Anda di halaman 1dari 23

Makalah kimia Unsur-unsur Transisi Perioda Keempat

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB).
Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas
yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna
ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur
transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium
(Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur
hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu,
ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan
signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode
keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan
unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu
periode.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

2.1 Untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada unsur transisi periode keempat.

2.2 Manfaat dan kegunaan dari unsur transisi periode keempat

2.3 Untuk menjelaskan sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.

1.3 Metode
Metode yang kami gunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif.

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Unsur Transisi
Logam Transisi Periode Keempat

Periode

Keempat

dan

Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit
terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB).
Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas
yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna
ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur
transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium
(Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
1. Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi
keberadaannya di alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan
antara 5 ppm hingga 30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah
Sc(OH)3 dan Na3ScF6.
2. Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak
bumi. Titanium di alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO 2) dan ilmenit
(FeTiO3). Contohnya senyawa yang mengandung unsur Titanium TiCl 4.
3. Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit
bumi sekitar 0,02 % massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb 3(VO4)2),
patronit (V2S5), dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O). Contoh senyawa yang
mengandung unsur vanadium adalah V 2O5 yang digunakan untuk katalis pada
pembuatan asam sulfat.
4. Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan
merupakan salah satu logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak
bumi. Kromonium ditemukan dalam mineral kromit (FeCr2O4).
5. Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO 2). Contoh
senyawa yang mengandung unsur mangan adalah KMnO 4, yang banyak digunakan
sebagai zat pengoksidasi dalam analisi di labolatorium.
6. Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2%
massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi

umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe 2O3),
siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam Besi bereaksi dengan larutan asam
klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) > Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion
Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4
yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II)
antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion
Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe 3+ bila terdapat gas oksigen
yang cukup dalam larutan Fe 2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi
(III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
7. Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs 2) dan kobaltit
(CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
8. Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit
[(Fe,Ni)9S8) dan gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
9. Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious
metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih
mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS 2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O),
melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2). Semua senyawa Tembaga (I) bersifat
diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu 2O yang berwarna merah), sedangkan
semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat
yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang
mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO 4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
10. Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende
(ZnS), dan calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit
(ZnO.ZnSiO3.H2O).

2.2 Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat


Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d 4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian
halnya dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d 9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini
berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi
penuh, bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.

2.3 Sifat Logam / Kimia

Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan
semua unsur transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000
kJ mol-1 dan keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.
Unsur

Sc

Ti

Cr

Mn

Fe

Co

Ni

Jari-jari
atom (nm)

0,16

0,15

0,14

0,13

0,14

0,13

0,13

0,13 0,13

0,13

Titik
(0C)

leleh

1540

1680

1900

189
0

1240

1540

1500

145
0

108
0

420

Titik
(0 C)

didih

2370

3260

3400

248
0

2100

3000

2900

273
0

260
0

910

3,0

4,5

6,1

7,2

7,4

7,9

8,9

8,9

8,9

7,1

E ionisasi I
6,30
(kJ/mol)

660

650

650
0

720

760

760

740

750

910

E ionisasi II
1240
(kJ/mol)

1310

1410

159
0

1510

1560

1640

175
0

196
0

1700

E ionisasi III
2390
(kJ/mol)

2650

2870

299
0

3260

2960

3230

339
0

356
0

3800

E0 red
M2+ (aq)

-1,2

0,91

-1,19

-0,44

-0,28

+0,
0,25 34

0,76

E0 red
M3+ (aq)

-2,1

-1,2

-0,86

0,74

-0,28

-0,04

+0,4
4

9,0

5,0

4,5

3,0

2,5

Kerapatan
(g/cm3)

Kekerasan
(
skala mohs)

Cu

Zn

2.4 Sifat Magnet


Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d
menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam
medan magnet). Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat
pula sifat paramagnetknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh,
maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet).

2.5 Membentuk senyawa-senyawa Berwarna


Senyawa unsur transisi (kecuali skandium dan seng), memberikan
bermacam warna baik padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur
transisi juga berkaitan dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh.
Peralihan electron yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi
perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyawa logam
transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta
senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga
tidak terjadi peralihan elektron.

