Anda di halaman 1dari 4

1.

Tinjauan Umum Unsur-unsur transisi


Unsur transisi sering didefinisikan sebagai kelompok unsur yang mempunyai kulit-kulit d
dan f yang terisi sebagian. Unsur transisi semuanya adalah logam, kebanyakan berupa logam
keras yang menghantar panas dan listrik yang baik. Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur
yang pengisian elektronnya berakhir pada subkulit d. berdasarkan prinsip Aufbau, unsur-
unsur transisi baru dijumpai mulai periode 4. Pada setiap periode, ada 10 buah unsur transisi,
sesuai dengan jumlah elektron yang dapat ditampung pada subkulit d. Diberi nama transisi
karena terletak pada daerah peraliham antara bagian kiri dan kanan sistem periodic. Unsur
golongan transisi mempunyai 53 unsur. Unsur-unsur golongan transisi terbagi menjadi 3
deret, yaitu:
- Deret pertama (transisi ringan): periode 4
- Deret kedua (transisi berat): periode 5
- Deret ketiga: Lantanida
Ada beberapa ciri yang dimiliki bersama oleh unsur transisi yang tidak dimiliki unsur-unsur
lain. Hal ini disebabkan karena terisinya sebagian dari subkulit d. Diantaranya adalah:
a. pembentukan senyawa dengan banyak bilangan oksidasi. Hal ini bisa terjadi karena
kereaktifan yang relatif rendah pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan.
b. Pembentukan beberapa senyawa paramagnetik. Hal ini disebabkan oleh adanya elektron
subkulit d yang tidak berpasangan.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada sub kulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-
unsur golongan utama, seperti sifat magnetik warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks.
Unsur-unsur transisi-dalam adalah unsusr-unsur yang pengisian elektornnya berakhir pada
subkulit f. unsur-unsur transisi-dalam hanya dijumpai pada periode keenam dan ketujuh
dalam sistem periodik unsur, dan ditempatkan secara terpisah dibagian bawah. Unsur-unsur
ini baru dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu unsur lantanida dan aktinida. Unsur
lantanida (seperti lanthanum), adalah unsur-unsur yang elektron terakhirnya mengisi subkulit
4f dan unsur-unsur aktinida (seperti aktinium), adalah unsur-unsur yang elektron terakhirnya
mengisi subkulit 5f.
2. Sifat Unsur-unsur Transisi
Logam-logam transisi mempunyai struktur kemas rapat, artinya setiap atom mengalami
persingungan yang maksimal dengan atom-atom yang lain. Dalam periode, elektron-elektron
mengisi orbitad d (artinya orbital ini terletak di sebelah dalam dari orbitan ns 2) yang semakin
banyak dengan naiknya nomor atom, sehingga jari-jari atomiknya relatif semakin pendek.
Akibat dari struktur kemas rapat dan kecilnya ukuran atomik adalah logam-logam transisi
membentuk ikatan logam yang kuat antara atom-atomnya, sehingga logam-logam ini dapat
ditempa dan kuat. Logam-logam transisi memiliki titik leleh, titik, densitas dan panas
penguapan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kalsium dan kalium [ CITATION
Sug12 \l 14345 ].
Berdasarkan pada nilai potensial reduksinya, logam-logam transisi kurang elektropositif
dibandingkan dengan logam-logam kelompok s (alkali dan alkali tanah), namun (kecuali Cu),
logam-logam transisi tetap bereaksi dengan asam kuat encer (1,0 M HCl dengan
menghasilkan gas H2.
Ion-ion logam transisi lebih kecil ukurannya disbanding dengan ion-ion logam kelompok
s dalam periode yang sama. Hal ini menghasilkan rasio muatan per jari-jari yang lebih besar
bagi logam-logam transisi.

3. Sifat Logam Unsur Transisi


Ciri logam transisi yaitu memiliki sub kulit d yang tidak terisi penuh. Yang terdapat pada
periode ke 4 (Scandium sampai Tembaga)
Elektron valensi yang bergerak bebas dalam unsur transisi akan menyebabkan adanya sifat
logam. Gerakan elektron tersebut yang menyebabkan logam dapat menghantarkan listrik,
contohnya tembaga (Cu). Selain itu juga dapat menjadi konduktor yang baik karena suatu
logam transisi jika diberi panas/kalor maka energinya akan merambat ke semua bagian logam
transisi tersebut.
Logam transisi kebanyakan bersifat inert ketika direaksikan dengan asam karena terdapat
oksida pelindung. Contoh : Kromium (Cr)

Sifat kimia logam transisi


 Segregasi dan ketahanan korosi Logam seperti baja memiliki nilai ketahanan
terhadap korosi yang baik, karena memiliki kandungan karbon. Pada suhu kamar
logam berwujud padat kecuali raksa (berwujud cair).
 Titik leleh dan titik didih Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih
yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam
yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang
terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya.
Sifat fisik :

 penghantar panas yang baik;


 penghantar listrik yang baik;
 permukaan logam mengkilap;
 dapat ditempa menjadi lempeng tipis;

4. Sifat Magnet Unsur Transisi


Atom yang memiliki elektron tidak berpasangan, atom tersebut bersifat paramagnetik, artinya
dapat dipengaruhi oleh medan magnet. Sebaliknya jika atom tidak memiliki elektron yang
tidak berpasangan maka akan bersifat diagmagnetik, artinya tidak dipengaruhi oleh medan
magnet.

Unsur-unsur transisi baik sebagai unsur bebas maupun senyawanya pada umumnya memiliki
elektron tidak berpasangan sehingga banyak unsur dan senyawa transisi bersifat
paramagnetik. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan, semakin kuat sifat
magnetnya.

5. Warna senyawa unsur transisi

Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan adanya
warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini dikarenakan elektron dapat bergerak ke tingkat
yang lebih tinggi dengan menyerap sinar tampak. Dalam golongan transisi, subkulit 3d yang
belum terisi penuh dapat menyebabkan elektron pada subkulit tersebut menyerap energi
cahaya, sehingga elektronnya dapat memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai
dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.
Contohnya Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, dan Co3+
berwarna biru.

Mangan (III) klorida : merah muda

Besi (III) klorida : Hijau tua (cahaya pantulan), ungu merah (cahaya pancaran)

Kobalt (III) klorida : biru

Nikel klorida : hijau

Tembaga (II) klorida : hijau tua


6. Tingkat oksidasi
Unsur transisi memiliki biloks lebih dari satu, disebabkan karena tingkat energi pada orbital s
dan d tidak memiliki perbedaan yang jauh, sehingga elektron yang terletak pada orbital
tersebut digunakan melalui pembentukan orbital hibrida sp3d2.

Billah,Arif. (2006). Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Stronsium Ferit dengan Bahan Dasar
Pasir Besi. Semarang: Universitas Semarang.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Nurcipto, Dedi, (2016). Material Teknik. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Sugiyarto, K. H. (2012). Dasar-dasar Kimia Anorganik Transisi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Sunarya, Y. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : PT. Setia Purna

Anda mungkin juga menyukai