1. PE terbuat dari monomer etilen dengan logo untuk High Density Polyethylene
atau
untuk
terbuat
Low
dari
Density
Polyethylene
monomer
propilen
,sedangkan
PP
dengan logo .
2
4. LDPE (Low Density Polyethylene)
Bahan mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, tidak jernih tetapi tembus
cahaya, melunak pada suhu 70oC. Biasanya digunakan untuk botol madu,
wadah yogurt, kantong kresek, plastik tipis. Plastik ini sebaiknya tidak
digunakan kontak langsung dengan pangan.
Daftar
Pustaka
Ratih
P.
2012.
Plastik.
http://tigreyholic.blogspot.co.id/2012/09/plastik.html. Diakses
pada tanggal 29 April 2016 pukul 20.00 WIB.
2
.
3
3.
Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)
Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan
dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh
dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi yang
dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan
dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro
dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara
kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan
molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.
Reaksi polimer adisi adalah reaksi yang sering dilakukan dalam pembentukan
Polietilena. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inisiasi, propagasi dan
terminasi.
1. Inisiasi
Untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan
radikal bebas yang terbentuk dari inisiator sebagai R, dan molekul monomer
dinyatakan dengan CH2 = CH2, maka tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
2. Propagasi
Dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer
yang terbentuk dalam tahap inisiasi.
Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana
ikatan rangkap C= C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan
tunggal CC pada polimer polietilena.
3. Terminasi
Terminasi dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang
tumbuh dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R)CH 2
CH2+R CH2CH2-R atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan
radikal polimer lainnya, sehingga akan membentuk polimer dengan berat
molekul tinggi R-(CH2)n-CH2 + CH2-(CH2)n-R R-(CH2)n-CH2CH2(CH2)nR.
Daftar Pustaka
http://documents.tips/documents/polietilen-
5
4.
Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)
Polietilen adalah suatu bahan yang termasuk dalam golongan polimer, dalam
bahasa komersial lebih dikenal dengan nama plastik, karena bahan tersebut bersifat
termoplastik. Jika polietilen diradiasi, maka bahan tersebut akan mengalami
perubahan strukturnya, yang pada umumnya akan terjadi perubahan sifat-sifat
fisisnya. Perubahan sifat- sifat fisis yang paling menonjol, adalah terjadinya
pembentukan ikat silang. Sejalan dengan pembentukan ikat silang, beberapa
informasi yang dapat diperoleh, yaitu :
1. Harga Derajat kristalinitas, yang diuji dengan difraksi sinar-x.
2. Kekuatan tarik, diuji dengan peralatan mesin instron-500.
3. Titik leleh, diuji dengan alat DSC-40.
Pengaruh radiasi terhadap pembentukan ikat silang, lebih ditekankan pada
permasalahan yang berkaitan dengan struktur molekul, kekuatan tarik dan titik
leleh.
Polietilen dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen, yang dapat diperoleh
dengan memberi hydrogen gas petroleum pada pemecahan minyak (nafta), gas
alam atau asetilen. Polimerisasi etilen ditunjukkan pada reaksi di bawah ini.
6
kaleng dan botol, bagian yang bergerak dari mesin pemutar, roda gigi,
penyambung, pelindung sisi luar, bahan anti peluru, dan sebagai implan
pengganti bagian pinggang dan lutut dalam operasi.
2. Polietilena berdensitas tinggi (High density polyethylene) (HDPE)
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941
g/cm3. HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki
kekuatan antar molekul yang sangat tinggi dan kekuatan tensil. HDPE bisa
diproduksi dengan katalis kromium/silika, katalis Ziegler-Natta, atau katalis
metallocene. HDPE digunakan sebagai bahan pembuat botol susu,
botol/kemasan deterjen, kemasan margarin, pipa air, dan tempat sampah.
3. Polietilena cross-linked (Cross-linked polyethylene) (PEX atau XLPE)
PEX adalah polietilena dengan kepadatan menengah hingga tinggi yang
memiliki sambungan cross-link pada struktur polimernya. Sifat ketahanan
terhadap temperatur tingi meningkat seperti juga ketahanan terhadap bahan
kimia.
4. Polietilena berdensitas menengah (Medium density polyethylene) (MDPE)
MDPE dicirikan dengan densitas antara 0.9260.940 g/cm3. MDPE bisa
diproduksi dengan katalis kromium/silika, katalis Ziegler-Natta, atau katalis
metallocene. MDPE memiliki ketahanan yang baik terhadap tekanan dan
kejatuhan. MDPE biasa digunakan pada pipa gas.
5. Polietilena berdensitas rendah (Low density polyethylene) (LDPE)
LDPE dicirikan dengan densitas 0.9100.940 g/cm3. LDPE memiliki derajat
tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan pendek, yang berarti tidak
akan berubah menjadi struktur kristal. Ini juga mengindikasikan bahwa LDPE
memiliki kekuatan antar molekul yang rendah. Ini mengakibatkan LDPE
memiliki kekuatan tensil yang rendah. LDPE diproduksi dengan polimerisasi
radikal bebas.
6. Polietilena linier berdensitas rendah (Linear low density polyethylene)
(LLDPE)
LLDPE dicirikan dengan densitas antara 0.9150.925 g/cm3. LLDPE adalah
polimer linier dengan percabangan rantai pendek dengan jumlah yang cukup
signifikan. Umumnya dibuat dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai
pendek alfa-olefin (1-butena, 1-heksena, 1-oktena, dan sebagainya). LLDPE
memiliki kekuatan tensil yanglebih tinggi dari LDPE, dan memiliki ketahanan
7
yang lebih tinggi terhadap tekanan.
7. Polietilena berdensitas sangat rendah (Very low density polyethylene)
(VLDPE)
VLDPE dcirikan dengan densitas 0.8800.915 g/cm3. VLDPE adalah polimer
linier dengan tingkat percabangan rantai pendek yang sangat tinggi. Umumnya
dibuat dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai pendek alfa-olefin.
Daftar Pustaka
5.
di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.
Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari
makanan kita berasal dari permukaan tanah. Akan tetapi, sebagaimana halnya
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia pula.
Pada sistem perpindahan jejak pada pencemaran tanah khususnya plastik, dapat
diawali dari kegiatan manusia. Perpindahan pencemaran tersebut dapat berpindah
ke lingkungan tanah dan lingkungan perairan. Jika plastik dibuang di lingkungan
tanah tanpa ditindaklanjuti dan tertimbun, maka limbah plastik tersebut tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme dan menyebabkan tanah menjadi
kurang subur karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan
ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah.
Jika plastik masuk ke dalam lingkungan perairan, sebagai contohnya adalah
pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai akan mengakibatkan
pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
Daftar Pustaka
Hidayat,
Raffie.
2015.
Makalah
Pencemaran
Tanah.
http://documents.tips/documents/makalah-pencemaran-
8
tanah-562438be5ff2e.html/. Diakses pada tanggal 29 April
2016 pukul 20.30 WIB.
6.
Efek Toksikologi
Polietilena memiliki risiko rendah dari data toksikologi manusia. Kontak dengan
debu halus dan asap panas dapat menyebabkan iritasi sistem mata, kulit dan kontak
dengan bahan cair panas dapat menyebabkan luka bakar yang parah, kemungkinan
cedera permanen atau kebutaan. Menghirup asap dalam kondisi terbakar dianggap
berbahaya. Polietilena merupakan bahan kimia inert dan netral. Polietilena
dianggap tidak berbahaya dan tidak diatur baik di tempat kerja ataupun di sarana
transportasi. Produk ini akan terbakar jika terlalu lama pada suhu tinggi, dan dapat
memancarkan iritasi asap, mirip dengan yang dihasilkan oleh pembakaran kayu.
Penumpukan debu halus dapat membuat campuran eksplosif dengan udara.
Daftar
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. 2014. Polietilena. Banten,
Pustaka
Indonesia.
7.
Identifikasi (Kualitatif / prinsip)
Identifikasi plastik secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
9
Kode 3: PVC (polyvinyl chloride)
Adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada
plastik pembungkus dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang
terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak
bila dipanaskan, PVC bisa berbahaya untuk ginjal, dan hati.
Kode 4: LDPE (low density polyethylene)
Biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barangbarang dengan kode 4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang
memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi
tetap baik untuk tempat makanan.
Kode 5: PP (polypropylene)
Adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum
dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan
yang tidak jernih atau berawan. Pilihlah simbol ini bila membeli barang berbahan
plastik.
Kode 6: PS (polystyrene)
Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali
pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan
ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan
sistem syaraf. Selain tempat makanan. Bahan ini harus dihindari dan banyak
negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan
styrofoam.
Kode 6: PSE (Expanded Polystyrene)
Agak mirip dengan yang di atas. Tapi yang ini untuk jenis plastik seperti kotak
CD, gelas kristal, mainan anak dan video kaset.
Kode 7: Other (biasanya polycarbonate)
Bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga.
Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan
plastik Polycarbonate.
Selain cara yang diatas, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji berat
jenis, uji bakar, dan lain lain.
Scratching test (uji baret)
10
Plastik memiliki kekerasan permukaan tertentu (surface hardness), ada yang
keras seperti ABS, PS, Acrylic, dan PVC-U, beberapa lebih lunak seperti PE dan
PP. Baretkan dengan ujung kuku pada permukaan plastik, jika terlihat teraba ada
jejak baret kita dapat menduga plastik tersebut bukan plastik jenis permukaan yang
keras. Jadi ada kemungkinan plastik tersebut adalah jenis PE atau PP atau mungkin
PTFE (Teflon) atau jenis plastik lunak lainnya.
Sound test (uji suara)
Karena adanya perbedaan berat jenis dan kekerasan permukaan material plastik
maka akan menghasilkan tone suara yang berbeda. Meskipun tentu saja hal ini
perlu pengalaman dan latihan. Ambil potongan plastik dan jatuhkan dari 10 inch
pada permukaan yang keras dan datar, bila telinga kita sudah peka terbiasa dan
terlatih maka akan terlihat jelas beda tone suara plastik satu dengan jenis lainnya.
Tidak jarang hal ini cukup membantu menggolongkan grup plastik tertentu.
Floating test (uji celup)
Semua jenis plastik memiliki berat jenis tertentu. Air yang kita ketahui memiliki
berat jenis 1 gr/cm kubik, membantu kita mengidentifikasi plastik. Mudah hanya
dua jenis plastik yang mengambang di air yaitu jenis PE (BJ 0,95) atau PP (BJ
0,91). Jenis plastik lainnya dipastikan tenggelam. Namun penting diingat, saat ini
plastik sudah begitu termodifikasi dengan penambahan macam macam filler
sehingga tentu saja hal ini cukup berpengaruh terhadap BJ. Bisa saja penambahan
filler seperti glass fiber sebanyak 30% pada PP akan menenggelamkan plastik ini
(BJ : 1,14).
Burning test (test bakar)
Sejauh ini dibandingkan test yang dipaparkan di atas, uji bakar inilah yang lebih
akurat dan dapat dengan mudah anda lakukan sendiri. Setiap jenis material plastik
memiliki reaksi masing masing ketika dibakar. Hal penting diamati adalah perilaku
plastik ketika dibakar serta baunya. Bila mungkin ambil plastik yang sudah anda
ketahui identitasnya (biasanya ada stamp daur ulang plastik ataupun tanda lainnya
pada part plastik), anda dapat bandingkan nanti dengan plastik yang tidak anda
ketahui atau ragu akan jenisnya. Bakar di ruang terbuka dimana udara bebas keluar,
amati apakah terbakar (api tidak mati ketika sumber api dijauhkan) atau tidak
terbakar (api segera mati ketika sumber api dijauhkan), amati warna dari
pembakaran tersebut, amati asapnya. Setelah itu matikan sumber api, kipas
asapnya dan bau. PE akan mengeluarkan warna biru/kuning ketika dibakar, bau
11
seperti paraffin (lilin). PP akan mengeluarkan warna biru/kuning, dan ada
lelehan/tetesan plastik, dan bau seperti diesel.
Kemudian, banyak hal lain atau cara identifikasi secara kualitatif lainnya yang
dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
1. Menguji sifat fisik (titik leleh dan temperatur dekomposisi) dengan
menggunakan DTA (Differesial Thermal Analysis)
2. Menguji sifat mekanik kekuatan tarik dengan menggunakan Instron (Uji Tarik)
3. Struktur molekul Spektra Infra Merah dengan menggunakan FTIR.
Uji Tarik
Berdasarkan hasil analisis kekuatan tarik pada HDPE, LDPE dan LLDPE
menunjukkan bahwa HDPE menunjukkan kekuatan tarik keras dan ulet, LDPE
memiliki kekuatan tarik keras dan kuat dan LLDPE memiliki kekuatan tarik yang
sama dengan HDPE. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dosis berkas elektron
yang dikenakan pada ketiga polimer polietilen tersebut. Pada LDPE dan LLDPE
mengalami peningkatan pada sifat mekaniknya, sedangkan pada HDPE mengalami
degradasi. Peningkatan sifat mekanik pada LDPE dan LLDPE terjadi karena kedua
jenis polimer polietilen tersebut mengalami proses ikatan silang (crosslinking),
sedangkan pada HDPE mengalami penurunan pada sifat mekaniknya, dikarenakan
adanya proses degradasi yang semakin besar yang sesuai dengan peningkatan dosis
berkas elektron yang digunakan.
Pengaruh iradiasi berkas elektron pada ketiga jenis polietilen menunjukkan
kekuatan tarik pada polietilen jenis LDPE dan LLDPE mengalami kenaikan,
sedangkan pada polietilen jenis HDPE mengalami penuruan kekuatan tarik. Hal ini
sesuai dengan struktur molekul yang dimiliki oleh setiap jenis polietilen, sebagai
berikut :
12
terjadinya degradasi dan ikatan silang. Terjadinya ikatan silang ditunjukkan dengan
peningkatan luas spektrum pada panjang gelombang 1700nm atau pada pita serapan
gugus fungsi ikatan rangkap, dengan bertambahnya dosis yang dikenakan pada
polimer tersebut.
Penentuan Titik Leleh dan Temperatur Dekomposisi
Titik leleh menggambarkan perubahan fasa padat menjadi cair tanpa mengalami
perubahan massa sedangkan temperatur dekomposisi menggambarkan termperatur
yang diperlukan untuk membakar habis material polimer disertai dengan
perubahan massa. Bila harga titik leleh mengalami kenaikan, menunjukkan
terjadinya crosslink (ikatan silang) pada polimer polietilen tersebut, dikarenakan
energi yang diperlukan lebih besar untuk mengubah fasa dari padat menjadi cair.
Sebaliknya berlaku bila titik leleh megalami penurunan , menunjukkan terjadinya
degradasi. Hal yang sama berlaku untuk temperatur dekomposisi.
Daftar Pustaka
Plastics
and
Tools.
Mengidentifikasi
2014.
Metode
Sederhana
Jenis
Plastik.
http://hudileksono.blogspot.co.id/2014/05/metodesederhana-mengidentifikasi.html
Diakses
pada
8.
13
Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Volume 1, Nomor
1, Juni 2012 : hal. 32-42.
9.
10.
Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)
Limbah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan
plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat
berkarat, dan pada akhirnya tidak dapat diurai atau terdegradasi di dalam tanah
sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Penanganan Secara Preventif
Plastik sebagai sumber utama dari pencemaran sampah plastik memang tidak dapat
kita tinggalkan, bahkan konsumsi terhadap plastik ini sudah masuk dalam tahap
14
mengerikan, namun kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengurangi pemakaian
plastik tersebut dalam upaya mencegah pencemaran dari sampah plastik pada
lingkungan. Hal kecil yang dapat kita lakukan diantaranya :
1. Menggunakan dan memanfaatkan tas belanja dari kain untuk mengurangi tas
kerajinan atau digunakan dalam bentuk lain seperti dompet, tas dan pernak
pernik lain.
3. Mengembangkan teknologi atau inovasi bahan pengganti plastik, mendaur ulang
plastik atau dengan menggunakan pati tropis untuk bahan baku plastik
biodegradabel.
Penanganan Secara Kuratif
Pada umumnya hanya dibuang (land fill), dibakar atau didaur ulang (recycle).
Ketika plastik diberi perlakuan landfill maka plastik tersebut tidak dapat terurai.
Begitu juga dengan proses daur ulang, plastik yang didaur ulang akan
menghasilkan plastik dengan kualitas yang rendah. Sedangkan limbah plastik yang
mengalami proses pembakaran dengan suhu rendah akan menghasilkan senyawa
yang bersifat karsinogen poly chloro dibenzodioxin dan poly chloro dibenzofurans.
Salah satu upaya untuk menangani limbah plastik yaitu dengan cara mengubah
limbah plastik menjadi suatu sumber energi baru (minyak penggerak mesin) yang
melewati beberapa proses diantaranya proses pirolisis (pembakaran tanpa O2 dan
dengan suhu tinggi 800-1000oC), proses hydrotreating atau hydrocreacking (proses
penyulingan), proses hidromerasi (mengubah molekul isomer memiliki viskositas
yang tinggi).
Daftar Pustaka