Anda di halaman 1dari 13

LOGAM VANADIUM DAN KROMIUM (KIMIA ANORGANIK)

BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.

Kecendrungan Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


Kecendrungan Vanadium

Logam ini barangkali memang sulit dijumpai secara langsung di sekeliling kita,
logam ini mempunyai kenampakan bersianar cemerlang, cukup lunak sehingga
mudah untuk dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 1915C dan titik
didih 3350C serta tahan terhadap korosi. Vanadium dapat bergabung dengan
karbon di dalam baja, membentuk senyawa V4C3 yang merupakan butiran
butiran halus terdispersi dan membuat baja menjadi lebih tahan lama dan tahan
sobekan bahkan pada temperatur tinggi, sehingga lebih baik daripada baja besi.
Penambahan karbon kira-kira 10% mengakibatkan kenaikan titik leleh yang
sangat menyolok, menjadi kira-kiara 2700C.
Dengan sifat semacam ini produksi vanadium sebagian besar (-80%) digunakan
sebagai logam aditif pada baja khususnya untuk keperluan baja yang tahan
goncangan pada kecepatan tinggi, disamping itu dipakai sebagai paduan dengan
logam alumunium dengan presentase sekitar 10%berat.
Kandungan vanadium dalam batu-batuan pada kerak bumi diduga sekitar 136
ppm yang merupakan unsur transisi terbanyak kelima setelah besi (Fe),
titanium(Ti) mangan(Mn), dan Zirkon (Zr) logam ini terdapat dalam kira-kira 60
macam mineral bersama-sama dengan logam-logam lain. Mineral yang penting
sebagai sumber logam vanadium yaitu patronit VS yang merupakan suatu
polisufida. Karena mudah bergabung dengan oksigen, logam ini juga terdapat
pada berbagai mineral vanadat seperti pada :
Vanadiat yaitu timbal (II)n klorida vanadat, PbCl2.3Pb3(VO4)2
Karnoit yaitu kalium uranil vanadat, K(UO2)(VO4).1,5 H2O dan
Vanadinit yaitu Pb5(VO4)3Cl.
Dengan konfigurasi elektronik [18Ar] 3d3, 4s2, atom vanadium dapat ,melepaskan
2 sampai 5 elektron menghasilkan tingkat oksidasi +2, +3, +4 atau +5.
Kemudahan melepaskan elektron tentu saja berkaitan dengan kedudukan
vanadium sebagai awal anggota deret transisi dimana tarikan inti terhadap
elektron elektron d masih relatif lemah , demikian juga berkaitan dengan
atom-atom yang berikatan yaitu yang bersifat sangat elektronegatif seperti
oksigen, dan senyawanya menjadi bersifat kovalen atau dalam bentuk senyawa
kompleks. Vanadium dengan tingkat oksidasi tertinggi (V +5) ini tentu saja bersifat
sebagai oksidator yang baik, dan dapat dipakai sebgai kataloisator pada industri
asam sulfat.[1]

2.

Kecendrungan Kromium

Kromium adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap
korosi. Karena itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses korosi.
Lapisan kromium pada besi dapat dibuat dengan elektrolisis (penyepuhan).
Kromium terdapat dalam baja anti karat (stainless steel) yang biasa
mengandung 19% kromium, 9% nikel, dan yang lainnya besi.[2]
Disamping itu kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak, dan
lembek jika muerni dengan titik leleh kira-kira 1900C dan titik didih kira-kira
2690C. Logam ini sangat tahan terhadap korosi, karena reaksi dengan udara
menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat tidak berpori sehingga mampu
melindungi logam yang terlapisi dari serangan reaksi lebih lanjut.
Kromium bereaksi dengan asam (non oksidator) menghasilkan Cr (II), tetapi
dengan asam oksidator reaksi menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan
krom(II) oksida.
Atom kromium dengan konfigurasi elektronik terluar 3d 5, 4s1 (setengah
penuh)mempunayi tiga macam tingkat oksidasi yang utama yaitu +2, +3 (paling
stabil) dan +6. Dengan demikian kromium sangat banyak terdapat sebagai
senyawanya.[3]
Biloks +2 merupakan ion Cr2+ yang berwarna biru dalam larutan dan sangat
mudah dioksidasi menjadi +3 yang merupakan biloks yang sangat stabil.
Senyawa krom(III) yang sangat penting adalah senyawa oksidanya, Cr 2O3 yang
merupakan zat warna hijau yang sangat stabil. Zat ini dapat digunakan untuk
mewarnai cat, bahan atap dari scrap, semen dan plaster.
Ion krom(III) membentuk banyak ion kompleks yang stabil dan dalam air berada
dalam bentuk ion kompleks yang berwarna violet Cr (H 2O)63+. Ion ini membentuk
garam krom(III) yang berwarna violet.
Reaksinya :
Cr(H2O)63+(aq) + 3OH-(aq) Cr(H2O)3(OH)3(s) + 3H2O
Krom yang biloks +6 membentuk oksida CrO3 yang merupakan oksidator kuat
dan merupakan anhidrida asam dari asam kromat H 2CrO4. Dalam larutan yang
sangat asam H2CrO4merupakan zat yang penting. Apabila pH nya naik akan
terbentuk dua macam zat salah satu zat berupa ion kromat yang berwarna
kuning CrO42-dan ion dikromat Cr2O72- yang berwarna merah orange. Keduanya
adalah oksidator kuat dan keduanya berada dalam bentuk kesetimbangan
2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O
Menurut prinsip Le Chartetier Cr2O72- lebih menonjol pada pH rendah dan
CrO42- merupakan zat yang menonjol pada pH tinggi.[4]

Ion dikromat bersifat isoelektronik dengan managan (VII) oksida, yaitu cairan
merah yang eksplosit. Spesies yang mengandung kromium yang isoelektronik
dengan MnO4- ialah ion kromat CrO42-.[5]
Logam kromium relatif jarang, di dalam kerak bumi kandungannya diduga kirakira hanya 0,0122% atau 122ppm, lebih rendah daripada Vanadium.

B.
1.

Sifat-sifat Fisis dan Kimia Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


Sifat Fisis

1.1 Sifat Fisis Vanadium


Karakteristik Umum
Nama unsure
Simbol

Vanadium
V

Nomor atom

23

Kategori Unsur

Logam Transisi

Grup, periode, blok

5, 4, d

Warna

Logam biru-abu-abu-keperakan

Massa Atom

50.9415(1) gmol1

Konfigurasi Elektron

[Ar]3d3 4s2

Sifat-Sifat Fisis
Fasa

Padat

Massa Jenis

6.11 g/cm3

Titik leleh

2183 K (1910 C, 3470 F)

Titik Didih

3680 K (3407 C, 6165 F)

Kalor pembentukan

21.5 kJmol1

Kalor Penguapan

459 kJmol1

Kapasitas kalor (25 C)

24.89 Jmol1K1

Tabel 1. Sifat Fisis Vanadium

1.2 Sifat Fisis Kromium


Kromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,sangat keras,mempunyai titik
leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsure-unsur transisi
deret pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting adalah +2,+3,+6.[6]
Tabel 2. Sifat Fisis Kromium
Massa Jenis

7,15 g/cm3 (250C)

Titik Lebur

2180 K, 19070C, 3465 F

Titik Didih

2944 K, 26710C, 4840 F

Entalpi Peleburan

20,5 kJ mol

Panas Penguapan

339 kJ mol

-1

Entalpi Atomisasi

397 kJ mol

-1

Kapasitas Kalor (250C)

2.

-1

23,25 J/mol.K

Konduktivitas Termal

94 W m

-1

-1

Koefisien ekspansi termal


linier

4,9 x 10 -6 K

-1

Kepadatan

7,140 kg m

-3

Volum Molar

7,23 cm

Sifat Resistivitas listrik

12,7 10

-8

Sifat Kimia

2.1 Bilangan Oksidasi


Tabel 3. Bilangan Oksidasi Vanadium dan Kromium
Nomor Golongan
VB

VIB

Vanadium (V)

Cromium (Cr)

+1, +2, +3, +4, +5

+2, +3, +6

Jadi, dapat dikatakan bahwa vanadium dan cromium memiliki bilangan oksidasi
yang lebih dari satu, pada umumnya, hal ini disebabkan oleh elektron yang tidak
hanya keluar dari subkulit s, tetapi juga dari subkulit d yang ada di

bawahnya. Angka-angka bilangan oksidasi yang berada di atas yang dicetak


tebal merupakan bilangan oksidasi yang paling stabil.[7] Beberapa catatan
penting tentang tingkat oksidasi unsur vanadium dan cromium yaitu:
a.

Tingkat oksidasi yang paling umum dari V dan Cr adalah +3.

b.
V dan Cr memiliki tingkat oksidasi tertinggi jika berikatan dengan unsur
yang sangat elektronegatif, seperti O dan F.
c.

Pada tingkat oksidasi yang tinggi (+4 ke atas), V dan Cr tidak lagi

membentuk ion sederhana

. Sebaliknya, V dan Cr akan membentuk

senyawa kovalen atau ion poliatom

.[8]

2.2 Konfigurasi Elektron


Tabel 4. Konfigurasi elektron Vanadium dan Kromium
VB

VIB

Cr

[Ar]

[Ar]

Dalam upaya mencapai konfigurasi gas mulia, V dan Cr akan melepas elektronelektron di subkulit s dan d-nya. Karena jumlah elektron di subkulit d yang
tergolong banyak, maka dibutuhkan energi yang lebih besar untuk melepas
elektron-elektron tersebut.[9]
Dalam pengisian orbital ternyata ada beberapa penyimpangan, yaitu:
Cr [Ar]

seharusnya

[Ar]

Penyimpangan itu terjadi akibat tingkat energi elektron tersebut lebih rendah
dari yang seharusnya. Menurut hasil spektroskopi: penyimpangan pada Cr
adalah dimana konfigurasi inilah yang paling stabil. Konfigurasi elektron
cenderung stabil apabila d atau s-nya terisi penuh atau setengah
penuh

Sifat fisika dan kimia unsur V dan Cr ditentukan oleh konfigurasi elektronnya.
Tingkat energi orbital d dan s kulit terluarnya hampir sama, sehingga terjadi
kombinasi orbital d dan s dalam konfigurasi elektronnya. Bila unsur ini
melepaskan elektron, maka yang pertama keluar adalah elektron pada orbital s,

karena yang terlemah, dan kemudian diikuti oleh orbital d. Akibatnya, unsur ini
dapat melepaskan satu, dua, tiga elektron.[10]

2.3 Sifat Magnetik


Sifat magnetik suatu unsur disebabkan keberadaan elektron tidak berpasangan
di dalam orbital atomnya. Kemungkinan adanya elektron tidak berpasangan
cenderung ditemui pada atom dari unsur dengan subkulit yang terdiri dari
banyak orbital, yakni subkulit d dan f. Kita ketahui bahwa V dan Cr memiliki
elektron-elektron tidak berpasangan dalam orbital-orbital di subkulit d-nya. Hal
ini menyebabkan unsur-unsur ini menjadi mudah tertarik ke medan magnet luar.
Tabel 5 V dan Cr yang elektronnya tidak memiliki pasangan elektron.
Nomor
atom

Unsur

Jumlah e
di
subkulitd

orbital

4s

3d

4s

3d

23

24

Cr

Dapat dikatakan bahwa V dan Cr adalah termasuk paramagnetik, yaitu sifat zat
yang dimiliki zat yang mempunyai setidaknya 1 elektron tidak berpasangan ().
[11]

2.4 Warna unsur.


Vanadium : banyak warna dalam senyawa.
Cromium

C.

: putih perak

Persenyawaan Oksida Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)

1.

Senyawa Oksida Vanadium[12]

a.

Vanadium Pentoksida

V2O5 bewarna kuning- oranye. Dapat diperoleh dari pemanasan vanadat,


NH4VO3menurut persamaan reaksi sebagai berikut:

2NH4VO3

NH3 + V2O5 + H2O

Padatan V2O5 hasil ini mempunyai titik leleh kira- kira 650

. Membeku pada

pendinginan dengan membentuk kristal- kristal yang berbentuk jarum. Oksida ini
juga dapat diperoleh dengtan penambahan larutan asam encer kedalam larutan
amonium vanadat:
2NH4VO3 + H2SO4

(NH4 )2SO4 + V2O5 + H2O

Kelarutan oksida ini dalam air sangat kecil (kira- kira 0,007 gr/L), dan V 2O5 lebih
bersifat amfoterik, oleh karena itu larut dalam basakuat, misalnya natrium
hidroksida, dengan menghasilkan ion panadat (yang tak bewarna). Jika kedalam
larutan ini kemudian ditambahkan asam hingga kira- kira pH 6,5, larutan menjadi
oranye cemerlang dan jika penambahan asam diteruskan hingga kira- kira pH 2,
ternyata diperoleh endapan bewarna coklat(V2O5), tetapi endapan ini larut
kembali pada penambahan asam lebih lanjut dengan membentuk ion kompleks
dioksida vanadium.
b.

Vanadium Dioksida

VO2 bewarna biru tua diperoleh dari reduksi moderat V 2O5. Bersifat amfoterik
seperti halnya V2O5 larut dalam kelarutan yang sama banyak baik dalam asam
maupun basa. Dalam basa kuat larut dengan membentuk iopn vanadat (IV),
namun rumusan ionnya kurang begitu jelas.
c.

Vanadium Trioksida

V2O3 bewarna hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O5 dengan H2 atau CO.
Bersifat basa oleh karena itu dengan asam bereaksi menghasilkan ion V 3+ yang
bewarna hijau.
V2O3 + H3O+
d.

2 V3+ + 9 H2O

Vanadium Oksida

VO juga bewarna hitam, dapat diperoleh dari reduksi V 2O3 dengan logamnya, V.
Bersifat basa seperti halnya V2O3, larut dalamm asam membentuk ion V2+ yang
bewarna violet.

2.
a.

Senyawa Oksida Kromium


Kromium (III) Oksida

Cr2O3 bewarna hijau dan dapat diperoleh dari dekomposisi termal amonium
dikromat, reaksi:
(NH4)2CrO7

Cr2O3 + N2 + 4H2O

b.

Kromium Trioksida

CrO3 bewarna merah tua. Kromium trioksida sangat mudah larut dalam air
menghasilkan ion kromat , namun ion kromat ini mengalami perubahan struktur
menjadi ion dikromat. Reaksi:
CrO3 + 3H2O

c.

[CrO4] 2- + H3O+

Kromium (IV) Oksida

Dapat diperoleh dengan reduksi CrO 3 secara hidrotermal. Reaksi:


CrO3 + H2
d.

CrO2 + H2O

Kromium (VI ) Oksida

Dapat diperoleh dengan penambahan asam sulfat pada alkali dikromat, reaksi:
K2Cr2O7 + H2SO4

2CrO3 + K2SO4 + H2O

Seperti halnya pada oksida vanadium, sifat basa oksida (hidroksida)kromium


menurun atau sifat asam naik dengan naiknya tingkat oksidasi, oleh karena itu
Cr2O3, demikian juga Cr(OH)3bersifat amfoterik. Seperti halnyta oksida dan
hidroksida aluminium, sedangkan CrO3 bersifat asam. Hal ini dapat dipahami
bahwa Cr(IV) mempunyai jari- jari ionik pendek dan kerapatan muatan menjadi
tinggi sehingga mempunyai kecendrungan yang lebih besar sebagai akseptor
elektron, dengan demikian bersifat asam.[13]

D.
1.

Ekstraksi Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


Ekstraksi Vanadium

Langkah pertama ekstraksi logam ini yaitu vanadium dalam bentuk oksidanya
V2O5 dari bijihnya melalui berbagai macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya
ditemuh prosedur umum dengan pemanggangan (roasting) bijih-bijih yang dapat
diremukkan atau diresidu vanadium dengan garam NaCl atau N 2CO3 pada
temperatur kira-kira 850C. Tahap ini akan menghasilkan natrium
vanadat, Na3VO4 yang kemudian diluluhkan dengan air. Pengasaman dengan
asam sulfat hingga pH =2-3 akan menghasilkan padatan roti
merah polivanadat, dan pemanggangan langsung pada temperatur kira-kira
700C akan menghasilkan padatan hitam V2O5.
Langkah selanjutnyayaitu proses reduksi yang pada garis besarnya dibedakan
dalam dua perlakuaan berdasarkan tujuannya. Jika dikehendaki hasilnya untuk
keperluan zat adiktif pada baja, mka reduksi dilakukan dalam tanur listrik dengan
penambahan biji besi, silikon, dan kapur, CaO; hasilnya

yaitu ferovanadium dengan kadar vanadium (35-95%) yang dapat dipisahkan


dari ampas atau kerak CaSiO3 menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2V2O5 + 5Si + Fe + 5CaO

V + e + 5 CaSiO3

Untuk digunakan sebagai zat aditif pada baja, ferovanadium dapat langsung
dipakai tanpa pemurnian lebih lanjut.
Jika diinh=ginkan logam vanadium murni, reduksi V2O5 dapat dilakukan dengan
kalsium dimana lelehan logam vanadium dapat dipisahkan dari kerak CaO.
V2O5 + 5Ca

2V(l) + 5CaO(s)

Untuk bahan dasar yang mengandung vanadium(II) klorida misalnya, logam


vanadium dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh melalui elektrolisis dengan
proses van Arkel-de Boer dimana garam vanadium klorida yang sudah
dimurnikan diuapkan dan didekomposisi melalui kawat panas dalam keadaan
vakum.

2.

Ekstraksi Kromium

pada dasarnya terdapat dua macam cara ekstraksi kromium berdasarkan


penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam murni
Cr.
1.
Ferokrom dibuat dari reduksi kromit dengan batubara (C) dalam tanur
listrik; ferokrom dengan kandungan karbon rendah dapat doperoleh dari reduksi
kromit dengan menggunakan ferosilikon sebagai ganti batu bara. Hasil paduan
Cr-Fe ii dapat digunakan secra langsung sebagai bahan aditif baja kromium
steiless. Persamaan reaksinya yaitu:
FeCr2O4 + C

2Cr + Fe + 4CO(g)

2.
Kromium murni dapat diperoleh melalui tahap-tahap berikut. Pertama bijih
kromit dalam lelehan alkali karbonat dioksidasi dalam udara untuk memperoleh
natrium kromat, Na2CrO4. Kedua peluluhan dan pelarutan Na2CrO4. Ketiga reduksi
Cr2O3dengan alumunium (proses alumino termit) dengan silikon. Persamaan
reaksinya yaitu:
FeCr2O4 + 2Na2CO3 + O2(g)

2Na2CrO4(aq) + 2CO2(g) + Fe(s)

2Na2CrO4(aq) + H2O Na2Cr2O7(s) + 2NaOH(aq)

Na2Cr2O7 + 2C

Cr2O3 + 2Al

2Cr2O3 + 3Si

Cr2O3 + Na2CO3 + CO(g)

2Cr(l) + Al2O3(s)

4Cr(l) + 3SiO2(s)[14]

E.

Kegunaan Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)

1.

Vanadium

Vanadium banyak digunakan dalam industri-industri, seperti[15]:


a.
Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan
yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi.
b.

Untuk membuat logam campuran.

c.
Oksida vanadium (V2O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam
sulfat dengan proses kontak.
2.

Kromium

Logam kromium dan senyawanya banyak digunakan dalam bidang industri.


a.
Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar (pig iron) membentuk
baja yang sifatnya keras dan permukaannya tetap mengkilap.
b.
Krom seperti ferrrokrom dapat juga dicampur dengan besi kasar
membentuk baja yang sifatnya tahan karat. Ferrokrom dapat dibuat dari reduksi
kromit (FeCr2O4) dengan karbon dalam tungku listrik.
Reaksi pembuatannya:
FeCr2O4(s) + 4C > Fe(s) + 2Cr(s) + 4 CO(g).
c.
Larutan K2Cr2O7 atau kromium (III) oksida, CrO3, dalam asam sulfat pekat,
adalah oksidator kuat yang biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat
laboratorium.
d.
Na2Cr2O7.2H2O digunakan dalam penyamakan kulit, menghasilkan kulit
sama, kromium membentuk senyawa yang tidak melarut dengan protein dalam
kulit.
e.
Senyawa kromium dapat juga diganakan sebagai pigmen, yaitu
PbCrO4 (kuning kromium) dan Cr2O3 (hijau kromium).[16]

f.
Kromium (VI) dan kromium (III) digunakan untuk menyepuh logam
(electroplating).electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam,
dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna
memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi
g.

Pengawet Kayu.

Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung adalah suatu proses


memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk
meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu
sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.
Bahan Pengawet:
a.
CCB adalah tembafa-khrom-boron
b. CCF adalah tembaga-khrom-flour
h.
Kromium dapat berperan sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam
bidang industri kimia, Kromium berguna sebagai bahan dasar pembuatan
pigmen cat/warna karena Kromium mengandung komponen warna merah,
kuning, orange, dan hijau.
i.

Zat Warna

Kromium digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna


yang kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal
aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium. timbal khromat
berwarna kuning krom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa
krom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Vanadium merupakan logam yang mempunyai kenampakan bersianar


cemerlang, cukup lunak sehingga mudah untuk dibentuk seperti pembuluh,
mempunyai titik leleh 1915C dan titik didih 3350C serta tahan terhadap
korosi.
Kromium adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap
korosi. Karena itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses
korosi. Kromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,sangat
keras,mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih
unsure-unsur transisi deret pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting adalah
+2,+3,+6.
Dan adapun persenyawaan Oksida Vanadium adalah:
a.

Vanadium Pentoksida

b.

Vanadium Dioksida

c.

Vanadium Trioksida

d.

Vanadium Oksida

Sedangkan persenyawaan oksida kromium adalah sebagai berikut:


a.

Kromium (III) Oksida

b.

Kromium Trioksida

c.

Kromium (IV) Oksida

d.

Kromium (VI ) Oksida

Ekstraksi logam vanadium dalam bentuk oksidanya V2O5 dari bijihnya melalui
berbagai macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya ditemuh prosedur umum
dengan pemanggangan (roasting) bijih-bijih yang dapat diremukkan atau
diresidu vanadium dengan garam NaCl atau N2CO3 pada temperatur kira-kira
850C. Pada dasarnya terdapat dua macam cara ekstraksi kromium berdasarkan
penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam murni
Cr.
B.

Saran

Kita sebagai mahasiswa harus banyak membaca agar pengetahuan kita luas
terutama dibidang yang kita pilih. Kita sebagai mahasiswa kimia haruslah
menguasai ilmu-ilmu kimia, oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah
ini dapat membantu mahasiswa kimia dalam mendalami ilmu kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Hiskia.(2001).Kimia Unsur dan Radiokimia.Bandung.PT.Citra Aditya Bakti.


Brady,E James.Kimia Universitas Asas dan Struktur jilid dua.Tangerang.Binarupa
Aksara.
Kuswati,Tine Maria,dkk.(2007),Sains Kimia 3 SMA/MA.Jakarta.Bumi Aksara.
Oxtoby,W David,dkk.(2001).Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat jilid
2.Jakarta.Erlangga.
Rachmawati dan Johari.(2008).Kimia SMA dan MA untuk kelas XII.Jakarta.Esis.
Sugiyarto, Kristian Handoyo,dkk.(2001).Kimia Anorganik 2.Jakarta.Universitas
Terbuka.
Syukri,(1999).Kimia Dasar 3.Bandung.ITB.

Anda mungkin juga menyukai