Anda di halaman 1dari 18

Makalah Kimia

Transisi Periode Keempat

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
 Andi Nokhaidah Nurkhasanah (06)
 Dhabithah Sanchia Putri (12)
 Hadijah Basalamah (18)
 Muhammad Alfath (24)
 Nada Fakhira (30)
 Tsarwah Salsabila (36)

Kelas : XII MIPA 8


SMA Negeri 5 Makassar
Tahun Ajaran 2018/2019
A. Sifat fisika / fisis Unsur Transisi Periode Ke 4
Semua unsur transisi merupakan unsur logam sehingga bersifat konduktor,
berwujud padat pada suhu kamar (kecuali Hg), paramagnetik, dan sebagainya.
Sifat-sifat unsur transisi periode keempat dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Sifat Fisis Unsur Transisi Secara Umum

Unsur
Sifat
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
No. Atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Titik Leleh (°𝐶) 1.541 1.668 1.890 1.857 1.244 1.535 1.195 1.453 1.083 419

Titik didih (°𝐶) 2.830 3.287 3.407 2.672 2.061 2.861 2.927 2.913 2.567 907
Jari-Jari atom 1,44 1,32 1,22 1,18 1,17 1,17 1,16 1,15 1,17 1,25
(A)
Eenergi ionisasi 631 658 650 653 717 759 758 737 746 906
pertama
(kJ/mol)
E°(volt)
𝑀2+ + 2𝑒 − - - -1,20 -0,91 -1,19 -0,44 -0,28 -0,25 +0,34 -0,76
→𝑀 -2,10 -1,20 -0,86 -0,74 -0,28 +0,04 +0,04 - - -
𝑀3+ + 3𝑒 −
→𝑀

Kerapatan 2,99 4,50 5,96 7,20 7,20 7,86 8,90 8,90 8,92 7,14
(g/mL)

1. Sifat Logam
Kecuali seng logam-logam transisi memiliki elektron-elektron yang
berpasangan. Hal ini lebih memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam dan
ikatan kovalen antar atom logam transisi. Ikatan kovalen tersebut dapat
terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada orbital d. Dengan
demikian, kisi kristal logam-logam transisi lebih sukar dirusak dibanding kisi
kristal logam golongan utama. Itulah sebabnya logam-logam transisi memiliki
sifat keras, kerapatan tinggi, dan daya hantar listrik yang lebih baik dibanding
logam golongan utama.
2. Titik Leleh dan Titik Didih
Unsur-unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena ikatan antar atom logam pada unsur transisi lebih kuat. Titik
leleh dan titik didih seng jauh lebih rendah dibanding unsur transisi periode
keempat lainnya karena pada seng orbital d-nya telah terisi penuh sehingga
antar atom seng tidak dapat membentuk ikatan kovalen.
3. Sifat Magnet
Pengisian elektron unsur-unsur transisi pada orbital d belum penuh
mengakibatkan ion-ion unsur transisi bersifat paramagnetik artinya atom atau
ion logam transisi tertarik oleh medan magnet. Unsur-unsur dan senyawa-
senyawa dari logam transisi umumnya mempunyai elektron yang tidak
berpasangan dalam orbital-orbital d. Semakin banyak elektron yang tidak
berpasangan, makin kuat sifat paramagnetiknya.
4. Jari-Jari Atom
Tidak seperti periode ketiga, jari-jari atom unsur-unsur transisi periode
keempat tidak teratur dari kiri ke kanan. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya
elektron-elektron 3d yang saling tolak-menolak yang dapat memperkecil gaya
tarik inti atom terhadap elektron-elektron. Akibatnya elektron-elektron akan
lebih menjauhi inti atom, sehingga jari-jari atomnya lebih besar.

B. Sifat Kimia Unsur Transisi Periode Ke 4


1. Kereaktifan
Dari data potensial elektroda, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki harga potensial elektroda negatif kecuali Cu (E° = + 0,34 volt).
Ini menunjukkan logam-logam tersebut dapat larut dalam asam kecuali
tembaga. Kebanyakan logam transisi dapat bereaksi dengan unsur-unsur
nonlogam, misalnya oksigen, dan halogen.
2Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
Skandium dapat bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen.
2Se(s) + 6H2O(l) → 3H2(g) + 2Sc(OH)3(aq)
2. Pembentukan Ion Kompleks
Semua unsur transisi dapat membentuk ion kompleks, yaitu suatu
struktur dimana kation logam dikelilingi oleh dua atau lebih anion atau
molekul netral yang disebut ligan. Antara ion pusat dengan ligan terjadi
ikatan kovalen koordinasi, dimana ligan berfungsi sebagai basa Lewis
(penyedia pasangan elektron).
Contoh :

[Cu(H2O)4]2+

[Fe(CN)6]4–

[Cr(NH3)4.Cl2]+

Senyawa unsur transisi umumnya berwarna. Hal ini disebabkan


perpindahan elektron yang terjadi pada pengisian subkulit d dengan
pengabsorbsi sinar tampak. Senyawa Sc dan Zn tidak berwarna.

