Anda di halaman 1dari 14

1

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN


Nama Kontaminan/Polutan
Alamat
1.

: Plastik / Polutan tanah


: Poli Ethylen

Karakter (sifat-sifat Fisik)


Sifat sifat PoliEtilen (PE), yaitu :

Memiliki struktur rantai linier.

Sifat mekaniknya bergantung pada beberapa variabel seperti struktur


kristal, tipe percabangan, kepadatan (densitas), dan berat molekulnya.

Dapat dilelehkan dan dibentuk berulang kali.

Umumnya bisa dilarutkan pada temperatur yang tinggi dalam hidrokarbon


aromatik seperti toluena atau xilena.

Temperatur itu sangat bervariasi bergantung pada tipe PE.

Titik leleh PE berdensitas rendah berkisar 105oC-115oC, sedangkan PE


berdensitas menengah dan tinggi berkisar 120oC-135oC.

Kebanyakan LDPE, MDPE, dan HDPE mempunyai tingkat resistansi kimia


yang sangat baik dan tidak larut pada temperatur ruang karena sifat
kristalinitasnya.

1. PE terbuat dari monomer etilen dengan logo untuk High Density Polyethylene
atau

untuk

terbuat

Low
dari

Density

Polyethylene

monomer

propilen

,sedangkan

PP

dengan logo .

2. Dari seluruh jenis kemasan makanan plastik, PE dan PP paling banyak


digunakan, dan paling aman dibandingkan dengan jenis kemasan plastik
lainnya.
3. HDPE (High Density Polyethylene) memiliki karakteristik, diantaranya
Bersifat keras hingga semifleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan
kelembaban, dapat ditembus gas, permukaan berlilin, buram, mudah diwarnai,
diproses dan dibentuk, melunak pada suhu 75oC. Biasanya digunakan untuk
botol susu cair, jus, minuman, wadah es krim, kantong belanja, obat, tutup
plastik. Disarankan hanya untuk satu kali penggunaan karena jika digunakan
berulang kali dikhawatirkan bahan penyusunnya lebih mudah bermigrasi ke
dalam pangan.

2
4. LDPE (Low Density Polyethylene)
Bahan mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, tidak jernih tetapi tembus
cahaya, melunak pada suhu 70oC. Biasanya digunakan untuk botol madu,
wadah yogurt, kantong kresek, plastik tipis. Plastik ini sebaiknya tidak
digunakan kontak langsung dengan pangan.
Daftar
Pustaka

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.


Keterangan Pers/ Press Release Tentang Kemasan Makanan
Dari Plastik Polietilen (PE) Dan Polipropilen (PP). 2009.
Mahmuri,

Ratih

P.

2012.

Plastik.

http://tigreyholic.blogspot.co.id/2012/09/plastik.html. Diakses
pada tanggal 29 April 2016 pukul 20.00 WIB.

2
.

Sumber (Asal kontaminan/polutan)


Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa

dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran


air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga
merupakan sumber pencemar tanah.
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan,
pasar, tempat usaha, hotel, kantor-kantor pemerintahan dan swasta dan tempat
wisata, dapat berupa limbah padat dan cair. Limbah padat berupa sampah
anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol
plastik air mineral, dsb.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan
air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme
di dalam tanah pun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati
karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Daftar
Respati, Dyah. 2014. Mengelola dan Mengolah Sampah Rumah
Pustaka
Tangga. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

3
3.
Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)
Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan
dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh
dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi yang
dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan
dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro
dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara
kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan
molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.
Reaksi polimer adisi adalah reaksi yang sering dilakukan dalam pembentukan
Polietilena. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inisiasi, propagasi dan
terminasi.
1. Inisiasi
Untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan
radikal bebas yang terbentuk dari inisiator sebagai R, dan molekul monomer
dinyatakan dengan CH2 = CH2, maka tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai
berikut:

2. Propagasi
Dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer
yang terbentuk dalam tahap inisiasi.

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana
ikatan rangkap C= C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan
tunggal CC pada polimer polietilena.
3. Terminasi
Terminasi dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang
tumbuh dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R)CH 2
CH2+R CH2CH2-R atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan
radikal polimer lainnya, sehingga akan membentuk polimer dengan berat
molekul tinggi R-(CH2)n-CH2 + CH2-(CH2)n-R R-(CH2)n-CH2CH2(CH2)nR.

