Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KIMIA

UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE 4

Disusun Oleh :
Kelompok 6 – XII MIPA 1
Farah Nazwa Syawalia (15)
Farrel Akbar Nugraha (16)
Nabila Putri Febriani (26)
Rafi Dwi Ramadhani (31)
Sausan Nazahah (33)

SMA NEGERI 1 KOTA CIREBON


Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo 81 Sukapura, Kec Kejaksan
Kota Cirebon 45122
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Unsur-Unsur Transisi Periode 4” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajaran Kimia. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan
kami juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak guru Drs. Puji Nirmo sebagai
guru bidang studi yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran sehingga
penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cirebon, 31 Oktober 2023


BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Sangat banyak unsur-unsur yang ada di alam ini. Sampai saat ini terdapat 112
unsur yang telah ditemukan oleh para ahli. Unsur-unsur tersebut memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda-beda yang menyebabkan sulit untuk mempelajarinya. Oleh
karena itu, untuk memudahkan dalam mempelajari unsur-unsur tersebut, para ahli
telah berupaya untuk mengelompokkan unsur-unsur tersebut berdasarkan kemiripan
sifat dan karakteristik unsur-unsur tersebut.

Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada


subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada golongan IIB). Hal
ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion,
aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi
periode keempat terdiri dari sepuluh unsur yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V). Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni).
Tembaga (Cu) dan Seng (Zn). dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn),
keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara
signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak
mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua
unsur transisi periode keempat memiliki sifat fisika dan kimia yang serupa. Hal ini
berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan
dalam satu periode.
BAB II

Pembahasan
1. Kelimpahan Unsur Sc – Mn
Unsur-unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng
(Zn), skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi
(Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni). Namun, unsur transisi yang akan dibahas adalah
skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), dan mangan (Mn). Unsur
transisi dapat ditemukan di kerak bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih logam)
dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral terbanyak di alam setelah O, Si,
dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan unsur transisi di alam dapat dilihat dalam
uraian berikut.
1. Scandium (Sc)
Scandium dapat ditemukan pada mineral torvetit (Sc2SiO7), Scandium
dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3 yang dicampur klorida-klorida
lain.
2. Titanium (Ti)
Unsur ini terdapat dalam mineralrutil (TiO2) yang terdapat dalam bijih
besi sebagai ilmenit (Feli)203 dan ferrotitanate (FeTiO3). Titanium juga
terdapat dalam karang, silikat, bauksit batu bara, dan tanah liat. Titanium
dibuat dengan Metode Kroll yang banyak menggunakan klor dan karbon.
Titanium dipakai pada badan pesawat terbang dan pesawat supersonik.
Pada suhu tinggi, kekuatan titanium cenderung stabil.
3. Vanadium (V)
Vanadium terdapat dalam senyawa karnotit (K-uranil-vanadat)
[(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)], dan vanadinit (PbS(VO4)3CI). Vanadium
kerap dipergunakan untuk membuat peralatan dengan kekuatan dan
kelenturan tinggi. Contohnya per mobil dan alat mesin berkecepatan
tinggi.
4. Kromium (Cr)
Bijih utama dari kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr202) dan
sejumlah kecil dalam kromoker. Logam krom dibuat menurut proses
goldschmidt dengan jalan mereduksi Cr2O3 dengan logam aluminium.
Krom sering digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan
karat, hinga membentuk banyak aloi (logam campuran) yang bermanfaat.
5. Mangan (Mn)
Bijih utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan rodokrosit
(MnCO3) dan diperkirakan cadangan Mn terbesar terdapat di dasar lautan.
Pembuatan feromangan dilakukan dengan mereduksi MnO2 dengan
campuran besi oksida dan karbon. Mangan dipakai pada produksi baja
yang berguna saat pemurnian besi. Selain itu digunakan pula untuk
mengeraskan baja.

