 + 2𝐻𝐶𝑙 → 𝐶𝑢𝐶𝑙2 + 𝐻2 𝑂
+2 +2
bukan redoks

Tidak ada kenaikan biloks dari unsur-unsur yang


terlibat dalam reaksi. Artinya, reaksi yang terjadi
bukan reaksi redoks
• Beberapa reaksi melibatkan unsur bebas yang
memiliki biloks sama dengan 0 (nol). Jika bereaksi
dengan zat lain, molekul atau unsur bebas tersebut
akan menjadi ion negatif untuk non logam dan ion
positif untuk logam. Contoh:
SnCl2 + I2 + 2HCl → SnCl4 + 2HI
+2 0 +4 -1
Oksidasi
reduksi

Reaksi diatas merupakan reaksi redoks. I2 merupakan unsur bebas yang


mengalami reduksi, terjadi penurunan biloks dari 0 menjadi -1. unsur Sn
mengalami kenaikan biloks dari +2 menjadi +4 (beroksidasi). Artinya,
reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks yang melibatkan unsur bebas I2
2. Reaksi Autoredoks
Pada beberapa reaksi redoks, zat-zat yang
bertindak sebagai oksidator dan reduktor
merupakan zat yang sama. Reaksi redoks seperti
itu disebut reaksi autoredoks (reaksi
disproporsionasi), contoh:
0 oksidasi +1
Cl2 + 2OH− → Cl− + ClO− + H2 O
0 reduksi -1
Pada reaksi tersebut, 𝐶𝑙2 merupakan pereduksi
sekaligus pengoksidasi.
3. Menentukan Nama Senyawa Ionik
• Muatan suatu unsur disebut juga biloks.
• Beberapa unsur yang memiliki biloks lebih dari
satu.
Unsur Biloks
Fe +2, +3
Pb +2, +4
Cu +1, +2
Cr +3, +6
Mn +2, +4, +6, +7
Sn +2, +4
a. Penamaan Senyawa Ion Biner yang unsur logamnya
berbiloks lebih dari satu.
Penamaan senyawa yang mengandung unsur logam berbiloks
lebih dari satu macam didasarkan pada sistem stock. Caranya
dengan membubuhkan angka romawi yang sesuai dengan
bilangan oksidasi logamdalam tanda kurung di belakang nama
logam dan diikuti dengan nama unsur nonlogam, lalu diberi
akhiran –ida. Contoh:

Unsur Jenis Biloks Jenis Biloks Rumus Nama


kation anion kimia
Fe 𝐹𝑒 2+ +2 𝐶𝑙 − -1 𝐹𝑒𝐶𝑙2 Besi(II)klorida
𝐹𝑒 3+ +3 -1 𝐹𝑒𝐶𝑙3 Besi(III)klorida
Pb 𝑃𝑏2+ +2 𝑂2− -2 PbO Timbal(II)oksida
𝑃𝑏4+ +4 -2 𝑃𝑏𝑂2 Timbal(IV)oksida
Cu 𝐶𝑢+ +1 𝑆𝑂42− -2 𝐶𝑢2 𝑆𝑂4 Tembaga(I) sulfat
𝐶𝑢2+ +2 -2 𝐶𝑢𝑆𝑂4 Tembaga(II) sulfat
• Ada juga cara lain memberi nama suatu
senyawa yang mengandung unsur logam
dengan biloks lebih dari satu. Unsur logam
dengan biloks yang rendah diberi akhiran “o”,
sedangkan biloks yang lebih tinggi diberi
akhiran “i”.
Unsur Biloks Nama Senyawa