C. Reaksi Kimia pada transisi periode ke 4


Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan
IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa
sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat
magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk
senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur,
yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan
(Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan
oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d
dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan
elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron
pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai
pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara,
bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada
unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada
ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi
tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4–.

D. Cara Pembuatan Unsur-Unsur Transisi Periode Ke Empat


1. Cara Pembuatan Skandium
Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau
diekstrasi sebagai hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal
pertama kali diproses pada tahun 1937 oleh Fischer, Brunger dan
Grienelaus yang mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium dan
skandium klorida pata suhu 700 dan 800 derajat Celcius.
2. Cara Pembuatan Titanium
Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena
kebutuhan dalam bidang militer dan industry pesawat terbang makin
meningkat. Hal ini disebabkan karena titanium lebih disukai daripada
aluminium dan baja. Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada
temperatur tinggi dan baja terlalu rapat (mempunyai kerapatan yang
tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih
rutil yang mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi
dengan Mg pada temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g) => TiCl4(g) + CO2(g)

TiCl4(g) + 2Mg(s) => Ti(s) + 2MgCl2(g)

Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan


dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan.
Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan
dicampur dengan logam lain sebelum digunakan.
3. Cara Pembuatan Vanadium
Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja.
Dalam penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran
besi. Fero vanadium mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium
dihasilkan dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon
dan besi. SiO2 yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk
kerak CaSiO3(l).
Reaksinya sebagai berikut.

2 V205(s) + 5Si(s) => { 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)

SiO2(s) + CaO(s) => CaSiO3

Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.

4. Cara Pembuatan Kromium


Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri
logam dari bijih krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi
dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.
Reaksinya sebagai berikut :

Fe(CrO2)2(s) +4C(s) => Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)

Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.

5. Cara Pembuatan Mangan


Logam mangan diperoleh dengan :
1. Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium
atau dengan proses elektrolisis
2. Proses aluminothermy dari senyawa MnO2.
6. Cara Pembuatan Besi
Ada 2 tahap untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu peleburan
yang bertujuan untuk mereduksi biji besi sehingga menjadi besi dan
peleburan ulang yang berguna dalam pembuatan jenis - jenis baja.
Peleburan besi dilakukan dalam suatu tanur tiup (blast furnance). Tanur
tiup adalah suatu bangunan yang tingginya sekitar 30 meter dan punya
diameter sekitar 8 meter yang terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi
dengan bata tahan panas. Zat reduksi yang digunakan adalah karbon
dengan prinsip reaksi: 2FeO3 + 3C 4Fe + 3CO2.
1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas
CO2 dan panas. Gas CO2 yang naik C menjadi gas CO.

C + O2 CO2

CO2 + C 2CO

2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.

Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2

Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2

Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena


suhu tinggi (1.5000C)

3. Reaksi pembentukan kerak

CaCO3 CaO + CO2

CaO + SiO2 CaSiO3 kerak

Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi
cair berada di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah,
diperoleh besi kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C
mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh
keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja
dengan kadar C sebagai berikut :

baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %

baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %


baja keras kadar C : 0,7 – 1,6 %

Pembuatan baja :

Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :

1. Proses Bessemer

Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang


bawah dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan
keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam dihentikan lalu dituang dan
dicetak.

2. Open-hearth process

Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-
oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn
terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian
kadar C berkurang.

3. Dengan dapur listrik

Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam


dapur listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan
kadar C yang tertentu.

7. Cara Pembuatan Kobalt

Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit


(CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji
kobalt dilakukan sebagai berikut :

Pemanggangan :

CoAs (s) Co2O3(s) + As2O3(s)

Co2O3(s) + 6HCl 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)


Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S

Bi2O3(s) + 3 H2S(g) Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)

PbO(s) + H2S(g) PbS(s) + H2O(l)

Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan


Fe sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat
pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan
gas hydrogen, menurut reaksi :

Co2O3 (s) + H2(g) => 2 CO(s) + 3 H2O (g)

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran
Al, Ni, dan Co.