2.6 Tingkat Oksidasi


Unsur transisi periode keempat memiliki beberapa tingkat oksidasi.
Misalnya, Mn dapat memiliki tingkat oksidasi +2 (terdapat pada MnSO 4), +4
(terdapat pada MnO2), +6 (terdapat pada K2MnO4), dan +7 (terdapat pada KMnO4).

Unsur

Tingkat Oksidasi

Tingkat Oksidasi yang


stabil

Sc

+3

+3

Ti

+2,+3,+4

+4

+2,+3,+4,+5

+5

Cr

+2,+3,+4,+5,+6

+3,+6

Mn

+2,+3,+4,+6,+7

+2,+4,+7

Fe

+2,+3

+2,+3

Co

+2,+3

+2,+3

Ni

+2

+2

Cu

+1,+2

+1,+2

Zn

+2

+2

Keberagaman tingkat oksidasi unsur transisi periode ke empat disebabkan elektron


valensinya menempati subkulit 3d dan 4s. Tingkat energi ke 2 subkulit itu sangat

berdekatan sehingga unsur transisi periode keempat dapat menggunakan elektron


pada sub kulit 3d dan 4s untuk membentuk ikatan. Misalnya, besi (Fe) dapat
memiliki tingkat oksidasi +2 dan +3. Tingkat oksidasi +2 terjadi karena besi
melepaskan 2 elektron pada subkulit 4s. Serta tingkat oksidasi +3 terjadi karena
besi melepaskan 2 elektron pada subkulit 4s dan 1 elektron pada subkulit 3d.
Fe : [Ar] 3d6, 4s2

26

26

Fe2+ : [Ar] 3d6

Fe3+ : [Ar] 3d5

26

Skandium (Sc) dan Seng (Zn) hanya memiliki satu tingkat oksidasi. Sc
dengan konfigurasi 21Sc: [Ar] 3d1,4s2 cenderung melepaskan semua elektron
valensinya sehingga memiliki konfigurasi sama dengan argon. Zn dengan
konfigurasi 30Zn: [Ar] 3d10,4s2 cenderung melepaskan elektron pada subkulit 4s
sehingga memiliki konfigurasi elektron argon ditambah dengan subkulit d yang
penuh. Konfigurasi itu disebut pseudo gas mulia.
Sc: [Ar] 3d1,4s2

Zn: [Ar] 3d10,4s2

21

30

Sc3+: [Ar]

21

30

Zn2+: [Ar] 3d10

2.7 Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion
logam transisi) yang mengikat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya,
kation itu disebut ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion
pusat disebut ligan. Pada ion kompleks [Cu(CN) 4]2- dan [Fe(H2O)6]2+, Cu2+ dan
Fe2+ adalah ion pusat, sedangkan CN- dan H2O adalah ligan.
2.7.1 Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom
donor yang terkait pada ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu 2+ pada
[Cu(CN)4]2- adalah 4 dan bilangan koordinasi ion Fe 2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6.
Biasanya, bilangan koordinasi suatu ion pusat sama dengan 2 kali bilangan
oksidasinya.

Ion pusat

Bilangan
koordinasi

Ion pusat

Bilangan
koordinasi

Cu2+

2,4

Zn2+

4,6

Ag+

Al3+

4,6

Au+

2,4

Sc3+

Cr2+

Cr3+

Fe2+

Fe3+

Co2+

4,6

Co3+

Ni2+

4,6

Au3+

Cu2+

4,6

2.7.2 Ligan
Ligan adalah spesi yang memiliki atom yang dapat menjadi donor
sepasang elektron pada ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion
pusat sebagai asam Leuwis. Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom
netral), seperti ion halida ; berupa anion, seperti CN - dan NO2- ,berupa molekul
sederhana, seperti NH3 dan H2O ; berupa molekul kompleks ; seperti piridin (C 5H5N).
Ion kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+

= Diamin Perak (I)

[Cu(NH3)4]2+

= Tetra amin Tembaga (II)

[Zn(NH3)4]2+

= Tetra amin Seng (II)

[Co(NH3)6]3+

= Heksa amin Kobal (III)