HgCl +1 Mercuro Klorida

HgCl2 +2 Merkuri klorida

SnO +2 Stano oksida

SnO2 +4 Stani oksida


b. Penamaan Senyawa Ion Poliatomik
Berdasarkan Sistem Stock
Umumnya, senyawa poliatomik tersusun atas
logam yang berbiloks satu jenis satu jenis dan
ion poliatomik yang salah satu unsurnya
berbiloks lebih dari satu jenis. Penamaan
senyawa seperti itu juga didasarkan pada sistem
stock. Bubuhkan angka romawi yang sesuai
dengan bilangan oksidasi unsur dalam tanda
kurung di belakang nama anion poliatom.
• Penerapan konsep redoks
• Konsep redoks dapat diterapkan dalam :
1. Titrasi redoks (analisis volumetri)
2. Pembuatan Sel Volta
3. Pembuatan sel elektrolisis.
Reaksi redoks di sekitar kita (tugas mencari
contoh2 reaksi redoks di sekitar kita)
ELEKTROKIMIA
• Sel elektrokimia adalah sel yang dirancang untk
membuat suatu reaksi redoks menghasilkan energi
listrik yang diubah menjadi energi kimia atau
sebaliknya. Reaksi redoks dapat terjadi karena adanya
transfer elektron yang mengakibatkan munculnya
energi listrik
• Berdasarkan perubahan energi yang terjadi, Sel
elektrokimia dibedakan menjadi 2, yi:
1. Sel Volta / sel Galvani adlah sel elektrokimia yang
mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
2. Sel elektrolisis adalah sel elktrokimia yang mengubah
energi listrik menjadi energi kimia
Sel volta/sel galvani/sel bahan bakar
• S el volta atau sel galvani merupakan sel elektrokimia yang dapat
menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang
spontan(ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe
Volta)
Rangkaian sel volta
Sel Volta terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1. Voltameter yang berfungsi untuk menentukan besarnya potensial
sel
2. Jembatan garam (salt brigde) yang berfungsi untuk menjaga
kenetralan muatan listrik pada larutan
3. Anode, yaitu elektrode negatif yang merupakan tempat terjadinya
reaksi oksidasi
4. Katode, yaitu elektroda positif yang merupakan tempat terjadinya
reaksi reduksi
Sel Daniel merupakan satu jenis sel volta.
Sebagai contoh, apabila logam tembaga
dicelupkan ke larutan ion tembaga(II), terdapat
2 proses yang mungkin terjadi.
• Pertama, tembaga mungkin teroksidasi dan
terlarut dalam larutan sebagai ion tembaga(II)
𝐶𝑢(s) → 𝐶𝑢2+𝑎𝑞 + 2𝑒 −

• Alternatif lain adalah ion tembaga(II) mungkin


direduksi dan terlekat pada elektroda sebagai
2+
logam tembaga 𝐶𝑢(𝑎𝑞) + 2𝑒 − → 𝐶𝑢 𝑠
• Sel daniel terdiri atas elektroda tembaga yang
dicelupkan ke dalam larutan ion tembaga(II)
dan satu elektrode zink yang dicelupkan ke
dalamlarutan ion zink(II). Hubungan listrik
diantara kedua larutan dihantarkan dengan
tabung yang mengandung larutan garam KCl
(jembatan garam). Selanjutnya elektrode
tembaga dan zink dihubungkan dengan sirkuit
yang memiliki voltameter atau alat pengukur
potensial lain
• Reaksi Redoks pada sel Volta
• Ada beberapa hal yang perlu diingat dala sel volta,
yaitu:
1. Anode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi
oksidasi
2. Katode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi
reduksi
3. Arah gerak arus elektron adalah dari anode menuju
katode
Reaksi yang terjadi adalah:
Anode (oksidasi): 𝑍𝑛 𝑠 → 𝑍𝑛2+ 𝑎𝑞 + 2𝑒 −

Katode (reduksi): 𝐶𝑢2+𝑎𝑞 + 2𝑒 − → 𝐶𝑢


𝑠 +
________________________
𝑍𝑛 𝑠 + 𝐶𝑢2+ 𝑎𝑞 → 𝑍𝑛 2+
𝑎𝑞 + 𝐶𝑢 𝑠
Notasi atau diagram selnya : 𝑍𝑛 𝑠 𝑍𝑛2+ 𝐶𝑢2+ 𝐶𝑢 𝑠
Potensial elektrode (E°)
• Potensial elektrode merupakan ukuran besarnya kecenderungan
suatu unsur untuk melepas atau menyerap elektron
• Potensial elektrode dapat ditentukan menggunakan satu elektrode
pembanding, yaitu elektrode hidrogen yang terdiri atas gas
hidrogen yang dialirkan ke dalam larutan asam (𝐻 + ) melalui logam
inert
• Potensial sel yang dihasilkan oleh elektrode logam dengan
elektrode hidrogen pada kondisi standar disebut potensial
elektrode standar logam (E°)
• Elektrode yang lebih mudah mengalami reduksi dibanding hidrogen
memiliki potensial elektrode >0 (positif), sedangkan elektrode yang
lebih sukar mengalami reduksi dibanding hidrogen memiliki
potensial elektroda <0 (negatif)
• Potensial elektroda standar menunjukkan urutan kecenderungan
untuk mengalami reduksi sehingga dikenal sebagai potensial reduksi
standar
• Apabila potensial reduksi zat lebih besar
daripada potensial reduksi hidrogen maka zat
tersebut lebih mudah mengalami reduksi
dibanding ion H + dan sebaliknya.
• Zat yang lebih mudah mengalami reduksi
disebut sebagai oksidator dan zat yang
mengalami oksidasi disebut reduktor
• Semakin besar nilai potensial reduksi ,
semakin kuat sifat oksidatornya, sebaliknya
semakin kecil nilai potensial reduksi, semakin
lemah sifat oksidatornya
• Berdasarkan potensial reduksinya unsur2 dapat
dibuat dalam deret yang dikenal sebagai Deret
Volta. Deret volta disusun berdasarkan kekuatan
reduktor dan oksidator dari logam.

