Ciri-ciri fisik:
- Fase: padat
- Logam kristalin putih keperakan.
- Keras tetapi rapuh
- Tidak korosif
- Keregangan tinggi
- Titik leleh = 1900oC
- Titik didih = 2690oC
- Densitas/g cm-3 = 7.15 g/cm3
- Kalor peleburan: 21.0 kJ/mol
- Kalor penguapan: 339.5 kJ/mol
- Kapasitas kalor: (25oC) 23.35 J/(mol.K)
- Kelimpahan/ppm = 122 ppm
Ciri-ciri atom:
- Struktur kristal: cubic body centered
- Bilangan oksidasi: 6, 5, 4, 3, 2, 1, -1, -2
Bilangan oksidasi yang stabil ialah 6, 3, 2
- Elektronegativitas = 1.66 (skala Pauling)
- Energi ionisasi: ke-1: 652.9 kJ/mol
ke-2: 1590.6 kJ/mol
ke-3: 2987 kJ/mol
- Jari-jari atom = 1.172Å
Daftar Pustaka
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNY.
Manahan, Stanley E. 1994. Environmental Chemistry Sixth Edition. London: Lewis Publisher
CRC Pres. Inc.
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
4. Perubahan – perubahan Spesies (Karakter Kimia)
- Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan perairan terjadi peristiwa reduksi dari
senyawa-senyawa Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+ yang kurang beracun.
- Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr6+ menjadi Cr3+ dapat berlangsung bila badan
perairan berada dan atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam.
+ 8H+ + 3e- → Cr3+ + 4 H2O
- Pada suasana basa, Cr3+ berubah menjadi krom heksavalen.
Reaksinya:
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3↓
Cr(OH)3 + OH- [Cr(OH)4]-
2[Cr(OH)4]- + 3H2O2 + 2OH- → + 8H2O
- CrO3 merupakan senyawa yang beracun dan korosif. CrO3 biasanya dibuat dengan
penambahan H2SO4.
Na2Cr2O7 + H2SO4 → 2CrO3 + Na2SO4 + H2O
Dengan pemanasan dengan suhu di atas 250oC, CrO3 melepaskan oksigen dan membentuk
Cr2O3 yang berwarna hijau.
2CrO3 → 2CrO2 + O2
2CrO2 → Cr2O3 + ½ O2
- Ada sedikit senyawa Cr(+V), namun senyawa tersebut tidak stabil dan diuraikan menjadi
Cr(+III) dan Cr(+VI). Contohnya, K3CrO8 yang terbentuk dari NaCrO4 dan H2O2 dalam
larutan basa.
- Senyawa Cr3+ merupakan senyawa yang sangat penting dan stabil dalam keadaan asam. Dan
mudah teroksidasi menjadi Cr(+VI) dalam keadaan basa.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3 → Cr2O3(H2O)n
- Ion kromium(II) (atau kromo, Cr2+) diturunkan dari kromium(II) oksida, CrO. Ion Cr2+ agak
tidak stabil, karena merupakan zat pereduksi yang kuat.
Cr3+ + e → Cr2+ Eo = -0.41 V
Dalam larutan asam ion Cr2+ menguraikan air perlahan-lahan dengan membentuk hidrogen.
Oksigen dari atmosfer dengan mudah mengoksidasikannya menjadi ion Cr3+.
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
6. Efek Toksikologi
- Bila Cr terabsorpsi melalui lambung, kulit, atau alveoli paru-paru akan timbul iritasi dan
korosif.
- Apabila terhirup (inhalasi) dan menyerap kromium valensi 6 akan menimbulkan iritasi saluran
pernapasan bagian atas, bersin, gangguan hidung, terjadi penyempitan pembuluh darah, spasme
bronchus, asmatik attart dan dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia.
- Keracunan kromium valensi 6 yang kronis mengakibatkan gangguan lokal yang menonjol
daripada gangguan secara umum.
- Kromium valensi 6 diduga merupakan bronkhogenik (penyebab kanker bronkhus).
- Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses fisiologis
atau metabolisme tubuh.
• Senyawa-senyawa ligan (piropospat, metionin, serin, glisin, leusin, lisin, dan prolin) yang
terdapat dalam tubuh dapat mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah terdifusi sehingga dapat
masuk ke dalam jaringan.
• Cr dapat mengkatalisis suksinat dalam enzim sitokrom reduktase sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan beberapa reaksi biokimia lainnya dalam tubuh.
• Ion-ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan menghalangi atau mampu menghambat
kerja enzim benzopiren hidroksilase. Akibatnya terjadi perubahan dalam kemampuan
pertumbuhan sel, sehingga sel-sel menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol, yang disebut
dengan kanker.
• Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa Cr3+ dapat mengendapkan RNA dan DNA pada
pH 7.
• Cr6+ dan Cr3+ dapat menyebabkan denaturasi pada albumin.
Daftar Pustaka
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
7. Identifikasi (Kualitatif)
- Identifikasi Cr(VI) dalam ion kromat (CrO42-) berwarna kuning.
a. Penambahan asam. Kromat yang berwarna kuning akan menjadi dikromat, berwarna jingga.
2CrO42- + 2H+ → Cr2O72- + H2O
b. Penambahan barium klorida/larutan nitrat. Terbentuk endapan kuning barium kromat.
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4
c. Penambahan larutan timbal(II) nitrat. Terbentuk PbCrO4 yang berwarna kuning.
Pb2+ + CrO42- → PbCrO4
- Identifikasi kromium(III)
a. Penambahan larutan amonia. Terbentuk endapan seperti gelatin yang berwarna abu-abu hijau
sampai abu-abu biru, yaitu kromium (III) hidroksida.
Cr3+ + 3NH3 + H2O → Cr(OH)3 + 3NH4+
b. Penambahan larutan natrium hidroksida. Terbentuk endapan kromium(III) hidroksida.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3
c. Penambahan larutan natrium karbonat. Terbentuk endapan kromium(III) hidroksida.
2Cr3+ + 3CO32- + 3H2O → 2Cr(OH)3 + 3CO2
d. Penambahan larutan natrium fosfat. Terbentuk endapan hijau kromium(III) fosfat.
Cr3+ + HPO42- CrPO4 + H+
e. Penambahan larutan amonium sulfida. Terbentuk endapan kromium(III) hidroksida.
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.
8. Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan kerja instrumen / alat)
- Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
- Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat
gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi
dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar
yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
- Cara untuk menguji krom ialah ion kromium disuntikkan ke dalam tungku karbon, lalu
diatomisasikan dengan energi elektrotermal, dengan melalui tahap pengeringan, pengabuan dan
pengatoman. Kromium dalam bentuk atom akan menyerap energi radiasi elektromagnetik yang
berasal dari lampu katoda berongga dan besarnya serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.
- Penelitian yang berjudul Profil Kandungan Logam Berat Cadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam
Daging Kupang Beras (Tellina versicolor) ini dalam mengukur kadar logam berat krom (Cr)
dalam daging kupang dimulai dengan pengukuran absorban larutan standart krom (Cr) dengan
spektrofotometri serapan atom (SSA). Selanjutnya membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi
dengan absorban. Gambar kurva kalibrasi ditunjukkan pada gambar 2.
Daftar Pustaka
Haryanto, Bayu. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). www. google.com. Diakses 14
Oktober 2009.
Kurnianta, Moh. Jimmy. 2002. Profil Kandungan Logam Berat Cadmium (Cd) dan Krom (Cr)
dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor)
(studi kasus pada kupang beras yang dipasarkan di pantai kraton,Pasuruan).(Online).
www.google.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.
Helmi. 2005. Pemanfaatan Jamur Merang Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom Dalam
Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Dengan Proses Biosorpsi.
(Online),http://digilib.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_r
eview&id=8848&task=view. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium(III).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora,
(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman
_Suardana.pdf. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.