Daftar Pustaka

Nurdiansyah, Afin, dkk. 2013. Produksi Polietilen di


Indonesia.

http://documents.tips/documents/polietilen-

tugas-2.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2016 pukul


10.00 WIB.
Nurminah, Mimi. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan
Kemasan Plastik dan Kertas Serta Pengaruhnya
Terhadap Bahan Yang Dikemas. Medan : Universitas
Sumatra Utara.

5
4.
Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)
Polietilen adalah suatu bahan yang termasuk dalam golongan polimer, dalam
bahasa komersial lebih dikenal dengan nama plastik, karena bahan tersebut bersifat
termoplastik. Jika polietilen diradiasi, maka bahan tersebut akan mengalami
perubahan strukturnya, yang pada umumnya akan terjadi perubahan sifat-sifat
fisisnya. Perubahan sifat- sifat fisis yang paling menonjol, adalah terjadinya
pembentukan ikat silang. Sejalan dengan pembentukan ikat silang, beberapa
informasi yang dapat diperoleh, yaitu :
1. Harga Derajat kristalinitas, yang diuji dengan difraksi sinar-x.
2. Kekuatan tarik, diuji dengan peralatan mesin instron-500.
3. Titik leleh, diuji dengan alat DSC-40.
Pengaruh radiasi terhadap pembentukan ikat silang, lebih ditekankan pada
permasalahan yang berkaitan dengan struktur molekul, kekuatan tarik dan titik
leleh.
Polietilen dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen, yang dapat diperoleh
dengan memberi hydrogen gas petroleum pada pemecahan minyak (nafta), gas
alam atau asetilen. Polimerisasi etilen ditunjukkan pada reaksi di bawah ini.

Polietilena terdiri dari berbagai jenis berdasarkan kepadatan dan percabangan


molekul. Sifat mekanis dari polietilena bergantung pada tipe percabangan, struktur
kristal, dan berat molekulnya.
1. Polietilena bermassa molekul sangat tinggi (Ultra high molecular weight
polyethylene) (UHMWPE)
UHMWPE adalah polietilena dengan massa molekul sangat tinggi, hingga
jutaan. Biasanya berkisar antara 3.1 hingga 5.67 juta. Tingginya massa
molekul membuat plastik ini sangat kuat, namun mengakibatkan pembentukan
rantai panjang menjadi struktur kristal tidak efisien dan memiliki kepadatan
lebih rendah dari pada HDPE. UHMWPE bisa dibuat dengan teknologi katalis,
dan katalis Ziegler adalah yang paling umum. Karena ketahanannya terhadap
penyobekan dan pemotongan serta bahan kimia, jenis plastik ini memiliki
aplikasi yang luas. UHMWPE digunakan sebagai onderdil mesin pembawa

