Unsur-unsur transisi baik sebagai unsur bebas maupun senyawanya pada umumnya memiliki
elektron tidak berpasangan sehingga banyak unsur dan senyawa transisi bersifat
paramagnetik. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan, semakin kuat sifat
magnetnya.
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan adanya
warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini dikarenakan elektron dapat bergerak ke tingkat
yang lebih tinggi dengan menyerap sinar tampak. Dalam golongan transisi, subkulit 3d yang
belum terisi penuh dapat menyebabkan elektron pada subkulit tersebut menyerap energi
cahaya, sehingga elektronnya dapat memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai
dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.
Contohnya Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, dan Co3+
berwarna biru.
Besi (III) klorida : Hijau tua (cahaya pantulan), ungu merah (cahaya pancaran)
Billah,Arif. (2006). Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Stronsium Ferit dengan Bahan Dasar
Pasir Besi. Semarang: Universitas Semarang.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Nurcipto, Dedi, (2016). Material Teknik. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Sugiyarto, K. H. (2012). Dasar-dasar Kimia Anorganik Transisi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Sunarya, Y. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : PT. Setia Purna