8. Cara Pembuatan Nikel

Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses
pengolahan adalah sebagai berikut:

 Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air


bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang
berukuran 25 mm.
 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di
dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan
sulfidasi.
 Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi
sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak
 Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte
dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen.
 Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan
dikemas.
9. Cara Pembuatan Tembaga

Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu


diperlukan pemekatan biji tembaga. Reaksi proses pengolahannya adalah :

· 2 CuFeS2(s) + 4 O2 800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)

· FeO(s) + SiO2 (s) 14000C FeSiO3 (l)

Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi
sebagai berikut:

2 Cu2S(l) + 3 O2 (g) 2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)

2 Cu2O(l) + Cu2S(s) 6 Cu(l) + SO2 (g)

3 Cu2S(l) + 3 O2 6 Cu(l) + 3 SO2(g)

Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni.
Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga
blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO2 bebas.

Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister


dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode
negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode)
adalah tembaga blister.

10. Cara Pembuatan Zink

Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan


mereduksi calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini
ditemukan kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan
bahwa unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang.
Bijih-bijih seng yang utama adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat),
calamine (silikat) dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda
dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih
seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau
karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan.
Sebagai contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah
dari orange (jingga) menjadi hijau.

Cr-2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e– ——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)

Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2%
massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi
umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3),
siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).

Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas


hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)

Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion
Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4
yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam
bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa
Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS
(hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat
gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang
mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).

Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious


metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih
mineral, seperti kalkopirit (CuFeS2) dan kalkosit (Cu2S). Logam Tembaga dapat
diperoleh melalui pemanggangan kalkopirit, seperti yang dinyatakan dalam
persamaan reaksi di bawah ini :

2 CuFeS2(s) + 4 O2(g) ——> Cu2S(s) + 2 FeO(s) + 3 SO2(g)

Cu2S(s) + O2(g) ——> 2Cu(l) + SO2(g)


Logam Tembaga dapat dimurnikan melalui proses elektrolisis (lihat materi
Elektrokimia II). Logam Tembaga memiliki koduktivitas elektrik yang tinggi.
Dengan demikian, logam tembaga sering digunakan sebagai kawat penghantar
listrik. Selain itu, Tembaga juga digunakan pada pembuatan alloy (sebagai contoh,
kuningan, merupakan alloy dari Cu dan Zn),bahan pembuatan pipa, dan bahan
dasar pembuatan koin (uang logam).

Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam
nitrat pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia). Bilangan oksidasi Tembaga
adalah +1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil dan cenderung mengalami
disproporsionasi dalam larutan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 Cu+(aq) ——> Cu(s) + Cu2+(aq)

Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna


(kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II)
bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+
berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah
CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).

E. Kegunaan Unsur Transisi Periode 4

1. Skandium : Skandium digunakan setiap tahun di Amerika Syarikatuntuk


membuat lampu berkeamatan tinggi. Penggunaan utamanya dari segi isipadu
adalah aloi aluminium-skandium untuk industriaeroangkasa dan juga untuk
peralatan sukan (basikal, bet besbol, senjata api, dsb) yang memerlukan
penggunaan bahan berprestasi tinggi. Apabila dicampur dengan
aluminium,skandium boleh menghasilkan pembaikan dari segi kekuatan (pada
suhu ambien dan suhuternaik), kemuluran, tindak balas penuaan dan penghalusan
ira melalui pembentukan fasa Al3Sc.Tambahan lagi, ia dapat mengurangkan
pemejalan retak semasa pengimpalan aloi aluminium berkekuatan tinggi.

2. Titanium : Banyak digunakan dalam industri dan konstruksi.

 Ti digunakan sebagai bahan konstruksi karena mempunyai sifat fisik:


a) Rapatannya rendah (logam ringan).

b) Kekuatan strukturnya tinggi.

c) Tahan panas.

d) Tahan terhadap korosi.

 Ti digunakan sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonik,


karena pada temperatur tinggi tidak mengalami perubahan kekuatan
(strenght).
 Ti digunakan sebagai bahan katalis dalam industri polimer polietlen.
 Ti digunakan sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik,
dan kosmetik.
 Sebagai katalis pada industri polimer.

3. Vanadium: banyak digunakan dalam industri-industri seperti:

 Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan


yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi.
 Untuk membuat logam campuran.
 Oksida vanadium (V2¬O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan
asam sulfat dengan proses kontak.

