Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : NUR INTAN YUSUF
Stambuk : 111 2016 0031
Judul : Obat Anti Anxietas
Telah menyelesaikan dan mempresentasikan tugas Referat dalam rangka tugas
kepaniteraan klinik pada Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim
Indonesia.

Makassar, 9 Mei 2016

Pembimbing, Dokter Muda,

(dr. Ham F.Susanto, M.Kes, Sp.KJ) (Nur Intan Yusuf)

1
BAB I

PENDAHULUAN

Terapi obat dan terapi organik terhadap gangguan mental dapat


didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi atau mengkoreksi perilaku,
pikiran, atau mood yang patologis dengan zat kimia atau cara fisik lainnya.
Hubungan antara keadaan fisik dan otak sangat kompleks dan tidak dimengerti
seluruhnya. Tetapi berbagai parameter perilaku normal dan abnormal seperti
persepsi, afek dan kognisi mungkin dipengaruhi oleh perubahan fisik dalam sistem
saraf pusat (seperti penyakit serebrovaskular, epilepsi, obat yang legal dan obat
terlarang).1
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang
berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.1
Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan
pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.
Sedangkan psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme
kerja serta farmakologi klinik dari psikotropik. Psikofarmakologi berkembang
dengan pesat sejak ditemukannya reserpin dan klorpromazin yang ternyata efektif
untuk mengobati kelainan psikiatrik. Berbeda dengan antibiotik, pengobatan
dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan
empirik. Hal ini dapat dipahami, karena patofisiologi penyakit jiwa itu sendiri
belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa pasien sehingga lebih
kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan baik. Berdasarkan penggunaan
klinik, psikotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu antipsikosis,
antiansietas, antidepresi, dan antimania.1
Obat anti ansietas terutama berguna utnuk simtomatik penyakit
psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata
dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi tambahan

2
penyakit somatik dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental.
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau ketakutan yang ditandai
dengan gejala fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda stress lainnya.
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik,
transquilizer minor dan anksioliktik. Obat antiansietas disebut anxiolitika yaitu obat
yang dapat mengurangi ansietas yang patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat
ini tidak berpengaruh pada proses kognitif dan persepsi, efek otonomik dan ekstra
piramidal tetapi menurunkan ambang kejang dan berpotensi untuk ketergantungan
obat apabila digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang.1

3
BAB II

OBAT-OBAT ANTIANSIETAS

Antiansietas adalah obat obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan


dan juga mempunyai efek sedatif, relaksasi otot, amnestik, dan antiepileptik.2
Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Golongan Benzodiazepine
2. Golongan Non-Benzodiazepin
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat
yang mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang
hari pada pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan.
Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada
takar lajak (overdoses).1
Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam,
alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk
pengobatan panic disorder.1

Indikasi Penggunaan
Butir butir diagnostik sindrom ansietas :2
Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih
hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax).
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala :
penurunan kemampuan kerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala gejala berikut :
Ketegangan motorik : 1. Kedutan otot atau rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal linu
3. tidak bisa diam
4. mudah menjadi lelah

4
Hiperaktivitas otonomik : 5. Nafas pendek/terasa berat
6. jantung berdebar-debar
7. telapak tangan basah-dingin
8. mulut kering
9. kepala pusing/rasa melayang
10. mual, mencret, perut tidak enak
11. muka panas/badan menggigil
12. buang air kecil lebih sering
13. sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan : 14. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
Penangkapan berkurang : 15. Mudah terkejut/kaget
16. sulit konsentrasi pikiran
17. sukar tidur
18. mudah tersinggung.

