Anda di halaman 1dari 18

1

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN

Nama Kontaminan/Polutan : Chromium (Cr)


Alamat/jenis : Perioda 4
Golongan VIB

1. Karakter (sifat-sifat Fisik)


Keterangan umum unsur:
- Nama unsur , lambang, no. atom: Kromium, Cr, 24
- Deret kimia: Logam transisi
- Golongan, periode, blok: VIB, 4, d
- Berat atom = 51.996 g/mol
- Konfigurasi elektronik: [18Ar] 3d5 4s1
- Jumlah elektron tiap kulit: 2, 8, 13, 1
- Logam kromium:
Ciri-ciri fisik:
- Fase: padat
- Logam kristalin putih keperakan.
- Keras tetapi rapuh
- Tidak korosif
- Keregangan tinggi
- Titik leleh = 1900oC
- Titik didih = 2690oC
- Densitas/g cm-3 = 7.15 g/cm3
- Kalor peleburan: 21.0 kJ/mol
- Kalor penguapan: 339.5 kJ/mol
- Kapasitas kalor: (25oC) 23.35 J/(mol.K)
- Kelimpahan/ppm = 122 ppm
Ciri-ciri atom:
- Struktur kristal: cubic body centered
- Bilangan oksidasi: 6, 5, 4, 3, 2, 1, -1, -2
Bilangan oksidasi yang stabil ialah 6, 3, 2
- Elektronegativitas = 1.66 (skala Pauling)
- Energi ionisasi: ke-1: 652.9 kJ/mol
ke-2: 1590.6 kJ/mol
ke-3: 2987 kJ/mol
- Jari-jari atom = 1.172
Daftar Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan. Jakarta:
Pustaka PT Gramedia Pustaka Utama.
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
2

2. Sumber (Asal kontaminan/polutan)


- Limbah industri pelapisan logam.
- Limbah industri penyamakan kulit.
Industri penyamakan kulit yang menggunakan proses Chrome Tanning
menghasilkan limbah cair yang mengandung krom.
- Industri pembakaran dan mobilisasi batu bara dan minyak bumi.
Daftar Bugis,Halija. Dkk.2012. Jurnal Penelitian Studi Kandungan Logam
Pustaka Berat Kromium VI (Cr VI) pada air dan sedimen disungai
pankajene kabupaten pangkep. Makassar: Bagian Kesehatan
lingkungan FKM UNHAS Makassar

3. Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)


- APDC jika direaksikan dengan Cr(VI) akan membentuk kompleks
[Cr(PDC)6], [Cr(PDC)5]+, [Cr(PDC)4]2+,[Cr(PDC)3]3+, [Cr(PDC)2]4+ atau
[Cr(PDC)]5+, C5H12N2S2 (APDC)
- Logam Cr murni tidak penah ditemukan di alam. Logam ini ditemukan dalam
bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Cr paling
banyak ditemukan dalam bentuk batuan besi krom atau kromit FeCr2O4.
Kromat dihasilkan dari reaksi antara kromit dengan Na2CO3 di udara.
4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 8Na2CrO4 + 2Fe2O3 + 8CO2
Perubahan kromat menjadi dikromat dapat dilakukan dengan menambahkan
H2SO4.
Na2CrO4 + H2SO4 Na2Cr2O7 + Na2SO4 + H2O
Dikromat direduksi menjadi Cr(III) dengan karbon, yang kemudian direduksi
dengan aluminium (proses aluminotermit).
Na2Cr2O7 + 2C Cr2O3 + Na2CO3 + CO
Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr
- Pada pH rendah (suasana asam), dikromat bersifat pengoksidasi yang kuat.
Cr2O72- + 14H3O+ + 6e 2Cr3+ + 21H2O Eo= 1.33V
Daftar Leyva, D, Esteves, J, and Montero, A. 2011. Separation and
Pustaka determination of selenium in water samples by the
combination of APDC coprecipitation: X-ray fluorescence
spectrometry. Akademiai Kiado, Budapest, Hungary
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:
Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan
oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat.
Jakarta: Rinika Cipta.
3

4. Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)


- Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan perairan terjadi peristiwa
reduksi dari senyawa-senyawa Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+ yang kurang
beracun.
- Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr6+ menjadi Cr3+ dapat berlangsung
bila badan perairan berada dan atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam.
CrO42- + 8H+ + 3e- Cr3+ + 4 H2O
- Pada suasana basa, Cr3+ berubah menjadi krom heksavalen.
Reaksinya:
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3
Cr(OH)3 + OH- [Cr(OH)4]-
2[Cr(OH)4]- + 3H2O2 + 2OH- + 8H2O
- CrO3 merupakan senyawa yang beracun dan korosif. CrO3 biasanya dibuat
dengan penambahan H2SO4.
Na2Cr2O7 + H2SO4 2CrO3 + Na2SO4 + H2O
Dengan pemanasan dengan suhu di atas 250oC, CrO3 melepaskan oksigen dan
membentuk Cr2O3 yang berwarna hijau.
2CrO3 2CrO2 + O2
2CrO2 Cr2O3 + O2
- Ada sedikit senyawa Cr(+V), namun senyawa tersebut tidak stabil dan diuraikan
menjadi Cr(+III) dan Cr(+VI). Contohnya, K3CrO8 yang terbentuk dari NaCrO4
dan H2O2 dalam larutan basa.
- Senyawa Cr3+ merupakan senyawa yang sangat penting dan stabil dalam keadaan
asam. Dan mudah teroksidasi menjadi Cr(+VI) dalam keadaan basa.
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3 Cr2O3(H2O)n
- Ion kromium(II) (atau kromo, Cr2+) diturunkan dari kromium(II) oksida, CrO. Ion
Cr2+ agak tidak stabil, karena merupakan zat pereduksi yang kuat.
Cr3+ + e Cr2+ Eo = -0.41 V
Dalam larutan asam ion Cr2+ menguraikan air perlahan-lahan dengan membentuk
hidrogen. Oksigen dari atmosfer dengan mudah mengoksidasikannya menjadi ion
Cr3+.
Daftar Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:
Pustaka Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat.
Jakarta: Rinika Cipta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan
oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
4

5. Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air, udara, atau tanah)

Daftar Pustaka Triatmojo, S., D.T.H. Sihombing, S. Djojowidagdo, T.R.


Wiradarya. 2001. Biosorpsi Reduksi Krom Limbah
Penyamakan Kulit Dengan Biomassa Fusarium sp
Dan Aspergillus niger. Manusia dan Lingkungan, Vol
VIII(2), 70-81. Pusat Studi Lingkungan Hidup.
Yogyakarta: UGM

6. Efek Toksikologi
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik,
dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom
dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika
kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit
perut dan muntah.

Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan
kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak
penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam
kulit.

Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang
yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga
memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium

Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa


5

dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat
bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan.

- Bila Cr terabsorpsi melalui lambung, kulit, atau alveoli paru-paru akan timbul
iritasi dan korosif.
- Apabila terhirup (inhalasi) dan menyerap kromium valensi 6 akan menimbulkan
iritasi saluran pernapasan bagian atas, bersin, gangguan hidung, terjadi
penyempitan pembuluh darah, spasme bronchus, asmatik attart dan dapat
mengakibatkan penderita meninggal dunia.
- Keracunan kromium valensi 6 yang kronis mengakibatkan gangguan lokal yang
menonjol daripada gangguan secara umum.
- Kromium valensi 6 diduga merupakan bronkhogenik (penyebab kanker
bronkhus).
- Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses
fisiologis atau metabolisme tubuh.
Senyawa-senyawa ligan (piropospat, metionin, serin, glisin, leusin, lisin, dan
prolin) yang terdapat dalam tubuh dapat mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah
terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam jaringan.
Cr dapat mengkatalisis suksinat dalam enzim sitokrom reduktase sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan beberapa reaksi biokimia lainnya dalam tubuh.
Ion-ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan menghalangi atau mampu
menghambat kerja enzim benzopiren hidroksilase. Akibatnya terjadi perubahan
dalam kemampuan pertumbuhan sel, sehingga sel-sel menjadi tumbuh secara liar
dan tidak terkontrol, yang disebut dengan kanker.
Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa Cr3+ dapat mengendapkan RNA
dan DNA pada pH 7.
Cr6+ dan Cr3+ dapat menyebabkan denaturasi pada albumin.
Daftar Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Pustaka Palar, Heryandon, 2008.Pencemarandan Toksikologi Logam Berat.
Jakarta:RinekaCipta.