4. Khromium (Cr)

Adapun kegunaan kromium antara lain sebagai berikut :

 Khromium digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan


karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna.
 Kebanyakan khromium digunakan dalam proses pelapisan logam untuk
menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat
mencegah korosi.
 Khromium juga dapat memberikan warna hijau emerald pada kaca.
 Khromium juga luas digunakan sebagai katalis.
 Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata,
karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif
rendah dan kestabilan struktur kristal.
 Digunakan untuk katalis dan untuk pewarna gelas.
 Campuran kromium (IV) oksida dan asam sulfat pekat mengahasilkan
larutan pembersih yang dapat digunakan untuk mengeluarkan zat organik
yang menempel pada alat-alat laboratorium dengan hasil yang sangat
bersih, tetapi larutan ini bersifat karsinogenik (menyebabkan penyakit
kanker).

5. Mangan merupakan logam putih kemerahan atau putih kehijauan, keras (lebih
keras dari besi), sangat mengkilap, dan sangat reaktif banyak digunakan untuk
panduan logam dan membentuk baja keras yang digunakan untuk mata bor pada
pemboran batuan.

6. kegunaan dari besi :

a) Sebagai logam, besi memiliki kegunaan paling luas dalam kehidupan,


seperti untuk kontruksi atau rangka bangunan, landasan, untuk badan
mesindan kendaraan, tulkit mobil, untuk berbagai peralatan pertanian,
bangunan dan lain-lain. Mutu dari semua bahan yang terbuat dari besi
tergantung pada jenis besi yang digunakan, seperti:
 Baja krom (95,9% Fe; 3,5%Cr; 0,3%Mn; 0,3%C)
 Baja mangan (11-14%Mn)
 Baja karbon (98,1% Fe; 1% Mn; 0,9%C)
 Baja wolfram (94%Fe; 5%W; 0,3%Mn; 0,7%C)
b) Fe(OH)3 digunakan untuk bahan cat seperti cat minyak, cat air, atau cat
tembok.
c) Fe2O3 sebagai bahan cat dikenal nama meni besi, digunakan juga untuk
mengkilapkan kaca.
d) FeSO4 digunakan sebagai bahan tinta.
7. Kobalt yang dicampur dengan besi, nikel, dan logam lainnya untuk membuat
alnico, alloy dengan kekuatan magnet luar biasa untuk berbagai keperluan. Alloy
stellit, mengandung kobalt, khromium, dan wolfram, yang bermanfaat untuk
peralatan berat, peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun peralatan
yang digunakan pada kecepatan yang tinggi. Kobalt juga diguanakan untuk baja
magnet dan tahan karat lainnya. Selain alloy, digunakan dalam turbin jet, dan
generator turbin gas. Logam diguanakan dalam elektropalting karena sifat
penampakannya, kekerasannya, dan sifat tahan oksidasinya.

8. Nikel banyak digunakan untuk hal-hal berikut ini:

 Merupakan logam putih perak keabuan, dapat ditempa, penghantar panas


yang baik dan tahan terhadap udara, tetapi tidak tahan terhadap air yang
mengandung asam sehingga banyak digunakan sebagi komponen pemanas
listrik (nikrom) yang merupakan campuran dari Ni, Fe, dan Cr.
 Perunggu-nikel digunakan untuk uang logam.
 Perak jerman (paduan Cu, Ni, Zn) digunakan untuk barang perhiasan.
 Logam rasein (paduan Ni, Al, Sn, Ag) untuk barang perhiasan.
 Pembuatan aloi, battery electrode, dan keramik.
 Zat tambahan pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan tahan
karat.
 Pelapis besi (pernekel).
 Sebagai katalis.

9. . Tembaga (Cu) : Tembaga merupakan logam berwarna kemerahan, mengkilap


bila digosok dapat ditempa, penghantar panas pada listrik yang baik, tidak mudah
berkarat tetapi bila terkena udara warnanya menjadi hijau oleh terbentuknya
tembaga karbonat. Banyak digunakan sebagai rangakian atau peralatan listrik,
kabel listrik, dan untuk paduan logam. CuSO4 (terusi) banyak digunakan untuk
larutan elektrolit dalam sel elektrokimia, campuran terusi dan Ca(OH)2 dengan
sedikit air dapat digunakan memberantas kutu dan jamur.
Tembaga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk kabel
listrik, bahan uang logam, untuk bahan mesin pembangkit tenaga uap dan untuk
aloi.

10. Zn : Seng terutama digunakan dalam proses peleburan besi serta sebagai
campuran paduan logam. Logam ini juga digunakan sebagai pelat negatif dalam
beberapa baterai listrik serta untuk atap dan selokan dalam konstruksi bangunan,
serta dalam die casting di industri otomotif. Seng oksida digunakan sebagai
pigmen putih dalam cat air atau cat dan sebagai aktivator dalam industri karet.
Sebagai pigmen, seng juga digunakan dalam industri plastik, kosmetik, kertas
fotokopi, wallpaper, tinta cetak dll.