1. Golongan Benzodiazepin
a. Mekanisme kerja
Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP
yang terdiri dari dopaminergik, noradrenergik, serotoninnergik neuron yang
dikendalikan oleh GABA-ergik neuron. Mayoritas neurotransmitter yang
melakukan inhibisi di otak adalah asam amino GABA (gamma-
aminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan ion
Chlorida masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron daN
menghambat penglepasan transmisi neuronal. Secara umum obat obat
antiansietas ini bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan
efek pengikatan terhadap reseptor GABA tersebut.1

5
b. Cara Penggunaan
Pemilihan Obat2
Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti
ansietas dan kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah
dibandingkan dengan meprobamate atau fenobarbital.
Benzodiazepine sebagai drug of choice karena memiliki spesifisitas,
potensi dan keamanannya.
Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti ansietas
(lorazepam, clobazam, bromazepam), antikonvulsan, antiinsomnia
(nitrazepam/flurazepam), dan premedikasi tingkat operatif
(midazolam).

Pengaturan Dosis2
Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady
state dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset
of action cepat dan langsung memberikan efek.
Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan

6
2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu
sehingga tercapai dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose).
Bila kambuh dinaikkan an bila efektif dipertahankan 4-8 minggu
kemudian tapering off.

Lama Pemberian2
Pada sindrom ansietas yang disebabkan faktor situasi eksternal,
pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan.
Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila timbul sindrom
anxietas.
Penghentian selalu secara bertahap (stepwise) agar tidak menimbulkan
gejala lepas obat (withdrawal symptoms)

c. Efek Samping
Efek samping obat antiansietas dapat berupa :2,6
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif melemah)
Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll)
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh
karena at therapeutic dose they have low re-inforcing properties. Potensi
menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih
dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat.
Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus
obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah,
insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll.7
Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam
plasma. Untuk obat benzodiazepine dengan paruh waktu pendek lebih
cepat dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan dengan obat
Benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya, Clobazam sangat
minimal dalam menimbulkan gejala putus obat).

7
Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan
riwayat peminum alkohol (alkoholics), penyalahgunaan obat (drug-abus-
ers), atau unstable personalities. Oleh karena itu obat Benzodiazepine
tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.
Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama
pemberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.

d. Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma,
myasthenia gravis, chronic pulmonary insufficiency, chronic renal or
hepatic disease.1,7
Derivat benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol,
barbiturat atau fenotiazin karena berpotensi menghasilkan efek sedasi dan
penekanan pusat pernapasan, sehingga berisiko timbulnya respiratory
failure.1

e. Obat Anti Ansietas Gol. Benzodiazepine


1. Diazepam
Farmakokinetik :
Diazepam memiliki lipophilisitas yang tinggi dan cepat diserap dan
didistribusikan ke SSP. Mereka memiliki durasi efek yang lebih singkat
setelah dosis tunggal, karena mereka cepat didistribusikan ke perifer.5
Sediaan :2
a. Nama dagang : Diazepam
Sediaan : Tab. 2-5 mg
Dosis anjuran : -
b. Nama dagang : Lovium
Sediaan : Tab. 2-5 mg
Dosis anjuran : oral 2-3 x 2-5 mg/hari
Injeksi 5-10 mg (im/iv)
c. Nama dagang : Mentalium

8
Sediaan : Tab. 2-5-10 mg
Dosis anjuran : oral 2-3 x 2-5 mg/hari
Injeksi 5-10 mg (im/iv)
d. Nama dagang : Stesolid
Sediaan : Tab. 2-5 mg
Ampul 10 mg/2 cc
Rectal tube 5 mg/2,5 cc 10 mg/2,5 cc
Dosis anjuran : Rectal tube anak <10 kg/bb = 5 mg
anak >10 kg/bb = 10 mg
e. Nama dagang : Valdimex
Sediaan : Tab. 5 mg
Ampul 10 mg/2 cc
Dosis anjuran : -
f. Nama dagang : Trazep
Sediaan : Rectal tube 5 mg/2 cc
Dosis anjuran : -
g. Nama dagang : Valium
Sediaan : Tab. 2-5 mg
Ampul 10 mg/ 2 cc
Dosis anjuran : -
2. Chlordiazepoxide
Sediaan :2
a. Nama dagang : Cetabrium
Sediaan : Tab. 5-10 mg
Dosis anjuran : 2-3 x 5-10 mg/hari
b. Nama dagang : Tensinyl
Sediaan : Cap. 5 mg
Dosis anjuran : -
c. Nama dagang : Librium
Sediaan : Tab. 5-10 mg
Dosis anjuran : -