2. Sifat-sifat Unsur Transisi Periode 4


A. Sifat Fisis (Fisika)
1. Sifat Logam
Kecuali seng, logam-logam transisi memiliki elektron-elektron yang
berpasangan. Hal ini lebih memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam dan
ikatan kovalen antar atom logam transisi. Ikatan kovalen tersebut dapat
terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada orbital d. Dengan
demikian, kisi kristal logam-logam transisi lebih sukar dirusak dibanding kisi
kristal logam golongan utama. Itulah sebabnya logam-logam transisi memiliki
sifat keras, kerapatan tinggi dan daya hantar listrik yang lebih baik dibanding
logam golongan utama.
2. Titik Leleh dan Titik Didih
Unsur unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
karena ikatan antar atom logam pada unsur transisi lebih kuat. Titik leleh dan
titik didih seng jauh lebih rendah dibanding unsur transisi periode keempat
lainnya karena pada seng orbital d-nya telah terisi penuh sehingga antar atom
seng tidak dapat membentuk ikatan kovalen.
3. Sifat Magnetik
 Paramagnetik, yaitu atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh
medan magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada
orbital d-nya.
 Diamagnetik, yaitu atom, molekul, atau ion dapat ditolak medan
magnet karena seluruh elektron pada orbital d-nya berpasangan.
 Feromagnetik, yaitu kondisi sama dengan paramagnetik hanya saja
dalam keadaan padat.

Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan


Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni bersifat feromagnetik.

4. Jari-Jari Atom
Tidak seperti periode ketiga, jari-jari atom unsur-unsur transisi periode
keempat tidak teratur dari kiri ke kanan. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya
elektron-elektron 3d yang saling tolak-menolak yang dapat memperkecil gaya
tarik inti atom terhadap elektron-elektron. Akibatnya elektron-elektron akan
lebih menjauhi inti atom, sehingga jari-jari atomnya lebih besar.
5. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama
menyebabkan timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi
karena elektron dapat bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan
mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi, subkulit 3d yang belum
terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya,
sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan
warna yang sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat
kembali ke keadaan dasar. Misalnya Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak
berwarna, Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru.

B. Sifat Kimia
1. Kereaktifan
Dari data potensial elektroda, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki
harga potensial elektroda negatif kecuali Cu (E=+0,34 volt). Ini menunjukkan
logam-logam tersebut dapat larut dalam asam kecuali tembaga. Kebanyakan
logam transisi dapat bereaksi dengan unsur-unsur nonlogam, misalnya
oksigen, dan halogen.
2Fe(s)+302(g) 2Fe2O3(s)
Skandium dapat bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen.
2Se(s) + 6H2O(1)3H2(g) + 2Sc(OH)3(aq)
2. Pembentukan Ion Kompleks
Semua unsur transisi dapat membentuk ion kompleks, yaitu suatu struktur
dimana kation logam dikelilingi oleh dua tau lebih anion atau molekul netral
yang disebut ligan. Antara ion pusat dengan ligan terjadi ikatan kovalen
koordinasi, dimana ligan berfungsi sebagai basa lewis (penyedia pasangan
elektron).
Contoh: [Cu(H2O)4]2+, [Fe(CN)6]43, [Cr(NH3)4 C12]
3. Ion Unsur Transisi Berwarna
Umumnya ion unsur transisi berwarna karena ion unsur transisi mempunyai
elektron yang tidak berpasangan pada subkulit 3d dan elektron-elektron itu
terpecah dengan tingkat energi yang berbeda. Elektron-elektron itu tereksitasi
dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi
dengan menyerap energi, dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang
sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke
keadaan dasar. Misalnya T12+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+
berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru. Adapun pada ion zink tidak
berwarna, karena orbital d sudah penuh elektron sehingga tidak terjadi
perpindahan energi.
4. Mempunya Berbagai Macam Bilangan Oksidasi 4
Unsur transisi memiliki pada orbital d. Energi elektron dalam orbital d hampir
sama besar. Untuk mencapai kestabilan unsur-unsur ini membentuk ion
dengan cara melepaskan elektron dalam jumlah yang berbeda. Oleh karena itu
unsur-unsur ini mempunyai dua macam bilangan oksidasi atau lebih dalam
senyawanya.