[Cu(H2O)4]2+

= Tetra Aquo Tembaga (II)

[Co(H2O)6]3+

= Heksa Aquo Kobal (III)

Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ atom pusat : Cr3+


Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)
Ion kompleks negatif :
[Ni(CN)4]2-

= Tetra siano Nikelat (II)

[Fe(CN)6]3-

= Heksa siano Ferat (III)

[Fe(CN)6]4-

= Heksa siano Ferat (II)

[Co(CN)6]4-

= Heksa siano Kobaltat (II)

[Co(Cl6]3-

= Heksa kloro Kobaltat (III)

Contoh : [Ni(CN)4]2- atom pusat : Ni2+


Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya = tetrasiano nikelat (II)

Aturan penamaan senyawa kompleks menurut IUPAC :


1. Kation selalu disebutkan terlebih dahulu dari pada anion
2. Nama ligan disebutkan secara berurut sesuai abjad.
Ligan adalah gugus molekul netral, ion atau atom yang terikat pada suatu atom
logam melalui ikatan koordinasi.
Daftar ligan sesuai abjad.
Amino

NH3

(bermuatan 0)

Akuo

H2O

(bermuatan 0)

Bromo

Br-

(bermuatan -1)

Hidrokso

OH-

(bermuatan -1)

Iodo

I-

(bermuatan -1)

Kloro

Cl-

(bermuatan -1)

Nitrito

NO2-

Oksalato

C2O42- (bermuatan -2)

Siano
Tiosianato
Tiosulfato

CN-

=
SCN-

=
=

(bermuatatn-1)

(bermuatan -1)

(bermuatan -1)
S2O32- (bermuatan -2)

3.Bila ligan lebih dari 1 maka dinyatakan dengan awalan di- untuk 2, tri- untuk 3,
tetra- untuk 4, penta- untuk 5 dan seterusnya.

Unsur

Nama

Kation

Anion

Al

Aluminim

Aluminium

Aluminat

Ag

Perak

Perak

Argentat

Cr

Krom

Krom

Kromat

Co

Kobalt

Kobal

Kobaltat

Cu

Tembaga

Tembaga

Kuprat

Ni

Nikel

Nikel

Nikelat

Zn

Seng

Seng

Zinkat

Fe

Besi

Besi

Ferrat

Mn

Mangan

Mangan

Manganat

Pb

Timbale

Timbale

Plmbat

Au

Emas

Emas

Aurat

Sn

Timah

Timah

Stannat

4. Nama ion kompleks bermuatan positif nama usur logamnnya menggunakan


bahasa Indonesia dan diikuti bilangan oksidasi logam tesebut dengan angka romawi
dalam tanda kurung. Sedangkan untuk ion kompleks bermuatan negative nama
unsur logamnya dalam bahasa latin diakhiri at dan di ikuti bilangan oksidasi logam
tersebut dengan angka romawi dalam tanda kurung.

2.7.3 Muatan ion Kompleks


Muatan ion kompleks sama dengan muatan ion pusat ditambah
muatan ligannya. Ion kompleks yang terdiri atas ion pusat Al 3+, 4 ligan H2O, dan 2
ligan OH- : memiliki muatan (+3) + (4.0) + (2x-1) = +1 sehingga ion kompleksnya
dapat ditulis [Al(H2O)4(OH)2]+.

2.7.4 Geometri Ion Kompleks


Ikatan yang terjadi antara ion pusat dan ligan adalah ikatan
kovalen koordinasi. Bilangan koordinasi pada suatu ion kompleks menunjukkan
jumlah pasangan elektron. Menurut teori tolakan pasangan elektron valensi
(VSEPR), ion kompleks yang memiliki bilangan koordinasi 2, bentuk molekulnya
linier, yang memiliki bilangan koordinasi 4 bentuk molekulnya tetra hedron (tetra

hedral) atau segi empat dasar bergantung. Pada jenis orbital yang digunakan oleh
pusatnya.