K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Ce-Fe-Cd-Ni-Co-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au

• Semakin ke kanan, semakin kuat sifat


oksidatornya, sedangkan semakin ke kiri, semakin
kuat sifat reduktornya
• Suatu reaksi redoks dalam elektrokimia dapat
berlangsung secara spontan jika oksidatornya
memiliki potensial reduksi standar lebih besar
dari reduktornya sehingga potensial sel bernilai
positif.
• Potensial sel dapat ditentukan karena adanya
perbedaan potensial dari kedua elektrode
penyusun sel tersebut.
• Berdasarkan konvensi IUPAC, potensial sel
didefinisikan sebagai:
• 𝑬° 𝒔𝒆𝒍 = 𝑬° 𝒓𝒖𝒂𝒔 𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 − 𝑬°𝒓𝒖𝒂𝒔 𝒌𝒊𝒓𝒊
• elektrode ruas kanan merupakan katode dan
elektrode ruas kiri merupakan anode sehingga:
• 𝑬° 𝒔𝒆𝒍 = 𝑬°𝒌𝒂𝒕𝒐𝒅𝒆 − 𝑬°𝒂𝒏𝒐𝒅𝒆
• Ketika nilai 𝐸° katode > 𝐸° anode, didapatkan
nilai potensial sel (𝐸°sel) lebih besar dari nol.
Artinya, reaksi sel tersebut berlangsung spontan
dan dapat menghasilkan arus listrik.
Contoh
Diketahui elektrode sebagai berikut
Reaksi di katode: 𝑍𝑛2+ −
𝑎𝑞 + 2𝑒 → 𝑍𝑛 𝑠 𝐸° = −0,76 𝑣𝑜𝑙𝑡
Reaksi di anode : 𝐶𝑎2+ −
𝑎𝑞 + 2𝑒 → 𝐶𝑎 𝑠 𝐸° = −2,84 𝑣𝑜𝑙𝑡
Tentukan 𝐸°𝑠𝑒𝑙 yang dihasilkan oleh kedua elektrode tersebut
Cara 1
𝐸°𝑠𝑒𝑙 = 𝐸° 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑒 − 𝐸° 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑒
= -0,76 – (-2,84) = +2,08 volt
Cara 2
Reaksi di katode 𝑍𝑛2+
𝑎𝑞 + 2𝑒 −
→ 𝑍𝑛 𝑠 𝐸° = −0,76 𝑣𝑜𝑙𝑡
Reaksi di anode: 𝐶𝑎 𝑠 → 𝐶𝑎2+ −
𝑎𝑞 + 2𝑒 𝐸° = +2,84 𝑣𝑜𝑙𝑡(reaksidibalik