9
3. Lorazepam
Farmakokinetik :
Lorazepam kurang bersifat lipofilik dan memiliki onset yang lambat
tetapi memiliki durasi kerja yang lebih lama. Lorazepam tidak
direkomendasikan untuk segera menangani kecemasan.5
Sediaan :2
a. Nama dagang : Ativan
Sediaan : Tab. 0,5 1 - 2 mg
Dosis anjuran : 2-3 x 5-10 mg/hari
b. Nama dagang : Renaquil
Sediaan : Tab. 1 mg
Dosis anjuran : -
c. Nama dagang : Merlopam
Sediaan : Tab. 0,5 - 2 mg
Dosis anjuran : -
4. Clobazam
Sediaan :2
a. Nama dagang : Frisium
Sediaan : Tab. 10 mg
Dosis anjuran : 2-3 x 10 mg/hari
b. Nama dagang : Clobazam
Sediaan : Tab. 10 mg
Dosis anjuran : -
c. Nama dagang : Asabium
Sediaan : Tab. 10 mg
Dosis anjuran : -
d. Nama dagang : Clobium
Sediaan : Tab. 10 mg
Dosis anjuran : -
e. Nama dagang : Proclozam
Sediaan : Tab. 10 mg

10
Dosis anjuran :-

5. Bromazepam
Sediaan : [2]
a. Nama dagang : Lexotan
Sediaan : Tab. 1,5 3 6 mg
Dosis anjuran : 3 x 1,5 mg/hari
6. Alprazolam
Farmakokinetik :
Alprazolam termasuk intermediate-acting yang biasa digunakan pada
orang tua dengan pemakaian lama dan mereka yang mengalami
gangguan hati karena akumulasi obat yang minimal dan pencapaian
steady-state dalam 1 hingga 3 hari.5
Sediaan :2
a. Nama dagang : Alprazolam
Sediaan : Tab. 0,25 0,5 - 1 mg
Dosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari
b. Nama dagang : Xanax XR
Sediaan : Tab. 0,25 - 1 mg
Dosis anjuran : 1 x 0,5 - 1 mg/hari
c. Nama dagang : Alganax
Sediaan : Tab. 0,25 0,5 - 1 mg
Dosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari
d. Nama dagang : Calmlet
Sediaan : Tab. 0,25 0,5 1 2 mg
Dosis anjuran : -
e. Nama dagang : Feprax
Sediaan : Tab. 0,25 0,5 - 1 mg
Dosis anjuran : -
f. Nama dagang : Atarax
Sediaan : Tab. 0,5 mg

11
Dosis anjuran :-
g. Nama dagang : Alviz
Sediaan : Tab. 0,5 - 1 mg
Dosis anjuran : -
h. Nama dagang : Zyprax
Sediaan : Tab. 0,25 0,5 1 mg
Dosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari

2. Golongan Non-Benzodiazepine
A. BUSPIRONE
Buspiron (BuSpar) diindikasi utnuk terapi gangguan ansietas, tidak
seperti benzodiazepine dan barbiturat, buspirone tidak memiliki efek
sedatif, hipnotik, relaksan otot, atau antikonvulsan. Buspiron memiliki
potensi yang rendah untuk disalahgunakan dan tidak disertai fenomena
purus zat atau hendaya kognitif.3

Mekanisme
Buspirone diabsorbsi dengan baik dari saluran gastrointestinal dan
tidak dipengaruhi asupan makanan. Obat ini mencapai kadar puncak plasma
dalam 60 hingga 90 menit setelah pemberian oral. Waktu paruh yang pendek
(2 hingga 11 jam) memerlukan dosis 3 kali sehari. Berlawanan dengan
benzodiazepine dan barbiturat yang bekerja pada saluran ion klorida
terkaitaminobutyric acid (GABA), buspirone tidak memiliki efek pada
mekanisme reseptor ini. Buspirone lebih bekerja sebagai agonis atau agonis
parsial pada reseptor serotonin 5-HTIA. Buspirone juga memiliki aktivitas
pada reseptor 5-HT2 dan reseptor dopamine tipe 2 (D2), meskipun makna
efek pada reseptor ini tidak diketahui. Pada reseptor D2, obat ini memiliki
sifat agonis dan antagonis. Fakta bahwa buspirone memerlukan 2 hingga 3
minggu untuk menghasilkan efek terapeutik mengesankan bahwa apapun
efek awalnya, efek terapeutik buspirone dapat meliputi modulasi beberapa
neurotransmitter dan mekanisme intraneuronal.3