2.7.5 Warna senyawa kompleks


Unsur transisi periode keempat membentuk senyawa berwarna
karena adanya subkulit 3d yang terisi tidak penuh. Jika tidak ada pengaruh luar,
semua orbital pada sub kulit yang sama memiliki tingkat energi sama. Setelah
mengikat ligan, terjadilah pemisahan tingkat energi pada orbital (splitting). Pada
sistem oktahedral (ion kompleks dengan bilangan koordinasi 6), terjadilah
pemisahan tingkat energi dengan orbital d x2y2 dan dz2 menjadi lebih tinggi daripada
orbital dxy, dyz, dan dxz. Perbedaan tingkat energi orbital itu sama dengan energi
sinar tampak dengan demikian ion pusat dari ion kompleks yang memiliki sub kulit
d yang tidak penuh dapat menyerap radiasi dari sinar tampak. Jika sinar itu
dipancarkan, ion kompleks menjadi tampak berwarna.
Unsur

+1

+2

+3

+4

+5

+6

+7

Sc

Tidak
berwarn
a

Ti

Ungu

Hijau

Tidak
berwarn
a

Ungu

Hijau

biru

Merah

Cr

Biru

Ungu

Jingga

Mn

Merah
muda

Merah

Coklat
tua

Biru

Hijau

Ungu

Fe

Hijau

Jingga

Co

Merah
muda

Biru

Ni

Hijau

Merah

Cu

Tidak
berwar
na

Biru

Zn

Tidak
berwarn

a
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat
mempunyai beberapa tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung
pada bilangan oksidasi yang dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada
jenis atom yang mengikat logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan,
PH dalam air.

2.8 Kegunaan
2.8.1

Skandium = SC
Kegunaan :
a. Untuk menghasilkan cahaya berintesitas tinggi
b. Radioaktifnya sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi
c.

Senyawanya sebagai aditif lampu uap-Hg dan transmisi TV

warna

2.8.2 Titanium = Ti
Kegunaan :
a. Komponen penting logam paduan untuk pesawat, peluru kendali
b. Karena ketahanannya terhadap air laut maka digunakan juga
untuk pembuatan peralatan kapal yang langsung bersentuhan dengan laut, seperti
kipas body kapal dan sebagainya.
2.8.3 Vanadium = V
Kegunaan :
a. Reactor nuklir
b.
kecepatan tinggi

Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta peralatan

c.

Oksidanya (V2O5) untuk keramik dan katalisator.

2.8.4 Kromium = Cr
Kegunaan :
a.

Paduan logam untuk pembuatan baja.

b. Pewarna logam dan gelas


c.

Sebagai katalisator

2.8.5 Mangan = Mn
Kegunaan :
a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya keras,
kuat,dan ketahanannya tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam bidang kesehatan

2.8.6 Besi = Fe
Kegunaan :
a. Sebagai logam utama pada pembuatan baja
b. Besi dengan paduannya digunakan untuk pembuatan rel,
tulangan beton.
c.

Digunakan untuk berbagai peralatan dalam kehidupan

sehari-hari.

2.8.7 Kobal = Co
Kegunaan :
a. Karena keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka
sering digunakan untuk menyepuh logam lain
b. Pewarna biru pada porselen, kaca, genting

c.

Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang kesehatan

2.8.8 Nikel = Ni
Kegunaan :
a. Paduan logam baja dan logam lain
b. Pelapis permukaan logam
c.

Sebagai katalisator

d. Pewarna hijau pada keramik/porselen


e.

2.8.9

Komponen pada baterai

Tembaga = Cu
Kegunaan :
a. Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan kawat kabel.
b. Logam paduan pada kuningan dan perunggu

2.8.10 Seng = Zn
Kegunaan :
a. Komponen paduan pada huruf mesin cetak
b. Sebagai logam patri
c.

ZnO untuk industry cat, kosmetik, farmasi, tekstil.

d. Zns untuk sinar X dan layar TV.

2.9 Cara Pembuatan unsur-unsur transisi periode ke


empat
1. Cara pembuatan Titanium
Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam
bidang militer dan industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini disebabkan

karena titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja. Aluminium akan
kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu rapat (mempunyai
kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang
mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada
temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g)

TiCl4(g) + CO2(g)

TiCl4(g) + 2Mg(s)

Ti(s) + 2MgCl2(g)

Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi
Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan
yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum
digunakan.