3. Proses Pembuatan Unsur Transisi Periode 4


1. Skandium (Sc) : dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3 yang dicampurkan
dengan klorida-klorida lain.
2. Titanium (Ti) : salah satu metode yang digunakan dalam proses
pembuatan titanium adalah Metode Kroll yang banyak menggunakan klor dan
karbon. Hasil reaksinya adalah titanium tetraklorida yang kemudian dipisahkan
dengan besi triklorida dengan menggunakan proses distilasi. Senyawa titanium
tetraklorida, kemudian direduksi oleh magnesium menjadi logam murni. Udara
dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori oleh unsur oksigen dan
nitrogen. Sisa reaksi adalah antara magnesium dan magnesium klorida yang
kemudian dikeluarkan dari hasil reaksi menggunakan air dan asam klorida sehingga
meninggalkan spons titanium. Spon ini akan mencair di bawah tekanan helium atau
argon yang pada akhirnya membeku dan membentuk batangan titanium murni.
3. Vanadium (V) : frevonadium (logam campuran dengan besi) dihasilkan
dari reduksi V2O5 dengan campuran silikon (Si) dan besi (Fe), reaksinya: 2V2O5(s) +
5 Si(s) + Fe(s) → 4V(s) + Fe(s) + 5 SiO2(s) Senyawa SiO2 ditambah dengan CaO.
menghasilkan suatu terak yaitu bahan yang dihasilkan selama pemurnian logam.
4. Krom (Cr) : logam krom dibuat menurut proses goldschmidt dengan jalan
mereduksi Cr2O3 dengan logam aluminium. Reaksinya: Cr2O3 (s) + 2Al(s) → Al2O3(s)
+ 2Cr(s).
5. Mangan (Mn) : pembuatan feromangan dilakukan dengan mereduksi
MnO2 dengan campuran besi oksida dan karbon. Reaksinya: MnO2 + Fe2O3 + 5C →
Mn + 2Fe + 5CO.

4. Kegunaan atau Manfaat Unsur Transisi Periode 4

 Skandium: Penggunaan utamanya dari segi isi padu adalah aloi aluminium-
skandium untuk industri aeroangkasa dan juga untuk peralatan sukan (basikal,
bet besbol, senjata api, dan sebagainya) yang memerlukan bahan berprestasi
tinggi. Apabila dicampur dengan aluminium.
 Titanium: Titanium digunakan sebagai badan pesawat terbang dan pesawat
supersonik, karena pada temperatur tinggi tidak mengalami perubahan
kekuatan (strength).
 Vanadium: Vanadium untuk membuat peralatan yang membutuhkan
kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin
berkecepatan tinggi, Umumnya digunakan untuk paduan dengan logam lain
seperti baja tahan karat dan baja.
 Krom: Kromium digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan
karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna.
Digunakan untuk katalis dan untuk pewarna gelas. Suatu senyawa kromium
yang indah sekali adalah jamrud (emerald). Batu permata ini terbentuk jika
sebagian ion aluminium dalam mineral beril, Be3Al2(Si6O18) diganti oleh ion
kromium (III). Krom juga digunakan untuk membuat aliase,misalnya nikrom
(15% Cr, 60% Ni, dan 25% Fe). Aliase ini digunakan untuk tahanan kawat
pada alat-alat pemanas, stainless steel (72% Fe, 19%Cr, 9% Ni).
 Mangan: Pada produksi baja, Mn berpartisipasi pada pemurnian besi melalui
reaksi dengan belerang dan oksigen dengan memindahkannya melalui
pembentukan terak. Fungsi yang lain adalah untuk meningkatkan kekerasan
baja. Baja yang mengandung Mn dengan proporsi besar bersifat sangat keras
dan tahan lama. Oleh karena itu digunakan dalam kereta api dan mesin-mesin
buldoser.
BAB III
Penutup

3.1. Kesimpulan

Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan
kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi periode
keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh
(kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode
keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama,
seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa
kompleks.

Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc),
Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel
(Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Unsur-unsur yang termasuk periode keempat meliputi
tembaga (Cu), seng (Zn), skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr),
mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni). Unsur transisi dapat ditemukan di kerak
bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi
merupakan mineral terbanyak di alam setelah O, Si, dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan
unsur transisi di alam dapat dilihat dalam uraian berikut.

Anda mungkin juga menyukai