𝐶𝑎 𝑠 + 𝑍𝑛2+
𝑎𝑞 → 𝐶𝑎 2+
𝑎𝑞 + 𝑍𝑛 𝑠 𝐸° =+2.08
Notasi Sel atau Diagram Sel daniel
• Sel daniel terdiri atas dua bagian setengah sel
dan setiap sel merupakan kombinasi atara
elektrode dan larutannya.
• Setengah sel bagian pertama terdiri dari
𝐶𝑢2+ /𝐶𝑢 cenderung mengalami reaksi reduksi,
dan setengah sel lain mengalami reaksi yang
berlawanan, yaitu reaksi oksidasi.
• Apabila kedua proses, yaitu reaksi reduksi dan
oksidasi, pada masing-masing elektroda
(setengah sel) dsigabung menjadi reaksi redoks
maka reaksinya adalah:
Zn s + Cu2+ aq → Zn 2+
aq + Cu s
• Nama umum dari sel jenis ini adalah sel
galvani/sel Volta. Untuk memudahkan
penulisannya dibuat notasi sel atau tata nama
sel, hal ini bisa dilihat pada contoh sel Daniel.
Dengan metode penamaan/penulisan notasi
sel yang dibuat IUPAC, sel tersebut dituliskan
sebagai berikut: Zn Zn2+ Cu2+ Cu
• Penggunaan Sel Volta
1. Sel aki : sel aki tersusun atas anode timbel (Pb)
dan katode PbO2 . Satu pasang Pb dan PbO2
menghasilkan tegangan 2 volt. Jadi suatu aki 12 volt
mengandung 6 pasang Pb dan PbO2 yang tersusun
secara seri. Keping2 Pb dan PbO2 dibenamkan ke
dalam elektrolit H2 SO4 30 %.
• Anode:𝑃𝑏 𝑠 + 𝑆𝑂42− 𝑎𝑞
→ 𝑃𝑏𝑆𝑂4 𝑠 + 2𝑒 −
• Katode:𝑃𝑏𝑂2 𝑠 + 𝑆𝑂42−𝑎𝑞 + 4𝐻 +𝑎𝑞 + 2𝑒 − → 𝑃𝑏𝑆𝑂4 𝑠 + 2𝐻2 𝑂
• Reaksi sel: 𝑃𝑏 𝑠 + 𝑃𝑏𝑂2 𝑠 + 2𝑆𝑂42−𝑎𝑞 + 4𝐻+ → 2𝑃𝑏𝑆𝑂4 𝑠 + 2𝐻2 𝑂
• Dengan bantuan arus listrik, reaksi di atas dapat
kembali ke kiri. 𝑃𝑏𝑆𝑂4 diuraikan lagi menjadi Pb dan
PbO2 . Jadi sel aki yang sudah habis dapat kita isi
(charged) kembali sehingga baru seperti semula.
2. Baterai kering atau sel leclanche
3. Baterai alkalin
4. Baterai perak oksida
5. Baterai nikel-kadmium
Sel elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel
volta, yaitu energi listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi kimia tidak spontan.
Kata elektrolisis berasal dari elektro (listrik) dan
analis (uraian).
Elektrolisis adalah proses penguraian suatu
senyawa kimia melalui reaksi redoks karena
adanya arus listrik sehingga terjadi perubahan
dari energi listrik menjadi energi kimia
• Rangkaian sel elektrolisis
• Sel elktrolisis merupakan perangkat yang digunakan
dalam proses elektrolisis. Sel ini terdiri atas beberapa
bagian , yaitu:
• 1. sumber arus searah
• 2. anode yaitu elektrode positif
• 3. katode yaitu elektrode negatif
• 4. zat yang di elektrolisis adalah elektrolit yang berupa
larutan atau cairan (leburan) zat murni
• Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia tempat reaksi
redoks terjadi karena adanya bantuan listrik. Pada sel
elektrolisis, terdapat wadah, elektrolit, dua elektrode
berupa katode dan anode, serta sumber arus searah.
Katode merupakan elektrode negatif tempat terjadinya
reduksi, sedangkan anode merupakan elektrode positif
tempat berlangsungnya reaksi oksida.
• Reaksi redoks pada sel Elektrolisis
• Pada sel elektrolosis, reaksi redoks yang terjadi tergantung
pada larutan elektrolit dan elektrode yang digunakan.
Reaksi ini terjadi pada katode dan anode yang dijelaskan
sbb:
• Reaksi pada katode (reduksi kation)
• Reaksi reduksi tergantung pada jenis kation dari zat yang
dielektrolisis, a.l:
• a. kation yang berasal dari golongan IA/alkali
(𝐿𝑖 + , 𝑁𝑎+ , 𝐾 + ), gol. IIA/alkali tanah
(𝑀𝑔2+ , 𝐶𝑎2+ , 𝑆𝑟 2+ , 𝐵𝑎2+ ), 𝐴𝑙 3+ 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑛2+ tidak di
reduksi, tetapi zat yang tereduksi adalah air (𝐻2 𝑂). Hal ini
terjadi karena 𝐸°𝑟𝑒𝑑 𝐻2 𝑂 lebih besar daripada 𝐸°𝑟𝑒𝑑 ion-ion
tersebut.
• Reaksi yang terjadi :2𝐻2 𝑂 𝑙 + 2𝑒 − → 𝐻2 𝑔 + 2𝑂𝐻 −𝑎𝑞
b. Kation 𝐻 + dari suatu asam akan direduksi
menjadi gas hidrogen (𝐻2 )
Reaksi yang terjadi : 2𝐻 +𝑎𝑞 + 2𝑒 − → 𝐻2(𝑔)
c. Kation dari logam lain yang tidak kelompok a
akan tereduksi pada katode contoh:
𝐹𝑒 2+𝑎𝑞 + 2𝑒 −
→ 𝐹𝑒 𝑠
d. Kation yang berupa lelehan atau leburan dari
golongan alkali dan alkali tanah akan tereduksi
serta mengendap pada katode (karena lelehan/
leburan tidak mengandung air).
Contoh: 𝐿𝑖 +𝑎𝑞 + 𝑒 − → 𝐿𝑖 𝑠
2+
𝐶𝑎 𝑎𝑞 + 2𝑒 − → 𝐶𝑎 𝑠
2.Reaksi pada anode (oksidasi anion)
Reaksi oksidasi ini bergantung pada jenis
anode dan anion dari zat yang dielektrolisis,
a.l:
a. Apabila anode/elektrodenya tidak inert (Ni,
Cu, Ag, dan lainnya) maka elektrodenya akan
𝑥+
teroksidasi. Reaksi: 𝐿 𝑠 → 𝐿 𝑎𝑞 + 𝑥𝑒 −
Contoh : 𝐴𝑔 𝑠 → 𝐴𝑔+𝑎𝑞 + 𝑒 −