6
kaleng dan botol, bagian yang bergerak dari mesin pemutar, roda gigi,
penyambung, pelindung sisi luar, bahan anti peluru, dan sebagai implan
pengganti bagian pinggang dan lutut dalam operasi.
2. Polietilena berdensitas tinggi (High density polyethylene) (HDPE)
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941
g/cm3. HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki
kekuatan antar molekul yang sangat tinggi dan kekuatan tensil. HDPE bisa
diproduksi dengan katalis kromium/silika, katalis Ziegler-Natta, atau katalis
metallocene. HDPE digunakan sebagai bahan pembuat botol susu,
botol/kemasan deterjen, kemasan margarin, pipa air, dan tempat sampah.
3. Polietilena cross-linked (Cross-linked polyethylene) (PEX atau XLPE)
PEX adalah polietilena dengan kepadatan menengah hingga tinggi yang
memiliki sambungan cross-link pada struktur polimernya. Sifat ketahanan
terhadap temperatur tingi meningkat seperti juga ketahanan terhadap bahan
kimia.
4. Polietilena berdensitas menengah (Medium density polyethylene) (MDPE)
MDPE dicirikan dengan densitas antara 0.9260.940 g/cm3. MDPE bisa
diproduksi dengan katalis kromium/silika, katalis Ziegler-Natta, atau katalis
metallocene. MDPE memiliki ketahanan yang baik terhadap tekanan dan
kejatuhan. MDPE biasa digunakan pada pipa gas.
5. Polietilena berdensitas rendah (Low density polyethylene) (LDPE)
LDPE dicirikan dengan densitas 0.9100.940 g/cm3. LDPE memiliki derajat
tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan pendek, yang berarti tidak
akan berubah menjadi struktur kristal. Ini juga mengindikasikan bahwa LDPE
memiliki kekuatan antar molekul yang rendah. Ini mengakibatkan LDPE
memiliki kekuatan tensil yang rendah. LDPE diproduksi dengan polimerisasi
radikal bebas.
6. Polietilena linier berdensitas rendah (Linear low density polyethylene)
(LLDPE)
LLDPE dicirikan dengan densitas antara 0.9150.925 g/cm3. LLDPE adalah
polimer linier dengan percabangan rantai pendek dengan jumlah yang cukup
signifikan. Umumnya dibuat dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai
pendek alfa-olefin (1-butena, 1-heksena, 1-oktena, dan sebagainya). LLDPE
memiliki kekuatan tensil yanglebih tinggi dari LDPE, dan memiliki ketahanan

7
yang lebih tinggi terhadap tekanan.
7. Polietilena berdensitas sangat rendah (Very low density polyethylene)
(VLDPE)
VLDPE dcirikan dengan densitas 0.8800.915 g/cm3. VLDPE adalah polimer
linier dengan tingkat percabangan rantai pendek yang sangat tinggi. Umumnya
dibuat dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai pendek alfa-olefin.
Daftar Pustaka

Jati, Kukuh Satrio,dkk. 2014. Proses Industri Kimia II.


https://prezi.com/zkgr1e8cv70r/proses-industri-kimia-ii/

Diakses pada tanggal 29 April 2016 pukul 20.15 WIB.


Winarno, F. G., dan T. S. Rahayu, 1994. Bahan Makanan untuk
Makanan dan Kontaminan. Jakarta : Pustaka Sninar
Harapan.

5.

Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air,


udara, atau tanah)
Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup

di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.
Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari
makanan kita berasal dari permukaan tanah. Akan tetapi, sebagaimana halnya
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia pula.
Pada sistem perpindahan jejak pada pencemaran tanah khususnya plastik, dapat
diawali dari kegiatan manusia. Perpindahan pencemaran tersebut dapat berpindah
ke lingkungan tanah dan lingkungan perairan. Jika plastik dibuang di lingkungan
tanah tanpa ditindaklanjuti dan tertimbun, maka limbah plastik tersebut tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme dan menyebabkan tanah menjadi
kurang subur karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan
ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah.
Jika plastik masuk ke dalam lingkungan perairan, sebagai contohnya adalah
pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai akan mengakibatkan
pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.

Daftar Pustaka

Hidayat,

Raffie.

2015.

Makalah

Pencemaran

Tanah.

http://documents.tips/documents/makalah-pencemaran-

8
tanah-562438be5ff2e.html/. Diakses pada tanggal 29 April
2016 pukul 20.30 WIB.

6.
Efek Toksikologi
Polietilena memiliki risiko rendah dari data toksikologi manusia. Kontak dengan
debu halus dan asap panas dapat menyebabkan iritasi sistem mata, kulit dan kontak
dengan bahan cair panas dapat menyebabkan luka bakar yang parah, kemungkinan
cedera permanen atau kebutaan. Menghirup asap dalam kondisi terbakar dianggap
berbahaya. Polietilena merupakan bahan kimia inert dan netral. Polietilena
dianggap tidak berbahaya dan tidak diatur baik di tempat kerja ataupun di sarana
transportasi. Produk ini akan terbakar jika terlalu lama pada suhu tinggi, dan dapat
memancarkan iritasi asap, mirip dengan yang dihasilkan oleh pembakaran kayu.
Penumpukan debu halus dapat membuat campuran eksplosif dengan udara.
Daftar
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. 2014. Polietilena. Banten,
Pustaka
Indonesia.