2. Cara pembuatan Vanadium


Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam
penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium
mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi
V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO2 yang dihasilkan direaksikan
dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.
2 V205(s) + 5Si(s)
SiO2(s) + CaO(s)

{ 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)


CaSiO3

Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.

3.Cara Pembuatan kromium


Krom merupakan salahsatu logam yang terpenting dalam industry logam dari bijih
krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe
dan Cr disebut Ferokrom.
Reksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s)

Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)

Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.

4.Cara pembuatan mangan


Logam ,mangan diperoleh dengan
1.
mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminum atau
dengan proses elektrolisis.
2.

Proses aluminothermy dari senyawa MnO2, persamaan reaksinya:

Tahap 1 :

3MnO2 (s)

Tahap 2 :

3Mn3O4 (s) +

8Al (s)

Mn3O4 (s)

9Mn (s)

O2(g)
+

4AL203 (s)

5. Cara pembuatan Besi


Bahan dasar : Bijih besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4, bahan tambahan batu
gamping, CaCO3 atau pasir (SiO2). Reduktor kokes (C)
Dasar reaksi : Reduksi dengan gas CO, dari pembakaran tak sempurna C
Tempat : Dapur tinggi (tanur tinggi), yang dindingnya terbuat dari batu tahan api.
Reaksi dalam dapur tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada
penjelasan berikut. Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 2.000 ton besi
kasar dan 500 ton kerak (terutama CaSiO3). Kira-kira 2 ton bijih, 1 ton kokes dan
0,3 ton gamping dapat menghasilkan 1 ton besi kasar.
Reaksi yang terjadi :
1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas. Gas
CO2 yang naik direduksi oleh C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2

Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi (1.5000C)

3. Reaksi pembentukan kerak


CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3 kerak
pasir
Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di
bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan
kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar
yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja
dengan kadar C sebagai berikut :
baja ringan kadar C : 0,05 0,2 %
baja medium kadar C : 0,2 0,7 %
baja keras kadar C : 0,7 1,6 %

Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :
1. Proses Bessemer :
Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas.
Setelah beberapa waktu kira-kira jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
2. Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi
(besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan
oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
3. Dengan dapur listrik.
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik.
Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang
tertentu.

6. Cara Pembuatan Kobalt


Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan
sebagai berikut :
Pemanggangan :
CoAs (s)

Co2O3(s) + As2O3(s)

Co2O3(s) + 6HCl

2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)

Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) + 3 H2S(g)

Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)

PbO(s) + H2S(g)

PbS(s) +

H2O(l)

Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe


sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat
pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas
hydrogen, menurut reaksi :
Co2O3 (s) + H2(g)

2 CO(s) + 3 H2O (g)

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni,
dan Co.

7. Cara pembuatan nikel


Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk
dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan
adalah sebagai berikut:
- Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit
yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
- Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,
mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
- Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga
terbentuk fasa lelehan matte dan terak
- Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari
sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen.

- Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

8.Cara pembuatan tembaga


Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan
pemekatan biji tembaga. Langkah-langkah pengolahan bijih tembaga adalah seperti
skema berikut
Reaksi proses pengolahannya adalah :
1.

2 CuFeS2(s) + 4 O2

2.

FeO(s) + SiO2 (s)

800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)


14000C

FeSiO3 (l)

Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai
berikut :
2 Cu2S(l) + 3 O2 (g)
2 Cu2O(l) + Cu2S(s)
3 Cu2S(l) + 3 O2

2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)
6 Cu(l) + SO2 (g)
6 Cu(l) + 3 SO2(g)

Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga
tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah
tembaga yang mengandung gelembung gas SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis
dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode)
adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga
blister.

9. Cara pembuatan zink


Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan
mereduksi calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini
ditemukan kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa
unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih
seng yang utama
adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat)
dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil

unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih seng untuk
membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon yang
dilanjutkan dengan proses distilasi.

BAB 3 Analisis dan Pertanyaan


Analisis
Dari materi yang telah dibahas dapat di analisis. Bahwa Unsur transisi
periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dari sepuluh unsur tersebut masing masing unsur memiliki sifat yang
berbeda, tingkat oksidasi yang berbeda, dan kegunaan yang berbeda.