𝑁𝑖 𝑠 → 𝑁𝑖 2+
𝑎𝑞 + 2𝑒 −
b. Apabila anode/elektrodenya inert (C,Pt, atau Au)
maka elektrodenya tidak bereaksi dan reaksi
oksidasinya ditentukan oleh anion.
• Ion 𝑂𝐻 − dari basa, reaksi yang terjadi adalah:
4𝑂𝐻 −𝑎𝑞 → 2𝐻2 𝑂 𝑎𝑞 + 𝑂2 𝑔 + 4𝑒 −
• Ion sisa asam yang mengandung oksigen
(𝑆𝑂42− , 𝑁𝑂3− , 𝑃𝑂43− , dan lainnya) tidak dioksidasi,
tetapi zat yang teroksidasi adalah air (𝐻2 𝑂). Hal
ini terjadi karena 𝐸°𝑟𝑒𝑑 𝐻2 𝑂 lebih besar daripada
𝐸°𝑟𝑒𝑑 ion-ion tersebut. Reaksi yang terjadi
adalah: 2𝐻2 𝑂 𝑎𝑞 → 4𝐻+𝑎𝑞 + 𝑂2 𝑔 + 4𝑒 −
• Ion halogen/golongan VIIA
(𝐹 − , Cl− , Br − , dan I − ) akan teroksidasi.