12
Efek Samping
Efek samping buspirone yang paling lazim terjadi adalah sakit
kepala, mual, pusing, dan insomnia (jarang). Buspirone tidak disertai
dengan sedasi. Beberapa orang dapat melaporkan adanya perasaan gelisah
ringan, meskipun gejala ini dapat mencerminkan gangguan ansietas yang
tidak diterapi secara utuh. Tidak ada kematian dilaporkan akibat over dosis
buspirone, dan dosis letal median (LD50) diperkirakan 160 hingga 550 kali
dengan dosis harian yang dianjurkan. Buspirone harus digunakan dengan
hati-hati pada orang dengan gangguan hati dan ginjal, perempuan hamil, dan
ibu yang menyusui. Obat ini dapat digunakan dengan aman oleh lansia.3

Interaksi Obat
Pemberian buspirone dan haloperidol (haldol) bersamaan
mengakibatkan meningkatnya konsentrasi haloperidol di dalam darah.
Buspirone sebaiknya tidak digunakan dengan monoamine oxidase inhibitor
(MAOI) untuk menghindari episode hipertensif, dan diantara penghentian
penggunaan MAOI dengan dimulainya terapi buspirone harus terdapat
periode pembersihan selama 2 minggu. Erythromycin, itraconazole,
nefazodone dan jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi buspirone di
dalam plasma.3

B. HYDROXYZINE
Hydroxyzine adalah antihistamin tua, awalnya disetujui untuk
penggunaan klinis oleh FDA pada tahun 1956. Obat ini memiliki sifat
anxiolitik di samping sifat antihistamin dan juga berlisensi untuk
pengobatan kecemasan dan ketegangan. Obat ini juga digunakan sebagai
obat penenang sebelum anestesi atau untuk menginduksi sedasi setelah
anestesi. Obat ini telah terbukti sama efektifnya dengan benzodiazepin
dalam pengobatan gangguan kecemasan umum, sedangkan memiliki sedikit
efek samping.4

13
Sediaan Obat Anti Ansietas Gol. Non-Benzodiazepine:2
1. Sulpiride
a. Nama dagang : Dogmatil
Sediaan : Cap. 50 mg
Dosis anjuran : 2-3 x 50-100 mg/hari

2. Buspirone
a. Nama dagang : Buspar
Sediaan : Cap. 10 mg
Dosis anjuran : 2-3 x 10 mg/hari
b. Nama dagang : Tran-Q
Sediaan : Cap. 10 mg
Dosis anjuran : -
c. Nama dagang : Xiety
Sediaan : Cap. 10 mg
Dosis anjuran : -

3. Hydroxyzine
a. Nama dagang : Iterax
Sediaan : Caplet 25 mg
Dosis anjuran : 3 x 25 mg/hari

14
REFERENSI

1. Tanu, ian. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : FK UI. 2012. Hal 169-
171
2. Muslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. Jakarta : PT
Nuh Jaya. 2007. Hal 36-41.
3. Sadock, Benjamin. Sadock, Virginia. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Jakarta : EGC. 2010. Hal 484-485
4. Solanki, Gaurav. Anti Anxiety Drugs. India : Jodhpur National University.
2009
5. Wells BG. Pharmacotherapy Handbook. The United States : Mc Graw Hill
Medical;2009.
6. Maramis WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. 2 ed. Surabaya: Airlangga University
Press; 2009. Hal. 455- 458
7. Psychiatry TCJo. Clinical practice guidelines. 2006;51( management of
Anxiety Disorders)

15

Anda mungkin juga menyukai