Dampak Negatif Unsur Transisi

Pada dasarnya dampak dari unsur transisi disebabkan adanya pemanfaatan


unsur transisi. Jadi selain bermanfaat ternyata juga menimbulkan masalah
lingkungan. Adapun dampak negatif dari pemanfaatan unsur transisi antara lain,
sebagai berikut.

4.1. Limbah Fe

Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat


menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini
menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam air sehingga akan mengganggu
pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.

4.2. Cr dalam penyamakan kulit

Krom digunakan dalam penyamakan kulit untuk mencegah mengerutnya


bahan sewaktu pencucian. Krom ini sangat beracun dan menyebabkan kanker.

4.3. Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja


Pada pengelasan dan pembuatan baja dengan logam Mn akan dihasilkan
suatu asap dalam jumlah yang banyak. Asap ini bersifat racun dan dapat
mengganggu sistem saraf pusat.

4.4. Cu

Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung
logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan
organisme-organisme di perairan tersebut.

5. Ti

Dalam bentuk bubuk logam, logam titanium menimbulkan bahaya


kebakaran dan bila terpapar panas di udara bisa meledak.

6. Sc

Skandium dibuang ke lingkungan, terutama oleh industri pengolahan


minyak. Unsur ini juga dapat memasuki lingkungan dari berbagai perkakas rumah
tangga (mis: TV) yang dibuang. Skandium akan secara bertahap terakumulasi
dalam tanah dan air hingga berpotensi meningkatkan konsentrasinya pada
manusia, hewan, dan partikel tanah. Pada hewan air, skandium menyebabkan
kerusakan membran sel serta memiliki pengaruh negatif pada sistem reproduksi
dan sistem saraf.

7. V

Vanadium dapat ditemukan di lingkungan dalam ganggang, berbagai


tanaman, invertebrata, ikan, dan banyak spesies lainnya. Vanadium bisa
terakumulasi pada kerang dan kepiting sehingga menyebabkan konsentrasi hingga
105-106 kali lebih besar daripada konsentrasi yang ditemukan dalam air laut.
Vanadium menyebabkan penghambatan enzim tertentu pada hewan sehingga
berdampak secara neurologis. Di samping efek neurologis, vanadium dapat pula
memicu gangguan pernapasan, kelumpuhan, dan efek negatif pada hati dan ginjal.
8. Co

Kobalt merupakan elemen yang terjadi secara alami di lingkungan.


Manusia menambahkan konsentrasi kobalt di alam saat melakukan pembakaran
batu bara, melakukan kegiatan pertambangan, pengolahan bijih kobalt, dan
penggunaan bahan kimia kobalt. Isotop radioaktif kobalt tidak hadir dalam
lingkungan secara alami, melainkan dilepaskan melalui operasi pembangkit listrik
tenaga nuklir dan kecelakaan nuklir. Karena memiliki umur paruh yang relatif
singkat, isotop radioaktif kobalt umumnya tidak terlalu berbahaya.

9. Ni

Nikel dilepaskan ke udara oleh pembangkit listrik dan pembakar sampah


yang kemudian mengendap di tanah atau terserap tanah setelah reaksi dengan air
hujan. Nikel juga dapat berakhir di air permukaan saat menjadi bagian limbah
sungai. Konsentrasi nikel yang tinggi pada tanah berpasir dapat merusak tanaman
dan konsentrasi nikel yang tinggi di permukaan air dapat mengurangi tingkat
pertumbuhan alga.

10. Zn

Produksi seng dunia masih tinggi sehingga akan semakin banyak seng
yang tersebar ke lingkungan. Air yang tercemar seng dapat meningkatkan
keasaman air. Beberapa jenis ikan diketahui mengakumulasi seng dalam tubuh
mereka. Sejumlah besar seng mungkin ditemukan di tanah. Ketika tanah lahan
pertanian tercemar dengan seng, hewan akan menyerap konsentrasi tinggi yang
merusak kesehatan mereka. Seng tidak hanya menjadi ancaman bagi ternak, tetapi
juga bagi tumbuhan. Tanaman akan sulit tumbuh pada tanah yang memiliki
kandungan seng terlalu tinggi. Pada kasus ekstrim, hal ini bisa mengancam
ketahanan pangan. Seng juga berpotensi mengganggu aktivitas organisme dalam
tanah karena berefek negatif pada aktivitas mikrorganisme dan cacing tanah.

Anda mungkin juga menyukai