• Contoh : 2𝐶𝑙 𝑠 → 𝐶𝑙2 𝑔 + 2𝑒 −

2𝐵𝑟 𝑠 → 𝐵𝑟2 𝑔 + 2𝑒 −
• Hukum Faraday
• Tujuan elektrolisis adalah untuk
mengendapkan logam dan mengumpulkan gas
dari larutan yang dielektrolisis. Menurut
Michael Faraday, dalam sel Volta maupun sel
elektrolisis, terdapat hubungan kuantitatif
antara masa zat yang dibebaskan pada
elektrolisis dengan jumlah listrik yang
digunakan pada waktu tertentu.
• Melalui eksperimen, Faraday merumuskan
beberapa kaidah perhitungan elektrolisis yang
kini dikenal dengan Hukum Faraday, yaitu :
1. Jumlah zat yang dihasilkan pada elektrode
berbanding lurus dengan jumlah arus listrik yang
melewati sel elektrolisis.
2. Jika arus listrik yang sama dilewatkan pada
beberapa sel elektrolisis, berat zat yang
dihasilkan masing2 sel berbanding lurus dengan
berat ekivalen zat2 tsb
Pada zaman faraday elektron belum dikenal
dan baru ditemukan oleh Joseph John Thomson
pada tahun 1897. Saat ini berat ekuivalen (e) suatu
unsur dihitung berdasarkan jumlah elektron dengan
rumus berikut
e = Ar atau Mr
jumlah elektron
• Nilai berat ekuivalen (e) masing2 unsur hasil elektrolisis
adalah:
1. Gas 𝐻2 yang dihasilkan melalui reaksi
2𝐻2 𝑂 + 2𝑒 − → 2𝑂𝐻 − + 𝐻2
2𝐻 + + 2𝑒 − → 𝐻2
Pembentukan 1 molekul 𝐻2 melibatkan 2
elektron
Berat ekuivalen (e) gas 𝐻2 = 2/2=1
2. Gas 𝑂2 yng dihasilkan melalui reaksi :
2𝐻2 𝑂 → 4𝐻 + + 4𝑒 − + 𝑂2
4𝑂𝐻 − → 2𝐻2 𝑂 + 4𝑒 − + 𝑂2
Pembentukan 1 molekul 𝑂2 melibatkan empat elektron.
Berat ekuivalen (e) gas 𝑂2 =32/4=8
3. Halogen (𝑋2 ) yang dihasilkan melalui reaksi:
2𝑋 → 𝑋2 + 2𝑒 −
Pembentukan 1 molekul 𝑋2 melibatkan dua
elektron.
Berat ekuivalen (e) 𝑋2 = Mr 𝑋2
2
4. Logam2 (M) yang dihasilkan melalui reaksi :
𝑀𝑛+ + 𝑛𝑒 − → 𝑀
Pembentukan 1 atom logam melibatkan n
elektron , dengan n = muatan ion logam.
Berat ekuivalen (e) logam = Ar logam
muatan ion
• Definisi satu Faraday (1F) adalah jumlah listrik
yang terdiri atas satu elektron atau 6,0221367
x 1023 buah elektron. Muatan sebuah
elektron adalah 1,60217733x10−19 coulomby
setara dengan muatan sebesar :
• 6,0221367x1023 x1,60217733x10−19 coulomb
= 9,64853x104 coulomb
• Bilangan ini dibulatkan mjd 9,65x104 atau
96500 dan disebut sebagai tetapan Faraday
dengan satuan coulomb mol−1
• 1 faraday (1F) = 1mol elektron
= muatan 96500 coulomb
F = Coulomb = it
96500 96500
Dengan F = jumlah listrik dalam faraday (jumlah mol elektron
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (detik)
Kedua hukum Faraday yang telah dikemukan terdahulu dpt
dirumuskan secara kuantitatif sbb:
1. Jumlah zat yang terbentuk di katode atau anode
dinyatakan dengan persamaan berikut w= eF
w = eit
96500
dengan w = berat hasil elektrolisis (gram)
e = berat ekuivalen
F = jumlah listrik (Faraday)
• Jika terdapat dua hasil elektrolisis dengan arus
listrik yang sama maka berlaku hubungan :
• w1 = w2
𝑒1 𝑒2
Contoh soal
Elektrolisis larutan 𝐴𝑔𝑁𝑂3 selama 1 jam
menggunakan arus listrik 10 ampere. Hitung
masa Ag yang mengendap pada katode dan
berapa liter gs yang terbentuk pada STP (Ar
Ag=108 dan O = 16) !
Jawab
Reaksi yang terjadi
Katode: 𝐴𝑔+𝑎𝑞 + 𝑒 − → 𝐴𝑔 𝑠
Anode : 2𝐻2 𝑂 𝑙 → 4 𝐻+𝑎𝑞 + 𝑂2 𝑔 + 4𝑒 −
Masa Ag yang mengendap:
W = eit = 108/1 x10 x 3600 = 40,29 gram
96500 96500
Volume 𝑂2 yang terjadi adalah:
W= 16/2 x 10 x 3600 = 2,98 gr = 2,98/32 mol=0,093 mol
96500
Pada keadaan STP , volume 𝑂2 = 0,093 x 22,4 L = 2,08 L
• Penggunaan elektrolisis dalam industri
1. Produksi zat
2. Penyepuhan (electroplating)
3. Pemurnian logam

Anda mungkin juga menyukai