7.
Identifikasi (Kualitatif / prinsip)
Identifikasi plastik secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara :

Kode 1 : PETE atau PET (polyethylene terephthalate)


Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih, tembus pandang seperti botol air
mineral, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan
dengan kode 1 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air
hangat apalagi panas.
Kode 2: HDPE (high density polyethylene)
Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, direkomendasikan
hanya untuk sekali pemakaian. Sebaiknya botol yang sudah tampak kusam dan
banyak terdapat goresan tidak dipakai.

9
Kode 3: PVC (polyvinyl chloride)
Adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada
plastik pembungkus dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang
terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak
bila dipanaskan, PVC bisa berbahaya untuk ginjal, dan hati.
Kode 4: LDPE (low density polyethylene)
Biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barangbarang dengan kode 4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang
memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi
tetap baik untuk tempat makanan.
Kode 5: PP (polypropylene)
Adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum
dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan
yang tidak jernih atau berawan. Pilihlah simbol ini bila membeli barang berbahan
plastik.
Kode 6: PS (polystyrene)
Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali
pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan
ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan
sistem syaraf. Selain tempat makanan. Bahan ini harus dihindari dan banyak
negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan
styrofoam.
Kode 6: PSE (Expanded Polystyrene)
Agak mirip dengan yang di atas. Tapi yang ini untuk jenis plastik seperti kotak
CD, gelas kristal, mainan anak dan video kaset.
Kode 7: Other (biasanya polycarbonate)
Bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga.
Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan
plastik Polycarbonate.
Selain cara yang diatas, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji berat
jenis, uji bakar, dan lain lain.
Scratching test (uji baret)

10
Plastik memiliki kekerasan permukaan tertentu (surface hardness), ada yang
keras seperti ABS, PS, Acrylic, dan PVC-U, beberapa lebih lunak seperti PE dan
PP. Baretkan dengan ujung kuku pada permukaan plastik, jika terlihat teraba ada
jejak baret kita dapat menduga plastik tersebut bukan plastik jenis permukaan yang
keras. Jadi ada kemungkinan plastik tersebut adalah jenis PE atau PP atau mungkin
PTFE (Teflon) atau jenis plastik lunak lainnya.
Sound test (uji suara)
Karena adanya perbedaan berat jenis dan kekerasan permukaan material plastik
maka akan menghasilkan tone suara yang berbeda. Meskipun tentu saja hal ini
perlu pengalaman dan latihan. Ambil potongan plastik dan jatuhkan dari 10 inch
pada permukaan yang keras dan datar, bila telinga kita sudah peka terbiasa dan
terlatih maka akan terlihat jelas beda tone suara plastik satu dengan jenis lainnya.
Tidak jarang hal ini cukup membantu menggolongkan grup plastik tertentu.
Floating test (uji celup)
Semua jenis plastik memiliki berat jenis tertentu. Air yang kita ketahui memiliki
berat jenis 1 gr/cm kubik, membantu kita mengidentifikasi plastik. Mudah hanya
dua jenis plastik yang mengambang di air yaitu jenis PE (BJ 0,95) atau PP (BJ
0,91). Jenis plastik lainnya dipastikan tenggelam. Namun penting diingat, saat ini
plastik sudah begitu termodifikasi dengan penambahan macam macam filler
sehingga tentu saja hal ini cukup berpengaruh terhadap BJ. Bisa saja penambahan
filler seperti glass fiber sebanyak 30% pada PP akan menenggelamkan plastik ini
(BJ : 1,14).
Burning test (test bakar)
Sejauh ini dibandingkan test yang dipaparkan di atas, uji bakar inilah yang lebih
akurat dan dapat dengan mudah anda lakukan sendiri. Setiap jenis material plastik
memiliki reaksi masing masing ketika dibakar. Hal penting diamati adalah perilaku
plastik ketika dibakar serta baunya. Bila mungkin ambil plastik yang sudah anda
ketahui identitasnya (biasanya ada stamp daur ulang plastik ataupun tanda lainnya
pada part plastik), anda dapat bandingkan nanti dengan plastik yang tidak anda
ketahui atau ragu akan jenisnya. Bakar di ruang terbuka dimana udara bebas keluar,
amati apakah terbakar (api tidak mati ketika sumber api dijauhkan) atau tidak
terbakar (api segera mati ketika sumber api dijauhkan), amati warna dari
pembakaran tersebut, amati asapnya. Setelah itu matikan sumber api, kipas
asapnya dan bau. PE akan mengeluarkan warna biru/kuning ketika dibakar, bau

11
seperti paraffin (lilin). PP akan mengeluarkan warna biru/kuning, dan ada
lelehan/tetesan plastik, dan bau seperti diesel.
Kemudian, banyak hal lain atau cara identifikasi secara kualitatif lainnya yang
dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
1. Menguji sifat fisik (titik leleh dan temperatur dekomposisi) dengan
menggunakan DTA (Differesial Thermal Analysis)
2. Menguji sifat mekanik kekuatan tarik dengan menggunakan Instron (Uji Tarik)
3. Struktur molekul Spektra Infra Merah dengan menggunakan FTIR.
Uji Tarik
Berdasarkan hasil analisis kekuatan tarik pada HDPE, LDPE dan LLDPE
menunjukkan bahwa HDPE menunjukkan kekuatan tarik keras dan ulet, LDPE
memiliki kekuatan tarik keras dan kuat dan LLDPE memiliki kekuatan tarik yang
sama dengan HDPE. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dosis berkas elektron
yang dikenakan pada ketiga polimer polietilen tersebut. Pada LDPE dan LLDPE
mengalami peningkatan pada sifat mekaniknya, sedangkan pada HDPE mengalami
degradasi. Peningkatan sifat mekanik pada LDPE dan LLDPE terjadi karena kedua
jenis polimer polietilen tersebut mengalami proses ikatan silang (crosslinking),
sedangkan pada HDPE mengalami penurunan pada sifat mekaniknya, dikarenakan
adanya proses degradasi yang semakin besar yang sesuai dengan peningkatan dosis
berkas elektron yang digunakan.
Pengaruh iradiasi berkas elektron pada ketiga jenis polietilen menunjukkan
kekuatan tarik pada polietilen jenis LDPE dan LLDPE mengalami kenaikan,
sedangkan pada polietilen jenis HDPE mengalami penuruan kekuatan tarik. Hal ini
sesuai dengan struktur molekul yang dimiliki oleh setiap jenis polietilen, sebagai
berikut :

Spektroskopi Infra Merah


Pada spektrokopi ini, bahwa iradiasi berkas elektron terhadap ketiga jenis
polimer polietilen (LLDPE, LDPE, dan HDPE) dapat dikarakterisasi dengan

12
terjadinya degradasi dan ikatan silang. Terjadinya ikatan silang ditunjukkan dengan
peningkatan luas spektrum pada panjang gelombang 1700nm atau pada pita serapan
gugus fungsi ikatan rangkap, dengan bertambahnya dosis yang dikenakan pada
polimer tersebut.
Penentuan Titik Leleh dan Temperatur Dekomposisi
Titik leleh menggambarkan perubahan fasa padat menjadi cair tanpa mengalami
perubahan massa sedangkan temperatur dekomposisi menggambarkan termperatur
yang diperlukan untuk membakar habis material polimer disertai dengan
perubahan massa. Bila harga titik leleh mengalami kenaikan, menunjukkan
terjadinya crosslink (ikatan silang) pada polimer polietilen tersebut, dikarenakan
energi yang diperlukan lebih besar untuk mengubah fasa dari padat menjadi cair.
Sebaliknya berlaku bila titik leleh megalami penurunan , menunjukkan terjadinya
degradasi. Hal yang sama berlaku untuk temperatur dekomposisi.
Daftar Pustaka

Plastics

and

Tools.

Mengidentifikasi

2014.

Metode

Sederhana

Jenis

Plastik.

http://hudileksono.blogspot.co.id/2014/05/metodesederhana-mengidentifikasi.html

Diakses

pada

tanggal 7 Mei 2016 pukul 10.30 WIB.


Sudirman, dkk. 2010. Jurnal Analisa Sifat Fisik dan
Mekanik Polietilen (LLDPE, LDPE, dan HDPE)
Setelah Iradiasi Berkas Elektron.

8.

Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar


reaksi dan kerja instrumen/alat)
Terkait mengenai identifikasi secara kuantitatif, pencemaran tanah dapat dilihat

dari kondisi pada pH tanah tersebut. Berdasarkan jurnal mengenai karakteristik


tanah yang disusun oleh Teti Arabia, dkk tahun 2012, bahwa pH tanah dapat diukur
dengan menggunakan pH tancap atau elektrometrik. Ciri ciri tanah tercemar jika
dilihat dari kriteria pH, yaitu :
1. pH dibawah 6 (asam)
2. pH diatas 8 (basa)
Daftar Pustaka
Arabia, Teti, dkk. 2012. Karakteristik Tanah Salin Krueng

13
Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Volume 1, Nomor
1, Juni 2012 : hal. 32-42.
9.

Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan


yang diberlakukan
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 81 Tahun 2012


Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, bahwa :
1. Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor
sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda
paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
2. Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor
sampah spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. No. 81
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2008. No. 18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

10.
Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)
Limbah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan
plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat
berkarat, dan pada akhirnya tidak dapat diurai atau terdegradasi di dalam tanah
sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Penanganan Secara Preventif
Plastik sebagai sumber utama dari pencemaran sampah plastik memang tidak dapat
kita tinggalkan, bahkan konsumsi terhadap plastik ini sudah masuk dalam tahap

14
mengerikan, namun kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengurangi pemakaian
plastik tersebut dalam upaya mencegah pencemaran dari sampah plastik pada
lingkungan. Hal kecil yang dapat kita lakukan diantaranya :
1. Menggunakan dan memanfaatkan tas belanja dari kain untuk mengurangi tas

belanja dari plastik.


2. Memanfaatkan barang berbahan plastik bekas untuk dibuat aneka barang

kerajinan atau digunakan dalam bentuk lain seperti dompet, tas dan pernak
pernik lain.
3. Mengembangkan teknologi atau inovasi bahan pengganti plastik, mendaur ulang

plastik atau dengan menggunakan pati tropis untuk bahan baku plastik
biodegradabel.
Penanganan Secara Kuratif
Pada umumnya hanya dibuang (land fill), dibakar atau didaur ulang (recycle).
Ketika plastik diberi perlakuan landfill maka plastik tersebut tidak dapat terurai.
Begitu juga dengan proses daur ulang, plastik yang didaur ulang akan
menghasilkan plastik dengan kualitas yang rendah. Sedangkan limbah plastik yang
mengalami proses pembakaran dengan suhu rendah akan menghasilkan senyawa
yang bersifat karsinogen poly chloro dibenzodioxin dan poly chloro dibenzofurans.
Salah satu upaya untuk menangani limbah plastik yaitu dengan cara mengubah
limbah plastik menjadi suatu sumber energi baru (minyak penggerak mesin) yang
melewati beberapa proses diantaranya proses pirolisis (pembakaran tanpa O2 dan
dengan suhu tinggi 800-1000oC), proses hydrotreating atau hydrocreacking (proses
penyulingan), proses hidromerasi (mengubah molekul isomer memiliki viskositas
yang tinggi).
Daftar Pustaka

Ermawati, Rahyani. 2011. Konversi Limbah Plastik Sebagai


Sumber Energi Alternatif. Jurnal Riset Industri Vol. V,
No.3, 2011, Hal 257-263.
Gatri, C.A. 2011. Penggunaan Polimer dan Dampaknya.
http://alifasintyagatri.blogspot.co.id/2011/05/penggunaa
n-polimer-dan-dampaknya.html . Diakses pada tanggal 7
Mei 2016 pukul 10.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai