DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
Andi Nokhaidah Nurkhasanah (06)
Dhabithah Sanchia Putri (12)
Hadijah Basalamah (18)
Muhammad Alfath (24)
Nada Fakhira (30)
Tsarwah Salsabila (36)
Unsur
Sifat
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
No. Atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Titik Leleh (°𝐶) 1.541 1.668 1.890 1.857 1.244 1.535 1.195 1.453 1.083 419
Titik didih (°𝐶) 2.830 3.287 3.407 2.672 2.061 2.861 2.927 2.913 2.567 907
Jari-Jari atom 1,44 1,32 1,22 1,18 1,17 1,17 1,16 1,15 1,17 1,25
(A)
Eenergi ionisasi 631 658 650 653 717 759 758 737 746 906
pertama
(kJ/mol)
E°(volt)
𝑀2+ + 2𝑒 − - - -1,20 -0,91 -1,19 -0,44 -0,28 -0,25 +0,34 -0,76
→𝑀 -2,10 -1,20 -0,86 -0,74 -0,28 +0,04 +0,04 - - -
𝑀3+ + 3𝑒 −
→𝑀
Kerapatan 2,99 4,50 5,96 7,20 7,20 7,86 8,90 8,90 8,92 7,14
(g/mL)
1. Sifat Logam
Kecuali seng logam-logam transisi memiliki elektron-elektron yang
berpasangan. Hal ini lebih memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam dan
ikatan kovalen antar atom logam transisi. Ikatan kovalen tersebut dapat
terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada orbital d. Dengan
demikian, kisi kristal logam-logam transisi lebih sukar dirusak dibanding kisi
kristal logam golongan utama. Itulah sebabnya logam-logam transisi memiliki
sifat keras, kerapatan tinggi, dan daya hantar listrik yang lebih baik dibanding
logam golongan utama.
2. Titik Leleh dan Titik Didih
Unsur-unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena ikatan antar atom logam pada unsur transisi lebih kuat. Titik
leleh dan titik didih seng jauh lebih rendah dibanding unsur transisi periode
keempat lainnya karena pada seng orbital d-nya telah terisi penuh sehingga
antar atom seng tidak dapat membentuk ikatan kovalen.
3. Sifat Magnet
Pengisian elektron unsur-unsur transisi pada orbital d belum penuh
mengakibatkan ion-ion unsur transisi bersifat paramagnetik artinya atom atau
ion logam transisi tertarik oleh medan magnet. Unsur-unsur dan senyawa-
senyawa dari logam transisi umumnya mempunyai elektron yang tidak
berpasangan dalam orbital-orbital d. Semakin banyak elektron yang tidak
berpasangan, makin kuat sifat paramagnetiknya.
4. Jari-Jari Atom
Tidak seperti periode ketiga, jari-jari atom unsur-unsur transisi periode
keempat tidak teratur dari kiri ke kanan. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya
elektron-elektron 3d yang saling tolak-menolak yang dapat memperkecil gaya
tarik inti atom terhadap elektron-elektron. Akibatnya elektron-elektron akan
lebih menjauhi inti atom, sehingga jari-jari atomnya lebih besar.
[Cu(H2O)4]2+
[Fe(CN)6]4–
[Cr(NH3)4.Cl2]+
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi
cair berada di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah,
diperoleh besi kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C
mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh
keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja
dengan kadar C sebagai berikut :
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :
1. Proses Bessemer
2. Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-
oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn
terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian
kadar C berkurang.
Pemanggangan :
Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran
Al, Ni, dan Co.
Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses
pengolahan adalah sebagai berikut:
Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi
sebagai berikut:
Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni.
Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga
blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO2 bebas.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2%
massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi
umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3),
siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion
Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4
yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam
bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa
Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS
(hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat
gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang
mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam
nitrat pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia). Bilangan oksidasi Tembaga
adalah +1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil dan cenderung mengalami
disproporsionasi dalam larutan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
c) Tahan panas.
4. Khromium (Cr)
5. Mangan merupakan logam putih kemerahan atau putih kehijauan, keras (lebih
keras dari besi), sangat mengkilap, dan sangat reaktif banyak digunakan untuk
panduan logam dan membentuk baja keras yang digunakan untuk mata bor pada
pemboran batuan.
10. Zn : Seng terutama digunakan dalam proses peleburan besi serta sebagai
campuran paduan logam. Logam ini juga digunakan sebagai pelat negatif dalam
beberapa baterai listrik serta untuk atap dan selokan dalam konstruksi bangunan,
serta dalam die casting di industri otomotif. Seng oksida digunakan sebagai
pigmen putih dalam cat air atau cat dan sebagai aktivator dalam industri karet.
Sebagai pigmen, seng juga digunakan dalam industri plastik, kosmetik, kertas
fotokopi, wallpaper, tinta cetak dll.
4.1. Limbah Fe
4.4. Cu
Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung
logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan
organisme-organisme di perairan tersebut.
5. Ti
6. Sc
7. V
9. Ni
10. Zn
Produksi seng dunia masih tinggi sehingga akan semakin banyak seng
yang tersebar ke lingkungan. Air yang tercemar seng dapat meningkatkan
keasaman air. Beberapa jenis ikan diketahui mengakumulasi seng dalam tubuh
mereka. Sejumlah besar seng mungkin ditemukan di tanah. Ketika tanah lahan
pertanian tercemar dengan seng, hewan akan menyerap konsentrasi tinggi yang
merusak kesehatan mereka. Seng tidak hanya menjadi ancaman bagi ternak, tetapi
juga bagi tumbuhan. Tanaman akan sulit tumbuh pada tanah yang memiliki
kandungan seng terlalu tinggi. Pada kasus ekstrim, hal ini bisa mengancam
ketahanan pangan. Seng juga berpotensi mengganggu aktivitas organisme dalam
tanah karena berefek negatif pada aktivitas mikrorganisme dan cacing tanah.