7. Identifikasi (Kualitatif / prinsip)


- Identifikasi Cr(VI) dalam ion kromat (CrO42-) berwarna kuning.
a. Penambahan asam. Kromat yang berwarna kuning akan menjadi dikromat,
berwarna jingga.
2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O
b. Penambahan barium klorida/larutan nitrat. Terbentuk endapan kuning barium
kromat.
Ba2+ + CrO42- BaCrO4
c. Penambahan larutan timbal(II) nitrat. Terbentuk PbCrO4 yang berwarna kuning.
Pb2+ + CrO42- PbCrO4
- Identifikasi kromium(III)
a. Penambahan larutan amonia. Terbentuk endapan seperti gelatin yang berwarna
6

abu-abu hijau sampai abu-abu biru, yaitu kromium (III) hidroksida.


Cr3+ + 3NH3 + H2O Cr(OH)3 + 3NH4+
b. Penambahan larutan natrium hidroksida. Terbentuk endapan kromium(III)
hidroksida.
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3
c. Penambahan larutan natrium karbonat. Terbentuk endapan kromium(III)
hidroksida.
2Cr3+ + 3CO32- + 3H2O 2Cr(OH)3 + 3CO2
d. Penambahan larutan natrium fosfat. Terbentuk endapan hijau kromium(III)
fosfat.
Cr3+ + HPO42- CrPO4 + H+
e. Penambahan larutan amonium sulfida. Terbentuk endapan kromium(III)
hidroksida.
Daftar Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:
Pustaka Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan
oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.

8. Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan kerja


instrumen/alat)
- Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
- Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut
akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi,
maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron
tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke
keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada
panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom
tersebut.
- Cara untuk menguji krom ialah ion kromium disuntikkan ke dalam tungku
karbon, lalu diatomisasikan dengan energi elektrotermal, dengan melalui tahap
pengeringan, pengabuan dan pengatoman. Kromium dalam bentuk atom akan
menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda berongga
dan besarnya serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.
- Penelitian yang berjudul Profil Kandungan Logam Berat Cadmium (Cd) dan
Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor) ini dalam mengukur
7

kadar logam berat krom (Cr) dalam daging kupang dimulai dengan pengukuran
absorban larutan standart krom (Cr) dengan spektrofotometri serapan atom (SSA).
Selanjutnya membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban.

- Cara menghitung kadar krom ialah sebagai berikut:


Pada pengukuran kadar logam berat krom (Cr) dalam daging kupang dimulai
dengan pengukuran absorban larutan standart krom (Cr) dengan spektroftometri
serapan atom (SSA). Selanjutnya berdasarkan data dibuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dengan absorban.
Berdasarkan kurva larutan standar Cr diatas selanjutnya diperoleh formula
persamaan garis regresi linier hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan
absorban sebagai berikut : Y = 0,11 X + 0,0012 dimana Y = absorban dan X =
konsentrasi dengan R2 = 0,984. Harga R2 sebesar 0,984 berarti kurva kalibrasi
tersebut mempunyai keakuratan dalam penentuan konsentrrasi sebesar 98,4 % dan
kesalahan 0,6 %. Selanjutnya untuk menentukan kadar logam krom (Cr) dalam
sampel kupang, dilakukan pengukuran absorban dari larutan sampel. Dari absorban
sampel yang diperoleh maka kadar Cr dapat diketahui dengan mensubstitusikan
nilai absorban larutan sampel ke persamaan regresi linier Y = 0,11 X + 0,0012.
Selanjutnya kadar krom (Cr) dalam daging kupang dihitung dengan
memperhatikan faktor penambahan akuades sampai volume 50 ml dan berat
sampel kering 8 gram.
Penentuan kadar logam berat krom (Cr) dalam daging kupang beras berdasar berat
kering, tertinggi 0,29 ppm dan terendah 0,18 ppm dengan rata-rata 0,23 ppm. Nilai
KV tertinggi 19,44 % dan terendah 8,28 %.
Presisi/ketelitian dinyatakan dengan koefisien variasi (KV).
KV = (s/x) x 100%
Keterangan :
KV = koefisien variasi, s adalah simpangan baku, dan x adalah rata-rata kadar zat
yang dianalisis.
Daftar Kurnianta, Moh. Jimmy. 2002. Profil Kandungan Logam Berat
Pustaka Cadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras
(Tellina versicolor) (studi kasus pada kupang beras yang
dipasarkan di pantai kraton,Pasuruan).(Online).
www.google.com. Diakses tanggal 17 Februari 2017.

9. Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan yang diberlakukan


1. Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah
Cair, menyatakan bahwa batas maksimal konsentrasi kromium total untuk limbah cair
yaitu 0,5-1 mg/L.
2. 1) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 ialah nilai ambang batas ion Cr3+ dalam air
adalah 0,05 ppm.
8

Daftar Avessa,Isma. Dkk. 2016. Penurunan Kadar Cr3+ [Kromium (III)] dan
Pustaka TTS (Total Suspended Solid) pada limbah cair laboratorium
dengan menggunakan metode Presipitasi. Samarinda:
Universitas Mulawarman
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit
Terhadap Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Sains & Humaniora,
(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_File
s/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf. Diakses
tanggal 17 Februari 2017.

10. Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)


Perventif:
- Membangun instalasi pengolahan limbah cair (IPLC) sehingga kualitas limbah
cair yang dibuang ke perairan umum tidak melampaui baku mutu yang berlaku.
- Mengolah limbah cair industri sehingga dapat digunakan kembali (sistem daur
ulang).
Kuratif:
- Menggunakan proses biosorpsi dengan memanfaatkan jamur merang sebagai
penyerap logam krom dalam limbah cair industri pelapisan logam.
- Menggunakan zeolit untuk mengadsorpsi ion Cr(III). Zeolit merupakan mineral
berpori yang penggunaannya didasarkan atas kemampuannya melakukan
pertukaran ion (ion excangher), adsorpsi (adsorption) dan katalisator (catalyst).
Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling
berhubungan ke segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat besar
sehingga sangat baik digunakan sebagai adsorben.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi tanah, yang
menyebabkan logam berat tidak mobil (imobil) atau tidak mudah larut, diantaranya
adalah:
Penambahan kapur dan bahan organik ke dalam tanah karena akan meningkatkan
reaksi (pH) tanah dan koloid-koloid tanah. Reaksi tanah yang alkalis dapat
menurunkan kelarutan logam berat, sedangkan koloid-koloid tanah akan menjerap
logam berat sehingga mobilitasnya berkurang.
Daftar Helmi. 2005. Pemanfaatan Jamur Merang Untuk Menurunkan Kadar
Pustaka Logam Krom Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam
Dengan Proses Biosorpsi.
(Online),http://digilib.usu.ac.id/index.php/component/journals
/index.php?option=com_journal_review&id=8848&task=view
. Diakses tanggal 17 Februari 2017.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Djambatan.
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit
Terhadap Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan
9

Pengembangan Sains & Humaniora,


(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_File
s/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf. Diakses
tanggal 17 Februari 2017.
10

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN

Nama Kontaminan/Polutan : Plastik


Alamat/jenis : Styrofoam (Polistirena Foam)