Pertanyaan
1.

Urutan yang tepat pada proses pengolahan tembaga dari bijih tembaga adalah .
A. elektrolisis-reduksi-pemekatan-pemanggangan
B. reduksi-elektrolisis-pemanggangan-pemekatan
C. pemekatan-pemanggangan-reduksi-elektrolisis
D. pemanggangan-reduksi-pemekatan-elektrolisis
E. reduksi-pemanggangan-elektrolisis-pemekatan

2.

Konfigurasi elektron atom unsur transisi berikut yang memiliki sifat magnet paling
kuat adalah .
A. [Ar] 4s2 3d2
B. [Ar] 4s2 3d3
C. [Ar] 4s1 3d5
D. [Ar] 4s2 3d5
E. [Ar] 4s2 3d6

3.

. Pada reaksi pembentukan kompleks berikut.


Fe3+(aq) + 6CN(aq) Fe(CN)63
Ikatan antara atom pusat dan ligan adalah .
A. logam
B. ionik
C. kovalen polar
D. kovalen koordinasi
E. van der Waals

4.

Ion kompleks berikut yang namanya tidak tepat adalah .


A. [Ni(CN)4]2 : ion tetrasianonikelat(II)
B. [Ag(NH3)2]+ : ion diaminargentat(I)
C. [Co(H2O)6]3+ : ion heksaa uokobalt(III)

D. [PtCl6]2 : ion heksakloroplatinat(IV)


E. [Co(NH3)4Cl2]+ : ion diklorotetramin kobalt(III
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan ion kompleks, ligan, dan bilangan koordinasi? Jelaskan
Tuliskan nama senyawa kompleks berikut.
a. [Zn(NH3)4]2+
b. [Co(NH3)4Cl2]Cl
c. K[Co(C2O4)2(NH3)2]
d. [PtCl4(en)]
e. [Ni(H2O)6]Br2
f. [Cr(NH3)4Cl2]ClO4
g. K3[Fe(C2O4)3]

Jawaban
1.

2.

3.

4.

5.

Ion kompleks adalah senyawa ionik yang terdiri atas kation logam transisi (atom
pusat) dan 2 atau lebih anion atau molekul netral. Ligan adalah anion atau molekul
netral terikat pada atom pusat. Bilangan koordinasi adalah jumlah atom donor yang
terikat pada atom pusat.

6.

a. ion tetraaminseng(II)
b. diklorotetraaminkobalt(III) klorida
c. kalium diaminobis(oksalat)kobaltat(III)
d. tetrakloro(etilendiamin)platina(IV)
e. heksa uonikel(II) bromida
f. diklorotetraminkrom(III) perklorat
g. kalium tris(oksalat)ferat(III)

BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan Unsur Transisi Periode 4 ini kami dapat
menyimpulkan bahwa di dalam Unsur Transisi Periode 4 memiliki
Sifat yang tidak dimiliki Unsur lainnya. Unsur Transisi Periode 4
memiliki 10 Senyawa yang terdapat diantara golongan III B dan II
B.
Dan kita Unsur Transisi Periode 4 banyak digunakan dalam
kehidupan seperti di bidang Analisis Kimia, Industri, dll.

4.2 Saran
Mengingat banyaknya kegunaan unsur-unsur periode ke
empat dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa/siswi harus
benar-benar memahami mengenai unsur-unsur periode ke empat,
sehingga menjadi sebuah pengetahuan di masa depan.

Daftar Pustaka

http://chemistry35.blogspot.com/2011/10/kimia-unsur-unsurtransisi-periode-4.html
http://www2.jogjabelajar.org/modul/adaptif/kimia/22UNSUR_TRAN
SISI_PERIODE_KEEMPAT.swf
http://www.google.co.id
http://andykimia03.wordpress.com/2009/10/15/kimia-unsurgolongan-transisi-periode-keempat/
http://yu-mhi.blogspot.com/2011/12/makalah-kimia-unsurtransisi-periode.html
http://belovediinsblog.blogspot.com/2012/01/makalah-unsurunsur-transisi-periode-ke.html

http://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=49928932#files

Anda mungkin juga menyukai