1. Karakter (sifat-sifat Fisik)


Sifat fisik styrofoam:
- Warna fisik : putih
- Ringan, kaku, dan tembus cahaya
- Dapat mencair pada suhu yang tinggi
- Bisa menahan suhu
- Mudah terbakar
- Tahan air, bahan kimia non-organik, dan alkohol
- Berwujud padat
- Keras dengan fleksibilitas yang terbatas
- Strukturnya tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah
- Terdapat ruang antara butiran yang berisi udara
- Insulator panas yang baik (tidak dapat menghantar panas)
Sifat fisik polistirena :
- - Padatan plastik tidak berwarna
- Berat molekul = 104,153
- Density pada 20 C (gr/cm3) = 0,9059
- Titik didih (C) = 145
- Titik beku (C) = -30,6
- Temperatur kritis (C) = 369,0
- Tekanan kritis (MPa) = 3,81
- Volume kritis (cm3/mol) = 3,55
- Indeks bias = 1,5467
- Tegangan permukaan pada 20C (dyne/cm) = 30,86
- Viskositas pada 20C (cP) = 0,763
- Panas penguapan pada 25C (J/g.K) = 428,44
- Panas pembentukan (l) pada 25C (KJ/mol) = -12,456
- Panas pembentukan pada 25C (J/mol.K) = -12,456
- Kalor jenis (l) pada 20C (J/g.K) = 1,1690
- Kalor jenis (g) pada 25C (J/g.K) = 1,179
Daftar Anonim. 2009. Polistirena. (http://id.wikipedia.org/wiki/polistirena,
Pustaka diakses 17 Februari 2017).
Torik, M. 2009. Efek Buruk Styrofoam. (http://resannisa.blogspot.
com/2009/08/efek-buruk- styrofoam, diakses 17 Februari 2017)
11

2. Sumber (Asal kontaminan/polutan)


Sumber asal kontaminan styrofoam :
- Bahan pelapis, pemisah, pipa insulasi
- Mainan anak
- Pembungkus makanan sekali pakai
- Pengemas produk-produk pangan siap saji dan segar seperti mie instant, bubur
ayam, bakso, kopi, dan yoghurt.
- Bahan pengemas (busa dan film).
- Perkakas atau perabotan rumah tangga
- Bahan insulator listrik dan bangunan
- Bunga dan produk kerajinan
- Kerajinan madding
Daftar Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. (Terjemahan oleh Iis Sopyan).
Pustaka Jakarta: Pradnya Paramita
Torik, M. 2009. Efek Buruk Styrofoam.
(http://resannisa.blogspot.com/2009/08/efekburukstyrofoam,
diakses 17 Februari 2017)

3. Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)


Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas
seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah
CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat
ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah
lingkungan. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi
suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk
melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Stirena sendiri dihasilkan
melalui proses dehidrogenasi etil benzena. Etil Benzena Stirena
selanjutnya, stirena membentuk polistirena melalui proses polimerisasi :
12

Daftar Cowd.M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung: Penerbit ITB


Pustaka

4. Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)


Styrofoam bentuk lain dari polistirena (plastik polistiren dalam bentuk foam)
apabila mengalami depolimerisasi maka akan menghasilkan stirena
yang merupakan monomernya dan akan terikat sangat kuat apabila bertemu ester
atau lemak. apabila makanan berlemak dimasukkan dalam styrofoam dan
mengalami depolimerisasi kemungkinan besar makanan tersebut akan
terkontaminasi stirena. Proses depolimerisasi terjadi apabila terkena sinar UV dan
pemanasan diatas 385 derjat.
Degradasi Polistirena Dengan Inisiator Dikumil Peroksida
Polistirena yang ditambahkan dengan dikumil peroksida akan terjadi
pemutusan rantai polistirena dan pembentukan ikatan silang pada polistirena.
Dengan reaksinya sebagai berikut :
1. Tahap Dekomposisi

2. Tahap Inisiasi
13

3. Tahap Pemutusan Rantai


4. Tahap Pembentukan Ikatan Silang
Daftar Anonim. 2009. Polistirena. (http://id.wikipedia.org/wiki/polistirena,
Pustaka diakses 17 Februari 2017).

5. Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air,


udara, atau tanah)
Perpindahan jejak sampah Styrofoam yaitu :

Manusia

Tempat makanan, Pembuatan


tempat alat styrofoam
elektronik

Tanah Air Udara

Aktivitas Biota 57 zat


cacing sungai/laut berbahaya

Kurang Bau tak


subur Banjir
sedap

Selama ini Styrofoam yang sudah digunakan hanya dibuang begitu saja menjadi
sampah yang lama kelamaan akan menumpuk. Styrofoam butuh waktu yang sangat
lama untuk dapat diuraikan oleh tanah dan waktu yang dibutuhkan 100 tahun,
karena itulah styrofoam juga dapat menggangu keseimbangan ekosistem yang
berada di tanah. Tanah yang ada pun kurang subur karena adanya styrofoam akan
menggangu aktivitas cacing sebagai organisme yang menggemburkan tanah. Sifat
styrofoam itu ringan dan tidak mudah tenggelam, apabila styrofoam terbawa arus
sungai atau laut maka otomatis styrofoam akan menjadi sampah dan akan
menggangu biota sungai dan laut.
Jika sampah Styrofoam banyak menumpuk disepanjang sungai atau perairan, maka
14

dapat menyebabkan banjir. Styrofoam yang tersangkut disepanjang sungai atau


bahkan dipintu air menjadi pemicu sampah lain ikut tersangkut pula. Akibatnya,
sampah akan menumpuk dan menutup aliran air , dan jika debit air cukup besar,
maka kemungkinan besar dapat menyebabkan banjir.
Sedangkan proses pembuatan Styrofoam sendiri dapat menyebabkan polusi udara.
Dimana dalam proses pembuatan Styrofoam sangat banyak menghasilkan limbah
berbahaya, karena dalam proses pembuatannya menimbulkan bau tak sedap yang
mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Daftar Sari, Jayanti. 2014. Pengolahan Limbah Styrofoam dengan Agen
Pustaka Biologi Pseudomonas. Salatiga : Universitas Kristen Satya
Wacana

6. Efek Toksikologi
Polistirena merupakan plastik yang inert sehingga relatif tidak berbahaya bagi
kesehatan, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya migrasi dari
monomer stirena ke dalam pangan yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan.
Bahaya monomer stirena terhadap kesehatan setelah terpapar dalam jangka
panjang, antara lain :
Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit
kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi
dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati
periperal.
Styrofoam terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan
menggunakan benzana. Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan
banyak penyakit. Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid,
mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak
jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran,dan menjadi mudah gelisah.
Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan
kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-
kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah
merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan
berkurang sehingga kita mudah terinfeksi.Pada wanita, zat ini berakibat buruk
terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling
berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara
paparan stirena dan meningkatnya risiko leukemia dan limfoma.
Berdasarkan data IARC, stirena termasuk bahan yang diduga dapat menyebabkan
kanker pada manusia (grup 2B).
Daftar Sari, Jayanti. 2014. Pengolahan Limbah Styrofoam dengan Agen
Pustaka Biologi Pseudomonas. Salatiga : Universitas Kristen Satya
Wacana
15

7. Identifikasi (Kualitatif / prinsip)


Identifikasi kualitatif yang dapat dilakukan terhadap polutan Styrofoam dapat
dengan hanya diamati apakah pada suatu daerah atau wilayah tersebut terdapat
sampah Styrofoam.
Daftar Pustaka

8. Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar


reaksi dan kerja instrumen/alat)
Identifikasi kuantitatif terhadap styrofoam dapat dilakukan dengan menggunakan
spektroskopi infra merah karena sterofoam merupakan senyawa aromatis. Selain
itu digunakan pula instrumental spektroskkopi IR.
Dua variasi instrumental dari spektroskopi IR yaitu metode dispersif yang lebih
tua, dimana prisma atau kisi dipakai untuk mendispersikan radiasi IR, dan metode
Fourier transform (FT) yang lebih akhir, yang menggunakan prinsip interferometri.
Kelebihan-kelebihan dari FT-IR mencakup persyaratan ukuran sampel yang kecil,
perkembangan spektrum yang cepat dan karena instrumen ini memiliki komputer
yang terdedikasi-kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum.
(instrumen-instrumen dispersif modern juga telah dilengkapi dengan
mikrokomputer-mikrokomputer untuk penyimpanan dan manipulasi spektrum).
FT-IR telah membawa tingkat keserbagunaan yang lebih besar ke penelitian-
penelitian struktur polimer. Karena spektrum-spektrum bisa di-scan, disimpan, dan
ditransformasikan dalam hitungan detik, teknik ini memudahkan penelitian reaksi-
reaksi polimer seperti degradasi atau ikat silang. Persyaratan-persyaratan ukuran
sampel yang sangat kecil mempermudah kopling instrumen FT-IR dengan suatu
mikroskop untuk analisis bagian-bagian sampel polimer yang sangat terlokalisasi.
Dan kemampuan untuk substraksi digital memungkinkan seseorang untuk
melahirkan spektrum-spektrum lainnya yang tersembunyi. Salah satu contoh
substraksi spektral untuk polistirena isotaktik. Daerah spektral yang diperlihatkan,
dengan skala yang diperbesar, mencakup daerah tekukan karbon-hidrogen dari
cincin-cincin benzena pendan. Spektrum A adalah spektrum polimer semikristal
yang diperoleh melalui pembakaran, B adalah polimer yang sama yang dipanaskan
di atas T dan didinginkan dalam keadaan amorfus. Substraksi B dari A
membuktikan karakteristik absorbansi yang terdefinisi dengan lebih baik dari
daerah-daerah kristal di mana cincin-cincin benzena dibekukan menjadi
konformasi-konformasi yang relatif spesifik.
FT-IR teristimewa bermanfaat dalam meneliti paduan-paduan polimer. Sementara
paduan yang tidak dapat campur memperlihatkan suatu spektru IR yang
merupakan superposisi dari spektrum homopolimer, spektrum paduan yang dapat
campur adalah superposisi tiga komponen dua spektrun homopolimer dan satu
spektrum interaksi yang timbul dari interaksi kimia atau fisika antara
homopolimer-homopolimer. Untuk polipaduan komersial Noryl, sebagai contoh
yang terdiri dari polistirena dan poli(fenilina oksida), substraksi dua spektrum
16

homopolimer dari spektrum paduan tersebut membuktikan suatu spektrum


interaksi yang nampaknya muncul dari perubahan konformasi yang disebabkan
oleh kopling dipol-dipol cincin benzena dari dua homopolimer tersebut. Interaksi
terbesar terjadi pada paduan dari 30% polieter - 70% polistirena, yang juga
merupakan konsentrasi persen yang memberikan sifat-sifat mekenika terbaik.
Daftar Eka,Aini. 2010. Kartu Identitas Polutan. http://ee-
Pustaka kha.blogspot.co.id/2010/04/kartu-identitas-kontaminanpolutan-
nama_4641.html Diakses 17 Februari 2017

9. Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan


yang diberlakukan
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor : HK 00.05.55.6497 Tentang Bahan Kemasan Pangan pada
lampiran 2A mengenai Bahan Dasar da Zat Kontak dengan Pangan yang diizinkan
dalam Kemasan Pangan dan Batas Migrasi no.2 parameter 1 pada spesifikasi bahan
plastik/karet/elastomer yaitu kopolimer akrilonitril/butadiene/stirena bahwa ekstrak
total dari bahan tidak mudah menguap setelah kontak dengan air suling, asam
asetat 3%, atau n-heptana, pada suhu 490C selama 8 hari, digunakan untuk semua
pangan kecuali yang mengandung alcohol pada kondisi penggunaan E, F, dan G
mempunyai batas migrasi sebesar maks 0,000078 mg/cm3.
Pada spesifikasi kopolimer akrolonitril/butadiene/strirena/metil akrilat bahwa
ekstrak total dari bahan tidak mudah menguap setelah kontak dengan air suling,
asam asetat 3%,, etanol 50%, dan n-heptana, pada suhu 490C selama 10 hari,
digunakan untuk kemasan yang bersentuhan dengan pangan, tipe pangan I, II, III,
IV-A, IV-B, V, VI-B (kecuali botol minuman ringan yang mengandung gas karbon
dioksida), VII-A, VII-B, VIII, dan IX pada kondisi penggunaan C, D, E, F, dan G
dengan batas suhu kurang dari 880C mempunyai batas migrasi sebesar 0,000078
mg/cm3.
TIPE BAHAN PANGAN DAN PANGAN OLAHAN
I. Tidak bersifat asam (pH 5,0), produk produk mengandung air, dapat
mengandung garam atau
gula atau keduanya, termasuk emulsi mengandung minyak dalam air dengan
kandungan lemak
rendah atau tinggi
II. Bersifat asam (pH 5,0), produk produk mengandung air, dapat mengandung
garam atau gula
atau keduanya, termasuk mengandung emulsi minyak dalam air dengan kandungan
lemak rendah
atau tinggi.
III. Produk mengandung air, asam atau tidak asam, mengandung minyak atau
lemak bebas, dapat
mengandung garam, termasuk mengandung emulsi air dalam minyak dengan
kandungan lemak
17

rendah atau tinggi.


IV. Produk susu dan turunannya :
A. Emulsi air dalam minyak, kandungan lemak rendah atau tinggi
B. Emulsi minyak dalam air, kandungan lemak rendah atau tinggi
V. Lemak dan minyak mengandung sedikit air
VI. Minuman :
A. Mengandung alkohol
B. Non - alkohol
VII. Produk roti
VIII. Padat dan kering
UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan telah memberikan palang pintu agar tidak
sembarangan menggunakan bahan kemasan makanan. Pada pasal 16 disebutkan,
setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan
bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang
dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia.
Daftar Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Pustaka Indonesia Nomor : HK 00.05.55.6497 Tentang Bahan Kemasan
Pangan

10. Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)


Terjadinya migrasi monomer stirena dari kemasan polistirena foam ke dalam
pangan dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan, namun hal ini tergantung dari
jenis dan suhu pangan yang dikemas serta lama kontak pangan dengan kemasan
pangan. Untuk mengurangi besarnya migrasi stirena dari kemasan polistirena foam
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Penanganan Preventif :
Gunakan kemasan polistirena foam hanya untuk sekali pakai.
Hindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang panas.
Hindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang mengandung
alkohol, asam, dan lemak. Stirena yang menjadi bahan dasar polistirena larut
dalam lemak dan alkohol, oleh karena itu kemasan jenis ini tidak cocok untuk
produk susu atau yoghurt yang mengandung lemak tinggi, serta produk yang
mengandung alkohol.
Jangan pernah memanaskan atau memasukkan makanan dengan kemasan
polistirena foam ke dalam microwave.
Hindari kontak langsung dengan pangan, untuk itu sebelum mengemas pangan
kemasan polistirena dapat dipasang alas jenis plastik lain seperti polietilena (PE)
/polipropilena (PP).
Hindari penggunaan kemasan untuk makanan yang dikonsumsi oleh wanita hamil
dan anak-anak.
Penanganan kuratif:
Daur ulang
18

Pembuatan polistiren sulfonat dari limbah sampah polistiren sebagai koagulan


(pengendap) dalam pengolahan air.
Sebagai perekat dalam industri plywood (kayu lapis).
Daftar Badan POM RI. 2008. Kemasan Polistirena Foam (styrofoam).
Pustaka (http://perpustakaan.pom.go.id/koleksilainnya/infoPOM/0508,
diakses 17 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai